DI SUSUN
KELOMPOK 2
JENI SUMURI
LIDYAWATI HASAN
LILIS SAIDI
MARDALINA ASWAD
MARSELA SAYEDI
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah penyehatan
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.2 Tujuan................................................................................................
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan
perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.
mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc,
disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi,
tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu
makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
(bakteri dan virus) bersama makanan. Selanjutnya mikroba ini berkembang biak
timbul setelah inkubasi 2-36 jam tergantung dari jenis bakteri patogen dan pada
umumnya dicirikan oleh gangguan alat pencernaan seperti sakit perut, mual, diare,
muntah, demam, sakit kepala. Pada kasus yang serius, keracunan makanan bisa
0157:H7 dan spesies Shigella. Infeksi dapat juga terjadi dengan media toksin yang
makanan. Infeksi makanan terjadi karena organisme hidup yang terkandung dalam
1. Salmonella spp.
besar berasal dari produk hasil peternakan seperti telur mentah, daging yang
tidak diolah dengan matang (mentah) dan tidak higienis (Majowicz et al.,
2010).
kurang dari satu tahun. Selain dipengaruhi umur, juga bergantung pada galur
2. Escherichia coli
negara berkembang. Salah satu serotipe EHEC pada manusia adalah E. coli
(HUS) pada anak-anak dan usia lanjut. E. coli patogenik ini banyak
mencemari daging sapi, susu, air tanpa proses, sayuran mentah, dan aneka jus
3. Bacillus anthracis
manusia. Bakteri ini sensitif terhadap lingkungan, tidak tahan panas, dan mati
dapat menjadi sumber penularan penyakit baik bagi manusia maupun ternak.
Penularan penyakit dapat diawali dari tanah yang mengandung spora B.
4. Clostridium spp.
misalnya tanah, sampah, debu, kotoran hewan dan manusia, serta bahan
sehingga tidak dapat menelan, selanjutnya diikuti oleh kelumpuhan otot yang
menyebabkan lidah dan leher tidak dapat digerakkan (World Health
Organization, 2019).
5. Listeria monocytogenes
makanan yang dikenal dengan listeriosis. Penyakit ini sangat jarang terjadi
namun dapat berakibat sangat fatal karena tingkat kematiannya yang tinggi.
Gejala yang ditimbulkan yaitu infeksi yang meluas ke dalam saluran darah
(sepsis). Kelompok yang rentan infeksi ini adalah orang berusia lanjut dan ibu
sepsis pada bayi. Bakteri ini dapat bertahan hidup di suhu lemari pendingin.
Media penularan bakteri ini adalah makanan yang dikonsumsi mentah, baik
timbul pada listeriosis berupa mual, muntah, diare, demam, dan gejala
influensa. Bakteri ini banyak dijumpai dalam susu, daging sapi, daging
unggas, ikan laut dan produknya, serta makanan siap saji (Chlebicz &
Śliżewska, 2018).
6. Campylobacter spp.
saluran pencernaan hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat dijumpai dalam
antara lain ayam, telur, daging babi, susu dan produk-produknya yang
terkontaminasi bakteri tersebut secara oral. Gejala sakit dapat bervariasi dari
yang ringan sampai parah.. Gejala klinis ditandai dengan diare encer (kadang-
kadang disertai darah), demam, sakit abdomen, mual, sakit kepala, dan ngilu/
7. Vibrio spp
cepat dengan diikuti asidosis dan shock, serta dapat mengakibatkan kematian.
8. Enterobacter sakazakii
Bakteri E. sakazakii termasuk ke dalam golongan bakteri yang hidup
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini banyak menyerang
bayi dengan gejala diare dan meningitis, terutama pada bayi baru lahir dan
9. Shigella spp.
bervariasi dari yang ringan sampai yang parah; seperti nyeri abdomen,
muntah, demam, diare dari yang cair (S. sonnei) sampai sindrom disentri
yang disertai dengan tinja yang mengandung darah, mukus, dan pus.
HIV, individu dengan tingkat kekebalan tubuh rendah. Wabah endemik dan
oleh infeksi S. sonnei. Pangan potensial pembawa bakteri ini antara lain susu,
daging unggas dan produk olahannya, ikan laut (seperti tuna), sayuran segar,
Jika mikroba menyerang tubuh, tubuh akan merespon sesorang mikroba tersebut
dan timbul gejala gangguan kesehatan atau yang dinamakan penyakit. Jadi, yang
oleh beberapa hal, yaitu sifat mikroba patogen dan kemampuan tubuh untuk
Mikroba patogen yang berasal dari pangan akan bekerja dalam tiga
mekanisme, yaitu secara infeksi, intoksikasi, dan toksiko infeksi. Pertama infeksi
terjadi bila mikroba patogen masuk kedalam tubuh akan membentuk koloni
dengan menggunakan fimbri atau faktor adheren lainnya dan dapat menembus
(invasi) bagian organ dalam atau jaringan tubuh menggunakan toksin atau enzim
a) Clostridium botulinum (botulism)
keracunan botulinin.
b) Vibrio
Yang ditimbulkan gastro-enteritik yang bervariasi, dari diare ringan
c) Aeromonas hydrophila
penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan
kedinginan, tapi pada pasien yang sudah terinfeksi berat (infeksi bakteri
d) Listeria
bervariasi dari satu hari sampai beberapa minggu dangn gejala pada orang
dewasa adalah demam, menggigil, kembung seperti gejala flu. Pada anak
kecil atau bayi dapat timbul gejala muntah dan kesulitan bernafas. Strain
infeksi organ lain seperti sistem saraf pusat, jantung, mata dand dapat
dapat mematikan bagi janin, wanita hamil, dan orang dengan kekebalan
rendah.
2. Bakteri patogen tidak asli (akibat kontaminasi)
a) Escherichia coli
b) Staphylococcus aureus
masa inkubasi selama 1-8 jam dan gejala yang timbul antara lain mual,
muntah, diare, dan kram pada perut yang berlangsung 1-2 hari, tetapi
c) Salmonella (Salmonellosis)
tercemar telah menjadi masalah di banyak bagian dunia. Udang tropis hasil
karena itu produk ini risikonya minimal, kecuali bila terjadi kontaminasi
d) Shigella (Shigellosis)
(mentah), susu dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran
segar yang tumbuh pada tanah terpolusi dapat menjadi faktor penyebab
oleh Shigella.
Memasak hasil produksi peternakan seperti telur dan daging harus dilakukan
dengan cara yang benar dan sampai matang. Memisahkan masakan yang sudah
silang, terutama alat yang digunakan untuk mengolah produk peternakan (daging).
Menyimpan masakan yang sudah matang ke dalam lemari pendingin jika tidak
habis dikonsumsi dapat mencegah kontaminasi bakteri. Selain itu, bahan makanan
mentah seperti sayuran dan buah juga harus dicuci dengan air mengalir. Untuk
menjaga kebersihan diri, tangan juga harus dicuci menggunakan sabun. Jika ada
dugaan penyakit melalui makanan (baik infeksi ataupun keracunan) sebaiknya
dilaporkan kepada petugas medis dengan segera untuk menghindari kondisi yang
sanitasi dan hygiene. Kebersihan pada setiap tahapan proses pengolahan, dimulai
dari persiapan dan penyediaan bahan buku, pemakaian air bersih, tahapan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makanan dapat menjadi sumber penyakit akibat cemaran yang terjadi pada
makanan dan dikonsumsi oleh manusia. Makanan yang tidak aman untuk
terjadi akibat cemaran bakteri, virus, parasit atau bahan toksik lainnya. Meskipun
jumlah kasus cemaran bakteri hanya sekitar 30%, namun dapat menyebabkan
3.2 Saran
menyimpan makanan dengan cara dan kondisi yang tepat, serta penyampaian
Handayan, B.R. & Werdiningsih, W., 2010. Kondisi Sanitasi dan Keracunan
Makanan Tradisional. Jurnal Agroteksos, 20(2), pp.131-138. Diakses
pada 26 Maret 2021
Majowicz, SE., Musto, J., Scallan, E., Angulo, FJ., Kirk, M., O’Brien, SJ., Jones,
TF., Fazil, A., and Hoekstra, RM. 2010. The global burden of
nontyphoidal Salmonella gastroenteritis. Clinical Infectious Diseases.
vol 50(6): 882–889. doi: https://doi.org/10.1086/650733. Diakses pada
27 Maret 2021
World Health Organization. 2006. Five keys to safer food manual. Retrieved from
https://www.who.int/ foodsafety/publications/5keysmanual/en/. Diakses
pada 27 Maret 2021