Oleh
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
A. Portofolio..............................................................................................................4
1. Pengertian Portofolio........................................................................................4
3. Jenis Portofolio..................................................................................................7
B. Asesmen Portofolio..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era global yang menuntut peningkatakan daya saing dalam kompetisi yang
terbuka telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan. Buchori (2000)
menekankan bahwa pendidikan yang bermakna dapat menolong kita, sedangkan
pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu
kebermaknaan belajar menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah
dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first
Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas
mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21. Laporan itu mengatakan bahwa
untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat
quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan,
setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat
menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling
ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat
pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari
pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya
untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to
live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling
ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama
manusia.
Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan
pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan
semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan
keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi
pebelajar dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang
dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain,
1
kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survive dalam menghadapi
kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini.
Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat
komprehensif, dalam arti asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar.
Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa
sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini
didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh
proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan
terhadap proses. Disamping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses,
terbuka peluang bagi pebelajar untuk mendapatkan umpan balik yang dapat
digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik. Salah satu bentuk asesmen yang
dimaksud adalah asesmen portofolio.
Penerapan asesmen portofolio sesuai dengan Permendikbud Nomor 049 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 19 (1) Prinsip Penilaian
mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel, dan transparan yang
dilakukan secara terintegrasi. Prinsip otentik merupakan penilaian yang berorientasi
pada proses belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan
kemampuan mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik
penilaian terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes tertulis, tes lisan, dan
angket. Instrumen penilaian terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik
dan/atau penilaian hasil dalam bentuk portofolio atau karya desain. Penilaian sikap
dapat menggunakan teknik penilaian observasi. Penilaian penguasaan pengetahuan,
keterampilan umum, dan keterampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau
kombinasi dari berbagi teknik dan instrumen penilaian.
Selama ini pelaksanaan asesmen di kelas kurang mampu menggambarkan
kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai
dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, asesmen
cenderung dilakukan dengan menggunakan paper and pencil test. Asesmen otentik
merupakan bentuk asesmen dengan paradigma baru yang lebih tepat dan
komprehensif mengukur kemampuan siswa. Harus dilakukan perubaha paradigma
dalam asesmen, perubahan paradigma tersebut paling tidak adalah perubahan dari
paper and pencil ke performance, dari sesaat ke terus-menerus (Portofolio), dan dari
aspek tunggal ke multidemensional.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik asesmen portofolio.
Bahasan dalam makalah ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan portofolio?
2. Mengapa menggunakan portofolio?
3. Apa sajakah jenis-jenis portofolio?
4. Bagaimana hakikat asesmen portofolio?
5. Bagaimana langkah-langkah melakukan asesmen portofolio?
6. Bagaimana cara pelaporan asesmen portofolio?
7. Bagaimana menntukan validitas dan reliabilitas pada asesmen portofolio?
BAB II PEMBAHASAN
A. Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Istilah portofolio awalnya diambil dari bidang seni, yakni istilah yang berarti
suatu kumpulan karya yang dimaksud (Stecher, dalam Fredman et al., 2001). Suatu
portofolio, menurut Collins (dalam Collette & Chiappetta, 1994), adalah suatu
tempat yang berisi sekumpulan bukti dari keterampilan, pengetahuan, minat, dan
kecenderungan seseorang. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk
membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan
portofolio itu. Portofolio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis
mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang
menunjukkan bukti-bukti kemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya. Fotografer
juga menghasilkan portofolio dari foto-foto yang telah diambilnya. Mereka
memasukkan foto-foto yang memperlihatkan kualitas kerjanya.
Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna
tentang upaya, kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu
(Cherian & Mau, 2003). Pendapat lain menyatakan bahwa Portofolio berasal dari
kata portfolio yang sering disebut dengan istilah rubrics. Dalam asesmen portofolio
termasuk asesmen alternative yang bahannya dapat bervariasi bergantung dari fungsi
dan konteks asesmen. Pada umumnnya portofolio berbentuk dokumen (tulisan,
gambar, karangan dll) dan melibatkan komunikasi yang inovatif. (Rustaman ,2012).
Dengan demikina portofolio merupakan kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai
hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama
guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi
yang ditentukan dalam kurikulum. Sejalan dengan pendapat Rustaman tersebut, ahli
lain juga mengatakan bahwa “The portfolio is a purposeful collection of student work
that tells the story of a student’s efforts, progress, or achievement (Arter, 1992). It
also includes student participation in selecting content, the criteria for selection, the
criteria for judging merit, and evidence of student self-reflection (Paulson, & Meyer,
1991).”
Sebuah portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang
dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran
terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa (Duffy et al, 1999).
Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan
sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam
area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat
meliputi contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi
berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya.
Dengan portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan
dilakukan pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Senada
dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006)
dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya
(hasil kerja) siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa,
pengumpulan dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai
kompetensi, memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian
integral dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah koleksi kerja
siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada area yang
ditentukan. Koleksi ini meliputi: (1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio;
(2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; (3) kriteria untuk penilaian; dan (4) bukti
refleksi-diri siswa (Meyer et al dalam Reckase, 1995).
Sebuah portofolio seharusnya memperlihatkan pertumbuhan kemampuan siswa
di dalam pembelajaran. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang
menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Portofolio tersebut juga menunjukkan
inisiatif, kemampuan dan keterampilan siswa. Menurut Collette dan Chiappetta
(1994), agar koleksi hasil kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan
persyaratan : (1) Sebuah portofolio seharusnya mengandung kerja orisinil siswa
dalam periode tertentu. (2) Bahan dalam portofolio dapat juga termasuk bahan-bahan
yang tidak dihasilkan oleh siswa, misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan
laboratorium. Dokumen-dokumen tersebut merupakan bukti-bukti berbagai aktivitas
yang terjadi selama periode tertentu dalam pembelajaran IPA. (3) Koleksi hasil kerja
dalam portofolio seharusnya memperlihatkan aspek-aspek yang berbeda dari
kemampuan siswa. (4) Sebuah portofolio seharusnya mengandung bahan-bahan yang
menunjukkan bahwa siswa telah menuntaskan aspek-aspek tertentu dalam
pembelajaran. (5) Sebuah portofolio seharusnya merupakan bukti kerja siswa
sehingga dapat diases. Menurut Rhoades & McCabe (dalam Maurer, 1996), terdapat
lima jenis model portofolio yakni portofolio kelompok, portofolio individu,
portofolio karir, portofolio kelas, dan portofolio kualitas program.
2. Alasan Penggunaan Portofolio
Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa memungkinkan siswa dan guru
menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen (Freidman et al, 2001).
Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan
bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur
asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan
tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap,
keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk pembelajaran
sepanjang hayat. Lebih lanjut Freidman et al (2001) memperinci manfaat portofolio,
sebagai berikut: (1) Sumbangan portofolio terhadap asesmen. Sumbangan ini
meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja,
penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu,
kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
(2) Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa. Manfaat dalam area ini misalnya
menyediakan bukti-bukti personal dan profesional dalam pembelajaran siswa,
menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan
sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya. (3) Menguatkan
hubungan antara guru dan siswa. Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan
dengan guru, mengingatkan siswa bahwa embelajaran adalah proses dua arah,
cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan
berpikir dan pemecahan masalah siswanya. (4) Merangsang penggunaan strategi-
strategi reflektif. Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk
pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan
reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses metakognitif, dan
memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari kemampuan siswa dalam
merefleksikan bukti tersebut. (5) Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi
profesional. Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan
menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional.
3. Jenis Portofolio
Portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari dan untuk memenuhi
maksud dan konteks pendidikan. Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, Klenowski
(2002) membedakan portofolio menjadi: (1) portofolio untuk tujuan sumatif,
(2) portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, (3) portofolio untuk tujuan penilaian dan
promosi, (4) portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran,
(5) portofolio untuk tujuan pengembangan profesional. Menurut Duffy (1999),
terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa
terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya, yaitu : (1) Portofolio
semua hal (The Everything Portfolio). Merupakan suatu kumpulan karya siswa
melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi
karya siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio
jenis ini bukan merupakan tujuan utama. (2) Portofolio produk (The Product
Portfolio). Pada portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau
produk. Siswa memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut.
Portofolio ini menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting
untuk dipelajari, dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik
tersebut, dan dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya
siswa. (3) Portofolio “pameran” (The Showcase Portfolio). Guru menyediakan daftar
isi suatu topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan
memberikan alasan rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak
sekedar memasukkan karya yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula
mempertimbangkan audien dan tujuan portofolio itu. (4) Portofolio tujuan (The
Objective Portfolio). Guru merumuskan daftar tujuan atau pernyataan tentang
kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulankaryanya untuk mempertemukan
karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis ini sebaiknya tidak dibatasi
pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja siswa (misalnya dalam
berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau kualitas kinerja
yang diminta.
B. Asesmen Portofolio
1. Sejarah Perkembangan Asesmen Portofolio
Menurut sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada dunia seni,
merujuk pada kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang merupakan
cerminan perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan, portofolio
pertamakali digunakan dalam pendidikan seni. Selanjutnya portofolio berkembang ke
bidang pendidikan bahasa, matematika dan sains, dan ilmu-ilmu sosial. Dalam
bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak digunakan sebagai bahan penilaian
kemampuan membaca dan menulis.
Asesmen portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan, utamanya di
negara-negara berkembang. Keberadaannya menjadi semakin penting karena adanya
perubahan-perubahan dalam cara memandang bagaimana mestinya penilaian
perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan pandangan bahwa individu belajar
bersifat holistik sekaligus individual. Kini, asesmen portofolio digunakan mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Universitas Tokyo adalah
salah satu perguruan tinggi pertama yang menggunakan portofolio sebagai bahan
pertimbangan penerimaan mahasiswa baru. Asesmen portofolio telah lama
digunakan untuk menilai perkembangan profesional seorang calon guru (teacher
education) di negara-negara maju. Amerika Serikat bahkan beberapa distrik dan
negara bagian telah menggunakan asesmen portofolio secara formal, seperti di San
Diego dan Vermont.
Secara umum telah terjadi pergeseran asesmen dalam penggunaannya,
Perubahan penekanan dalam asesmen (Torrance, 1997 dalam Klenowski, 2002):