Disusun oleh :
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
Habib Rachman Aji
Evaluasi Proses Program Rehabilitasi Low Vision Yayasan
Layak Jakarta Dalam Upaya Pencegahan Kebutaan Pada
Anak
Gangguan penglihatan merupakan permasalahan yang
banyak dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Kelainan
refraksi tidak terkoreksi, katarak, glaucoma, dan gangguan
penglihatan yang di alami sejak masa kanak-kanak merupakan
beberapa hal yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan
penglihatan. Harus ada upaya pencegahan yang dilakukan supaya
gangguan yang dialami anak tidak semakin parah dan anak
terhindar dari kebutaan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
evaluasi proses. Evaluasi dilakukan berdasarkan empat kriteria
yang terdiri dari standar praktik terbaik (best standard practice),
kebijakan, tujuan proses (process goal), dan kepuasan klien.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Sementara tekhnik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk
pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan tekhnik
purposive sampling, yaitu sample yang dimbil dengan sengaja.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sarana dan
prasarana serta tahapan rehabilitasi telah memenuhi standar dan
sesuai dengan ketetapan pemerintah. Sasaran layanan dan sumber
daya manusia yang tersedia saat ini juga sudah sesuai dengan
kebijakan yang berlaku. Layanan Low Vision Yayasan Layak
telah terintegrasi dengan beberapa rumah sakit, sekolah dan kader
masyarakat, akan tetapi mereka masih harus memperluas jaringan
layanan dan meningkatkan kualitas pelayanan. Berdasarkan
informasi dari para informan sejauh ini para petugas sudah sangat
bisa diandalkan, mereka sangat cepat dan tanggap, petugas sangat
peduli kepada klien dan orang tua, apa yang diberikan sudah
sangat meyakinkan dan bukti bahwa petugas serius dalam
melayani sudah sangat jelas terlihat.
Kata kunci : Evaluasi Proses, Low Vision, Kebutaan, Anak
i
KATA PENGANTAR
ii
1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil
Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Shihabuddin Noor, MA
sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak
Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
sebagai dosen pembimbing skripsi dengan kesabarannya dan
rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
serta Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si sebagai pembimbing akademik
4. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang
telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada
peneliti, semoga apa yang diberikan akan bermanfaat di masa
yang akan datang.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan
wawasan dan keilmuan dan membimbing peneliti selama
menjalani perkulian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, peneliti ucapkan terimakasih karena telah membantu
iii
dalam memberikan referensi buku, jurnal, maupun skripsi
dari penelitian-penelitian terdahulu.
7. Kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril dan materiil serta doa sehingga proses
penelitian ini berjalan dengan lancar.
8. Kepada Ibu Dra. Frida Girsang selaku pengurus Yayasan
Layak. Kepada Ibu Lucia Rusmiyati, S.Sos, Ibu Natalia
Christiani , S.I.Pol, Bapak Indra Permana, A.Md.RO dan
kepada seluruh pengurus dan Yayasan yang dengan
kesediannya memberikan informasi secara detail.
9. Kepada teman-teman KUACI, Refiandi Riansah, Galuh Harry
Setiawan, Alvin Anggara, Alif Shoffan, Gilang Arief
Fathurraman, Muhammad Fathin, Sri Wahyuni, Riska
Hariyana, Devi Anggraini yang membantu untuk memberi
hiburan dan semangat kepada penulis.
10. Kepada Alvionita Rizqi Aulia, Puteri Nur Farieda dan semua
teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 20115 yang
telah memberikan semangat dan membantu penulis dalam
penulisan skripsi ini
11. Kepada Muhammad Adam Syaefullah dan Yunandika Dwiki
yang seringkali membantu penulis untuk merefresh pikiran.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
v
4. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam Pelaksanaan
Rehabilitasi .................................................................. 30
5. Standar Sarana Dan Prasarana Pelaksana
Rehabilitasi ................................................................... 31
6. Definisi Low Vision ..................................................... 34
7. Karakteristik Low Vision .............................................. 35
C. Pencegahan Kebutaan Pada Anak .................................... 36
1. Definisi Kebutaan Pada Anak ...................................... 36
2. Ciri-Ciri Kebutaan Pada Anak ..................................... 37
3. Faktor Penyebab Kebutaan Anak ................................. 40
4. Strategi Pencegahan Kebutaan Pada Anak ................... 43
D. Kerangka Berpikir ............................................................ 46
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN LAYAK
A. Profil Yayasan Layak ....................................................... 47
1. Sejarah Yayasan Layak ................................................ 47
B. Visi, Misi dan Kegiatan Yayasan Layak .......................... 48
1. Visi Yayasan Layak...................................................... 48
2. Misi Yayasan Layak ..................................................... 48
3. Kegiatan Yayasan Layak .............................................. 49
C. Struktur Manajemen Lembaga ......................................... 51
D. Alur dan Prosedur Pelayanan ........................................... 52
E. Pendanaan dan Kerjasama ................................................ 55
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Evaluasi Proses Program Rehabilitasi Low Vision........... 57
1. Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice) ....... 57
2. Kebijakan...................................................................... 86
3. Tujuan Proses (Process Goal) ...................................... 92
vi
4. Kepuasan Klien ............................................................ 94
BAB V PEMBAHASAN
A. Evaluasi Proses Program Rehabilitasi Low Vision........... 111
1. Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice) ........... 111
2. Kebijakan ......................................................................... 119
3. Tujuan Proses (Process Goal).......................................... 121
4. Kepuasan Klien ................................................................ 122
B. Islamic Human Service Organization .............................. 128
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 133
1. Evaluasi Proses Program Rehabilitasi Low Vision ........... 133
2. Hasil Evaluasi Proses Program Rehabilitasi
Low Vision ........................................................................ 135
B. Saran ................................................................................. 137
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 139
LAMPIRAN ......................................................................... 143
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 Meja Kerja Refraksionis Optisien ....................... 60
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan Informan ............................................... 13
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
َسدِيدًا
َ
―Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.‖
Ayat diatas menjelaskan bahwa orang tua diawajibkan
untuk merawat, memberikan makanan, minuman, pakaian dan
lain sebagainya yang diperlukan untuk anak-anak sesuai
dengan pertumbuhan fisik dan jiwa mereka. Hal itu dilakukan
untuk mendukung tumbuh kembang mereka, sehat baik
jasmani dan rohani. Jika semua hal itu dapat terpenuhi maka
sejahteralah hidup mereka.
Dalam beberapa kasus ditemukan kekeliruan orang tua
dalam merawat dan menjaga aktivitas anak dengan gangguan
penglihatan. Seperti halnya contoh kasus seorang anak
berusia 9 tahun bernama Imam yang penglihatannya semakin
memburuk karena sering lupa diri jika bermain bola dengan
teman-temannya. Sang Ibu mengatakan bahwa dirinya kurang
telaten dalam mengikuti keseharian anaknya di sekolah,
beliau juga tidak mengetahui bahwa sang anak sering
4
19
BAB II
LANDASAN TEORI
3. Manfaat Evaluasi
Feurstein (1990) dalam (Adi 2001, 127–28)
menyatakan 10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu
dilakukan:
a. Pencapaian. Untuk melihat apa saja yang telah
dicapai.
b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dari
program yang sedang berjalan.
c. Meningkatkan pemantauan. Agar untuk kedepannya
tercapai manajemen yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar
dapat memperkuat program itu sendiri.
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara
efektif. Guna melihat perbedaan apa yang terjadi
setelah diterapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang
dikeluarkan cukup masuk akal.
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan
mengelola kegiatan program secara lebih baik.
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain
agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama,
ataupun mengajak orang lain untuk ikut melaksanakan
metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berjalan dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan
dampak yang lebih luas.
23
4. Model Evaluasi
Dalam melakukan suatu evaluasi tentunya akan
ada beberapa model yang digunakan dalam evaluasi
tersebut. Pietrzak dkk dalam (Adi 2001, 128–29)
mengemukakan pendapat mereka terkait tiga model
evaluasi yang dapat digunakan. Ketiga model tersebut
antara lain :
a. Evaluasi Input
Evaluasi input berfokus pada tiga aspek yang
terdapat dalam pelaksanaan suatu program. Tiga tiga
aspek tersebut adalah adalah klien, staf, dan juga
program. Pietrzak dan kawan-kawan menjelaskan
bahwa aspek klien meliputi karakteristik demografi
klien, seperti susunan anggota keluarga dan berapa
anggota yang ditanggung. Aspek staf meliputi
demografi dari staf, seperti latar belakang pendidikan
staf, dan pengalaman staf. Sedangkan aspek program
meliputi durasi layanan yang diberikan, dan sumber-
sumber yang tersedia.
Pietrzak mengemukakan empat kriteria yang dikaji
dalam evaluasi input, baik secara individu ataupun
keseluruhan. Kriteria tersebut adalah tujuan objektif,
24
3) Menyipitkan mata
4) Kelopak mata berwarna merah
5) Infeksi pada mata
6) Gerakan mata tidak beraturan dan bergerak cepat
7) Mata selalu mengeluarkan air mata, dan
8) Kulit mengalami pembengkakan ditempat bulu
mata tumbuh.
b. Perilaku
Anak-anak tunanetra umumnya menunjukan
perilaku tertentu yang cenderung berlebihan. Itu dapat
diamati sejak dini, seperti :
1) Sering menggosok mata
2) Menutup mata atau melindungi salah satu
matanya, memiringkan kepala, atau
mencondongkan kepala ke depan
3) Sukar membaca atau mengerjakan hal lain
yang mengandalkan kerja mata
4) Sering berkedip dan cepat marah bila
mengerjakan sesuatu
5) Sulit untuk melihat objek yang jauh
6) Tidak terlalu tertarik untuk melihat gambar
dan menulis
7) Terlihat janggal apabila beraktivitas yang
membutuhkan kerja tangan dan mata, dan
8) Banyak mengeluh perihal ketidakmampuan
dalam melihat
39
c. Psikis
Selain perilaku, kondisi psikis juga dapat terlihat
secara jelas, seperti :
1) Perasaan mudah tersinggung
Anak-anak tunanetra akan mudah tersinggung
karena mereka kurang mendapatkan
rangsangan visual sehingga mereka cenderung
emosional ketika orang lain membicarakan
hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan.
2) Mudah curiga
Pada dasarnya setiap orang memiliki rasa
curiga, tetapi perasaan curiga yang dirasakan
oleh anak-anak tunanetra biasanya melebihi
rasa curiga yang dirasakan oleh orang normal.
Kadang kala mereka akan curiga dengan
orang-orang yang berniat ingin membantu.
Oleh karna itu perlu ada pendekatan yang
dilakukan agar anak-anak yang mengalami
gangguan penglihatan dapat mengenal dan
mengerti bahwa tidak semua orang bersifat
jahat.
3) Ketergantungan yang belebihan
Anak-anak tunanetra, khususnya yang telah
kehilangan seluruh penglihatannya memang
harus dibantu dalam suatu hal, akan tetapi
tidak perlu dilakukan untuk semua kegiatan,
seperti makan, minum, dan mandi. Yang harus
40
D. Kerangka Berpikir
EVALUASI
PROSES
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN LAYAK
A. Profil Yayasan Layak
1. Sejarah Yayasan Layak
Yayasan Layak adalah yayasan yang bergerak di
bidang pelayanan anak dan keluarga. Sejak tahun 2001
Yayasan Layak telah dirintis oleh para pekerja sosial yang
sudah memiliki pengalaman dalam bidang pemecahan
masalah-masalah sosial dan pemberdayaan masyarakat,
seperti HIV/AIDS, low vision, anak jalanan, kesejahteraan
anak, pendidikan keluarga, korban perdagangan
orang/human trafficking termasuk anak yang dilacurkan.
Pada April 2003, LAYAK diaktenotariskan secara legal
menjadi Yayasan (Yayasan Layak, 2018).
Nama Lembaga : Yayasan Layak (Pelayanan Anak
dan Keluarga
Alamat
Kantor Sekretariat : Jl. Kartini Raya/Citayam III, Gang
Texas No. 4 RT. 003/ RW. 002
Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
Kantor Low Vision : Jl. Nangka No. 1 Tanjung Barat
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Telepon : (021) 777-4735,
Fax (021) 777-4735
Email :yayasan_layak@yahoo.com/
admin@layak.or.id
Website : https://layak.or.id
48
Dengan HIV
AIDS dari
Keluarga Tidak
Mampu Berusia
< 5 Tahun
6 Program 2015- CBM-
Penanganan 2020 Standart
Anak dengan Chartered
Kebutaan, Low Bank
Vision dan
Kerusakan
Penglihatan
lainnya di
Sulawesi Selatan
dan DKI Jakarta
7 Asistensi Korban 2015- IFRC-
Trafficking dan 2017 European
Migrasi Aman di Union
Kabupaten
Indramayu
8 HIV AIDS 2016- AHF
Testing dan Care 2019
Program
9 Penjangkauan 2014- LAYAK
dan Pelayanan Sekaran
Manajemen g
Kasus HIV AIDS
di Berastagi Kab.
Karo-Sumatera
Utara
10 Program 2014-2018 LAYAK
Penanggulangan
HIV dan AIDS di
Brastagi, Sumatera
51
Utara
11 Asistensi Korban Oktober IFRC
Trafficking dan 2015-
Migrasi Aman di September
Kabupaten 2017
Indramayu, Jawa
Barat
12 HIV/AIDS Testing Juli 2016- AHF
and Care Program Juni 2019
di Jakarta
Sumber : Dokumen Yayasan Layak
Total penerima manfaat : 129.810 orang, terdiri
dari penerima manfaat Program Penanggulangan HIV
AIDS 95.070 (Sosialisasi dan tes HIV (88.492),
Training (1.496), Pendampingan ODHA (5.154),
Human Trafficking dan Low Vision 34.740 orang.
Wilayah kegiatan Yayasan LAYAK yaitu Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan dan Tanah Karo (Sumatera Utara)
(Layak 2018).
C. Struktur Manajemen Lembaga
Tabel 4
Struktur Manajemen Lembaga
No Nama Posisi Pendidikan
1 Sumarni Surbakti, Ketua Dewan S2
MBA Pembina
2 Brigjen TNI dr. Anggota S2
Alexander Dewan
Kaliaga Ginting Pembina
S, SpP, PCCP
52
57
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Gambar 1
Ruang Refraksionis Optisien
S
Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 2
Meja Kerja Refraksionis Optisien
Gambar 3
Ruang Tunggu Dan Tempat Pendaftaran
sebagai berikut :
5) Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh para petugas
Low Vision Yayasan Layak terdiri menjadi dua
jenis, yaitu alat pemeriksaan, dan alat bantu. Alat
juga dibagi menjadi dua, yaitu alat bantu optik dan
juga alat bantu non-optik.
a) Alat Pemeriksaan
Berdasarkan observasi peneliti lakukan
terlihat bahwa beberapa alat yang digunakan oleh
Low Vision Yayasan Layak sama dengan alat yang
digunakan oleh klinik mata atau dokter sepesialis
mata. Contohnya tersedia alat yang berbentuk
papan yang disebut Snellen Chart yang digunakan
untuk mendeteksi jarak pandang seseorang, dan
ada pula alat yang digunakan untuk mengetahui
ukuran minus atau plus mata seseorang. Bapak
Indra selaku refraksionis optisien menjelaskan
alat-alat yang digunakan untuk memeriksa mata
klien sebagai berikut:
“…ehh alat tes itu sendiri kan ada yang
namanya chart, ada yang bertuliskan angka,
70
Gambar 7
Streak Retinoscope
Gambar 8
Snellen Chart Untuk Jarak Dekat
Gambar 9
Snellen Chart Untuk Jarak Jauh
Gambar 10
Lea Grating
b) Alat Bantu
Selain alat-alat untuk memeriksa klien, Low
Vision Yayasan Layak juga menyediakan alat
bantu yang akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan para klien. Alat bantu itu sendiri
dibagai menjadi dua jenis, yaitu alat bantu optik,
dan non-optik.
76
Gambar 12
Alat Bantu Optik
3) Functional Assessment
Jika tahap clinical assessment telah dilalui
dan alat bantu telah diresepkan, para petugas akan
melakukan pelatihan dalam menggunakan alat
bantu. Berdasarkan observasi peneliti melihat
latihan yang dilakukan oleh klien meliputi latihan
menulis, membaca baik jarak dekat maupun jauh
dan juga melatih aktivitas lain yang biasanya
dilakukan oleh klien.
82
5) Evalusi
Tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi.
Sama halnya dengan follow up, pada tahap
evaluasi ini para petugas juga akan menghubungi
klien atau orang tuanya terkait penggunaan alat
bantu. Tetapi yang menjadi perbedaan adalah jika
follow up bisa dilakukan kapan saja tanpa ada
perencanaan waktu dalam melakukannya, evaluasi
dilakukan setiap 1-3 bulan sekali.
Ibu Lia menjelaskan prosedur pelaksanaan
evaluasi sebagai berikut :
“Evaluasi penggunaan alat bantu bisa kita
lakukan antara sebulan, dua bulan atau tiga
84
6) Terminasi
Secara umum terminasi dapat diartikan
sebagai pemutusan atau pengakhiran hubungan.
Pada tahap ini biasanya berkoordinasi dengan
pihak lembaga terkait kelanjutan dari proses
pemberian layanan. Setelah itu pihak lembaga
akan menghubungi para klien atau orang tua dan
mempertanyakan apakah klien masih
membutuhkan pelayanan atau tidak.
Berikut adalah penjelasan oleh Bapak Indra
mengenai kapan waktu yang tepat untuk
memberhentikan pelayanan kepada klien :
―Oke jadi kalau yang low vision ketika kita
memberhentikan pelayanannya pertama itu
mereka bisa saja sudah meninggal. Kemudian jika
mereka low vision yang penglihatannya sudah
buta itu yang kita hentikan. Terus yang disabilitas
itu kebanyakan yang penglihatannya hanya butuh
kacamata dan kacamata sudah membantu itupun
kita selesaikan pelayanannya. Dan ada juga kalau
misalkan dari keluarganya sudah tidak
menginginkan lagi pelayanannya kita
berhentikan.‖ (Indra, 2019)
Tabel 5
Latar Belakang Pendidikan Petugas
Tabel 6
Jabatan Usia dan Status Perkawinan
Nama Jabatan Usia Status
Perkawinan
Lucia Rehab 47 Menikah
Rusmiyati worker Tahun
Natalia Koordinator 43 Menikah
Christiani program Tahun
Indra Permana Refraksionis 23 Belum
Optisien Tahun Menikah
92
4. Kepuasan Klien
Kepuasan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana jasa/produk yang diberikan sesuai dengan apa
yang mereka harapkan. Adapun tingkat kepuasan klien
dinilai berdasarkan :
a. Keandalan (reliability)
Keandalan adalah kemampuan untuk memberikan
jasa yang dijanjikan dengan tepat waktu, handal dan
akurat. Jam kerja yang berlaku di Low Vision Yayasan
Layak dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00
WIB. Proses pemberian layanan harus diawali dengan
perjanjian, pihak klien harus membuat janji terlebih
dahulu dengan para petugas, supaya para petugas
dapat mempersiapkan segala sesuatunya terlebih
dahulu, begitu juga sebaliknya, jika para petugas ingin
melakukan pemeriksaan atau kunjungan di berbagai
tempat, mereka akan membuat janji dengan
perwakilan orang yang tempatnya akan dikunjungi.
95
b. Ketanggapan (Responsiveness)
Ketanggapan adalah kemampuan untuk membantu
klien dengan cara memberikan suatu pelayanan cepat
dan tanggap dalam melayani dan menangani
permasalahan yang timbul pada klien.
Ibu Atik memberikan tanggapannya terkait sikap
cepat tanggap para petugas Low Vision Yayasan
Layak.
”Ya sangat cepat dan tanggap, diantaranya
contohnya saja ketika saya diberi tahukan bahwa
ada pembagian kacamata banyak, ada anak yang
tidak terdaftar tetapi kemudian diperiksa atau di
assessment itu anak itu seharusnya menggunakan
kacamata dan harus diberikan layanan, maka
Yayasan Layak ini cepat sekali melayani, jadi
tidak hanya apa yang ditemukan saat assessment
pada satu itu tetapi saat ada tambahan-tambahan
maka mereka cepat sekali untuk memberikan alat-
alat atau bantuan.” (Atik, 2019)
107
BAB V
PEMBAHASAN
133
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah peneliti pada bab-bab
sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menjelaskan
kesimpulan dari hasil evaluasi proses program rehabilitasi low
vision Yayasan Layak Jakarta berdasarkan empat
kriteriadalam upaya pencegahan kebutaan pada anak. Berikut
ini kesimpulan dari penelitian ini:
1. Evaluasi Proses Program Rehabilitasi Low Vision
Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice)
yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis,
yaitu standar sarana dan prasarana yang membahas ruagan
dan peralatan dan juga standar proses. Beberapa ruangan yang
tersedia di Low Vision Yayasan Layak Jakarta antara lain
ruang refraksionis optisien, ruang tunggu, ruang manajemen
yang juga dipakai untuk mengadakan rapat koordinasi dan
juga ruang rehabilitasi. Lalu untuk alat yang digunakan
petugas untuk memeriksa klien terdiri dari trial set, streak
retinoscope, snellen chart, dan juga Lea Gratting. Low Vision
Yayasan Layak juga memberikan alat bantu untuk klien
berupa kacamata, hand magnifier, digital magnifier,
telescope, typoscope dan juga penyangga buku. Dan untuk
proses pemberian layanan diawali dengan wawancara awal,
clinical assessment, functional assessment, follow up,
evaluasi, dan terminasi.
134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
144
Lampiran 1
Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal
145
Lampiran 2
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
146
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
147
Hari/Tanggal :
Waktu
:
Tempat :
Nama Informan :
Jabatan :
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai sarana dan prasarana
serta peralatan yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak ?
2. Apakah setiap ruangan yang tersedia di Low Vision Yayasan
Layak sudah sesuai dengan standar?
3. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh Low
Vision Yayasan Layak?
4. Bagaimana sistem recruitment petugas yang berlaku di Low
Vision Yayasan Layak?
5. Apakah para petugas telah bekerja dengan baik?
6. Apakah tujuan dari pemberian layanan telah tercapai?
7. Apakah ada hambatan yang dialami Low Vision Yayasan
Layak dalam mencapai tujuan?
8. Apakah ada keluhan yang datang dari klien ataupun keluarga
klien terkait pemberian layanan?
9. Bagaimana strategi Low Vision Yayasan Layak dalam
memperkenalkan rehabilitasi low vision kepada masyarakat?
148
Hari/Tanggal :
Waktu
:
Tempat :
Nama :
Jabatan :
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai sarana dan prasarna
serta peralatan yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak?
2. Apakah ruang yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak
sudah memenuhi standar?
3. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh Low
Vision Yayasan Layak?
4. Siapa saja yang berhak mendapat pelayanan dari Low Vision
Yayasan Layak?
5. Bagaimana cara membina hubungan dengan petugas lain?
6. Apakah para petugas telah bekerja dengan baik?
7. Apakah tujuan dari pemberian layanan telah tercapai?
8. Bagaimana cara mempertahankan atau meningkatkan
kepuasan klien?
9. Bagaimana cara untuk cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan yang timbul dari klien?
10. Bagaimana strategi Low Vision Yayasan Layak dalam
memperkenalkan rehabilitasi low vision kepada masyarakat?
149
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat
:
Nama :
Jabatan :
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai sarana dan prasarna
serta peralatan yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak?
2. Apakah ruang yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak
sudah memenuhi standar?
3. Bagaimana alur pemberian layanan yang diberikan oleh Low
Vision Yayasan Layak?
4. Siapa saja yang berhak mendapat pelayanan dari Low Vision
Yayasan Layak?
5. Kualifikasi seperti apa yang ditetapkan oleh Low Vision
Yayasan Layak dalam merekrut petugas?
6. Bagaimana cara membina hubungan dengan petugas lain?
7. Apakah para petugas telah bekerja dengan baik?
8. Apakah tujuan dari pemberian layanan telah tercapai?
9. Bagaimana cara mempertahankan atau meningkatkan
kepuasan klien?
10. Bagaimana cara untuk cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan yang timbul dari klien?
11. Bagaimana strategi Low Vision Yayasan Layak dalam
memperkenalkan rehabilitasi low vision kepada masyarakat?
150
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat
:
Nama :
Jabatan :
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai sarana dan prasarana
serta peralatan yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak?
2. Apa saja alat yang digunakan dalam memeriksa klien?
3. Apakah ruangan yang tersedia di Low Vision Yayasan Layak
sudah memenuhi standar?
4. Siapa saja yang berhak menerima layanan dari Low Vision
Yayasan Layak?
5. Bagaimana cara untuk mendekatkan diri kepada klien dan apa
saja yang dilakukan untuk melakukan pendekatan kepada
klien?
6. Apakah para petugas telah bekerja dan membantu Anda
dengan baik?
7. Apakah seorang refraksionis harus menjaga kerahasiaan data
para klien?
8. Bagaimana cara membina hubungan dengan para petugas di
Low Vision Yayasan Layak?
9. Kapan waktu yang tepat bagi Low Vision Yayasan Layak
untuk memberhentikan layanan kepada klien?
10. Apakah tujuan dari pemberian layanan telah tercapai?
11. Bagaimana cara mempertahankan dan meningkatkan
kepuasan klien?
12. Bagaimana cara untuk cepat tanggap dalam menghadapi
permasalahan yang timbul dari klien?
13. Bagaimana strategi Low Vision Yayasan Layak dalam
memperkenalkan rehabilitasi low vision kepada masyarakat?
151
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Nama :
Pekerjaan :
Hari/Tanggal
:
Waktu :
Tempat :
Nama :
Pekerjaan :
Hari/Tanggal :
Waktu
:
Tempat :
Nama :
Pekerjaan :
Desi Liansari
175
Saya sih belum pernah ke kantor Layak yah mas tapi kalau
dilihat dari alat-alat mereka lengkap kok untuk memeriksa
mata si klien ini kan. Ya cukup lengkap dan jadinya
meyakinkan juga bahwa Yayasan Layak memang serius
dalam melayani.
Hmm menurut aku bagus sih kak, pas masuk itu kan disitu
ada kaya sofa gitu, trus pas diperiksa itu masuk ruangan, ya
gitu bersih deh menurut aku. Trus waktu itu pernah ke
toiletnya, nyaman sih. Disana kan juga bangku dan yang lain
warnanya cerah, buat aku sih itu ngebantu.
―SP‖
186
―AM‖
Hasil Obervasi
Ruang refraksionis optisien berada tepat di samping kiri
dari sofa yang ada di ruang tunggu. Dalam ruangan tersebut
map dan file-file penting lembaga. dan meja yang satu lagi
biasanya digunakan oleh pengurus untuk mengerjakan tugas-
tugasnya. Pada jam makan siang biasanya meja ini digunakan
untuk meletakkan makanan pada saat jam makan siang. Karena
ruangan
ini juga digunakan sebagai ruang rapat oleh karena itu di
ruangan ini tersedia papan flipchart.