ETIK UMB
02
FEB Manajemen U001700009 Sri Anah, S.E., M.M.
Abstract Kompetensi
Manusia adalah makhluk yang tak pernah berhenti Setelah mempelajari modul ini
berpikir. Mungkin hanya pada saat tidur saja kita diharapkan mahasiswa mampu
berhenti berpikir. Dari berpikir itulah manusia menjadi menemahami dan menjelaskan
ada, sebagaimana dikatakan filosof Rene Descartes: mengenai:
“Aku berpikir, maka aku ada”. Berpikir merupakan 1. Diri
proses kreatif untuk menemukan berbagai hal, 2. Konsep diri
berbagai realitas kehidupan, termasuk untuk 3. Pembukaan diri
memikirkan siapa manusia itu sendiri. 4. Faktor penghambat dalam
mengenal diri
MODUL 2
MENGENALI POTENSI DIRI
PENGANTAR
Manusuia adalah makhluk Tuhan yang unik, tidak saja dilengkapi dengan
panca indera, tetapi juga dilengkapi dengan akal-pikiran. Itulah yang
membedakan manusua dengan makhluk lain. Banyak para pemikir yang
berpendapat bahwa manusia selamanya akan menjadi misteri, atau manusia
adalah rahasia Tuhan. Kerapkali manusia atau kita dapat mengetahui berbagai
hal dari kompleksitas kehidupan sosial yang tanpa batas, tetapi kita amat
terbatas untuk meneliti diri sendiri. Pepatah yang mengatakan: “semut
diseberang lautan terlihat, tetapi gajah di pelupuk mata tidak terliat”, menjadi
agak relevan untuk konteks ini.
Secara sederhana, mengenal diri berarti tahu tentang dirinya sendiri yang
pada gilirannya akan melahirkan konsep diri. Konsep diri memiliki pengaruih
besar dalam hidup seseorang. Konsep diri yang baik akan berakibat baik (positif)
terhadap dirinya sendiri, dan sebaliknya apabila konsep dirinya buruk (negatif)
berakibat buruk pula terhadap dirinya (Triwidodo, 2004:40).
Untuk mampu mengenal diri, terlebih dahulu kita harus mengatahui diri
(self). Diri adalah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran
seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa
yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan
perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitasnya, dan segala miliknya. Diri
seseorang adalah jumlah total dari apa yang bisa disebut kepunyaannya (Sobur,
2003:499).
Dari definisi di atas, ternyata diri memiliki pengetian yang luas dan
mendalam, terutama yang berkaitan dengan dimensi atau kualitas kejiwaan
seseorang. Namun demikian, meskipun diri lebih berorientasi psikis, tetpai
secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa diri meliputi totalitas fisik dan
psikis (jasmani dan rohani).
1. Tentang fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung di
dalamnya.
2. Suatu area luas yang bisa kita sebut diri sebagai proses: suatu aliran akal
pikiran, emosi, dan perilaku kita yang konstan.
3. Diri sosial, yaitu suatu konsep yang penting bagi ahli-ahli sosial. Diri
sosial terdiri dari akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai
respons secara umum terhadap orang lain dan masyarakat.
Prinsip konsep diri adalah pandangan saya yang menyeluruh tentang diri
saya sendiri: who am I. Konsep diri mengarah kepada kesadaran tentang diri
sendiri, keberadaannya, fungsi dari keberadaan itu sendiri. Konsep diri yang baik
menjadikan seseorang menjadi mandiri. Kemandirian adalah wujud kematangan
pribadi seseorang, yang tahu siapa dan apadia sebenarnya.
ANALISIS SWOT
Konsep diri tidak dibawa manusia sejak lahir, melainkan diajarkan melalui
proses sosial di masyarakat. Konsep diri diperoleh melalui hubungan
antarsesama. Kita mengetahui bahwa kita ini dan itu, atau pintar – bodoh, karena
umpan balik dari orang lain. Konsep diri ada dan berkembang melalui proses
interaksi (Syam, 2009:54).
Pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain
dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung
secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan
relasi yang terbuka antara kita dengan orang lain. Hubungan antarpribadi yang
harmonis akan ditandai oleh kemampua dari kedua belah pihak dalam membuka
diri, sehingga dengan cara demikian akann terjadi komunikasi yang setara
(equal). Bila equalitas dalam komunikasi tidak tercapai, maka kemungkinan
besar satu sama lain akan memutuskan hubungan antarpribadi tersebut.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membuka diri. Menurut Johnson
(Supratiknya, 1995:15), manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap
hubungan antarpribadi adalah:
2) Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain
tersebut menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri
kepada kita.
1. Indiferentisme, yaitu sikap hidup yang apatis, dingin, tidak perduli, acuh
tak acuh. Manusia yang dihinggapi indiferentisme memandang bahwa
hidup ini tak ada bedanya: sedih-gembira, baik-buruk, dan lain-lain. Ia
apatis terhadap diri dan lingkungannya.
4. Selalu cemas apa yang akan dikatakan orang lain terhadap dirinya.
Sikap ini akan menjadi penghambat serius untuk mengaktualisasikan
diri. Orang yang memiliki selalu cemas kerapkali tidak bisa menerima
keadaan apabila orang lain mengkonseptualisasikan dirinya berbeda
dengan keinginannya. Orang ini lebih mementingkan rasa aman
sehingga ia memiliki hambatan untuk mengungkapkan dirinya.
5. Enggan menolong orang lain. Di samping ada orang yang suka atau
gemar menolong orang lain, ada juga orang yang justeru enggan
menolong orang lain. Sikap ini pada akhirnya membentuk citra diri
negatif yang sudah barang tentu akan merugkan dirinya. Orang
disekelilingnya akan berpendapat bahwa orang yang yang enggan
menolong orang lain memiliki konsep diri yang negatif.
4. Agar kita memahami arti motivasi guna mewujudkan cita-cita yang kita
inginkan.
10. Agar diperoleh pemahaman tentang arti dan makna kreativitas dalam
meniti karir, dan peningkatan kualitas kemampuan intelektual.
11. Agar kita dapat memahami dan memaknai mengani ketangguhan diri
dalam mencapai keberhasilan hidup.
12. Agar kita dapat memahami arti dan makna penyesuaian diri di dalam
lingkungan kerja, dan lingkungan sosial di mana kita berada.
2. Berpikir positif. Berpikir positif berarti kita memulai sesuatu dengan energi
positif, sehingga besar kemungkinan apa yang dipikirkan secara positif
akan mencapai keberhasilan.
Diri kita siapa ? Apa kelemahan dan kekuatan kita ? Mau kemana kita
berangkat ? Apa tujuan kita ? dan lain-lain, sepenuhnya sangat tergantung
kepada diri kita sendiri. Kita diberikan otonomi yang luas oleh Tuhan, asalakan
apa yang kita pikirkan dan kita perbuat dapat dipertanggung jawabkan secara
etis, moral dan agama.
Calhoun, James F., and Joan Ross Acocella, 1990. Psychology of Adjusment
and Human Relatipon, Third Editionship. New York: McGraw-Hill
Publishing Company.