1. Tiffanny Far-Far
2. Febyanti Rumra
3. Rosmaya Sulan Suat
4. Nuraini Rahayaan
5. Josepus Simon Tahiya
B. TUJUAN PENGENDALIAN
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit cacar air (varicella) yang ada
saat ini adalah pemberian vaksinasi.
1. Vaksinasi
Vaksinasi diberikan dalam bentuk single live-attenuated strain
vaccine (OKA strain) yang sudah terbukti aman, ditoleransi baik dengan
efek samping yang minimal (demam dan ruam minimal), dan memiliki
tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun (angka
serokonversi positif mencapai 99,3%). Pemberian vaksin dilakukan
secara subkutan dengan menggunakan dosis 0,5 mL.
Menurut jadwal dari World Health Organization (WHO) dan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksinasi varicella rutin diberikan kepada
anak-anak yang belum pernah menderita varicella dengan cara diberikan
1 dosis vaksinasi varicella pada usia di atas 12 bulan, atau sebisa
mungkin sebelum masuk sekolah dasar. Vaksinasi varicella bisa juga
diberikan pada anak berusia lebih dari 13 tahun yang belum pernah
menderita cacar air atau belum divaksin, dengan cara diberikan 2 dosis
vaksinasi cacar air dengan interval minimal 28 hari.
Vaksinasi susulan bisa diberikan kepada siapapun yang belum
pernah mendapat vaksinasi cacar air lengkap dan tidak pernah terkena
cacar air, dengan cara diberikan satu atau dua dosis. Namun harus
diingat bahwa waktu pemberian kedua dosis bergantung kepada usia
individu dan sebaiknya dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter
mengenai waktu pemberiannya.
Menurut jadwal vaksinasi dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI), vaksinasi varicella tidak termasuk dalam
imunisasi dasar lengkap. Adapun yang termasuk dalam imunisasi dasar
lengkap adalah imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio, kombinasi DPT-
Hepatitis B, dan Campak.
Ada beberapa individu yang tidak boleh atau sebaiknya menunggu
untuk divaksin cacar air (varicella), yaitu :
a) Pasien dengan reaksi alergi yang mengancam nyawa terhadap
gelatin/agar-agar, antibiotik neomycin atau dosis vaksinasi cacar
air sebelumnya
b) Pasien sakit ringan atau parah saat jadwal suntikan sebaiknya
menunggu sampai sembuh sebelum mendapatkan imunisasi
cacar air
c) Wanita hamil sebaiknya jangan mendapatkan vaksinasi cacar air
sampai melahirkan, dan sebaiknya tidak hamil dalam rentang 1
bulan setelah mendapat vaksinasi cacar air
d) Individu yang memerlukan konsultasi terlebih dahulu dengan
dokter untuk mengetahui apakah vaksinasi cacar air dibutuhkan.
Seperti pada pasien dengan gangguan sistem imun, penderita
kanker, dan pasien yang mengonsumsi steroid
e) Individu yang baru menjalani transfusi darah atau menerima
produk darah sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu mengenai
waktu yang tepat untuk pemberian vaksin
Setelah vaksinasi cacar air (varicella), dapat timbul reaksi, seperti
rasa sakit atau bengkak pada area suntikan, demam, dan ruam ringan.
Pada kasus yang jarang dapat timbul kejang demam ataupun radang
paru-paru.
C. PENGENDALIAN VEKTOR
Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit menular
adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit) untuk
memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam pengendalian
vektor adalah mengetaui bionomik vektor, yaitu tempat kontak vektor dan
manusia.
Upaya pengendalian vektor dengan menggunakan bahan kimia ternyata
tidak cukup aman, karena walaupun dapat menurunkan populasi vektor dengan
segera, penggunaan bahan kimia yang berlebihan juga mempunyai dampak
yang berlebihan juga mempunyai dampak yang merugikan terhadap lingkungan,
yaitu menurunnya kualitas lingkungan
Selama ini sebenarnya sebagian masyarakat sudah mengetaui cara
pengendalian vektor penyakit dengan perubahan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Namun demikian perlu
kiranya peningkatan upaya-upaya tersebut agar pengendalian vektor sebagai
salah satu cara pengendalian penyakit menular dapat berhasil dengan baik.
Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dari berbagai sektor terkait agar peran
serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan dengan
baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit dimasyarakat.
D. KEBIJAKAN
1) Pada dasarnya, kebijakan imunisasi di negara Asia Tenggara dan
Indonesia secara khusus diutamakan pada imunisasi bayi dan anak-
anak. Hal itu lantas membuat imunisasi pada dewasa menjadi terabaikan
dan kurang terpublikasi secara luas di masyarakat. Padahal, sangat
banyak penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi pada orang
dewasa.
2) Implementasi imunisasi dewasa di Indonesia sendiri masih sangat
terbatas walaupun perangkat imunisasi yang dibutuhkan telah tersedia.
3) Pada tahun 2003, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI) telah menghasilkan konsensus imunisasi pada
dewasa di Indonesia akan lebih digalakkan.
Jenis vaksin yang direkomendasikan pada orang dewasa (berdasarkan
Jadwal Imunisasi Dewasa 2013) adalah :
1. Vaksin Influenza
2. Vaksin Tetanus, Difteri, Pertusis (Td/Tdap)
3. Vaksin Varicella (cacar air)
4. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
5. Vaksin Zoster
6. Vaksin Measles/Campak, Mumps/Gondongan, Rubella/Campak Jerman
(MMR)
7. Vaksin Hepatitis A
8. Vaksin Hepatitis B
9. Vaksin Typhoid
10. Vaksin Pneumonia (Pneumokokal Polisakarida (PPSV23), Pneumokokal
Konjugat 13-valent (PCV13))
11. Vaksin Meningokokal
12. Vaksin Yellow Fever
DAFTAR PUSTAKA
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h.
152-159