Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN-A


TENTANG
“Infeksi Mikroba Melalui Makanan”

DI SUSUN
KELOMPOK 2

JENI SUMURI
LIDYAWATI HASAN
LILIS SAIDI
MARDALINA ASWAD
MARSELA SAYEDI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan

sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat,

baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk

menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah penyehatan

makanan dan minuman-A.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Gorontalo, Maret 2021

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................

1.2 Tujuan................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

2.1 Infeksi Mikroba Melalui Makanan....................................................

a. Mikroba penyebab infeksi............................................................

b. Macam - macam infeksi mikroba pathogen.................................

c. Tindakan pencegahan infeksi.......................................................

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................

3.1 Kesimpulan........................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan

sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam

bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti

perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.

Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat

mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan

pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada

pembusukan bahan pangan.

Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk

pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.

Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc,

mudah tersebar melalui bahan makanan.

Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan

disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi,

keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun;

toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung

parasitparasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering


dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau

sering tertukar dalam penentuan penyebabnya.

Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan untuk

menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme., mencakup

gangguan-gangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan

organism-organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksi organisme

penghasil toksin. Yoksin-toksin dapat ditemukan secara alami pada beberapa

tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu

metabolisme. Dengan demikian, intoksikasi pangan adalah gangguan akibat

mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan,

sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui

makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap

bakteri atau hasil-hasil metabolismenya.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui mikroba penyebab infeksi melalui makanan

2. Untuk mengetahui macam-macam infeksi mikroba pathogen

3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan infeksi


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Penyakit melalui Makanan

Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena tertelannya mikroba patogen

(bakteri dan virus) bersama makanan. Selanjutnya mikroba ini berkembang biak

dalam alat pencernaan danmenimbulkan reaksi konsumen. Bakeri diketahui

sebagai penyebab utama kasus keracunan.Gejala pada konsumen pada umumnya

timbul setelah inkubasi 2-36 jam tergantung dari jenis bakteri patogen dan pada

umumnya dicirikan oleh gangguan alat pencernaan seperti sakit perut, mual, diare,

muntah, demam, sakit kepala. Pada kasus yang serius, keracunan makanan bisa

menyebabkan kematian. Mikroorganisme yang termasuk kelompok penyebab

keracunan makanan tradisional seperti Salmonella, Clostridium, Galur E.coli

0157:H7 dan spesies Shigella. Infeksi dapat juga terjadi dengan media toksin yang

disebabkan oleh bakteri yang memproduksi enterotoksin (toksin yang

mempengaruhi transfer air, glukosa dan elektrolit) selama kolonisasi dan

pertumbuhannya dalam alat pencernaan (Handayani dan Werdiningsih, 2010)


Infeksi penyakit melalui makanan (Food Borne Disease) adalah suatu gejala

penyakit yang timbul akibat makan bahan makanan yang mengandung

mikroorganisme atau toksinnya (termasuk tumbuh-tumbuhan, bahan kimia,

binatang). Food infection ialah gejala penyakit yang timbul karena

mikroorganisme masuk dan berkembang biak di dalam tubuh melalui bahan

makanan. Infeksi makanan terjadi karena organisme hidup yang terkandung dalam

makanan mampu menyebar dalam usus yang menimbulkan penyakit.

A. Mikroba Penyebab Infeksi

1. Salmonella spp.

Salmonella spp merupakan bakteri Gram negatif yang sering menjadi

sumber infeksi pada makanan. Salmonella spp. non-typhoid menyebabkan

penyakit Salmonellosis. Bakteri yang sebagian lolos dari lambung akan

menginfeksi usus dan menyebabkan inflamasi usus halus dan seringnya

menyebabkan diare. Kontaminasi yang disebabkan dari Salmonella sebagian

besar berasal dari produk hasil peternakan seperti telur mentah, daging yang

tidak diolah dengan matang (mentah) dan tidak higienis (Majowicz et al.,

2010).

Infeksi Salmonella dapat bersifat fatal, terutama bagi bayi berumur

kurang dari satu tahun. Selain dipengaruhi umur, juga bergantung pada galur

dan jumlah bakteri yang masuk. Salmonella typhi dan S. paratyphi

menyebabkan demam tifoid, lebih dikenal dengan penyakit tifus. Masa

inkubasinya 7 – 28 hari, rata-rata 14 hari. Gejala klinis berupa pusing, diare,

mual, muntah, konstipasi, pusing, demam tifoid/demam tinggi terus-menerus.


Adapun Salmonella non tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella lain,

seperti misalnya S. enteritidis, S. typhimurium, dan S. heidenber juga

berpotensi menyebabkan foodborne disease pada manusia. Masa inkubasinya

lebih pendek antara 5 – 72 jam, rata-rata 12 – 36 jam.

2. Escherichia coli

E. coli patogenik penyebab diare diklasifikasikan menjadi 5 kelompok:

kelompok E. coli patogen yaitu E. coli enteropatogenik (EPEC), E. coli

enterotoksigenik (ETEC), E. coli enteroinvasif (EIEC), E. coli hemoragik

(EHEC), dan E. coli enteroaggregatif. Infeksi bakteri tersebut diduga

merupakan faktor utama penyebab malnutrisi pada bayi dan anak-anak di

negara berkembang. Salah satu serotipe EHEC pada manusia adalah E. coli

O157 H7 yang mengakibatkan diare berdarah. Apabila infeksi berlanjut dapat

menimbulkan komplikasi yang mengakibatkan sindroma uremik hemolitik

(HUS) pada anak-anak dan usia lanjut. E. coli patogenik ini banyak

mencemari daging sapi, susu, air tanpa proses, sayuran mentah, dan aneka jus

tanpa pasteurisasi (Majowicz et al., 2010). .

3. Bacillus anthracis

Bacillus anthracis menyebabkan penyakit antraks pada hewan dan

manusia. Bakteri ini sensitif terhadap lingkungan, tidak tahan panas, dan mati

dengan perebusan selama 2 – 5 menit. Sporanya sangat tahan selama

bertahun-tahun pada suhu pembekuan, di dalam tanah dan kotoran hewan.

Bahkan, spora tersebut tahan 25 – 30 tahun di dalam tanah kering, sehingga

dapat menjadi sumber penularan penyakit baik bagi manusia maupun ternak.
Penularan penyakit dapat diawali dari tanah yang mengandung spora B.

anthracis menginfeksi luka, terhirup pernafasan ataupun bersama makanan

yang tercemar masuk saluran pencernaan. Gejala penyakit antraks pada

manusia dikenal 3 tipe/bentuk; yaitu tipe kulit (kutaneus), pernafasan

(respirasi), dan pencernaan (intestinal). (SOEJOEDONO, 2004).

4. Clostridium spp.

Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang

yang membentuk spora dan mampu menghasilkan neurotoksin. Bakteri ini

menyebabkan penyakit botulisme. Penularan penyakit melalui makanan yang

mengandung toksin botulinum yang diproduksi oleh spora bakteri

Clostridium botulinum. Keracunan dapat terjadi karena memakan toksin

botulinum yang terdapat pada makanan dengan pengawetan yang kurang

sempurna, misalnya pada proses pengalengan makanan, fermentasi,

pengawetan dengan garam, pengawetan dengan asap, minyak atau asam

(World Health Organization, 2019).

Bakteri Clostridium perfringens dan C. botulinum umum terdapat di alam,

misalnya tanah, sampah, debu, kotoran hewan dan manusia, serta bahan

makanan asal hewan. Gejala botulisme biasanya timbul 12 jam sampai 1

minggu, dengan rata-rata 12 – 24 jam setelah mengkonsumsi makanan yang

mengandung toksin botulinum. Gejala tersebut dapat berupa perut mulas,

muntah, diare, dan dilanjutkan dengan serangan syaraf (neurologis).

Botulinum juga dapat menyebabkan kelumpuhan (paralisis) pada tenggorokan

sehingga tidak dapat menelan, selanjutnya diikuti oleh kelumpuhan otot yang
menyebabkan lidah dan leher tidak dapat digerakkan (World Health

Organization, 2019).

5. Listeria monocytogenes

Listeria monocytogenes adalah bakteri penyebab penyakit melalui

makanan yang dikenal dengan listeriosis. Penyakit ini sangat jarang terjadi

namun dapat berakibat sangat fatal karena tingkat kematiannya yang tinggi.

Gejala yang ditimbulkan yaitu infeksi yang meluas ke dalam saluran darah

(sepsis). Kelompok yang rentan infeksi ini adalah orang berusia lanjut dan ibu

hamil karena dapat menyebabkan infeksi kehamilan dan beresiko infeksi

sepsis pada bayi. Bakteri ini dapat bertahan hidup di suhu lemari pendingin.

Media penularan bakteri ini adalah makanan yang dikonsumsi mentah, baik

tumbuhan maupun produk hasil peternakan dan susu yang tidak

dipasteurisasi. Masa inkubasi penyakit antara 2 – 6 minggu. Gejala yang

timbul pada listeriosis berupa mual, muntah, diare, demam, dan gejala

influensa. Bakteri ini banyak dijumpai dalam susu, daging sapi, daging

unggas, ikan laut dan produknya, serta makanan siap saji (Chlebicz &

Śliżewska, 2018).

6. Campylobacter spp.

Campylobacter merupakan bakteri Gram negatif yang hidup di dalam

saluran pencernaan hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat dijumpai dalam

makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran

hewan selama proses pengolahan makanan. Campylobacter menyebabkan

infeksi akut pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan diare, mual,


muntah nyeri perut dan demam. C. jejuni dan C. coli yang mendominasi

penularan penyakit melalui makanan hasil produk peternakan yang tidak

dimasak dengan bersih dan matang (Chlebicz & Śliżewska, 2018).

Pangan potensial pembawa bakteri C. jejuni dan Campylobacter lainnya

antara lain ayam, telur, daging babi, susu dan produk-produknya yang

dimasak tidak sempurna, serta non-chlorinated water. Masa inkubasi

kampilobakteriosis antara 1 - 10 hari setelah makan - makanan yang

terkontaminasi bakteri tersebut secara oral. Gejala sakit dapat bervariasi dari

yang ringan sampai parah.. Gejala klinis ditandai dengan diare encer (kadang-

kadang disertai darah), demam, sakit abdomen, mual, sakit kepala, dan ngilu/

sakit pada otot (Chlebicz & Śliżewska, 2018).

7. Vibrio spp

Ada 3 spesies Vibrio yang dapat mengakibatkan foodborne diseases pada

manusia, yaitu V. cholerae (serogrup O1, non-O1 dan O39), V.

parahaemolyticus, dan V. vulminicus. Sebanyak 10 – 20% kasus foodborne

disease yang disebabkan oleh Vibrio sp. umumnya ditularkan melalui

makanan hasil laut (Chlebicz & Śliżewska, 2018).

Infeksi yang disebabkan oleh V. cholerae O1 dikenal dengan istilah kolera

asiatik (klasik), yang menyebabkan gastroenteritis. Masa inkubasi V.

cholerae O1 antara 6 jam – 5 hari, dengan gejala gastroenteritis dan akut.

Apabila tidak diobati dengan cepat, maka dapat mengakibatkan dehidrasi

cepat dengan diikuti asidosis dan shock, serta dapat mengakibatkan kematian.

8. Enterobacter sakazakii
Bakteri E. sakazakii termasuk ke dalam golongan bakteri yang hidup

dalam saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini banyak menyerang

bayi dengan gejala diare dan meningitis, terutama pada bayi baru lahir dan

prematur. Makanan yang sering tercemar adalah makanan/susu bayi formula.

Infeksi E. sakazakii pada makanan/susu bayi formula disebabkan oleh adanya

kontaminasi yang terjadi setelah proses pembuatan makanan tersebut. Infeksi

E. sakazakii pada bayi dapat mengakibatkan meningitis, nekrotik

enterokolitis, dan sepsis, sedangkan pada beberapa kasus dapat pula

mengalami kesembuhan (Chlebicz & Śliżewska, 2018).

9. Shigella spp.

Shigella spp. merupakan bakteri patogenik yang dapat mengakibatkan

shigellosis (disentri basiler) pada manusia dan hewan. Gejala shigellosis

bervariasi dari yang ringan sampai yang parah; seperti nyeri abdomen,

muntah, demam, diare dari yang cair (S. sonnei) sampai sindrom disentri

yang disertai dengan tinja yang mengandung darah, mukus, dan pus.

Infeksi Shigella dapat menyerang semua individu, tetapi ada golongan

individu yang mempunyai resiko lebih tinggi, seperti anak-anak, penderita

HIV, individu dengan tingkat kekebalan tubuh rendah. Wabah endemik dan

epidemik shigellosis umumnya disebabkan oleh S. dysenteriae yang

mencemari makanan atau air, sedangkan shigelosis lebih banyak disebabkan

oleh infeksi S. sonnei. Pangan potensial pembawa bakteri ini antara lain susu,

daging unggas dan produk olahannya, ikan laut (seperti tuna), sayuran segar,

aneka salad, dan (Chlebicz & Śliżewska, 2018).


B. Macam - macam infeksi mikroba pathogen

Patogenisitas adalah kemampuan organism untuk menimbulkan penyakit.

Jika mikroba menyerang tubuh, tubuh akan merespon sesorang mikroba tersebut

dan timbul gejala gangguan kesehatan atau yang dinamakan penyakit. Jadi, yang

dimaksud dengan mikroba patogen adalah mikroba yang manapun menimbulkan

penyakit Kemampuan mikroba patogen untuk menyebabkan penyakit dipengaruhi

oleh beberapa hal, yaitu sifat mikroba patogen dan kemampuan tubuh untuk

menahan seranga mikroba.

Mikroba patogen yang berasal dari pangan akan bekerja dalam tiga

mekanisme, yaitu secara infeksi, intoksikasi, dan toksiko infeksi. Pertama infeksi

terjadi bila mikroba patogen masuk kedalam tubuh akan membentuk koloni

dengan menggunakan fimbri atau faktor adheren lainnya dan dapat menembus

(invasi) bagian organ dalam atau jaringan tubuh menggunakan toksin atau enzim

yang dihasilkan dan dampaknya bersifat lambat. Contoh mikroba yang

mengakibatkan infeksi adalah Salmonella penyebab peyakit salmonellosis. Kedua,

intoksikasi disebabkan oleh terkonsumsi nyata oksinekstra seluler yang dihasilkan

oleh mikroba yang mencemari pangan.

1. Bakteri patogen asli (alami terdapat pada ikan)

a) Clostridium botulinum (botulism)

Bahaya utama apa dinamakan angka kaleng karena dapat menyebabkan

keracunan botulinin.

b) Vibrio
Yang ditimbulkan gastro-enteritik yang bervariasi, dari diare ringan

sampai diare berair yang berlebihan (parah).

c) Aeromonas hydrophila

Beberapa peneliti menetapkan bahwa organism ini hanya sebagai

penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan

bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar.

Bakteraemia (bakteria di darah) adalah wujud patogenik paling

umum Aeromonas pada manusia. Gejala ringan berupa demam dan

kedinginan, tapi pada pasien yang sudah terinfeksi berat (infeksi bakteri

yang berlebihan) sering menampakkan gejala sakit perut, mual, muntah-

muntah, dan diare. Tidak seperti gastroenteritis, infeksi Aeromonas bisa

bersifat fatal atau berakibat kelemahan yang serius, seperti amputasi.

d) Listeria

Listeriosis adalah infeksi dengan usus sebaga ititik masuk. Masa inkubasi

bervariasi dari satu hari sampai beberapa minggu dangn gejala pada orang

dewasa adalah demam, menggigil, kembung seperti gejala flu. Pada anak

kecil atau bayi dapat timbul gejala muntah dan kesulitan bernafas. Strain

virulen mampu menggandakan diri menyebabkan septicemia diikuti oleh

infeksi organ lain seperti sistem saraf pusat, jantung, mata dand dapat

menyerang janin ibu hamil. Pada orang dewasa yang sehat, listeriosis biasa

yaitu tidak pernah berkembang, namun mempunya irisikoter tentu dan

dapat mematikan bagi janin, wanita hamil, dan orang dengan kekebalan

rendah.
2. Bakteri patogen tidak asli (akibat kontaminasi)

a) Escherichia coli

Beberapa galur E. coli yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia adalah enterotoksigenik, enterohaemorrhagik, enteropatogenik,

enteroinvasive, dan enteroagregatif.

b) Staphylococcus aureus

Bakteri S.aureus dapat memproduksi toksin pada suhu hangat, dengan

masa inkubasi selama 1-8 jam dan gejala yang timbul antara lain mual,

muntah, diare, dan kram pada perut yang berlangsung 1-2 hari, tetapi

jarang berakibat fatal.

S.aureus  terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan, dan saluran

pencernaan manusia dan hewan. Bahan makanan yang disiapkan

menggunakan tangan, seperti penyiapan sayuran mentah untuk salad,

berpotensi terkontaminasi S. aureus.

c) Salmonella (Salmonellosis)

Kontaminasi Salmonella pada kerang yang tumbuh di perairan

tercemar telah menjadi masalah di banyak bagian dunia. Udang tropis hasil

budidaya juga sering mengandung Salmonella sebagai akibat dari

rendahnya standar kebersihan, dan penggunaan kotoran unggas sebagai

pupuk/pakan. Kebanyakan udang dimasak sebelum dikonsumsi, oleh

karena itu produk ini risikonya minimal, kecuali bila terjadi kontaminasi

silang di tempat pengolahan. Langkah pencegahannya adalah dengan


memisahkan pangan mentah dari makanan yang telah dimasak. Selain itu,

sebaiknya tidak meninggalkan makanan pada suhu ruang (28-30 0C)

selama lebih dari 2 jam serta diusahakan untuk menyimpan di lemari es

dengan suhu kurang dari 4 0C.

d) Shigella (Shigellosis)

Shigella  merupakan bakteri patogen di usus manusia dan primate

penyebab shigellosis (disentri basiler) yang merupakan infeksi usus.

Makanan yang sering terkontaminasi Shigella adalah salad, sayuran segar

(mentah), susu dan produk susu, serta air yang terkontaminasi. Sayuran

segar yang tumbuh pada tanah terpolusi dapat menjadi faktor penyebab

penyakit, seperti disentri basiler atau shigellosis yang disebabkan

oleh Shigella. 

C. Tindakan pencegahan infeksi

Upaya pencegahan penyakit melalui makanan (foodborne diseases) dapat

dilakukan dengan berbagai cara untuk mengurangi resiko timbulnya penyakit.

Memasak hasil produksi peternakan seperti telur dan daging harus dilakukan

dengan cara yang benar dan sampai matang. Memisahkan masakan yang sudah

matang dengan bahan makanan mentah akan menghindarkan adanya kontaminasi

silang, terutama alat yang digunakan untuk mengolah produk peternakan (daging).

Menyimpan masakan yang sudah matang ke dalam lemari pendingin jika tidak

habis dikonsumsi dapat mencegah kontaminasi bakteri. Selain itu, bahan makanan

mentah seperti sayuran dan buah juga harus dicuci dengan air mengalir. Untuk

menjaga kebersihan diri, tangan juga harus dicuci menggunakan sabun. Jika ada
dugaan penyakit melalui makanan (baik infeksi ataupun keracunan) sebaiknya

dilaporkan kepada petugas medis dengan segera untuk menghindari kondisi yang

lebih berat (World Health Organization, 2006).

Menjaga makanan tetap aman, perlu diadakannya prinsip-prinsip cara

pengolahan makanan yang baik (CPMP) diantaranya adalah perhatikan masalah

sanitasi dan hygiene. Kebersihan pada setiap tahapan proses pengolahan, dimulai

dari persiapan dan penyediaan bahan buku, pemakaian air bersih, tahapan

pengolahan, dan pasca pengolahan (pengemasan dan penyimpanan) makanan atau

pangan merupakan langkah-langkah penting untuk menghindari terjadinya infeksi

dan intosikasi (World Health Organization, 2006).


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Makanan dapat menjadi sumber penyakit akibat cemaran yang terjadi pada

makanan dan dikonsumsi oleh manusia. Makanan yang tidak aman untuk

kesehatan menjadi ancaman bagi masyarakat di dunia. Foodborne diseases dapat

terjadi akibat cemaran bakteri, virus, parasit atau bahan toksik lainnya. Meskipun

jumlah kasus cemaran bakteri hanya sekitar 30%, namun dapat menyebabkan

kejadian luar biasa dan angka kematian paling tinggi.

3.2 Saran

Saran kami upaya pencegahan foodborne diseases yang dapat dilakukan

antara lain meningkatkan sanitasi, memasak makanan mentah dengan benar,

menyimpan makanan dengan cara dan kondisi yang tepat, serta penyampaian

promosi kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Chlebicz, A and Śliżewska, K. 2018. Campylobacteriosis, salmonellosis,


yersiniosis, and listeriosis as zoonotic foodborne diseases: a review.
International Journal of Environmental Research and Public Health. vol
15(5): 1–28. doi: https://doi.org/10.3390/ijerph15050863. Diakses pada
26 Maret 2021

Handayan, B.R. & Werdiningsih, W., 2010. Kondisi Sanitasi dan Keracunan
Makanan Tradisional. Jurnal Agroteksos, 20(2), pp.131-138. Diakses
pada 26 Maret 2021

Majowicz, SE., Musto, J., Scallan, E., Angulo, FJ., Kirk, M., O’Brien, SJ., Jones,
TF., Fazil, A., and Hoekstra, RM. 2010. The global burden of
nontyphoidal Salmonella gastroenteritis. Clinical Infectious Diseases.
vol 50(6): 882–889. doi: https://doi.org/10.1086/650733. Diakses pada
27 Maret 2021

SOEJEODONO, R. 2004. Zoonosis Kausa Bakteri. Dalam: Zoonosis.


Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner. Departemen Penyakit
Hewan dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, Bogor p. 172. Diakses pada 27 Maret 2021

World Health Organization. 2006. Five keys to safer food manual. Retrieved from
https://www.who.int/ foodsafety/publications/5keysmanual/en/. Diakses
pada 27 Maret 2021

World Health Organization. 2019. Foodborne Disease. Retrieved from


https://www.who.int/health-topics/foodborne-diseases#tab=tab_1.
Diakses pada 27 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai