Risiko Bunuh Diri Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Risiko Bunuh Diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan, dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. (Stuart, 2006). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012) II. Proses Terjadinya Masalah A. Faktor Predisposisi Seseorang dapat mengalami resiko bunuh diri akibat gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan juga skizofrenia. Kebribadian seseorang seperti antipasti, impulsive, dan depresi juga erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri. Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian- kejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut. B. Faktor Presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetusnya adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan. C. Jenis Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006): 1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara nonverbal. 2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya. Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi: 1. Bunuh diri anomik Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri. 2. Bunuh diri altruistic Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya. 3. Bunuh diri egoistic Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan D. Rentang Respons Respon Adaptif Respon Maladaptif
Peningkatan Berisiko Destruktif Pencederaan Bunuh diri
diri Destruktif diri tidak diri langsung
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang. 1. Peningkatan diri Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. 2. Berisiko destruktif Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. 3. Destruktif diri tidak langsung Sescorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptil) terhadap situasi yang membutuhkan mempertabankan diri. 4. Pencederaan diri Sescorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada. 5. Bunuh diri Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh dini sampai dengan nyawanya hilang E. Mekanisme Koping Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking . Mekanisme pertahankan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative. Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada seseorang.
III. A. Pohon Masalah
Effect Perilaku Kekerasan
Core Problem Risiko Bunuh Diri
Causa Harga Diri Rendah
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji Risiko bunuh diri DS: 1. Klien mengatakan keinginan bunuh diri. 2. Klien mengatakan keinginan untuk mati. 3. Klien mengatakan rasa bersalah dan keputusasaan 4. Keluarga mengatakan ada riwayat berulang percobaan bunuh diri 5. Klien berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan. 6. Klien mengatakan adanya konflik interpersonal. DO: 1. Klien tampak pasif 2. Klien menunjukanperilaku yang mencurigakan 3. Klien terlihat depresi 4. Wajah klien tampak merenung
IV. Diagnosa Keperawatan
A. Risiko Bunuh Diri B. Harga diri rendah C. Perilaku kekerasan
V. Rencana tindakan keperawatan
TUM: Klien tidak mencederai diri sendiri A. TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi Rencana Tindakan: 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun nonverbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan. c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. d. Jelaskan tujuan pertemuan. e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar B. TUK 2 Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri, Kriteria evaluasi: Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Rencana Tindakan: 1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan. 2. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. 3. Awasi klien secara ketat setiap saat C. TUK 3 Klien dapat mengekspresikan perasaannya. Kriteria evaluasi: Klien dapat mengekspresikan perasaannya Rencana Tindakan: 1. Dengarkan keluhan yang dirasakan klien. 2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan. 3. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya. 4. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. D. TUK 4 Klien dapat meningkatkan harga diri, Kriteria evaluasi: Klien dapat meningkatkan harga dirinya Rencana Tindakan: 1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. 2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu. 3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). E. TUK 5 Klien dapat menggunakan koping yang adaptif, Kriteria evaluasi: Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Rencana Tindakan: 1. Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan. 2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain. 3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain. F. TUK 6 Klien dapat menggunakan dukungan sosial, Kriteria evaluasi: Klien dapat menggunakan dukungan sosial. Rencana Tindakan: 1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu. 2. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien. 3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama). G. TUK 7 Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat, Kriteria evaluasi: Klien dapat menggunakan obat dengan tepat Rencana Tindakan: 1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat). 2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar. 3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien. 4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar. Tindakan Keperawatan
A. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien 2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien 3. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien. 4. Melakukan kontrak treatment 5. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri B. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) 1. Mengidentisifikasi aspek positif pasien 2 2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri 3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga C. Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3) 1. Mengidentisifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien 2. Menilai pola koping yng biasa dilakukan 3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif 4. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif 5. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian D. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4) 1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien 2. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis 3. Memberi dorongan pasien melakukan kehiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis
VI. Daftar Pustaka
Muhajir. (2016). ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN RESIKO BUNUH DIRI DENGAN PEMBERIAN TERAPI PENDEKATAN SPRITUAL TERHADAP PENURUNAN KEINGINAN BUNUH DIRI DI RUANG ELANG RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA. Diakses pada 29 Maret 2021, dari https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/807/MUHAJIR.pdf? sequence=1 Putri, Rizky. (2015). LAPORAN PENDAHULUAN Risiko Bunuh Diri. Diakses pada 29 Maret 2021, dari https://www.academia.edu/22085787/LAPORAN_PENDAHULUAN_Risiko_B unuh_Diri