Anda di halaman 1dari 8

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 8.

Oktober 2016, 09-16

PENGARUH PENGGUNAAN HANDOUT BERORIENTASI PEMBELAJARAN


TERPADU TIPE INTEGRATED TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI IPA
PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 31 PADANG

Albinuz Deka Indra1)Festiyed2)Nurhayati2)


1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
albinuzdekaindra@gmail.com

ABSTRACT
One cause of low achievement IPA competence of learners is the lack of use of teaching materials with
the essence of integrity of the material in accordance with the demands of the curriculum. As an alternative
solution to overcome these problems is needed teaching materials that includes the integration of materials with
integrated learning oriented. The purpose of this study to investigate the effect of the use of teaching materials
handout integrated learning oriented towards achievement of competencies type of integrated science class VII
students of SMPN 31 Padang. This type of research design Quasi Experiment with Randomized Control Group
Only Design. This study population of students of class VII SMPN 31 Padang enrolled in the second semester of
the school year of 2015/2016 with a random cluster sampling technique. In this study, the competence of the
attitude measured using observation sheets, competency knowledge using written tests and competency skills are
measured using a portfolio assessment. Based on research activities that have been implemented, the data
obtained attainment of learners on three competence. The average value of achievement of competence attitudes
and competence skills of the experimental class is bigger than the control class, where the average value in the
attainment of knowledge of the control class higher than the experimental class. The results of data analysis
research conducted at the level of 95% was concluded that there was no effect of the use of integrated learning
handout oriented towards achievement of competencies type of integrated science class VII students of SMPN 31
Padang.

Keywords : Teaching Materials,, Handout, Integrated Learning Type, Competence

PENDAHULUAN Melalui penerapan pembelajaran IPA


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah terpadu, peserta didik diharapkan memperoleh
sebagian kecil dari sekian banyak cabang ilmu pengalaman langsung, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA efektivitas kekuatan untuk menyimpan, menerapkan
diperoleh dari suatu proses berfikir dan bertindak dan menerima konsep yang telah dipelajarinya. Pada
dalam menghadapi masalah-masalah yang ada dalam dasarnya tujuan pembelajaran terpadu dalam hal ini
kehidupan sehari-hari. IPA berhubungan dengan IPA sebagai suatu kerangka kesatuan model dalam
proses menemukan tentang alam secara sistematis, pembelajaran esensinya sedikit tidak jauh berbeda
sehingga IPA bukan hanya penguasaan[1]. Ilmu dengan tujuan pokok kegiatan pembelajaran terpadu
pengetahuan tentang alam semesta merupakan ilmu itu sendiri, yaitu (1) meningkatkan efisiensi dan
pengetahuan yang utuh tak terpisahkan, bukan efektifitas proses pembelajaran; (2) meningkatkan
merupakan ilmu yang parsial antara IPBA, Fisika dan ketertarikan/minat dan motivasi; (3) beberapa
Biologi. Oleh karena IPA berhubungan dengan kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus[3].
lingkungan peserta didik, maka IPA penting Pengalaman belajar yang lebih menitikberatkan pada
diajarkan kepada peserta didik. Dalam kurikulum kaitan unsur konseptual akan menjadikan proses
2013, pembelajaran IPA di Sekolah Menengah belajar lebih maksimal serta efektif. Hubungan satu
Pertama (SMP) mengalami beberapa perubahan, sama lain konseptual yang dipelajari dengan sisi
diantaranya ruang lingkup pembelajaran bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam terpadu (IPA)
dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative yang sesuai akan membentuk skema kognitif,
science atau IPA terpadu[2]. Keterpaduan disini yaitu sehingga anak memperoleh keutuhan pengetahuan.
antara satu pelajaran/materi dengan materi lainnya Perolehan keutuhan belajar IPA, serta
dikaitkan dan dihubungkan. Konsep keterpaduan ketidakparsialan pandangan tentang kehidupan,
disini ditunjukkan dalam Kompetensi Inti (KI) serta keadaan dunia nyata dan fenomena natural alam
Kompetensi Dasar (KD), dimana pada satu indikator hanya dapat diwujudkan melalui pembelajaran
dari kompetensi yang akan dicapai sudah terpadu.
memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu Berbagai upaya telah dicanangkan, oleh
Biologi, Fisika dan IPBA. pemerintah pusat/daerah, sekolah dan guru untuk
mewujudkan pembelajaran IPA terpadu demi

9
pencapaian kompetensi yang lebih baik. Salah satu peserta didik hanya tertuju pada sebagian kecil buku
upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembaharuan teks atau buku yang diterapkan oleh pendidik untuk
dan perbaikan kurikulum 2006 (KTSP) menjadi menunjang proses pembelajaran, menyebabkan
kurikulum 2013 (K13). Melalui kurikulum 2013, peserta didik hanya mencawan yang disampaikan
selama proses pembelajaran harus mengandung ranah oleh pendidik saja. Saat ini ketersediaan buku IPA
sikap, pengetahuan, dan keterampilan[2]. Selain dari Terpadu berdasarkan K13 sangat sedikit, yaitu buku
segi kurikulum, pemerintah juga melakukan usaha siswa dan hanya beberapa buku dari penerbit swasta
peningkatan dari segi pendidik, diantaranya dengan yang jumlahnya terbatas. Selain itu materi yang
melakukan kegiatan sertifikasi, PPG (Pendidikan disajikan dalam buku siswa masih belum
Profesional Guru), dan SM-3T. menampakkan keterpaduan, hal tersebut terlihat
Pemerintah juga telah melakukan suatu masih terpisah-pisahnya antara materi fisika, biologi
kegiatan untuk mengoptimalkan kualitas dan IPBA. Hal ini akan berdampak terbatasnya
pembelajaran IPA seperti pengadaan bahan ajar pengetahuan yang didapat peserta didik, sehingga
seperti buku siswa, buku guru. Selain itu dari segi ketercapaian kompetensi peserta didik pada mata
pendukung pelaksanaan pendidikan diantaranya pelajaran IPA kurang maksimal.
pembenahan sarana prasarana, mengimplementasikan Salah satu kemungkinan alternatif solusi
model-model pembelajaran yang relevan dengan K13 untuk mengatasi permasalahan ini diperkirakan
dan mengoptimalkan kegiatan laboratorium serta dengan menerapkan penggunaan bahan ajar. Bahan
pustaka. Tidak hanya itu, pemerintah juga berusaha ajar adalah berbagai bentuk bahan yang
dengan cara mengadakan Musyawarah Guru Mata dipergunakan untuk membantu guru/instruktor dalam
Pelajaran (MGMP) yang rutin diselenggarakan pada mencanangkan kegiatan proses pendidikan dan
tingkat kabupaten/kota dan mengadakan kelompok mengajar. Salah satu bahan ajar cetak yang banyak
kerja guru (KKG) di setiap sekolah. digunakan yaitu handout.
Selain itu, pemerintah melalui kemristek Handout diartikan sebagai bahan ajar non-
dikti melakukan upaya dalam hal penyeleksian elektronik yang diharapkan dapat mendukung bahan
penelitian dosen yang sejalan dengan usaha ajar lain nya atau penjelasan dari guru.[4] Handout
meningkatkan kompetensi peserta didik. Salah satu berisi pernyataan dan keterangan yang telah disusun
upaya tersebut yaitu penelitian untuk oleh pembicara untuk diberikan. Handout sebagai
mengembangkan kompetensi soft skills/bakat dan bahan ajar dapat mempermudah dalam
hard skills/akademik siswa oleh ibu Festiyed. Semua menyampaikan materi oleh guru dan untuk
upaya tersebut diharapkan dapat memaksimalkan menanggulangi ketiadaan buku pegangan bagi siswa,
pencapaian kompetensi peserta didik lebih baik dan supaya siswa mampu belajar mandiri. Handout
tercapai tujuan pendidikan yang sesuai harapan. biasanya diambilkan dari beberapa sumber yang
Meskipun berbagai usaha telah dilakukan, kenyataan memiliki keterhubungan dengan materi
di lapangan salah satunya SMP Negeri 31 Padang pembelajaran/KD dan materi pokok yang wajib
belum sesuai dengan harapan dan belum sebanding dipahami peserta didik secara umum. Ada tujuh
dengan usaha yang telah dilakukan pemerintah, fungsi dari handout,yaitu: pertama, guna membantu
sekolah dan guru. siswa agar tidak perlu mencatat; kedua, sebagai
Berdasarkan observasi di lapangan, pendamping penjelasan guru; ketiga, sebagai bahan
rendahnya pencapaian kompetensi pengetahuan rujukan siswa; keempat, memotivasi siswa lebih giat
peserta didik menunjukkan bahwa belum tercapainya belajar; kelima, pengingat pokok-pokok materi yang
pembelajaran IPA yang sesuai harapan. Adapun diajarkan; keenam, memberi umpan balik; ketujuh,
penyebabnya yaitu kurangnya interaksi peserta didik- menilai hasil belajar[5]. Model dan bentuk handout
peserta didik, guru-kelompok dan peserta didik - dalam penggunaannya dapat bervariasi menurut
peserta didik menjadikan pembelajaran IPA menjadi desain yang ditetapkan oleh lembaga atau orang-
berpusat pada guru. Selain itu, sebagian besar orang yang bertanggung jawab dalam penyusunan
karakter peserta didik yang masih menerima begitu handout tersebut.
saja pengetahuan yang disampaikan pendidik juga Sesuai dengan fungsinya, handout digunakan
salah satu dari sekian banyak problematika kurang untuk alat bantu dalam pembelajaran. Tahapan
tercapainya tujuan pendidikan di nusantara, ini penyusunan handout sebagai berikut: (1) Melakukan
disebabkan satu dari beberapa faktor, salah satunya analisis kurikulum; (2) Menentukan judul handout,
bahan ajar atau sumber belajar yang digunakan dalam sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan
proses kegiatan pembelajaran kurang bervariasi dari dicapai; (3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan
isi dan desain yang dapat memicu ketertarikan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan
peserta didik untuk membacanya. dengan materi pokoknya; (4) Menulis handout, dalam
Bahan ajar yang digunakan belum dapat menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak
mendukung peserta didik untuk aktif dan kreatif. terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan
Tidak adanya bahan ajar lain seperti handout, modul, jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata
lks, dan bahan ajar penunjang lainnya membuat dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya

10
antara 3 – 7 kalimat saja; (5) Mengevaluasi hasil merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa
tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca disiplin ilmu/materi yang memprioritaskan kurikuler
orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap
masukan; (6) Memperbaiki handout sesuai dengan dalam satu tema yang memiliki esensi ilmu dan
kekurangan-kekurangan yang ditemukan[6]. tujuan yang sama pula.
Berpedoman pada tahapan pengembangan handout Dengan penggunaan handout berorientasi
tersebut, maka disusun handout berdasarkan kriteria pembelajaran terpadu tipe integrated diharapkan
yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan sendiri. membuat pembelajaran IPA lebih menarik, utuh serta
Salah satunya dengan mengorientasikan saling keterkaitan antar materi pembelajaran yang
pembelajaran terpadu tipe integrated dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata,
pembuatan handout. dimana di dalamnya terdiri beberapa tema yang pada
Pengajaran terpadu pada dasarnya masing-masing tema dijabarkan dengan jaringan
dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan tema pada bagian awal, sehingga tercapailah
memadukan materi beberapa matapelajaran dalam kompetensi IPA peserta didik yang lebih baik dan
satu tema[7]. Dilihat dari keterpaduan pokok bahasan, maksimal.
pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran Kompetensi dapat diartikan sebagai segala
yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan sesuatu yang dimiliki oleh peserta didik setelah
atau bidang studi atau berbagai materi dalam satu proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
sajian pembelajaran keterangan seperti ini disebut Kompetensi merupakan keterpaduan dari
juga dengan kurikulum atau pengajaran lintas bidang keterampilan, nilai, dan sikap pengetahuan yang
studi. Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
terpadu dapat diklasifikasikan menjadi: “1. Prinsip bertindak[9]. Sejalan dengan itu, Peraturan
penggalian tema; 2. Prinsip pengelolaan Pemerintah No.32 Tahun 2013 menyatakan bahwa
pembelajaran; 3. Prinsip evaluasi; 4. Prinsip reaksi[1]. seperangkat sikap, pengetahuan dan keterampilan
Berdasarkan K13, pembelajaran terpadu terbagi yang yang dimiliki, dihayati serta dikuasai oleh peserta
sesuai dengan IPA terpadu diantaranya: connected, didik setelah mempelajari suatu muatan
webbed, integrated, dan shared. Dalam pembahasan pembelajaran, menamatkan suatu program,
kali ini akan menitikberatkan pada pembelajaran menamatkan suatu program atau menyelesaikan
terpadu tipe integrated satuan pendidikan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan
Pembelajaran terpadu tipe integrated bahwa kompetensi merupakan segala sesuatu yang
(keterpaduan) merupakan salah satu jenis dimiliki peserta didik setelah menerima pembelajaran
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan yang terdiri dari pengetahuan, sikap, keterampilan,
antar disiplin ilmu. Tipe ini merupakan pembelajaran dan nilai yang diaplikasikan dalam kemampuan
terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang bertindak serta berpikir.
studi[8]. Fokus pengintegrasian tipe integrated ini Penilaian pencapaian kompetensi sikap
yaitu pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
dilatihkan oleh guru kepada siswanya dalam suatu yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik
bagian kecil pembelajaran untuk ketercapaian konten sebagai hasil dari suatu program pembelajaran[10].
pembelajaran. Esensi tipe integrated ini sejalan kompetensi sikap tidak diajarkan dalam proses
dengan pembelajaran tematik, dimana yang menuntut pembelajaran, hal ini dikarenakan sikap tidak dalam
pemilihan tema dan pengembangannya sebagai konteks untuk diajarkan, tetapi untuk dilatihkan dan
langkah awal, maka dalam jenis khusunya dibiasakan Adapun teknik penilaian kompetensi
keterpaduan yang berkaitan dan berhubungan sikap salah satunya yaitu teknik observasi dengan
merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih instrumen lembar observasi menggunakan daftar cek
guru dalam tahap perencanaan program. Selain itu, yang disertai rubrik penilaian sikap.
dalam penerapan tipe ini diusahakan menggabungkan Penilaian pengetahuan dapat diartikan
disiplin ilmu dengan prioritas cara pokok kurikuler penilaian potensi intelektual yang terdiri dari tahapan
dan menggabungkan keterampilan, konsep, dan sikap memahami, mengetahui, menganalisis, menerapkan,
yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mengevaluasi dan mensintesis,. Teknik penilaian
disiplin ilmu. kompetensi pengetahuan dilakukan dengan tes
Adapun tahap-tahap dalam tipe integrated tertulis, tes lisan, dan penugasan[10]. Tiap-tiap teknik
yaitu pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, tersebut dilakukan melalui instrumen tertentu yang
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan relevan. Pada penelitian ini, untuk penilaian
dibelajarkan pada setiap semester dari beberapa kompetensi pengetahuan dibatasi, yaitu
disiplin ilmu dalam sains[1]. Selanjutnya ditetapkan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal pilihan
pengetahuan konsep, keterampilan, dan sikap yang ganda dan uraian yang disertai kisi-kisi dan kunci
memiliki keterkaitan yang erat dan tumpang tindih di jawaban serta rubrik penskoran untuk soal uraian.
antara beberapa disiplin tersebut. Dari penjelasan Penilaian ketercapaian kompetensi ranah
tersebut, pembelajaran terpadu tipe integrated keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan

11
terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana integrated. 2) Variabel terikat penelitian ini yaitu
pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi pencapaian kompetensi peserta didik kelas pada kelas
keterampilan[11]. Dalam ranah abstrak, keterampilan eksperimen dan kelas kontrol yang mencakup
ini mencakup aktivitas menghitung, menggambar, kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. 3)
mengarang, menulis dan membaca. Pendidik menilai Variabel kontrol penelitian ini yaitu pendidik, materi
kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, pembelajaran, jumlah waktu belajar, media, model
yaitu tuntutan penilaian yang mengharuskan peserta pembelajaran dan jumlah serta jenis soal yang akan
didik mendemokan suatu kompetensi tertentu dengan diujikan pada kedua kelas sampel.
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian Data yang digunakan pada penelitian ini
portofolio[12]. Pada penelitian ini, untuk penilaian adalah data yang diambil langsung oleh peneliti dari
keterampilan menggunakan penilaian portofolio tes akhir kedua kelas sampel. Nilai kompetensi sikap
dibatasi dengan menggunakan instrumen rating scale melalui lembar observasi, kompetensi pengetahuan
berbentuk lembar penilaian portofolio yang disertai diambil melalui tes akhir, dan kompetensi
rubrik penskoran. keterampilan melalui lembar penilaian portofolio
Dalam penelitian ini, penilaian kompetensi dengan rubrik penskoran. Prosedur penelitian dapat
yang dimaksud adalah kompetensi IPA meliputi dibagi atas tiga bagian yaitu: bagian persiapan,
ketiga ranah kompetensi, yaitu ranah sikap, ranah pelaksanaan, dan penyelesaian. Teknik pengumpulan
pengetahuan dan ranah keterampilan. Berdasarkan data pada kompetensi pengetahuan yaitu tes tertulis,
kajian teori yang telah dijabarkan dan agar penelitian sedangkan pada kompetensi sikap menggunakan
ini mempunyai sasaran yang jelas dan dapat diukur teknik obervasi, terkahir pada kompetensi
keterampilan yaitu portofolio
ketercapaiannya maka ditetapkan tujuan penelitian
Instrumen penilaian kompetensi sikap pada
ini yaitu untuk menyelidiki Pengaruh Penggunaan
penelitian ini peneliti menggunakan tekniik observasi
Handout Berorientasi Pembelajaran Terpadu Tipe dilengkapi lembar observasi. Adapun aspek sikap
Integrated Terhadap Pencapaian Kompetensi IPA yang dinilai pada penelitian ini terdiri dari 6, yaitu
Peserta Didik Kelas VII SMPN 31 Padang. spriritual, disiplin, jujur, kerja sama, percaya diri, dan
rasa ingin tahu.
METODE PENELITIAN Instrumen penilaian kompetensi pengetahuan
Jenis penelitian yang dilaksanakan yaitu
pada penelitian ini yaitu menggunakan tes evaluasi
Quasi Eksperimental Research (eksperimen semu),
tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dan uraian
dimana rancangan penelitian Randomized Control
yang disertai kisi-kisi dan kunci jawaban serta rubrik
Group Only Design dengan populasi dikelompokkan penskoran untuk soal uraian. Pembuatan soal-soal tes
secara acak menjadi dua kelompok, yaitu eksperimen berpedoman pada tujuan pembelajaran dan
dan kontrol. Untuk kelas eksperimen diberi perlakuan
kompetensi pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
penggunaan handout berorientasi pembelajaran
penerapan (C3) dan analisi (C4) dan berikutnya
terpadu tipe integrated dan buku siswa, sedangkan
dengan membuat kisi-kisi soal. Soal yang digunakan
kelas kontrol diberi perlakuan penggunaan buku pada tes akhir telah diujikan validitas, reliabilitas;
siswa, dimana kedua kelas diberi tes yang sama di tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.
akhir penelitian. Selanjutnya, instrumen penilaian kompetensi
Rancangan penelitian Randomized Control
keterampilan pada penelitian ini menggunakan
Group Only Design terdiri atas dua kelas, yaitu
penilian portofolio dibatasi dengan instrumen rating
eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan (x)
scale berbentuk lembar penilaian portofolio yang
berupa penggunaan handout berorientasi disertai rubrik penskoran. Portofolio yang dinilai
pembelajaran terpadu tipe integrated dan buku siswa. meliputi karya (evidence) peserta didik yang
Sementara kelas kontrol tidak diberi perlakuan. disesuaikan dengan tuntutan standar kelulusan dan
Diakhir penelitian kedua kelas sama-sama diberi
kompetensi dasar. Semua karya peserta didik dinilai
evaluasi tes akhir [13]. Jadi, kedua kelas sampel diberi
pada akhir pembelajaran.
tes evaluasi di akhir penelitian.
Analisis data yang dipergunakan dalam
Populasi dalam penelitian adalah peserta menguji hipotesis penelitian pada kompetensi sikap,
didik kelas VII SMPN 31 Padang Semester 2 Tahun pengetahuan dan keterampilan yaitu diawali dengan
Ajaran 2015-2016. Pengambilan sampel penelitian
uji normalitas. Uji normalitas yang dilakukan untuk
menggunakan Cluster Ranndom Sampliing Technic.
ketiga kompetensi menggunakan uji Lilliefors.
Pengambilan dengan teknik ini merupakan
Adapun ketentuan pengujiannya yaitu
pengambilan sampel kelompok individu yang ada di membandingkan nilai Lo dan Lt yang terdapat dalam
sekolah yaitu kelas bukan secara individual. Agar taraf nyata = 0,05. Adapun kriteria pengujian sebagai
sampel representatif dilakukan beberapa langkah berikut: 1) Jika Lo < Lt, maka sampel terdistribusi
dalam pengambilan sampel.
normal, selanjutnya 2) Jika Lo > Lt, maka sampel
Variabel pada penelitian ini meliputi: 1)
tidak terdistribusi normal. Tahap selanjutnya yaitu
Variabel bebas penelitian ini yaitu penggunaan
melakukan uji homogenitas, dimana uji yang
handout berorientasi pembelajaran terpadu tipe

12
digunakan yaitu menggunakan uji F dengan analisis statistik uji kesamaan dua rata-rata dengan
persamaan: terlebih dahulu dilakukan ujii normalitas dan uji
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 homogeenitas.
𝐹= ..........(1)
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Uji normalitas memiliki maksud untuk
Selanjutnya nilai F hitung dibandingkan dengan nilai
mengetahui apakah kedua sampel berasal dari
F yang terdapat dalam daftar distribusi F dengan taraf
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil
nyata 0,05 dan dk pembilang = n1 − 1 dan dk
uji normalitas kompetensi sikap didapatkan harga Lo
penyebut = n2 − 1. Bila harga 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka
dan Lt pada taraf nyata 0,05. Untuk kelas eksperimen
variansnya homogen dan sebaliknya bila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > dari hasil perhitungan selisih 𝐅 𝐳𝐢 − 𝐬 𝐳𝐢 ,
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka variansnya tidak homogen. didapatkan nilai yang paling besar yaitu 0,0733
Setelah data hasil belajar ranah pengetahuan sebagai 𝐋𝟎 . Untuk kelas kontrol dari hasil
diketahui sebaran datanya terdistribusi normal serta perhitungan selisih 𝐅 𝐳𝐢 − 𝐬 𝐳𝐢 , didapatkan nilai
mempunyai varians yang homogen, maka dilakukan yang paling besar yaitu 0,1012 sebagai 𝐋𝟎 .
uji kesamaan dua rata-rata (uji t). Apabila sebaran Berdasarkan tabel nilai kritis uji Lilliefors untuk
data ranah pengetahuan diketahui terdistribusi normal n = 31 dan taraf nyata α = 0,05 didapatkan 𝐋𝐭
tapi mempunyai varians yang tidak homogen, maka yaitu 0,1591. Analis tersebut memperlihatkan bahwa
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (uji t`), dengan masing-masing kelas sampel mempunyai harga Lo <
persamaan sebagai berikut: Lt pada taraf nyata 0,05, berarti data masing-masing
𝐱 𝟏 −𝐱 𝟐
𝐭′ = ........(2) kelas sampel pada kompetensi sikap berasal dari
𝟐
𝐬𝟏 𝐬𝟐
𝐧𝟏
+ 𝟐
𝐧𝟐
populasi yang berdistribusi normal.
Tujuan uji homogenitas diterapkan untuk
kriteria pengujian: terima H0 jika melihat apakah kelas sampel berasal dari populasi
w t +w t w t +w t
− 1 1 2 2 < t′ < 1 1 2 2 yang memiliki varian homogen atau tidak. Setelah
w 1 +w 2 w 1 +w 2
Dengan : dilakukan perhitungan secara statistik pada kedua
s 21 s 22 kelas sampel didapatkan hasil bahwa varians 𝑆 2
w1 = ; w2 = dan kelas eksperimen sebesar 19,08. Lalu untuk kelas
n1 n2
𝑡1 = 𝑡 1
1− 𝛼 , 𝑛 1 −1
; 𝑡2 = 𝑡 1
1− 𝛼 , 𝑛 2 −1 kontrol didapatkan nilai varians 𝑆 2 yakni 65,69.
2 2
Berdasarkan kedua nilai varians tersebut dilakukan
Dimana 𝑡1 𝑑𝑎𝑛 𝑡2 didapatkan dari tabel distribusi
perhitungan dengan uji F didapatkan hasil Fh = 3,44,
Student.
dimana untuk nilai Ftabel dengan dk pembilang dan dk
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN penyebut yakni 30 pada taraf nyata 0,05 sebesar 1,84.
1. Hasil Penelitian Analisis tersebut memperlihatkan pada taraf nyata
Penelitian dimulai dari tanggal 17 Maret 0,05 bahwa nilai Fh > F(0,05),(30:30) yaitu 3,44 > 1,84,
2016 dan berakhir pada 20 Mei 2016 di SMPN 31 artinya data kedua kelas sampel berasal dari populasi
Padang diperoleh hasil berupa data nilai kompetensi yang memiliki varians yang tidak homogen.
peserta didik mata pelajaran IPA meliputi Hasil uji normalitas dan uji homogenitas
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. diperoleh bahwa data setiap kelas sampel
Data penilaian kompetensi IPA untuk ranah sikap terdistribusi normal dan kedua kelas sampel
diperoleh selama proses pembelajaran. Data ini variannya tidak homogen, sehingga untuk menguji
diambil dengan menggunakan lembar observasi yang hipotesis penelitian digunakan uji kesamaan dua rata-
diserta dengan rubrik, dan dibantu oleh seorang rata yaitu uji-t`. Sebelumnya diketahui bahwa nilai
observer. Sikap yang dinilai meliputi 6 aspek rata-rata(𝑥 ) kelas eksperimen sebesar 76,96 dengan
penilaian yaitu sikap spiritual, disiplin, jujur, varians 𝑆 2 = 19,08. Untuk nilai rata-rata(𝑥 ) kelas
kerjasama, percaya diri dan rasa ingin tahu. kontrol yaitu 73,74 dengan varians 𝑆 2 = 65,69.
Deskripsi data kompetensi sikap ini ditunjukkan oleh Jumlah(n) peserta didik untuk kedua kelas adalah
nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah dua belas sama, yaitu 30. Berdasarkan hasil perhitungan
kali pertemuan tatap muka. menggunakan persamaan(2) didapatkan nilai t `hitung
Berdasarkan hasil perhitungan secara sebesar 1,94. Adapun t ′tabel yang didapatkan dengan
statistik, pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata- w t +w t
menggunakan persamaan 1 1 2 2 pada taraf nyata
rata(𝑥 ) sebesar 76,96; simpangan baku(S) = 4,37; dan w 1 +w 2
varians 𝑆 2 = 19,08. Untuk kontrol diperoleh hasil 0,05 yakni sebesar 2,04. Hasil analisis tersebut
untuk nilai rata-rata(𝑥 ) sebesar 73,74; simpangan menunjukkan bahwa pada taraf nyata (α) = 0,05
baku(S) = 8,11; dan varians 𝑆 2 = 65,69. Deskripsi

didapatkan −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < t ′hitung < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

yaitu −2,04 <

tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan 1,94 < 2,04, berarti nilai t hitung berada pada daerah
pencapaian kompetensi IPA untuk ranah sikap antara penerimaan H0 , maka Hi ditolak dengan kata lain
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk maka H0 yang diterima.
mengetahui apakah terdapat pengaruh pada kelas Data penilaian kompetensi IPA untuk ranah
eksperimen yang telah diberikan perlakuan dan kelas pengetahuan diperoleh dari tes akhir yang diberikan
kontrol tanpa diberi perlakuan maka dilakukan kepada peserta didik di akhir penelitian. Instrumen

13
yang digunakan yaitu tes tertulis dengan bentuk 35 = 244,41. Jumlah(n) peserta didik untuk kedua kelas
soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Instrumen adalah sama, yaitu 30. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut sebelumnya diuji cobakan pada sekolah yang menggunakan persamaan(2) didapatkan nilai t ′hitung
berbeda sesuai dengan ketentuan yang sesuai sebesar 0,28. Adapun t ′tabel yang didapatkan dengan
statistik. w t +w t
menggunakan persamaan 1 1 2 2 pada taraf nyata
Berdasarkan hasil analisis perhitungan w 1 +w 2
secara statistik diperoleh nilai rata-rata(𝑥 ) untuk 0,05 yakni sebesar 2,04. Hasil analis tersebut
kelas eksperimen sebesar 65,60; dengan simpangan menunjukkan bahwa dengan taraf nyata (α) = 0,05
baku(S) yakni 9,38; dan varians 𝑆 2 sebesar 87,99.

didapatkan −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < t ′hitung < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

yaitu −2,04 <

Pada kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata(𝑥 ) 0,28 < 2,04, berarti nilai t hitung berada pada daerah
sebesar 66,51; dengan simpangan baku(S) yakni penerimaan H0 , maka Hi ditolak dengan kata lain
15,63; dan varians 𝑆 2 sebesar 244,41. Hasil maka H0 yang diterima.
deskripsi dan analisis tersebut memperlihatkan Data penilaian kompetensi IPA untuk ranah
bahwa terdapat perbedaan kompetensi IPA untuk keterampilan diambil dengan penilaian portofolio.
ranah pengetahuan antara kelas eksperimen dan kelas Instrumen yang digunakan berupa rating scale
kontrol. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh berbentuk lembar penilaian portofolio yang disertai
pada kelas eksperimen yang telah diberikan rubrik penskoran. Ranah keterampilan mengacu pada
perlakuan dan kelas kontrol tanpa diberi perlakuan pengumpulan tugas-tugas yang telah disepakati setiap
maka dilakukan analisis statistik uji kesamaan dua minggunya sesuai tuntutan kompetensi dasar.
rata-rata dengan terlebih dahulu dilakukan uji Berdasarkan hasil analisis perhitungan
normalitas dan uji homogenitas. secara statistik, untuk kelas eksperimen diperoleh
Hasil uji normalitas kompetensi pengetahuan nilai rata-rata(𝑥 ) sebesar 83,87; dengan simpangan
didapatkan harga Lo dan Lt pada taraf nyata 0,05. baku(S) yakni 7,91 dan varians (𝑆 2 ) sebesar 62,56.
Untuk kelas eksperimen dari hasil perhitungan selisih Selanjutnya pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-
𝐅 𝐳𝐢 − 𝐬 𝐳𝐢 , didapatkan nilai yang paling besar rata(𝑥 ) sebesar 79,23; dengan simpangan baku(S)
yaitu 0,0920 sebagai 𝐋𝟎 . Untuk kelas kontrol dari yakni 11,15, dan varians (𝑆 2 ) sebesar 124,31. Hasil
hasil perhitungan selisih 𝐅 𝐳𝐢 − 𝐬 𝐳𝐢 , didapatkan analisis statistik tersebut memperlihatkan bahwa
nilai yang paling besar yaitu 0,0768 sebagai 𝐋𝟎 . terdapat perbedaan kompetensi IPA untuk ranah
Berdasarkan tabel nilai kritis uji Lilliefors untuk keterampilan antara kelas eksperimen dan kelas
n = 31 dan taraf nyata α = 0,05 didapatkan 𝐋𝐭 kontrol. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
yaitu 0,1591. Analisis tersebut memperlihatkan pada kelas eksperimen yang telah diberikan
bahwa masing-masing kelas sampel mempunyai perlakuan dan kelas kontrol tanpa diberi perlakuan
harga Lo < Lt pada taraf nyata 0,05, berarti data maka dilakukan analisis statistik uji kesamaan dua
masing-masing kelas sampel pada kompetensi rata-rata dengan terlebih dahulu dilakukan uji
pengetahuan berasal dari populasi yang berdistribusi normaliitas dan uji homogenitas.
normal. Dari Hasil uji normalitas kompetensi
Tahap selanjutnya yaitu uji homogenitas keterampilan didapatkan berupa harga Lo dan Lt pada
sampel. Setelah dilakukan perhitungan secara taraf nyata 0,05. Untuk kelas eksperimen dari hasil
statistik pada kedua kelas sampel didapatkan hasil perhitungan selisih 𝐅 𝐳𝐢 − 𝐬 𝐳𝐢 , didapatkan nilai
bahwa varians 𝑆 2 kelas eksperimen sebesar 87,99. yang paling besar yaitu 0,1271 sebagai 𝐋𝟎 . Untuk
Lalu untuk kelas kontrol didapatkan nilai varians 𝑆 2 kelas kontrol dari hasil perhitungan selisih 𝐅 𝐳𝐢 −
yakni 244,41. Berdasarkan kedua nilai varians 𝐬 𝐳𝐢 , didapatkan nilai yang paling besar yaitu
tersebut dilakukan perhitungan dengan uji F 0,1001 sebagai 𝐋𝟎 . Berdasarkan tabel nilai kritis uji
didapatkan hasil Fh = 2,77, dimana untuk nilai Ftabel Lilliefors untuk n = 31 dan taraf nyata α = 0,05
dengan dk pembilang dan dk penyebut yakni 30 pada didapatkan 𝐋𝐭 yaitu 0,1591. Analisis tersebut
taraf nyata 0,05 sebesar 1,84. Analisis tersebut memperlihatkan bahwa masing-masing kelas sampel
memperlihatkan pada taraf nyata 0,05 bahwa nilai Fh mempunyai harga Lo < Lt pada taraf nyata 0,05,
> F(0,05),(30:30) yaitu 2,77 > 1,84, artinya data kedua berarti data masing-masing kelas sampel pada
kelas sampel berasal dari populasi yang memiliki kompetensi keterampilan berasal dari populasi yang
varians yang tidak homogen. berdistribusi normal.
Setelah dilaksanakan uji normalitas dan uji Step selanjutnya yaitu uji homogenitas
homogenitas pada kelas sampel, diperoleh bahwa sampel. Setelah dilakukan perhitungan secara
data kelas sampel berdistribusi normal dan varians statistik pada kedua kelas sampel didapatkan hasil
kedua kelas sampel tidak homogen, sehingga untuk bahwa varians 𝑆 2 kelas eksperimen sebesar 62,56.
menguji hipotesis penelitian digunakan uji kesamaan Lalu untuk kelas kontrol didapatkan nilai varians 𝑆 2
dua rata-rata yaitu uji-t`. Sebelumnya diketahui yakni 124,31. Berdasarkan kedua nilai varians
bahwa nilai rata-rata(𝑥 ) kelas eksperimen sebesar tersebut dilakukan perhitungan dengan uji F
65,60 dengan varians 𝑆 2 = 87,99. Untuk nilai rata- didapatkan hasil Fh sebesar 1,98, dimana untuk nilai
rata(𝑥 ) kelas kontrol yaitu 66,51 dengan varians 𝑆 2 Ftabel dengan dk pembilang dan dk penyebut yakni 30

14
pada taraf nyata 0,05 sebesar 1,84. Analisis tersebut penggunaan handout berorientasi pembelajaran
memperlihatkan pada taraf nyata 0,05 bahwa nilai Fh terpadu tipe integrated pada kompetensi pengetahuan
> F(0,05),(30:30) yaitu 1,98 > 1,84, artinya data kedua salah satu kelas sampel. Tidak berpengaruhnya
kelas sampel berasal dari populasi yang memiliki penggunaan handout berorientasi pembelajaran
varians yang tidak homogen. terpadu tipe integrated ini disebabkan akibat salah
Dari uji normaliitas dan uji homogeniitas satu kelemahan dari handout berorientasi
yang dilakukan pada kedua kelas sampel, pembelajaran terpadu tipe integrated yaitu butuh tim
menghasilkan datauntuk kelas sampel berdistribusi antar bidang studi dalam memadukan konsep-konsep
normal dan kedua kelas sampel memiliki varians esensial ketika menentukan tema.
tidak homogen, sehingga untuk menguji hipotesis Dalam menjalankan pembelajaran terpadu
penelitian digunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu tipe integrated memerlukan tim antar bidang studi,
baik dalam perencanaannya maupun
uji-t`. Sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata(𝑥 )
pelaksanaannya[14]. Karena peserta didik terbiasa
kelas eksperimen sebesar 83,87 dengan varians 𝑆 2 = dengan pembelajaran IPA yang terpisah-pisah,
62,56. Untuk nilai rata-rata(𝑥 ) kelas kontrol yaitu sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk
79,23 dengan varians 𝑆 2 = 124,31. Jumlah(n) membiasakan menggunakan handout berorientasi
peserta didik untuk kedua kelas adalah sama, yaitu pembelajaran terpadu tipe integrated. Selain itu,
30. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan handout berorientasi pembelajaran terpadu tipe
persamaan(2) didapatkan nilai t ′hitung sebesar -1,89. integrated berisikan materi yang dipadukan dengan
Adapun t ′tabel yang didapatkan dengan menggunakan gambar-gambar peristiwa otentik yakni berkaitan
w 1 t 1 +w 2 t 2 dengan kehidupan sehari-hari dan mudah ditemui.
persamaan pada taraf nyata 0,05 yakni Pembelajaran terpadu tipe integrated akan
w 1 +w 2
sebesar 2,04. Hasil analisis tersebut menunjukkan terlaksana dengan baik apabila peristiwa-peristiwa
bahwa pada taraf nyata (α) = 0,05 didapatkan otentik/eksplorasi topik dan tema menjadi pengendali

−𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < t ′hitung < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

yaitu −2,04 < −1,89 < di dalam kegiatan pembelajaran[15]. Keunggulan
tersebut kurang maksimal didapat oleh peserta didik
2,04, berarti nilai t ′hitung berada pada daerah
karena terbatasnya waktu pembelajaran dan waktu
penerimaan H0 , maka Hi ditolak dengan kata lain penelitian yang sangat singkat hanya 6 minggu.
maka H0 yang diterima. Selain itu, adapun hal lain yang menjadi penyebab
2. Pembahasan tidak berpengaruhnya handout ini yaitu jam belajar
Pencapaian kompetensi IPA untuk ranah siswa yang kurang efektif.
sikap kelas eksperimen menunjukkan hasil yang Jam belajar IPA pada kelas eksperimen yaitu
lebih tinggi untuk kelas eksperimen dibandingkan pada hari selasa 2 jam terakhir tepatnya jam 11.40
pada kelas kontrol. Berdasarkan pengamatan selama lalu dipisahkan oleh istirahat siang yakni 12.20-13.00
penelitian, penggunaan handout berorientasi dan disambung lagi jam 13.00 sampai 13.40.. lalu,
pembelajaran terpadu tipe integrated pada kelas pada hari jumat yaitu jam 09.30-11.35. hal tersebut
eksperimen mampu meningkatkan motivasi dan mendakan kelas eksperimen tidak memiliki jam
partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran. belajar IPA terpadu yang efektif. Belajar pada pagi
Handout berorientasi pembelajaran terpadu tipe hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu
integrated ini menarik peserta didik untuk lainnya[16]. Hal tersebut menjelaskan bahwa pada saat
membacanya serta mempelajarinya yang mana pembelajaran IPA berlangsung, peserta didik
didalamnya menggunakan bahasa yang mudah cenderung tidak fokus dan merasa jenuh sehingga
dimengerti dan penuh warna, sehingga dapat sulit untuk berkonsentrasi dan perhatian lebih mudah
membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran teralih ke hal-hal lain. Sedangkan pada kelas kontrol
lebih mengerti. Motivasi yang timbul juga dapat memiliki jam pelajaran yang ideal seperti kutipan
terlihat dalam mengerjakan tugas dan diskusi selama sebelumnya, yaitu jam pelajaran IPA yakni pada hari
proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik selasa dari jam 07.00 hingga 09.10, lalu pada hari
mengerjakan tugas sesuai dengan tuntutan kamis dari jam 07.00 hingga 08.30. Berdasarkan jam
kompetensi dasar dan semua materi sudah tersedia di belajar tersebut, terlihat bahwa pembelajaran IPA
dalam handout berorientasi pembelajaran terpadu tipe kelas kontrol selalu dilaksanakan pada pagi hari,
integrated antusias pengerjaan tugas meningkat, dan dimana pada waktu tersebut fokus siswa masih
lebih semangat dalam belajar. Semua dampak positif terjaga dan kejenuhan belum terjadi, sehingga materi
pada kelas eksperimen tersebut belum bisa pembeljaran lebih mudah dicerna serta dipahami.
berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi sikap. Tidak hanya itu, faktor-faktor yang
Pencapaian kompetensi IPA peserta didik mempengaruhi kesiapan belajar meliputi kesiapan
untuk ranah pengetahuan didapatkan dari evaluasi fisik, kesiapan psikis, dan kesiapan materil juga
pada kedua kelas sampel dipenghujung penelitian. sangat mempengaruhi proses kegiatan
Setelah dilakukan analisis statistik pengujian pembelajaran[17]. Kesiapan fisik berkaitan dengan
hipotesis didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh kondisi kesehatan fisik peserta didik dalam proses

15
pembelajaran. Kesiapan psikis sangat berkaitan penelitian lanjutan untuk permasalahan dengan
dengan kecerdasan, emosi, motivasi, konsentrasi, materi yang lebih kompleks dan ruang lingkup yang
fokus, dan perhatian siswa saat proses pembelajaran. lebih luas agar dapat lebih dikembangkan.
Sementara itu untuk kesiapan materil meliputi
DAFTAR PUSTAKA
keadaan dimana ketersediaan peralatan penunjang
[1] Trianto. 2013. Desain Pengembangan
pembelajaran, misalnya buku tulis, pulpen/pensil dan
Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini
buku penunjang. Seiring dengan itu, keadaan psikis
TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI. Cetakan
peserta didik pun menjadi terganggu, dimana peserta
ke-2.Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
didik menjadi kehilangan fokus dan konsentrasi yang
[2] Kemdikbud. 2013. Permendikbud No.65 th
mengakibatkan berkurang juga semangat sebelum
2013 tentang Standar Proses. Jakarta:
pembelajaran IPA dimulai.
Kemdikbud.
Tidak berpengaruhnya handout berorientasi
[3] Tim Penyusun Pusat Kurikulum, 2007.
pembelajaran terpadu tipe integrated pada
Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA
kompetensi keterampilan juga disebabkan karena
Terpadu(Draft).(SMP/MTS). Puskur. Jakarta.
kesempatan peserta didik dalam memperbaiki hasil
www.puskurbuk.net.
tugas atau kumpulan tugasnya terbatas. Hal tersebut
[4] Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan
terjadi karena kegiatan praktikum tidak bisa
Ajar Tematik. Jakarta: Kencana Prenadamedia
dilaksankan, karena keadaan laboratorium yang tidak
Group.
bisa digunakan, dimana keadaan plafon laboratorium
[5] Belawati, Tian, dkk. 2003. Pengembangan
yang berlubang serta seringnya bocor saat hujan. Hal
Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
demikian yang dikhawatirkan akan mengganggu
[6] Tim Penyusun Dirjen Manajemen Pendidikan
keselamatan peserta didik selama di laboratorium.
Dasar dan Menengah(Depdiknas). 2008.
Selain itu, peralatan laboratorium banyak
Panduan Pengembangan Bahan Ajar Sekolah
tidak layak digunakan dan jumlahnya kurang, seperti
Menengah dan Dasar. Jakarta: Depdiknas.
yang dijelaskan oleh wakasek bidang kurikulum.
[7] Sukandi, Ujang dkk. 2003. Belajar Aktif dan
Sejalan dengan itu, dengan banyaknya hari belajar
Terpadu. Surabaya : Duta Graha Pustaka.
dirumah menyebabkan waktu pembelajaran yang
[8] Daryanto. 2014. Pembelajaran Tematik,
rencananya digunakan untuk observasi disekitar
Terintegrasi Kurikulum 2013. Yogyakarta:
sekolah untuk beberapa materi pembelajaran menjadi
Penerbit Gava Media.
belum terlaksana. Secara tidak langsung mengurangi
[9] Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran.
kesempatan peserta didik untuk melengkapi dan
Jakarta: Kencana Prenada MG.
memoerbaiki kumpulan tugas-tugasnya baik peserta
[10] Mendikbud RI. 2014. Peraturan Menteri
didik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 104
Terlepas dari kendala itu semua, secara umum
tentang Penilaian Belajar oleh Pendidik.
kompetensi keterampilan kelas eksperimen lebih
Jakarta: Kemdikbud.
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
[11] Mendikbud RI. 2013. Model Penilaian
Berdasarkan penjabaran yang telah disampaikan,
Pencapaian Kompetensi Peserta Didik
dapat dinyatakan bahwa penggunaan handout
Sekolah Menengah. Jakarta: Kemdikbud.
berorientasi pembelajaran terpadu tipe integrated
[12] Kemdikbud. 2013. Permendikbud No.66 th
belum mampu meningkatkan pencapaian kompetensi
2013 tentang Standar Penilaian. Jakarta:
peserta didik kelas VII SMP Negeri 31 Padang secara
Kemdikbud.
umum.
[13] Djamas, Djusmaini. 2012. Perangkat
KESIMPULAN Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi
Setelah melakukan penelitian terhadap Penelitian. Padang: UNP.
penggunaan handout berorientasi pembelajaran [14] Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan
terpadu tipe integrated di kelas VII SMP Negeri 31 Lengkap KTSP. Jogjakarta: Pustaka Yustisia.
Padang, kemudian melakukan analisis dan [15] Trianto . 2012. Model Pembelajaran Terpadu:
pengolahan data, dapat ditarik kesimpulan yaitu Konsep, Strategi dan Implementasi dalam
penggunaan penggunaan handout berorientasi KTSP. Jakarta: Bumi Aksara Penerbit.
pembelajaran terpadu tipe integrated di kelas VII [16] Muhibbin, Syah. 1995. Psikologi Pendidikan
SMP Negeri 31 Padang tidak memiliki pengaruh Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
dalam pencapaian kompetensi IPA peserta didik pada Rosdakarya.
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan [17] Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan. 2002.
keterampilan, dimana penelitian dilakukan pada taraf Psikologi Belajar. Jakarta: Group Rineka
kepercayaan 95 %. Handout berorientasi Cipta.
pembelajaran terpadu tipe integrated belum dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif bahan ajar
pendukung bagi peserta didik untuk meningkatkan
kompetensi IPA peserta didik, maka diharapkan ada

16

Anda mungkin juga menyukai