MAKALAH
Kelompok 20
DEPOK
DESEMBER 2020
1. Lymphadenopathy Lymphoid
Penyebab paling umum dari limfadenopati serviks adalah infeksi, yang pada anak-anak
biasanya merupakan infeksi virus akut dan sembuh sendiri. Sementara beberapa
penyebab seperti mikobakteri atipikal, penyakit cat-scratch, toksoplasmosis, limfadenitis
Kikuchi, sarkoidosis, dan sindrom Kawasaki dapat menyebabkan limfadenopati persisten
dan dapat terjadi selama berbulan-bulan. Di antara kelompok ini, nodus supraklavikula
adalah yang paling mungkin menjadi ganas, dan harus selalu dipantau, bahkan pada
anak-anak.
- Lymphadenopathy pada Axillary
Gambar 1.2: Limfatik Axillary dan struktur yang mereka alirkan
Sumber: Bazemore, A. and Smucker, D., 2002. Lymphadenopathy and Malignancy. American Family
Physician, 66(11), pp.2103-2110.
Penyebab umum limfadenopati aksila adalah penyakit catscratch. Selain itu penyebab
yang lain adalah infeksi, limfoma, kanker payudara, implan silikon, brucellosis, dan
melanoma. Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin jarang bermanifestasi hanya atau
awalnya di kelenjar ketiak saja, meskipun ini bisa menjadi daerah pertama yang
ditemukan oleh pasien.
- Lymphadenopathy pada Inguinal
Limfadenopati inguinal sering terjadi, dengan pembesaran kelenjar getah bening hingga
diameter 1 hingga 2 cm pada banyak orang dewasa yang sehat, terutama mereka yang
menghabiskan waktu tanpa alas kaki di luar ruangan. Beberapa penyebab pada
limfadenopati inguinal adalah infeksi pada kaki, penyakit menular seksual (misalnya
virus herpes simpleks, infeksi gonokokus, sifilis, chancroid, granuloma inguinale,
limfogranuloma venereum), limfoma, pelvic malignancy, dan penyakit pes.
1.1 Patofisiologi
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem retikuloendotelial, yang meliputi
monosit darah, makrofag jaringan ikat, timus, limpa, sumsum tulang, tulang, jaringan
limfoid terkait mukosa dari organ viseral, pembuluh limfatik, dan cairan limfatik yang
ditemukan di cairan interstitial. Cairan limfatik bergerak ke seluruh sistem limfatik, dari
organ ke kapiler limfoid, pembuluh limfatik, dan akhirnya ke kelenjar getah bening untuk
filtrasi antigen asing. Zat asing yang ada pada sel limfoid adalah penyebab dari proliferasi
dan pembesaran sel (Maini dan Nagalli, 2020).
Apabila terdapat antigen yang menginfeksi, maka kelenjar getah bening dapat
menghasilkan sel-sel imun tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut
sehingga kelenjar getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat juga
berasal dari penambahan sel-sel imun tubuh atau karena sel-sel inflamasi (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi, inflamasi atau malignant. Pembengkakan di kelenjar getah
bening adalah salah satu reaksi alami tubuh terhadap penyakit atau infeksi (Cleveland
Clinic, 2019).
Perkembangan sel B berasal dari pluripotent stem cells dari sumsum tulang. Sel B
yang berhasil membentuk rantai imunoglobulinnya kemudian berpindah ke pusat
germinal (Germinal center) untuk memungkinkan diversifikasi antibodi melalui
hipermutasi somatik. Limfoma sel B diketahui sebagai hasil dari pergantian hipermutasi
somatik dan translokasi kromosom. Perkembangan sel-T juga dimulai dari pluripotent
stem cells, yang matang di dalam korteks timus. Sementara di korteks timus, sel T
memulai penyusunan ulang spesifik di reseptor sel T. Selain itu, translokasi kromosom
pada tingkat reseptor sel T menyebabkan limfomagenesis sel T.
Nekrosis folikel kelenjar getah bening dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai
kondisi, baik inflamasi, infeksi, dan malignant. Dominasi infiltrat neutrofilik
menunjukkan adanya infeksi bakteri, sedangkan dominasi limfositik mungkin
menunjukkan infeksi virus.
1.4 Tes
Pemeriksaan fisik terhadap kelenjar getah bening dilakukan untuk mengetahui
ukuran, kelembutan, kehangatan, dan teksturnya. Untuk membantu mengkonfirmasi
kondisi yang mendasari dugaan penyakit dapat melakukan tes darah berupa Complete
Blood Count (CBC). CBC dapat membantu mengevaluasi kesehatan secara menyeluruh
dan membantu mendeteksi gangguan, seperti infeksi dan leukimia. Rontgen dada atau CT
scan dapat membantu mengidentifikasi sumber infeksi atau tumor. Tes yang bisa
dilakukan untuk memastikan diagnosis yaitu biopsi kelenjar getah bening. Biopsi
kelenjar getah bening dilakukan dengan mengambil sampel ataupun seluruh kelenjar
getah bening untuk pemeriksaan mikroskopis.
2. Limfoma Hodgkin
2.1 Patofisiologi
Reed-Sternberg (RS) sel adalah sel tumor diagnostik dalam limfoma hodgkin
klasik (CHL). Pada umumnya sel RS berukuran besar dan binukleat dengan varian
mononuklir. Sel RS diturunkan dari sel B di pusat germinal yang mengalami mutasi
gen imunoglobulin di wilayah variabel IgH. Mutasi tersebut menyebabkan terjadinya
apoptosis dan penyakit limfoma sistemik. Sel telah kehilangan kapasitasnya untuk
mengekspresikan reseptor sel B berafinitas tinggi dan lolos dari seleksi negatif. Sel B
diketahui memasuki pusat germinal dengan apoptosis yang dimediasi oleh FAS yang
diaktifkan. Beberapa jalur pensinyalan yang diaktifkan secara menyimpang dan faktor
transkripsi berkontribusi pada penyelamatan sel RS dengan menghindari terjadinya
apoptosis. Apoptosis dapat dicegah dengan up-regulasi dari inhibitor yang disebut
c-FLIP (inhibitor yang dimediasi FAS apoptosis) serta Nuclear Transcription Factor
(NF-κβ) tingkat tinggi pada sel RS. Pada kondisi normal, NF-κβ berada dalam keadaan
tidak aktif di sitoplasma sel, diaktifkan secara sementara di bawah kendali ketat sinyal
stimulasi. NF-κβ tidak teraktivasi karena dianggap sebagai konsekuensi dari EBV
ekspresi gen virus LMP1, yang memberikan sinyal intrinsik untuk regulasi NF-κB
dalam EBV tumor positif. Apabila NF-κβ teraktivasi, maka akan memberikan sinyal
'penyelamatan' ke sel B pusat germinal yang ditakdirkan apoptosis, karena
ketidakmampuannya untuk mengekspresikan sel B. Ketika populasi sel ini berlanjut,
sel-sel mengalami ekspansi klonal yang tidak terkendali, sehingga memeroleh mutasi
tambahan, yang mendorong mereka menuju fenotipe sel HRS ganas. Kemudian sel RS
akan mengeluarkan lingkungan dari sitokin, yang mendorong akumulasi karakteristik
infiltrat inflamasi non-ganas dari limfoma hodgkin klasik.
Pada Nodular Lymphocyte Predominant HL (NLPHL), sel diagnostiknya berupa
limfosit dan histiosit. NLPHL melakukan penataan ulang gen imunoglobulin klonal
dengan mutasi yang sedang berlangsung (mutasi yang menguntungkan). Reseptor pada
gen yang bermutasi tinggi kehilangan afinitas terhadap antigen, sehingga mengalami
apoptosis. Sel limfosit dan histiosit menolak berdiferensiasi lebih lanjut menjadi sel
memori dan sel plasma, dan memilih untuk bertahan hidup.
2.4 Tes
Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis limfoma hodgkin adalah sebagai
berikut:
● Uji Fisik
Pemeriksaan kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan selangkangan. Limpa dan
hati juga diperiksa dalam uji fisik.
● Biopsi
Biopsi merupakan tes diagnostik yang umum digunakan. Sel akan diambil dari
sampel biopsi yang akan diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari sel
Reed-Sternberg. Biopsi digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan tumor
dan mengevaluasi apakah penyakit telah menyebar. Pada umumnya melihat
sampel jaringan di bawah mikroskop cukup untuk mendiagnosis limfoma
hodgkin, tetapi terkadang diperlukan lebih banyak tes laboratorium.
Imunohistokimia merupakan tes laboratorium yang dapat mencari protein spesifik
dalam sel, seperti CD15 dan CD30. Kedua protein tersebut ditemukan di
permukaan sel Reed-Sternberg dalam limfoma hodgkin klasik.
● Tes Pencitraan
Limfoma hodgkin sering mengalami pembesaran kelenjar getah bening di dada,
sehingga dapat dilakukan rontgen dada. Untuk mengetahui limfoma hodgkin di
leher, dada, perut, dan panggul dapat menggunakan CT scan. Selain itu, CT scan
juga dapat digunakan untuk memandu jarum biopsi ke area yang mencurigakan.
Penggunaan MRI serupa dengan CT scan, yaitu untuk menunjukkan jaringan
lunak pada tubuh. Namun, MRI jarang digunakan dalam mendiagnosa limfoma
hodgkins. MRI dapat digunakan jika penyebarannya kemungkinan sampai ke
sumsum tulang belakang atau otak. PET scan memiliki kamera khusus yang
digunakan untuk menggambar bagian-bagian tubuh pengumpulan radioaktivitas.
Hasil gambar PET scan tidak sedetail CT scan ataupun MRI. Namun, beberapa
mesin dapat melakukan pemindaian PET dan CT scan secara bersamaan.
Gabungan kedua pemindaian tersebut dapat membantu menentukan area limfoma
dengan lebih baik daripada menggunakan CT scan saja.
● Tes Darah
Tes darah tidak digunakan untuk mendiagnosis limfoma hodgkin, melainkan
untuk mengetahui memahami kemajuan limfoma hodgkin dan mengetahui
seberapa baik seseorang mentoleransi terhadap pengobatan tertentu. Complete
Blood Count (CBC) adalah tes yang digunakan untuk mengukur tingkat sel yang
berbeda dalam darah. Orang dengan limfoma hodgkin terkadang memiliki jumlah
darah yang tidak normal.
● Pemindaian Tulang
Limfoma hodgkin terkadang menyebabkan kerusakan tulang, yang dapat
diketahui dari pemindaian tulang. Pemindaian tulang hanya dilakukan apabila
seseorang mengalami nyeri tulang atau memiliki hasil tes laboratorium yang
menunjukkan limfoma mungkin telah mencapai tulang.
3. Limfoma Non-Hodgkin
Gambar 3.1: Pembesaran kelenjar getah bening di area rahang pasien dengan limfoma non-Hodgkin.
Sumber: Martin, P. and Leonard, J., 2020. Non-Hodgkin Lymphomas. [online] MSD Manual Professional
Edition. Available at:
<https://www.msdmanuals.com/professional/hematology-and-oncology/lymphomas/non-hodgkin-lympho
mas#v975738> [Accessed 3 December 2020].
3.1 Patofisiologi
LNH digambarkan sebagai ekspansi klonal progresif dari sel B, sel T, atau sel NK.
Sebagian besar (85 sampai 90%) limfoma non-Hodgkin timbul dari limfosit B; sisanya
berasal dari limfosit T atau sel natural killer. Translokasi kromosom dapat mengaktifkan
onkogen, atau lokus supresor tumor dapat dinonaktifkan dengan delesi atau mutasi
kromosom. Subtipe tertentu mungkin telah mengubah genom oleh virus onkogenik. Lesi
genetik yang mempengaruhi proto-onkogen atau gen penekan tumor mengakibatkan sel
menjadi immortal dan mengakibatkan peningkatan jumlah sel ganas. Beberapa subtipe
pada LNH dapat diidentifikasi dengan specific diagnostic markers yang berkaitan dengan
berbagai lesi sitogenik.
Limfoma kemungkinan besar berasal dari mutasi pada gen seluler (banyak di
antaranya disebabkan oleh lingkungan) dalam satu sel, yang menyebabkan hilangnya
kendali proliferasi dan aspek pertumbuhan sel lainnya. Jenis perubahan kromosom yang
paling umum di LNH adalah translokasi, hal ini mengganggu gen yang dikodekan di
breakpoint. Tumor LNH dikategorikan berdasarkan tingkat diferensiasi, sel asal, dan
kecepatan proliferasi sel. Agresivitas tumor dari banyak LNH sel B dapat diprediksi oleh
pola pertumbuhan dan ukuran sel. Tumor dengan pola nodular yang khas dan
samar-samar menyerupai struktur folikel limfoid, umumnya kurang agresif dibandingkan
limfoma, dengan pola proliferasi yang menyebar. Limfoma limfosit kecil kurang agresif
dibandingkan limfoma sel besar, yang umumnya tingkat agresivitasnya menengah hingga
tinggi.
Gambar 3.1.1: Pembesaran kelenjar getah bening di leher pada pasien limfoma non-hodgkin.
Sumber: Martin, P. and Leonard, J., 2020. Non-Hodgkin Lymphomas. [online] MSD Manual Professional
Edition. Available at:
<https://www.msdmanuals.com/professional/hematology-and-oncology/lymphomas/non-hodgkin-lympho
mas#v975738> [Accessed 3 December 2020].
3.4 Tes
Biopsi merupakan cara untuk memastikan seseorang mengidap limfoma
non-hodgkin. Namun dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut karena banyak gejala limfoma
non-hodgkin yang disebabkan masalah lain, seperti infeksi. Biopsi yang umum digunakan
untuk mendiagnosis limfoma non-hodgkin adalah biopsi eksisi atau insisi. Biopsi eksisi
merupakan pengangkatan seluruh kelenjar getah bening, sedangkan biopsi insisi hanya
mengangkat sebagian kecil dari tumor atau nodus. Biopsi jarum dapat dilakukan apabila
kelenjar getah bening membesar karena infeksi atau penyebaran kanker dari organ lain.
Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh penyakit
telah menyebar dan seberapa baik tubuh berfungsi dapat menggunakan tes berupa CT
scan dada dan perut, ultrasonografi, PET/CT scan, tes darah, dan pemeriksaan sumsum
tulang. CT scan berguna untuk menggambarkan penampang tubuh secara rinci.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk melihat kelenjar getah bening di dekat permukaan
tubuh, atau untuk mencari kelenjar getah bening yang membesar di perut atau organ
seperti hati dan limpa. PET dan CT scan pada saat yang bersamaan dapat membantu
menentukan area limfoma dengan lebih baik daripada CT scan saja. Tes tulang biasanya
hanya dilakukan apabila seseorang mengalami nyeri tulang atau memiliki hasil
laboratorium yang menunjukkan bahwa limfoma mungkin telah mencapai tulang.
4. Limfoma Burkitt
Limfoma burkitt adalah limfoma non-Hodgkin yang berkembang dari sel B. Limfoma
burkitt didefinisikan sebagai translokasi kromosom yang melibatkan 8q24, yaitu onkogen
MYC. Limfoma jenis ini sangat agresif dan tumbuh sangat cepat. Sel tumor pada
limfoma burkitt memiliki inti yang cukup seragam, sehingga memberikan tampilan yang
monoton. Sel tumor berukuran sedang dan biasanya berbentuk bulat atau inti oval dan
dua sampai lima nukleolus yang berbeda. Tanda panah pada gambar 4.1 menunjukkan
adanya aktivitas mitosis dan nukleolus yang menonjol pada sel. Limfoma burkitt
memiliki tiga jenis utama, diantaranya adalah:
● Limfoma burkitt sporadis
Jenis limfoma burkitt yang paling umum terjadi di Inggris. Limfoma burkitt
sporadis berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV merupakan
virus yang menyebabkan demam kelenjar (mononukleosis).
● Limfoma burkitt endemik
Limfoma burkitt endemik lebih banyak terjadi di daerah dimana malaria tersebar
luas (endemik), seperti Afrika, Brazil, dan Papua Nugini. Selain berkaitan dengan
malaria, limfoma burkitt jenis ini berkaitan juga dengan EBV. Pada umumnya
limfoma burkitt endemik terjadi pada anak-anak. Pria lebih sering terkena
limfoma tipe ini daripada wanita. Tempat berkembangnya limfoma ini di rahang,
wajah, usus, atau saluran kemih.
● Limfoma burkitt imunodefisiensi
Limfoma burkitt jenis ini terkadang berkembang pada orang yang tinfeksi HIV
atau yang pernah menjalani transplantasi organ.
Gambar 4.1: Sel Burkitt Limfoma
Sumber: Rubin, E. and Reisner, H., 2014. Essentials Of Rubin's Pathology. 6th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
4.1 Patofisiologi
Sebagian besar limfoma burkitt berkaitan dengan EBV. Namun, pada daerah
non-endemik, 80% tumor ini tidak berkaitan dengan EBV. EBV dapat menyebabkan
tumor sel B karena EBV menggunakan reseptor komplemen CD21 untuk menempel,
sehingga menginfeksi sel B. Secara in vitro, infeksi tersebut menyebabkan proliferasi sel
B poliklonal dan pembentukan garis sel limfoblastik B yang bertahan sepanjang hidup.
Dari hasil tersebut, EBV mengkodekan dua gen. Satu gen yang dikodekan oleh EBV
adalah LMP1 (protein membran laten 1) yang berperan sebagai onkogen. LMP1
mendorong proliferasi sel B untuk meniru efek dari kunci permukaan reseptor yang
dikenal sebagai CD40. Pada umumnya CD40 diaktifkan melalui interaksi dengan ligan
CD40 yang diekspresikan terutama pada sel T, sedangkan LMP1 aktif secara konstitutif
dan menstimulasi pensinyalan melalui jalur NF-κβ dan JAK / STAT, yang keduanya
mendorong proliferasi dan kelangsungan hidup sel B. Oleh karena itu, virus jadi memakai
jalur aktivasi sel B normal untuk mempromosikan replikasinya sendiri dengan
memperluas kumpulan sel yang terinfeksi. Gen lainnya yang dikodekan oleh EBV, yaitu
EBNA2. EBNA2 mentransaktivasi beberapa gen inang, termasuk cyclin D dan keluarga
proto-onkogen SRC. Selain itu, genom EBV mengandung sitokin virus yang dapat
mencegah makrofag dan monosit untuk mengaktifkan dan membunuh sel T yang
terinfeksi virus. Sitokin tersebut adalah vIL-10 yang sudah dibajak oleh genom inangnya.
Sebagian kecil sel B yang terinfeksi EBV dapat menurunkan ekspresi protein virus
imunogenik seperti LMP1 dan EBNA2, serta memasuki kumpulan sel B memori yang
yang bertahan sepanjang hidup.
EBV berkontribusi pada genesis limfoma burkitt endemik dengan infeksi yang
menyertai seperti malaria, yang mengganggu kekebalan sehingga memungkinkan
proliferasi sel B. Kemudian, sebagian besar sel B akan dihilangkan oleh sel T sitotoksik
dan sebagian kecilnya tetap bertahan. Kemungkinan sel limfoma keluar dari sisa populasi
hanya dengan akuisisi mutasi tertentu. Mutasi yang umumnya terjadi adalah translokasi
yang mengaktifkan onkogen MYC. Translokasi kromosom yang terjadi mengakibatkan
ekspresi berlebih dari proto-onkogen MYC dan hilangnya kontrol pertumbuhan sel. Pada
umumnya translokasi yang terjadi adalah antara kromosom 8 dan 14. Kromosom 8 yang
mengandung gen MYC akan ditranslokasikan ke kromosom 14 yang berdekatan dengan
kode gen rantai berat imunoglobulin. Hasil dari mutasi tersebut yang memungkinkan
induksi EBV mengevolusi limfoma burkitt.
4.4 Tes
Mendiagnosis limfoma burkitt adalah dengan operasi kecil, yaitu biopsi. Sampel
jaringan yang dipengaruhi oleh limfoma akan diangkat, lalu diperiksa di bawah
mikroskop untuk mengetahui jenis limfoma tersebut. Tes lain untuk mengetahui letak
limfoma pada tubuh dapat melakukan CT scan yang dikombinasikan dengan PET scan.
Untuk mencari sel limfoma dalam cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, tes
yang dapat dilakukan adalah pungsi lumbal. Selain itu, tes darah juga merupakan tes
tambahan untuk memeriksa jumlah sel darah dan menguji seberapa baik hati dan ginjal
bekerja dalam tubuh.
5. Lymphoblastic Lymphoma
Pada umumnya terjadi pembengkakan terjadi tanpa rasa sakit di leher, ketiak,
atau selangkangan. Pada 50-75% orang terjadi benjolan pada dada bagian dalam sentral
(massa mediastinal) yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas (dispnea) dan nyeri
dada. Beberapa orang juga mengalami gejala B, yaitu keringat di malam hari, demam
tanpa penyebab yang jelas, dan penurunan berat badan. Area tubuh lain yang dapat
terpengaruh termasuk kelenjar timus, hati, limpa, kulit, testis, dan otak. Kelelahan dan
kehilangan nafsu makan juga sering terjadi. Secara garis besar, tanda dan gejala
terpenting dari Lymphoblastic Lymphoma dibagi menjadi tiga, yaitu:
● Berhubungan dengan fungsi sumsum. Gejala ini diantaranya adalah kelelahan
akibat anemia, demam karena infeksi sekunder akibat neutropenia, dan
perdarahan karena trombositopenia.
● Efek massa yang disebabkan infiltrasi neoplastik, diantaranya adalah nyeri tulang
akibat ekspansi dan infiltrasi sumsum dari subperiosteum. Limfadenopati umum,
splenomegali, dan hepatomegali juga termasuk efek dari infiltrasi neoplastik.
Pada lymphoblastic lymphoma akut, efek yang diberikan adalah komplikasi yang
berhubungan dengan kompresi pembuluh darah besar dan saluran udara di
mediastinum.
● Manifestasi sistem saraf pusat akibat penyebaran meningeal, termasuk sakit
kepala, muntah, dan saraf kelumpuhan.
5.4 Tes
Imaging test y ang bisa dilakukan adalah CT scan, PET scan, dan MRI. CT scan
dan PET scan pada dada dan perut digunakan untuk memastikan lokasi awal penyakit,
sedangkan MRI berguna untuk dugaan keterlibatan tulang belakang, tengkorak, dan
struktur otak, atau jantung. Untuk mengevaluasi awal pasien, lebih baik dilengkapi
dengan analisis hitung darah dan konsentrasi LDH serum, serta tes fungsi hati dan ginjal.
Daftar Pustaka
● American Cancer Society. 2020. Hodgkin Lymphoma Diagnosis | Tests For Hodgkin
Lymphoma. [online] Available at:
<https://www.cancer.org/cancer/hodgkin-lymphoma/detection-diagnosis-staging/how-dia
gnosed.html> [Accessed 4 December 2020].
● American Cancer Society. 2018. Tests For Non-Hodgkin Lymphoma. [online] Available
at:
<https://www.cancer.org/cancer/non-hodgkin-lymphoma/detection-diagnosis-staging/ho
w-diagnosed.html> [Accessed 1 December 2020].
● Bassan, R., Maino, E. and Cortelazzo, S., 2016. Lymphoblastic lymphoma: an updated
review on biology, diagnosis, and treatment. European Journal of Haematology, 96(5),
pp.447-460. doi: 10.1111/ejh.12722.
● Bazemore, A. and Smucker, D., 2002. Lymphadenopathy and Malignancy. American
Family Physician, 66(11), pp.2103-2110.
● Cancer Treatment Centers of America. 2019. How To Test, Diagnose And Detect
Hodgkin Lymphoma. [online] Available at:
<https://www.cancercenter.com/cancer-types/hodgkin-lymphoma/diagnosis-and-detectio
n> [Accessed 1 December 2020].
● Cancer Research UK., 2020. Burkitt Lymphoma | Non-Hodgkin Lymphoma | Cancer
Research UK. [online] Available at:
<https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/non-hodgkin-lymphoma/types/burkitt-l
ymphoma> [Accessed 1 December 2020].
● Canadian Cancer Society. n.d. Lymphoblastic Lymphomas. [online] Available at:
<https://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-type/non-hodgkin-lymphoma/non-
hodgkin-lymphoma/more-types-of-nhl/lymphoblastic-lymphoma/?region=on> [Accessed
3 December 2020].
● Cleveland Clinic. 2019. Swollen Lymph Nodes (Lymphadenopathy). [online] Available at:
<https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15219-swollen-lymph-nodes> [Accessed
2 December 2020].
● Ferrer, R., 1998. Lymphadenopathy: Differential Diagnosis and Evaluation. American
Family Physician, 58(6), pp.1313-1320.
● Graham, B. and Lynch, D., 2020. Burkitt Lymphoma. [online] Ncbi.nlm.nih.gov.
Available at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538148/?report=printable>
[Accessed 1 December 2020].
● Kaseb H, Babiker HM., 2020. Hodgkin Lymphoma. StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing.
● Kumar, V., Abbas, A., Aster, J., Biernat, W., Olszewski, W., Perkins, J., Robbins, S.,
Chang, A. and Burstein, H., 2019. Robbins Patologia. 10th ed. Wrocław: Edra Urban &
Partner.
● Lash, B., 2020. Hodgkin Lymphoma: Practice Essentials, Background, Pathophysiology
[online] Available at:
<http://emedicine.medscape.com/article/201886-overview#show-all> [Accessed 2
December 2020].
● Leukaemia Foundation. 2019. Lymphoblastic Lymphoma. [online] Available at:
<https://www.leukaemia.org.au/blood-cancer-information/types-of-blood-cancer/lympho
ma/non-hodgkin-lymphoma/lymphoblastic-lymphoma/> [Accessed 3 December 2020].
● Loeffler, A. and Hart, M., 2018. Introduction To Human Disease. 7th ed. Jones & Bartlett
Learning.
● Lymphoma Action. 2020. Lymphoma Action | Burkitt Lymphoma. [online] Available at:
<https://lymphoma-action.org.uk/types-lymphoma-non-hodgkin-lymphoma/burkitt-lymp
homa> [Accessed 1 December 2020].
● Lymphoma Australia. n.d. Lymphoblastic Lymphoma (LL) - Lymphoma Australia.
[online] Available at:
<https://www.lymphoma.org.au/types-of-lymphoma/non-hodgkin-lymphoma/aggressive-
fast-growing-b-cell-nhl/lymphoblastic-lymphoma-ll/> [Accessed 4 December 2020].
● Lymphoma Research Foundation. n.d. Non-Hodgkin Lymphoma Diagnosis - Lymphoma
Research Foundation. [online] Available at:
<https://lymphoma.org/aboutlymphoma/nhl/nhldiagnosis/> [Accessed 1 December
2020].
● Maini, R. and Nagalli, S., 2020. Lymphadenopathy. [online] Ncbi.nlm.nih.gov. Available
at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558918/> [Accessed 2 December 2020].
● Macmillan.org.uk. 2018. Lymphoblastic Lymphoma. [online] Available at:
<https://www.macmillan.org.uk/cancer-information-and-support/lymphoma/lymphoblasti
c-lymphoma> [Accessed 1 December 2020].
● Martin, P. and Leonard, J., 2020. Non-Hodgkin Lymphomas. [online] MSD Manual
Professional Edition. Available at:
<https://www.msdmanuals.com/professional/hematology-and-oncology/lymphomas/non-
hodgkin-lymphomas#v975738> [Accessed 3 December 2020].
● Mayo Clinic. 2020. Hodgkin's Lymphoma (Hodgkin's Disease) - Diagnosis And
Treatment - Mayo Clinic. [online] Available at:
<https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hodgkins-lymphoma/diagnosis-treatme
nt/drc-20352650> [Accessed 1 December 2020].
● Mayoclinic.org. 2019. Swollen Lymph Nodes - Diagnosis And Treatment - Mayo Clinic.
[online] Available at:
<https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/swollen-lymph-nodes/diagnosis-treatm
ent/drc-20353906> [Accessed 2 December 2020].
● Mayo Clinic. 2019. Swollen Lymph Nodes - Symptoms And Causes. [online] Available
at:
<https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/swollen-lymph-nodes/symptoms-cause
s/syc-20353902> [Accessed 2 December 2020].
● McCance, K., Huether, S., Brashers, V. and Rote, N., 2019. Pathophysiology. 8th ed.
Elsevier.
● McCance, K.L. and Huether, S. E., 2019. Pathophysiology: The Biologic Basis for
Disease in Adults and Children. 8th ed. Missouri: Elsevier.
● Molyneux, E., Rochford, R., Griffin, B., Newton, R., Jackson, G., Menon, G., Harrison,
C., Israels, T. and Bailey, S., 2012. Burkitt's lymphoma. The Lancet, 379(9822),
pp.1234-1244. doi: 10.1016/s0140-6736(11)61177-x.
● Mount Sinai Health System. n.d. Swollen Lymph Nodes. [online] Available at:
<https://www.mountsinai.org/health-library/symptoms/swollen-lymph-nodes> [Accessed
2 December 2020].
● Murti, K .,2015. Burkitt Lymphoma. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 2 (2). ISSN
2406-7431
● Nhs.uk. 2018. Non-Hodgkin Lymphoma - Causes. [online] Available at:
<https://www.nhs.uk/conditions/non-hodgkin-lymphoma/causes/> [Accessed 2
December 2020].
● Nhs.uk. 2018. Non-Hodgkin Lymphoma - Symptoms. [online] Available at:
<https://www.nhs.uk/conditions/non-hodgkin-lymphoma/symptoms/> [Accessed 4
December 2020].
● Reisner, E and Reisner, H. 2017. Human Disease Pathology and Pathophysiology
Correlations. Ed 10th. Jones & Bartlett Learning.
● Reksodiputro, A. H. and Irawan, C., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: InternaPublishing.
● Rubin, E. and Reisner, H., 2014. Essentials Of Rubin's Pathology. 6th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
● Sapkota, S. and Shaikh, H., 2020. Non-Hodgkin Lymphoma. [online] Ncbi.nlm.nih.gov.
Available at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559328/> [Accessed 2
December 2020].
● The Children’s Hospital of Philadelphia. n.d. Lymphadenopathy. [online] Available at:
<https://www.chop.edu/conditions-diseases/lymphadenopathy#> [Accessed 2 December
2020].