Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia
modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia
Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensi
dan poliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya di liputi oleh masa
gelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment
(pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan
mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Barat
sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam,
perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani,
melainkan kepada sumber- sumber Arab (Islam).
Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untuk
selanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru
dunia. Dalam perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskan
dari perkembangannya sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam
banyak memberi kontribusi terhadap dunia.
Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah
Arab dan sampai sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari perubahan
peradaban yang dibawa Islam. Ajaran Islam yang telah tersebar ke berbagai penjuru
dunia selama berabad-abad tentunya meninggalkan tinta emas dan torehan positif
berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia, meskipun tidak ada lagi kekuasaan
Islam secara mutlak.
Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam
perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masa

1
kenabian yang ditutup dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan
pemikiran peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian.
Varian itu berupa metode, visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiran
yang satu dengan yang lainnya. Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil
keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan
memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembanagn peradaban dunia?
2. apa saja factor-faktor penyebab kemajuan dan kemunduran peradaban islam ?
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, filosofis, dan teologis kontribusi
Islam bagi peradaban dunia?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja yang menyebabkan kemunduran dan
kemajuan peradaban islam
3. Untuk mengetahui bagaimana sumber historis, sosiologis, filosofis, dan
teologis kontribusi Islam bagi peradaban dunia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam


Berbicara tentang kontribusi Islam bagi perkembangan peradaban dunia tentu saja
secara inheren  akan melekat suatu pembahasan mengenai sejarah peradaban Islam.
Para pengkaji sejarah Islam biasanya membuat suatu peta sistematis terkait berubah
atau berkembangnya peradaban Islam, yaitu mulai dari peradaban Yunani, peradaban
Islam, sampai kemudian peradaban Barat. Pada masing-masing periode
perkembangan itu mempunyai dimensi peradaban tertentu yang berbeda satu sama
lain. Sebagai Muslim tentu kita ingin mengetahui bagaimana perkembangan
peradaban Islam itu dan apa sumbangsih Islam bagi peradaban dunia.
Perkembangan agama Islam sejak 14 abad silam turut mewarnai sejarah
peradaban dunia. Bahkan pesatnya perkembangan Islam ke Barat dan Timur
membuat peradaban Islam dianggap sebagai peradaban yang paling besar
pengaruhnya di dunia. Berbagai bukti kemajuan peradaban Islam kala itu dapat
dilihat dari  beberapa indicator antara lain:
1. Keberadaan perpustakaan Islam dan lembaga-lembaga keilmuan seperti
Baitul Hikmah, Masjid Al-Azhar, Masjid Qarawiyyin dan sebagainya, yang
merupakan pusat para intelektual muslim berkumpul untuk melakukan  proses
pengkajian dan pengembangan ilmu dan sains.

3
2. Peninggalan karya intelektual muslim seperti Ibnu Sina, Ibnu haytam,
imam Syafii, Ar-Razi, Al-Kindy, Ibnu Rusyd, Ibnu khaldun, dan lain
sebagainya.
3.Penemuan-penemuan intelektual yang dapat mengubah budaya dan tradisi
umat manusia, seperti penemuan kertas, karpet, klender islam, penyebutan
hari-hari, seni arsitektur, dan tata perkotaan.
4.Pengaruh keutamaan nilai-nilai kebudayaan asasi sebagai manifestasi dari
konsep islam, ima, ihsan, dan taqwa. Islam mendorong budaya yang di
bangun atas dasar silm (ketenangan dan kodusifitas), salam (kedamaian),
salaamah (keselamatan), Sedangkan iman melahirkan budaya yang dilandasi
aman (rasa aman), dan amanah (tanggung jawab terhadap amanah). Akhirnya
Ihsan mendorong budaya hasanah (keindahan) dan husn (kebaikan).

Menurut Harun Nasution, islam terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode
klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800
M-sekarang). Pada masing-masing periode terdapat perbedaan dimensi yang khas
yang tampil dalam setiap perkembangannya. Periode Klasik terbagi menjadi 2, yaitu
masa kemajuan Islam I (650-1000M) dan masa disintegasi (1000-1250M). Masa ini
bisa disebut sebagai awal dari masa keemasan Islam.Sebelum Nabi Muhammad SAW
wafat, ekspansi Islam telah berhasil menguasai semenanjung Arabia (Arabian
Peninsula). Ekspansi ke luar wilayah Arab baru dimulai pada masa Khalifah pertama
Abu Bakar Ash Shiddiq.
  Masa kemajuan Islam I (bagian dari periode klasik) ini ditandai oleh adanya
sejarah empat sahabat Nabi Muhammad yang dalam kajian Islam akrab disebut
sebagai  Khulafā`ur  Rāsyidī , yaitu Abu Bakar (menjabat sebagai amīr al -mu‟minīn
tahun 632-634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644- 656 M),
dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Pada masa ini Islam mulai tersebar di luar

4
wilayah Semenanjung Arab. Terjadi penaklukan-penaklukan Islam terhadap beberapa
wilayah, seperti Damaskus, Mesir, Irak, Palestina, Syiria, dan Persia. Pergerakan dari
‘kerajaan’ Kulafa’ur Rasyidin selanjutnya diteruskan oleh Dinasti Umayyah (661
-750M). Pada zaman ini penyebaran Islam semakin luas. Daerah yang dikuasai pada
zaman ini. Yaitu Syiria, palestina, Afrika Utara, Irak, Semenanjung Arabia, Persia,
Afganistan, dan Asia Tengah (Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan).
Pada masa ini ditandai dengan berkembangnya kebudayaan Arab.
Peradaban islam semakin maju dengan perpindahan kekuasaan dari Dinasti
bani Umayyah ke Dinasti bani Abbasiyah. Pada Zaman ini, perekonomian Negara
mulai meningkat dengan berkembangnya bidang pertanian dan pertambangan.
Perhatian terhadap Ilmu pengetahuan mulai tumbuh, khususnya pada masa
kepemimpinan harun Al-Rasyid (785-809 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M).
perhatian terhadap Ilmu pengetahuan ini ditandai dengan penerjemahan buku-buku
yang berbahasa Yunani dan Bizantium ke dalam bahasa Arab. Khalifal Al-Ma’mun
mendirikan Bait al-Hikmah. Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan
dalam Bait al-Hikmah ini diantaranya kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optic,
sejarah, dan filsafat.
 
Pada periode ini, ilmu-ilmu keagamaan dalam islam mulai disusun. Dalam
bidang penyusunan hadis dikenal nama Imam Bhukari dan Muslim. Dalam bidang
fikih, terkenal nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas dan sebagainya.
Imam Ath-Thabari terkenal dengan dalam bidang tafsir dan Ibnu Hisyam terkenal
dalam bidang sejarah. Dalam bidang tasawuf , terdapat nama Abu Yazid Al-
Busthami, husainbin Mansur Al-Hallaj, dan sebagainya. Periode ini merupakan
peradaban islam yang tertinggi dari periode-periode sebelumnya. Namun upaya
diterjemahkannya buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan
filsuf Islam ke dalam bahasa Eropa pada abad ke-12 M, menandai berakhirnya fase
kemajuan islam I (650-1000 M). Periode ini ditandai dengan masa disintegrasi (1000-

5
1250 M). Masa ini ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan independen yang ingin
memisahkan diri dari kepemimpinan seorang khalifah. Disintegrasi politik tersebut
yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat islam.

Selanjutnya adalah periode pertengahan (1250-1800 M). pada zaman ini tidak ada
perkembangan yang berarti bagi peradaban Islam, kecuali hanya sedikit. Pada
zaman ini terdapat 3 kerajaan besar yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan
Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Peperangan demi peperangan
sering terjadi pada masa tiga kerajaan besar ini untuk menguasai wilayah tertentu.
Disintegrasi politik pada masa ini terlihat semakin besar dibandingkan dengan masa
Bani abbasiyah dan sekaligus menandai berakhirnya perkembangan peradaban
islam. Di samping itu, di barat mulai tumbuh kesadaran untuk menaruh perhatian
lebih terhadap ilmu pengetahuan. Untuk itu, umat islam tidak hanya berdiam diri
melihat kegemilangan dunia Barat, tetapi membuat pola perubahan kiblat
pengetahuan dari yang sebelumnya berkiblat kepada peradaban Yunani, menjadi
berkiblat kepada peradaban Barat. Masa ini disebut dengan periode modern (1800
M – sekarang).

Pada masa ini bisa disebut juga sebagai masa kebangkitan dunia islam. Sejumlah
tokoh Ilsam melakukan pembaharuan pemikiran Islam atau modernisasi dalam
islam untuk mengembalikan kejayaan Islam. Beberapa tokoh pemaharu itu di
antaranya seperti di Mesir terkenal nama Muhammad Abduh, rasyid Ridha, dan
Jamaluddin Al-Afghani.Di India pembaharuan dilakukan oleh Sir Sayyid Ahmad
Khan dan lainnya. Ide pembaharuan itu sampai masuk ke Indonesia dan
dikembangkan oleh K. H Ahmad Dahlan dari organisasi Muhammadiyah dan oleh
KH Hasyim Asy’ari dari Nadhatul Ulama. Dinamika peradaban Islam
dipengaruhi oleh konteks sosial, politik, budaya, dan agama yang melekat di
dalamnya. Peradaban Islam pada masa awal / klasik, pertengahan, sampai modern
memiliki nuansa atau dimensi peradaban yang berbeda satu sama lain.

6
2.2 Factor-faktor penyebab kemajuan dan kemunduran peradaban islam
1. Kemajuan Dunia Islam

 a) Dinasti Umayyah (661-750 M)


 Bani Umayyah adalah keturunan Umayyah bin Abdul Syams, salah satu suku
Quraisy. Dalam sejarah Islam Bani Umayyah mendirikan dalam dua periode:
Damaskus dan Cordoba. Dinasti Umayyah dimulai dengan naiknya Muawiyah
sebagai khalifah pada tahun 661 M. Bani Umayyah  berhasil mengokohkan
kekhalifahan di Damaskus selama 90 tahun (661 –750). Penyebutan ”Dinasti” pada
kekhalifahan Bani Umayyah karena Muawiyah mengubah sistem suksesi
kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang
bersifat keturunan. Kemajuan-kemajuan diberbagai bidang mulai diraih kekhalifahan
Islam diantaranya adalah:

1. Bidang ekspansi wilayah


2. Bidang bahasa dan sastra Arab
3. Bidang pembangunan fisik sarana prasarana penunjang kebudayaan dan
pemerintahan seperti masjid-masjid, istana-istana peristirahatan.

Ekspansi wilayah di bawah kekuasaan Bani Umayyah

7
Di masa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam  bidang
keagamaan, sejarah dan filsafat. Kekuasaan dan kejayaan Dinasti Bani Umayyah
mencapai puncaknya di zaman al-Walid. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun.
Pada awal abad ke-8 (720 M) sentimen anti-pemerintahan Bani Umayyah telah
tersebar secara intensif. Kelompok yang merasa tidak puas  bermunculan. Gerakan
oposisi yang pertama-tama dinamakan Hasyimiyah dan kemudian Abbasiyah
dipimpin oleh Muhammad bin Ali. Gerakan ini mendapat dukungan terbesar dari
orang-orang khurasan. Di bawah pimpinan panglimanya yang tangkas, Abu Muslim
al-Khurasani, gerakan ini dapat menguasai wilayah demi wilayah kekuasaan Bani
Umayyah. Pada  Januari 750 Marwan II, Khalifah terakhir Bani Umayyah, dapat
dikalahkan di pertempuran Zab Hulu, sebuah anak Sungai Tigris sebelah timur
Mosul. Ia kemudian melarikan diri ke Mesir. Sementara itu, pasukan Abbasiyah
membunuh semua anggota keluarga Bani Umayyah yang berhasil mereka tawan.
Ketika mereka mencapai Mesir, sebuah kesatuan menemukan dan membunuh
Marwan II pada Agustus 750. Maka berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah di
Damaskus. Namun satu-satunya anggota keluarga Bani Umayyah, Abdurrahman
(cucu Hisyam), berhasil meloloskan diri ke Afrika Utara, kemudian menyeberang
ke Spanyol. Disinilah selanjutnya ia membangun kekuasaan Dinasti Bani Umayyah
yang baru dengan berpusat di Cordoba,

Penyebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah : 

(a) Mendapat perlawanan dari kaum Khawarij.

(b) Mendapatkan pertentangan pula dari Talhah dan Zubeir dari Mekkah.

(c) Pertentangan dari golongan Syiah.


(d) Pertentangan tradisional antara suku Arab Utara dan suku Arab Selatan.

8
(e) Persaingan antara kalangan anggota Dinasti Bani Umayyah.
(f) Kehidupan mewah pihak istana, sehingga membuat anak-anak Khalifah kurang
sanggup memikul beban berat.
(g) Munculnya Khalifah Bani Hasyim (satu cabang lain dari Quraisy). Bekerjasama
dengan kaum Syiah untuk melakukan serangan kepada Bani Umayyah.

Setelah masa pemerintahan Bani Umayyah berakhir pemerintahan kemudian di


pimpin oleh Dinasti Bani Abbas (750 -754 M ). Perbedaan antara kedua dinasti ini
adalah, kalau masa Bani Umayyah merupakan ekspansi daerah kekuasaan Islam,
maka saat dinasti Bani Abbas adalah masa pembentukan dan perkembangan
kebudayaan dan peradaban Islam.

b) Dinasti Abasiyah (750-1258 M)

 Dinasti Abbasiyah yang menguasai daulah (negara) pada masa klasik dan
pertengahan Islam. Pada masa pemerintahan Abbasiyah tercapai zaman keemasan
Islam. Daulah ini disebut Abbasiyah karena pendirinya adalah keturunan al-Abbas
(paman Nabi SAW) yakni Abu Abbas as-Saffah. Walaupun Abu Abbas adalah
pendiri daulah ini, pemerintahannya hanya singkat (750 –  754). Pembina daulah ini
yang sebenarnya adalah Abu Ja’far al-Mansur (khalifah ke-2). Dua khalifah inilah
peletak dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah.

9
Abu Ja’far al-Mansur

Para sejarawan membagi Daulah Abbasiyah dalam lima periode;


Periode Pertama (132 H – 232 H / 750 M – 847 M)
Periode kedua (232 H – 334 H / 847 M – 945 M)
 Periode ketiga (334 H – 447 H / 945 M – 1055 M)
 Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1199 M)
 Periode kelima (590 H – 656 H / 1199 M – 1258 M)

c) Dinasti Umayyah di Spanyol (757-1492 M)


  Di belahan Barat (eropa) berdiri megah Khalifah Umayyah di Spanyol dengan
sebelumnya tentara Islam pimpinan Thariq Ibnu Ziyad pada tahun 711 M
menaklukkan kerajaan Visigothic yang diperintah oleh raja Roderick. Dalam
memperluas wilayah kekuasaannya kekuatan Islam ini pada tahun 732 menyeberangi
pegunungan pirenia (perbatasan Perancis), dan pastilah akan mengubah sejarah Eropa
seandainya mereka tidak dikalahkan dengan menyedihkan sekali oleh Charles Mortel
atau yang sering dipanggil Karel Martel.

d) Dinasti Fatimiyah (919-1171 M)


 Syahruddin El-Fikriasa Kejayaan Islam (the golden age of Islam) ditandai dengan
penyebaran agama Islam hingga ke benua Eropa. Pada masa itulah berdiri sejumlah
pemerintah atau kekha-lifahan Islamiyah. Seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah,
Fatimiyah, Turki Utsmani dan Ayyubiyah. Selain penyebaran agama, kemajuan Islam
juga ditandai dengan kegemilangan peradaban Islam. Banyak tokoh-tokoh Muslim
yang muncul sebagai cendekiawan dan memiliki pengaruh besar dalam dunia
peradaban hingga saat ini. Namun, setelah perebutan kekuasaan dan kepemimpinan
yang kurang fokus, akibatnya pemerintahan Islam dikalahkan. Salah satunya adalah
dinasti Fatimiyah.

10
Imperium Ismailiyah yang didirikan oleh Ubaidillah al-Mahdi ini hanya
mampu bertahan selama lebih kurang dua setengah abad (909-1171 M). Ubaidillah
al-Mahdi adalah pengikut sekte Syiah Ismailiyah. Dinamakan sekte Ismailiyah,
karena sepeninggal Jafar As-Shadiq, anggota sekte Syiah Ismailiyah berselisih
pendapat mengenai sosok pengganti sang imam (Jafar as-Shadiq). Dan Ismail selaku
putra Jafar yang sedianya akan dijadikan pengganti, telah meninggal terlebih dahulu.
Di saat yang sama, mayoritas pengikut Ismailiyah menolak penunjukan Muhammad
yang merupakan putra Ismail. Padahal, menurut mereka masih terdapat sosok Musa
Al-Kazhim yang dinilai lebih pantas memegang tampuk kepemimpinan spiritual.
Maka disaat itulah, tampil Abdullah atau Ubaidillah Al-Mahdi mengambil
kepemimpinan spiritual langsung (dari jalur Ali melalui Ismail). Bersama keluarga
dan para pengikutnya, Ismailiyah menyebar di wilayah Salamiyah, sebuah pusat
kaum Ismailiyah di Suriah. Maka pada tahun 297 H atau 909 M, ia dilantik menjadi
khalifah.
Pada masa kepemimpinannya, pemerintahan Dinasti Fatimiyah  berpusat di
Maroko, dengan ibukotanya al-Manshur-iyah. Dinasti Fatimiyah menjalankan roda
pemerintahan di Maroko selama 24 tahun yang di pimpin oleh empat orang khalifah,
termasuk Ubaidillah al-Mahdi. Tiga orang khalifah Dinasti Fatimiyah lainnya yang
pernah memerintah di Maroko adalah al-Qaim (322-323 H/934-946 M), al-Manshur
(323-341 H/946-952 M), dan al-Muizz (341-362 H/952-975 M).
Maka sejak saat itulah, dinasti Fatimiyah berhasil menjadi salah satu pusat
pemerintahan Islam yang disegani. Puncaknya, terjadi pada masa Al-Aziz (365-386
H/975-996 M). Ia adalah putra dari Al-Muizz yang bernakma Nizar dan bergelar al-
Aziz (yang perkasa). Al-Aziz, berhasil mengatasi persoalan keamanan di wilayah
Suriah dan Palestina. Bahkan, pada masanya ini pula, ia membangun istana
kekhalifahan yang sangat megah hingga mampu menampung tamu sebanyak 30 ribu
orang. Tempat-tempat ibadah, pusat perhubungan, pertanian maupun industri
mengalami perkembangan pesat

11
Sementara dalam bidang pemerintahan, Khalifah al-Aziz berhasil meredam
berbagai upaya pemberontakan yang terjadi di wilayah-wilayah kekuasaannya.
Dinasti ini dapat maju antara lain karena didukung oleh militer yang kuat,
administrasi pemerintahan yang baik, ilmu pengetahuan  berkembang, dan
ekonominya stabil. Namun setelah masa al-Aziz Dinasti Fatimiyah mengalami
kemunduran dan akhirnya runtuh, setelah berkuasa selama 262 tahun

2. Kemunduran Dunia Islam

 Kemundruan umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 s/d
tahun 1500 M. Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang
Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam, kemunduran itu oleh sebagai
diyakinikarena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional.

Dunia islam saat ini mempunyai luas wilayah mencapai sekitar 31,8  juta km atau 25% dari
seluruh luas dunia, dari Indonesia sebelah timur hingga sinegal sebelah barat dan
dari utara Turkestan hingga keselatan mozambik, dan jumlah kaum muslimin lebih
dari 1,3 miliyar orang

Tapi kuantitas umat islam yang begitu besar belum di imbangi dengan kualitasnya,
sehimgga kondisi umat islam sangat tertinggal oleh dunia barat (Kristen).
Kelemahan umat islam tersebut disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

a) Umat islam kurang menjalankan akidah islam yang luas


b) Umat islam kurang melaksanakan hukum Allah.
c) Umat islam kurang menerapkan amar ma’ruf nahi mungkar.
d) Umat islam kurang menjalankan jihad.
e) Umat islam telah terjebak dalam perbedaan-perbedaan internal
ketamakanduniawi.

12
f) Umat islam terlalu santai dan kurang memperhatikan kepentingan umat.
g) Umat islam terpengaruh arus pemikiran barat yang merusak.
h) Umat islam mengalami perpecahan dan pertikaian.
i) Upaya keras non Islam dalam mengalahkan umat islam.

Secara garis besar umat islam mengalami kemunduran dikarenakan kurang


memperhatikan pelaksanaan ajaran agamanya dan dominasi Negara-negara  barat
dalam bidang politik dan peradaaban. Menyadari kondisi yang demikian umat islam
berusaha bangkit untuk mengejar ketinggalan.

Faktor-faktor kemunduran islam di antaranya adalah:


a) Krisis dalam Bidang Sosial Politik

 Awalnya adalah rapuhnya penghayatan ajaran Islam, terutama yang terjadi


dikalangan para penguasa. Bagi mereka ajaran Islam hanya sekedar diamalkan dari
segi formalitasnya belaka, bukan lagi dihayati dan diamalkan sampai kepada
hakekat dan ruhnya. Pada masa itu ajaran Islam dapat diibaratkan bagaikan pakaian,
dimana kalau dikehendaki baru dikenakan, akan tetapi kalau tidak diperlukan ia
bisa digantungkan. Akibatnya para pengendali pemerintahan memarjinalisasikan
agama dalam kehidupannya, yang mengakibatkan munculnya penyakit rohani yang
sangat menjijikkan seperti keserakahan dan tamak terhadap kekuasaan dan
kehidupan duniawi, dengki dan iri terhadap kehidupan orang lain yang kebetulan
sedang sukses. Akibat yang lebih jauh lagi adalah muncullah nafsu untuk berebut
kekuasaan tanpa disertai etika sama sekali. Kepada bawahan diperas dan diinjak,
sementara terhadap atasan berlaku menjilat dan memuji berlebihan menjadi hiasan
mereka.

”Syariat Islam adalah demokratis pada pokoknya dan pada prinsipnya musuh bagi
absolutisme” (Stoddard, 1966: 119) Kata Vambrey,” Bukanlah Islam dan ajarannya

13
yang merusak bagian Barat Asia dan membawanya kepada keadaan yang
menyedihkan sekarang, akan tetapi ke-tanganbesi-an amir-amir kaum muslimin
yang memegang kendali pemerintahan yang telah menyeleweng dari jalan yang
benar. Mereka menggunakan pentakwilan ayat-ayat al-Quran sesuai dengan
maksud-maksud despotis mereka”.

b. Krisis dalam Bidang Keagamaan

 Krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sementara ulama jumud (konservatif) yang
menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai
permasalahan kehidupan umat Islam cukup mengikuti pendapat dari para imam
mazhab. Dengan adanya pendirian tersebut mengakibatkan lahirnya sikap
memutlakkan semua pendapat imam-imam mujtahid, padahal pada hakekatnya imam-
imam tersebut masih tetap manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan.

c. Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

 Krisis ini sesungguhnya hanya sekedar akibat dari adanya krisis dalam
bidang sosial politik dan bidang keagamaan. Pusat-pusat ilmu pengetahuan  baik yang
berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan diporak-porandakan dan
dibakar sampai punah tak berbekas. Akibatnya adalah dunia pendidikan tidak
mendapatkan ruang gerak yang memadai. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang
ada sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada para mahasiswanya untuk
melakukan penelitian dan pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan kebebasan
akademik yang menjadi ruh atau jantungnya pengembangan ilmu pengetahuan Islam
satu persatu surut dan sirna. Cordova dan Baghdad yang semula menjadi lambang
pusat peradaban dan ilmu pengetahuan beralih ke kota-kota besar Eropa.

2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Filosofis dan Teologis Kontribusi


Islam bagi Peradaban Dunia

14
1. Menggali Sumber Historis

Banyak peradaban yang hancur (mati) karena “bunuh diri” bukan karena
benturan dengan kekuatan luar. Peradaban hancur karena peradaban tersebut tidak
dibangun di atas nilai-nilai spiritualitas yang kokoh. Berbeda dengan peradaban
lainnya, peradaban Islam saat itu tumbuh berkembang dan dapat tersebar dengan
cepat dikarenakan peradaban Islam memiliki kekuatan spiritualitas. Umat Islam
kala itu bekerja keras untuk melahirkan peradaban baru dengan semangat spiritual
tinggi untuk membangun reruntuhan peradaban lama. Oleh karena itu, aspek
spiritual memainkan peran sentral dalam mempertahankan eksistensi peradaban
Islam.

Orientasi kepada spiritualitas pada masa Bani Umayyah telah mendorong


pengharagaan terhadap pluralitas sehingga beragam aliran pemikiran tumbuh dan
berkembang dalam bingkai kedaulatan Islam yang memberikan ruang bagi setiap
golongan. Amroeni Drajat mengungkapkan bahwa menurut Margaret Smith dalam
Studies in Early Mysticism in the Near and Middle East di daerah Syria, misalnya,
berkembang aliran yang bercorak Helenistik, sedangkan di Alexandria, Beirut,
Jundisyapur, Nissibis, Harran, dan Antioch berkembang aliran yang bercorak
Sabean. Terdapat bukti kuat tentang toleransi penguasa-penguasa Islam dalam
aktivitas intelektual sehingga orang-orang non-uslim memiliki kebebasan dan
berlomba dalam mengembangkan kerja pikir dan dalam pelbagai lapangan
pekerjaan.

Apabila kita menengok pemerintahan Islam secara umum, para khalifah dari Bani
Umayyah seperti Abu Hasyim Khalid ibn Yazid merintis penerjemahan karya-karya
Yunani di Syria. Juga ketika masa Bani Abbasiyah memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kegiatan intelektual yang menjadikan proses tranformasi intelektual
bergerak cepat. Khalifah Al-Ma‟mun mendirikan pusat riset dan penerjemahan di

15
Baghdad, yang ia beri nama Bait al- Hikmah  pada tahun 830 M. Banyak
penerjemah handal yang ahli menerjemahkan dan banyak dari mereka adalah non-
muslim, seperti Tsabit ibn Qurrah Al-Harrani yang berasal dari Sabean di Harran.
Menurut Margaret Smith adanya kepercayaan (agama) yang berbeda ternyata tidak
menghalangi mereka untuk bekerja sama, karena para penguasa Islam memiliki visi
yang maju ke depan dan lebih mengutamakan profesionalisme.

Gerakan penerjemahan ini menghasilkan banyak sarjana, seperti, sarjana


kimia Jabir ibn Hayyan Al-Azdi Ath-Thusi Ash-Shuff (721-815) yang
mengharumkan istana Khalifah Harun Al Rasyid; sarjana yang memiliki prestasi
besar seperti Ar-Razi (865-925), dokter klinis terbesar di dunia Islam dan Barat
yang mendapat julukan “Galennya Arab”; filsuf muslim pertama yang menguasai
filsafat Yunani, Al-Kindi (801-866) dan masih banyak lagi tokoh Islam yang
memiliki prestasi gemilang dari pelbagai bidang ilmu. Semangat umat Islam
mencari ilmu juga ditopang oleh suasana kondusif, yang memungkinkan masuknya
pemikiran-pemikiran baru.

Harun Nasution dalam Pembentukan Kebudayaan Islam menyatakan,


“Mereka dapat menerima filsafat Pythagoras, Plato, Aristoteles dan lainnya,
sungguh pun mereka bukan orang-orang beragama.” Nurcholish Madjid dalam
Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia
menyatakan,”Kreativitas akan terhambat jika suatu masyarakat terjerembab ke
dalam pandangan-pandangan atavisme dan pemujaan masa lampau.” Oleh karena
itu, dalam keadaan tertentu diperlukan kemampuan “memutuskan diri”dari budaya
masa lampau yang negatif. Kemampuan itu sendiri dihasilkan oleh sikap-sikap
kritis yang bersifat membangun. Jadi, kita sebagai umat Islam yang bergerak di
dunia modern saat ini harus tidak memandang sejarah peradaban yang pernah
dicapai pada masa lalu sebagai prestasi yang selalu diagung-agungkan. Kita harus

16
berani menggali spirit dari kemajuan masa lampau dan jangan hanya bernostalgia
dengan capaian masa lampau.

2. Menggali Sumber Sosiologis Islam

Berkembang pada masa Bani Umayyah melalui ekspansi besar-besaran


dilanjutkan pada masa Al-Walid ibn Abdul Malik pada tahun 711 M., kemudian
terus berlanjut pada masaBani Abbasiyah dan Bani Umayyah di Spanyol, akhirnya
sampai di Spanyol. Dari peradaban Islam yang ada di Spanyol, Islam mampu
memberikan pengaruh besar kepada dunia Barat yang turut serta mempelajari ilmu
pengetahuan yang ada di dunia Islam. Islam juga berkembang melalui karya-karya
ilmuwan Islam seperti Al-Farabi dengan karyanya astrolabe  di bidang astronomi.
Di bidang kedokteran muncul, seperti, Ar-Razi dan Ibnu Sina, yang salah satu
karyanya berjudul Al-Q ān ūn f ī  al-Thibb. Melalui berbagai tokoh Islam lain, yang
juga dikenal di dunia Barat dan Timur, muncul seperti Ibnu Rusyd, Al-Ghazali dan
Ibnu Zuhr yang  juga merupakan filsuf Islam.

Terdapat dua pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap


filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat
pertama mengatakan, “Bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filsuf Yunani seperti
Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354  – 430 M), yang
kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480  – 524 M) dan John
Scotus.” Pendapat kedua menyatakan, ”Bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang
Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab oleh filsuf Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi.” Terhadap pendapat pertama
Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya. Alasan yang dikemukakan Hoesin salinan
buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge  , Categories,  dan Porphyry  telah

17
dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap
Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.
Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi
sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John
Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin
kembali buku Organon  karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa
Arab, yang telah dikerjakan oleh filsuf Islam.

3. Menelusuri Sumber Filosofis dan Teologis


Umat Islam pada masa lalu telah bersungguh-sungguh menjalani “mission
sacred ”. Mereka sebagai umat penengah (wasath ) dan saksi atas-manusia serta saksi
untuk Allah, yang adil, fair , objektif, dan ḫan ī f  (penuh kerinduan dan pemihakan
kepada yang benar). Semangat para filsuf dan ilmuwan Islam untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan tidak lepas dari semangat ajaran Islam, yang menganjurkan para
pemeluknya belajar segala hal, sebagaimana perintah Allah Swt. dalam Al-Quran dan
hadis Nabi Muhammad. Ini menjadi dasar teologis yakni dengan melakukan
pengkajian yang lebih sistematis akan sumber-sumber ajaran agama dan penghargaan
yang lebih baik, namun tetap kritis kepada warisan kultural umat, dan pemahaman
yang lebih tepat akan tuntutan zaman yang semakin berkembang secara cepat. Secara
filosofis, Islam memiliki semangat membangun peradaban yang oleh Nabi
Muhammad diterjemahkan dalam bentuk “Masyarakat Madani”atau “Masyarakat
Medinah” sebagai civil society  kala rasul hidup dan terus membangun kerjasama
dengan masyarakat Medinah yang majemuk, dan berhasil membentuk “common
platform ”  atau kalimat pemersatu (kalimatun saw ā).
Dalam membangun peradaban, umat muslim sering kali mendapat hambatan
dalam dirinya sendiri, yaitu: pertama , sikap anti-Barat disebabkan pengalaman
sejarah, baik yang lama maupun yang baru; kedua pertentangan yang terjadi antara
kaum filsuf dan kaum tasawuf mengenai alat yang digunakan dalam rangka mencari
hakikat kebenaran yang terus berlanjut hingga saat ini. Pertentangan itu seharusnya

18
dapat dihindari, bilamana kedua belah pihak menyadari bahwa Tuhan telah
menganugerahi manusia dengan potensi akal dan potensi hati / kalbu. Kedua potensi
itu bisa dimiliki oleh seseorang dalam kadar yang seimbang, namun dapat pula salah
satu potensi lebih berkembang daripada lainnya.
Ada orang yang berkembang dengan potensi akalnya. Ia sangat suka
menggunakan akalnya itu untuk memecahkan sesuatu masalah. Orang ini lebih
senang melakukan olah rasio daripada olah rasa dalam pencarian kebenaran sejati dan
sangat berbakat menjadi pemikir atau filsuf. Di samping itu, ada orang yang
berkembang dengan potensi hati atau kalbunya. Ia sangat suka mengeksplorasi
perasaannya untuk memecahkan suatu masalah. Orang ini amat suka melakukan olah
rasa daripada olah rasio untuk menemukan kebenaran sejati dan sangat berbakat
menjadi seniman atau ahli tasawuf

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara tekstual sejak 14 abad yang lalu, al-Qur‟an telah
menegaskan bahwa Islam adalah ajaran universal yang visi dan misi kebenara
ajarannya melampaui  batas batas suku, etnis, bangsa dan bahasa
yaitu“rahmatan lil alamin” . Oleh karena itu, berbagai seruan dalam al-
Qur‟an yang banyak menggunakan ungkapan  berciri “kosmopolitanisme”
dan “globalisme”. Qur‟an menunjukkan konsen  pluaralismenya, yang
ditandai dengan banyak firman Allah yang dimulai dengan ungkapan “Wahai
manusia” …..,  bahkan lebih dari itu, Islam sebagai agama  penutup secara

19
instrinsik jangkauan da‟wahnya mendunia, bukan hanya pada suku, rasial,
kelompok seperti agama-ama yang mendahuluinya1.Sejak awal
perkembangannya, Islam tumbuh dalam pergumulan dengan pemikiran dan
peradaban umat manusia yang dilewatinya dan karena terlibat dalam proses
dialektika yang di dalamnya terjadi pengambilan dan pemerian. Dari
kebudayaan Arab, Islam telah mengambil dan lebih tepatnya dikatakan
memelihara dan mengembangkan beberapa hal seperti sistem moral, tata
pergaulan dan hukum keluarga, serta sistem politikpun diambil dari
kebudayaan Arab. Sebaliknya, Islam memberikan kemungkinan bagi sastra
Arab untuk berkembang mengatasi  perkembangannya pada masa sebelumnya
Al-Qur‟an dan al-Sunnah memberikan  perubahan yang nyata bagi bangsa
Arab dan bangsa-bangsa.

3.2 Saran
Kita sebagai umat islam harus melestarikan budaya,dan mengembangkan
nilai-nilai keislaman di dalam bermasyarakat dengan tidak melupakan apa
yang diperintahkannya, peradaban islam ini mengajarkan kepada kita bahwa
mempertahankan agama allah di jalanya itu sangatlah sulit begitu banyak
rintangan yang harus dilalu dan dalam penyebarannya membutuhkan proses
yang begitu panjang jadi kita sebagai umat islam yang hidup di zaman ini
mestilah banyak bersyukur atas apa yang sudah di berikan oleh allah swt.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bhulle. 2009. “pengembangan peradaban islam di dunia”


https://www.academia.edu/34033612/Bagaimana_Kontribusi_Islam_pada_Pe
ngembangan_Peradaban_Dunia/di akses 28 april 2019

Karmila, Adilla. 2011.”makalah membangun peradaban islam”


https://www.academia.edu/37764099/Kontribusi_Islam_Dalam_Peradaban_D
unia/di akses 27 april 2019

21
Muhlisin, mufa. 2010. Peran umat islam dalam pengembangan peradaban islam”
http://stitmatuban.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/T3.5.-Peran-umat-islam-
di-peradaban-modern-M.-Muhlisin-Mufa.pdf di akses pada 1 mei 2019

Rahartono. Tiara. 2009. “Kemajuan dan kemuduran agama islam di dunia”


https://www.academia.edu/34590171/Kemajuan_dan_Kemunduran_Agama_I
slam_di_Dunia/di akses 25 april 2019

Rizky, Aronia. 2010. “makalah tentang peradaban islam”


https://www.academia.edu/34997510/Makalah_kelompok_8_Kontribusi_Isla
m_terhadap_peradaban_dunia/di akses 10 mei 2019

22
 

23

Anda mungkin juga menyukai