Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/retail
investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-
individu yang melakukan aktivitas investasi. Misalkan, seseorang yang menginvestasikan dananya
dalam bentuk saham akan disebut sebagai investor individual. Sedangkan investor institusional
biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga
simpan-pinjam), lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi. Lembaga seperti ini biasanya
mengumpulkan uang dari para anggotanya (nasabahnya) dan selanjutnya menggunakan uang
tersebut sebagai modal untuk investasi pada reksadana tertentu ataupun bisa juga dibelikan saham
atau obligasi. (Eduardus Tandelilin Manajemen Investasi, 34, 2010)
Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik
keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional
dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil
oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis
perusahaan (Jensen & Meckling, 1976). Semakin besar kepemilikan institusi maka akan semakin
besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi tersebut untuk mengawasi manajemen. Akibatnya,
akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga
kinerja perusahaan akan meningkat. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan
usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi
perilaku oportunistik manajer (Sumanto & Kiswanto, 2014).
https://media.neliti.com/media/publications/80854-ID-pengaruh-kepemilikan-manajerial-dan-
kepe.pdf
Contoh:
Investor asingmencatatpembelianbersihsenilai Rp 564,58 miliardengansaham yang paling diburuadalah
Astra Internasional, Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, dan Unilever. Menurut data Bursa Efek
Indonesia, sepanjangtahun 2013, catatanpembelianbersih investor asingmencapai Rp 3,97 triliun.
Sumber:Kompas.com
Peran
Sumber:JurnalParadigmaEkonomika/Oktober 2015
https://media.neliti.com/media/publications/209623-none.pdf
Kreditur adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau undang-undang.
(Sumber : Riduan Tobink dan Bill Nikholaus, 2003. “Kamus Istilah Perbankan”, Atalya Rileni Sudeco,
Jakarta. Hal .118)
Sedangkan menurut G20/OECD, Kreditor adalah pemangku kepentingan utama mengenai volume dan
jenis kredit yang diberikan kepada perusahaan, dan akan sangat tergantung pada hak-hak mereka dan
pada keberlakuannya.
Dalam ICGN Global Stewardship Principle (Prinsip Penatagunaan Global), peran kreditor disajikan
dalam konteks "ekosistem" kepengurusan dengan cara mencari letak kesamaan dan perbedaan kreditor
dengan pemegang saham sehubungan dengan masalah tata kelola perusahaan. Ini dapat memberikan
gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tata kelola/governance sehingga bisa
dijadikan dasar analisis investasi dan kegiatan tata kelola lainnya.
Konflik antara pemegang saham dan kreditor tidak akan pernah sepenuhnya
dihilangkan meskipun perusahaan dalam posisi keuangan yang sehat. Tetapi ada tata
kelola yang dapat diungkapkan oleh kreditor yang tidak perlu bertentangan dengan
kepentingan ekuitas investor dan disinilah peran kreditor. Ini termasuk:
Pernyataan ini akan menjadi pertimbangan apakah kreditor bersedia memberi utang
kepada perusahaan atau tidak, dan kedepannya akan mendorong semua organ
corporate governance untuk menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mampu
memenuhi kewajibannya kepada tidak hanya kreditor, tetapi juga stakeholder yang
lain.
3. Efektivitas dewan.
Pemegang saham dan kreditor menginginkan dewan yang kuat untuk menyediakan
dukungan independen dan tantangan konstruktif bagi perusahaan dan pengelola
eksekutifnya.
DEBTHOLDERS (ray)
Manfaat Dan Biaya Dari Perbankan Berbasis Hubungan.
Peran ganda bank sebagai kreditor dan pemegang saham dapat menciptakan konflik
kepentingan dengan pemegang saham lain,debtholders dan pemangku kepentingan perusahaan,
dimana utang bank dan klaim ekuitas cenderung memerlukan keputusan yang berbeda jika
salah satu perusahaan investee-cum-debitor memasuki kesulitan keuangan. Sementara klaim
utang bank dapat meminta perusahaan ditutup dan memulihkan asetnya, klaim ekuitasnya
dapat meminta untuk memutar kembali pinjaman yang ada kepada perusahaan. Konflik
kepentingan ini dapat diperburuk dalam sistem tata kelola perusahaan dengan jaringan dan
hubungan yang kuat antara perusahaan dan bank karena keputusan bank cenderung
dipengaruhi oleh tujuan jaringan daripada kepentingan perusahaan yang bersangkutan.
Mengatasi Konflik Kepentingan Yang Diciptakan Oleh Kepemilikan Bank Dan Perwakilan
Dewan Bank.
Peran ganda bank sebagai kreditor dan pemegang saham dapat menciptakan konflik
kepentingan dengan pemegang saham lain,debtholders dan pemangku kepentingan perusahaan,
dimana utang bank dan klaim ekuitas cenderung memerlukan keputusan yang berbeda jika
salah satu perusahaan investee-cum-debitor memasuki kesulitan keuangan. Sementara klaim
utang bank dapat meminta perusahaan ditutup dan memulihkan asetnya, klaim ekuitasnya
dapat meminta untuk memutar kembali pinjaman yang ada kepada perusahaan. Konflik
kepentingan ini dapat diperburuk dalam sistem tata kelola perusahaan dengan jaringan dan
hubungan yang kuat antara perusahaan dan bank karena keputusan bank cenderung
dipengaruhi oleh tujuan jaringan daripada kepentingan perusahaan yang bersangkutan.
Kesimpulan
Debtholders besar, seperti bank, berpotensi memainkan peran penting melalui pengurangan
masalah informasi asimetris. Mereka juga dapat memainkan peran tata kelola perusahaan yang
penting. Pemantauan mereka terhadap manajemen perusahaan dapat menghasilkan nilai
melalui mitigasi masalah agen utama yang sangat parah di perusahaan yang dipegang secara
luas. Sementara pemantauan yang dilakukan oleh bank dapat menciptakan nilai bagi pemegang
saham serta pemangku kepentingan lainnya, itu juga dapat menghasilkan kekuatan
monopolistik bagi bank yang dapat membebani suku bunga di atas pasar perusahaan. Namun,
ada juga bukti bahwa bank- bank yang memiliki hubungan dekat dengan perusahaan
memuluskan suku bunga dari waktu ke waktu dengan membebankan suku bunga di bawah
pasar ke perusahaan ketika mereka masih muda dan memiliki akses terbatas ke pendanaan luar
dan kemudian berpartisipasi dalam surplus yang dihasilkan oleh perusahaan ketika mereka
matang dengan membebankan suku bunga di atas pasar.