Anda di halaman 1dari 24

ASESMEN PORTOFOLIO

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Asesmen Alternative dalam


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Nuryani Y. Rustaman, M.Pd

Oleh

ERWIN NIM. 1602921


ROSMIATI NIM. 1602846

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (S3)


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4

A. Portofolio..............................................................................................................4

1. Pengertian Portofolio........................................................................................4

2. Alasan Penggunaan Portofolio..........................................................................6

3. Jenis Portofolio..................................................................................................7

B. Asesmen Portofolio..............................................................................................8

1. Sejarah Perkembangan Asesmen Portofolio....................................................8

2. Hakikat Asesmen Portofolio.............................................................................9

3. Model Asesmen Portofolio.............................................................................15

4. Validitas dan Reliabilitas Asesmen Portofolio...............................................18

BAB III KESIMPULAN............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era global yang menuntut peningkatakan daya saing dalam kompetisi yang
terbuka telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan. Buchori (2000)
menekankan bahwa pendidikan yang bermakna dapat menolong kita, sedangkan
pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu
kebermaknaan belajar menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah
dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first
Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas
mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21. Laporan itu mengatakan bahwa
untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat
quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan,
setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat
menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling
ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat
pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari
pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya
untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to
live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling
ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama
manusia.
Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan
pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan
semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan
keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi
pebelajar dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang
dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain,

1
kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survive dalam menghadapi
kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini.
Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat
komprehensif, dalam arti asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar.
Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa
sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini
didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh
proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan
terhadap proses. Disamping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses,
terbuka peluang bagi pebelajar untuk mendapatkan umpan balik yang dapat
digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik. Salah satu bentuk asesmen yang
dimaksud adalah asesmen portofolio.
Penerapan asesmen portofolio sesuai dengan Permendikbud Nomor 049 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 19 (1) Prinsip Penilaian
mencakup prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel, dan transparan yang
dilakukan secara terintegrasi. Prinsip otentik merupakan penilaian yang berorientasi
pada proses belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan
kemampuan mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik
penilaian terdiri atas observasi, partisipasi, unjuk kerja, tes tertulis, tes lisan, dan
angket. Instrumen penilaian terdiri atas penilaian proses dalam bentuk rubrik
dan/atau penilaian hasil dalam bentuk portofolio atau karya desain. Penilaian sikap
dapat menggunakan teknik penilaian observasi. Penilaian penguasaan pengetahuan,
keterampilan umum, dan keterampilan khusus dilakukan dengan memilih satu atau
kombinasi dari berbagi teknik dan instrumen penilaian.
Selama ini pelaksanaan asesmen di kelas kurang mampu menggambarkan
kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai
dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, asesmen
cenderung dilakukan dengan menggunakan paper and pencil test. Asesmen otentik
merupakan bentuk asesmen dengan paradigma baru yang lebih tepat dan
komprehensif mengukur kemampuan siswa. Harus dilakukan perubaha paradigma
dalam asesmen, perubahan paradigma tersebut paling tidak adalah perubahan dari
paper and pencil ke performance, dari sesaat ke terus-menerus (Portofolio), dan dari
aspek tunggal ke multidemensional.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik asesmen portofolio.
Bahasan dalam makalah ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan portofolio?
2. Mengapa menggunakan portofolio?
3. Apa sajakah jenis-jenis portofolio?
4. Bagaimana hakikat asesmen portofolio?
5. Bagaimana langkah-langkah melakukan asesmen portofolio?
6. Bagaimana cara pelaporan asesmen portofolio?
7. Bagaimana menntukan validitas dan reliabilitas pada asesmen portofolio?
BAB II PEMBAHASAN

A. Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Istilah portofolio awalnya diambil dari bidang seni, yakni istilah yang berarti
suatu kumpulan karya yang dimaksud (Stecher, dalam Fredman et al., 2001). Suatu
portofolio, menurut Collins (dalam Collette & Chiappetta, 1994), adalah suatu
tempat yang berisi sekumpulan bukti dari keterampilan, pengetahuan, minat, dan
kecenderungan seseorang. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk
membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan
portofolio itu. Portofolio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis
mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang
menunjukkan bukti-bukti kemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya. Fotografer
juga menghasilkan portofolio dari foto-foto yang telah diambilnya. Mereka
memasukkan foto-foto yang memperlihatkan kualitas kerjanya.
Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna
tentang upaya, kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu
(Cherian & Mau, 2003). Pendapat lain menyatakan bahwa Portofolio berasal dari
kata portfolio yang sering disebut dengan istilah rubrics. Dalam asesmen portofolio
termasuk asesmen alternative yang bahannya dapat bervariasi bergantung dari fungsi
dan konteks asesmen. Pada umumnnya portofolio berbentuk dokumen (tulisan,
gambar, karangan dll) dan melibatkan komunikasi yang inovatif. (Rustaman ,2012).
Dengan demikina portofolio merupakan kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai
hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama
guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi
yang ditentukan dalam kurikulum. Sejalan dengan pendapat Rustaman tersebut, ahli
lain juga mengatakan bahwa “The portfolio is a purposeful collection of student work
that tells the story of a student’s efforts, progress, or achievement (Arter, 1992). It
also includes student participation in selecting content, the criteria for selection, the
criteria for judging merit, and evidence of student self-reflection (Paulson, & Meyer,
1991).”
Sebuah portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang
dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran
terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa (Duffy et al, 1999).
Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan
sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam
area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat
meliputi contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi
berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya.
Dengan portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan
dilakukan pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Senada
dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006)
dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya
(hasil kerja) siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa,
pengumpulan dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai
kompetensi, memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian
integral dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah koleksi kerja
siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada area yang
ditentukan. Koleksi ini meliputi: (1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio;
(2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; (3) kriteria untuk penilaian; dan (4) bukti
refleksi-diri siswa (Meyer et al dalam Reckase, 1995).
Sebuah portofolio seharusnya memperlihatkan pertumbuhan kemampuan siswa
di dalam pembelajaran. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang
menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Portofolio tersebut juga menunjukkan
inisiatif, kemampuan dan keterampilan siswa. Menurut Collette dan Chiappetta
(1994), agar koleksi hasil kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan
persyaratan : (1) Sebuah portofolio seharusnya mengandung kerja orisinil siswa
dalam periode tertentu. (2) Bahan dalam portofolio dapat juga termasuk bahan-bahan
yang tidak dihasilkan oleh siswa, misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan
laboratorium. Dokumen-dokumen tersebut merupakan bukti-bukti berbagai aktivitas
yang terjadi selama periode tertentu dalam pembelajaran IPA. (3) Koleksi hasil kerja
dalam portofolio seharusnya memperlihatkan aspek-aspek yang berbeda dari
kemampuan siswa. (4) Sebuah portofolio seharusnya mengandung bahan-bahan yang
menunjukkan bahwa siswa telah menuntaskan aspek-aspek tertentu dalam
pembelajaran. (5) Sebuah portofolio seharusnya merupakan bukti kerja siswa
sehingga dapat diases. Menurut Rhoades & McCabe (dalam Maurer, 1996), terdapat
lima jenis model portofolio yakni portofolio kelompok, portofolio individu,
portofolio karir, portofolio kelas, dan portofolio kualitas program.
2. Alasan Penggunaan Portofolio
Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa memungkinkan siswa dan guru
menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen (Freidman et al, 2001).
Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan
bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur
asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan
tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap,
keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk pembelajaran
sepanjang hayat. Lebih lanjut Freidman et al (2001) memperinci manfaat portofolio,
sebagai berikut: (1) Sumbangan portofolio terhadap asesmen. Sumbangan ini
meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja,
penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu,
kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.
(2) Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa. Manfaat dalam area ini misalnya
menyediakan bukti-bukti personal dan profesional dalam pembelajaran siswa,
menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan
sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya. (3) Menguatkan
hubungan antara guru dan siswa. Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan
dengan guru, mengingatkan siswa bahwa embelajaran adalah proses dua arah,
cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan
berpikir dan pemecahan masalah siswanya. (4) Merangsang penggunaan strategi-
strategi reflektif. Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk
pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan
reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses metakognitif, dan
memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari kemampuan siswa dalam
merefleksikan bukti tersebut. (5) Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi
profesional. Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan
menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional.

3. Jenis Portofolio
Portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari dan untuk memenuhi
maksud dan konteks pendidikan. Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, Klenowski
(2002) membedakan portofolio menjadi: (1) portofolio untuk tujuan sumatif,
(2) portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, (3) portofolio untuk tujuan penilaian dan
promosi, (4) portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran,
(5) portofolio untuk tujuan pengembangan profesional. Menurut Duffy (1999),
terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa
terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya, yaitu : (1) Portofolio
semua hal (The Everything Portfolio). Merupakan suatu kumpulan karya siswa
melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi
karya siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio
jenis ini bukan merupakan tujuan utama. (2) Portofolio produk (The Product
Portfolio). Pada portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau
produk. Siswa memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut.
Portofolio ini menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting
untuk dipelajari, dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik
tersebut, dan dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya
siswa. (3) Portofolio “pameran” (The Showcase Portfolio). Guru menyediakan daftar
isi suatu topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan
memberikan alasan rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak
sekedar memasukkan karya yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula
mempertimbangkan audien dan tujuan portofolio itu. (4) Portofolio tujuan (The
Objective Portfolio). Guru merumuskan daftar tujuan atau pernyataan tentang
kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulankaryanya untuk mempertemukan
karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis ini sebaiknya tidak dibatasi
pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja siswa (misalnya dalam
berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau kualitas kinerja
yang diminta.
B. Asesmen Portofolio
1. Sejarah Perkembangan Asesmen Portofolio
Menurut sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada dunia seni,
merujuk pada kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang merupakan
cerminan perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan, portofolio
pertamakali digunakan dalam pendidikan seni. Selanjutnya portofolio berkembang ke
bidang pendidikan bahasa, matematika dan sains, dan ilmu-ilmu sosial. Dalam
bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak digunakan sebagai bahan penilaian
kemampuan membaca dan menulis.
Asesmen portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan, utamanya di
negara-negara berkembang. Keberadaannya menjadi semakin penting karena adanya
perubahan-perubahan dalam cara memandang bagaimana mestinya penilaian
perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan pandangan bahwa individu belajar
bersifat holistik sekaligus individual. Kini, asesmen portofolio digunakan mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Universitas Tokyo adalah
salah satu perguruan tinggi pertama yang menggunakan portofolio sebagai bahan
pertimbangan penerimaan mahasiswa baru. Asesmen portofolio telah lama
digunakan untuk menilai perkembangan profesional seorang calon guru (teacher
education) di negara-negara maju. Amerika Serikat bahkan beberapa distrik dan
negara bagian telah menggunakan asesmen portofolio secara formal, seperti di San
Diego dan Vermont.
Secara umum telah terjadi pergeseran asesmen dalam penggunaannya,
Perubahan penekanan dalam asesmen (Torrance, 1997 dalam Klenowski, 2002):

Bergeser dari terhadap

Mengases Pengetahuan Mengases keterampilan dan pemahaman


Mengases produk Mengases proses
Asesmen Bersifat eksternal pada akhir Asesmen bersifat internal selama
pembelajaran pembelajaran
Hanya asesmen tertulis Menggunakan metode dan bukti yang
bervariasi
Acuan Norma Acuan Kriteria
Asesmen sumatif bersifat lulus/gagal Asesmen formatif tentang kekuatan,
keemahan dan rekaman hasil belajar yang
positif
2. Hakikat Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai
perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan
informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu,
untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa. Dalam suatu portofolio
terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu (1) adanya tujuan yang jelas, dan
dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil (outcome), (3) bukti-bukti
otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4) kerjasama
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan
dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan (ownership) melalui
refleksi diri dan evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran.
Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan
dewasa ini adalah karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan tes-tes baku
yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh.
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah tes-tes yang secara
tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes tersebut
kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan jawaban yang
benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda, satu butir tes
disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum digunakan, tes-tes
tersebut distandarisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan berikutnya, tes-tes di
kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan bentuk-bentuk tes baku
tersebut. De Fina (1994) merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio: terjadi pada
situasi alamiah, memberi kesempatan siswa menunjukkan kelebihan maupun
kelemahannya, informasinya bersifat langsung, pada saat itu (hands-on), asesmen
dapat dilakukan bersama-sama antara guru, orangtua, dan bahkan siswa, bersifat
terus-menerus (ongoing), sehingga memberikan kesempatan beragam untuk
dilakukan asesmen, mengases hal-hal secara realistis dan bermakna, Memberi
kesempatan siswa melakukan refleksi terhadap karya dan pengetahuannya, Memberi
kesempatan refleksi bagi orang lain yang berkepentingan, mengenai pengetahuan
siswa dan karya-karyanya, Mendorong temu wicara (conference) antara guru dan
siswa, Menempatkan siswa sebagai pusat proses pendidikan karena gambaran
keadaannya berguna untuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran.
Klenowski (2002) merumuskan Kerangka pengembangan konsep kunci
asesmen portofolio, yang ia bagi menjadi tiga fase, sebagai berikut:
1. Fase satu: Konseptualisasi portofolio
Fase ini meliputi pemahaman asesmen perkembangan, kontinum
perkembangan, peta kemajuan, dan acuan patokan. Kemampuan untuk
mengembangkan dokumen portofolio memerlukan waktu dan ditunjukkan oleh
akumulasi koleksi karya. Maksud asesmen perkembangan adalah untuk menilai
pencapaian siswa dalam peta kemajuan, kontium perkembangan, atau
seperangkat deskriptor kemajuan untuk mengidentifikasikan pengalaman belajar
yang sesuai dan memonitor belajar siswa.
2. Fase dua: Pengembangan portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi asesmen formatif, umpan balik, asesmen
kinerja, dan memantapkan validitas. Asesmen formatif terjadi pada selama
proses dan ditujukan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Proses kompleks
ini cenderung berpusat pada guru, dengan guru berperan memberikan umpan
balik pada aspek-aspek spesifik yang ditujukan untuk membantu siswa
memperbaiki kinerjanya. Asesmen kinerja dapat menjadi bagian integral dari
karya portofolio.
3. Fase tiga: Penilaian portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi memastikan reliabilitas, standar, asesmen
sumatif, dan asesmen holistik. Hal yang berkaitan dengan reliabilitas dibahas
dalam subbab tersendiri. Asesmen sumatif berimplikasi pada peninjauan kinerja
yang telah lalu. Di dalam portofolio, asesmen sumatif ditujukan untuk
menentukan karya siswa dibandingkan dengan kriteria target (standar)
Terdapat lima tujuan pengunaan portofolio ebagaimana dikemukana oleh
Klenowski ( 2002) yaitu:
1. Tujuan untuk Sumatif
2. Tujuan untuk sertifikasi dan seleksi
3. Tujuan untuk penghargaan atau promosi
4. Tujuan untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran
5. Tujuan untuk pengembangan profesional
Konteks asesmen berkenaan dengan portofolio menurut Stiggins (1994)
meliputi lima aspek yaitu: 1) Tujuan, tujuan berkenaan dengan dokumen
peningkatan/kemajuan peserta didik selama satu satuan waktu. 2) Hakekat hasil
belajar, berkaitan dengan pengetahuan, penalaran, keterampilan, produk, dan/atau
afektif perlu dinyatakan dalam portofolio yang mengarahkan peserta didik untuk
mengumpulkan sampel pekerjaannya. 3) Fokus bukti, yaitu yang menunjukkan
perubahan performan/kinerja peserta didik dari waktu ke waktu atau status dalam
satu aspek tertentu pada waktunya. 4) Rentang waktu, yaitu apabila kemajuan
peserta didik menjadi fokus, perlu ada pembatasan waktu (satu bulan, satu semester).
5) Hakekat bukti, yaitu Jenis bukti apa yang akan digunakan untuk menunjukkan
kemampuan peserta didik (tes, sampel pekerjaan, hasil observasi).
Tujuan penerapan asesmen portofolio secara umum adaah untuk memberikan
informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap
dengan dukungan data dan dokumen akurat. Sedangkan tujuan khususnya adalah
untuk menghargai perkembangan yang dialami perserta didik, mendokumentasikan
proses pembelajaran yang sedang berlangsung, memberi perhatian pada prestasi
kerja peserta didik yang terbaik, mereflesikan kesanggupan mengambil resiko,
melakukan eksperimentasi, dan meningkatkan efektifitas proses pembelajaran,
mengoptimalkan proses bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan
guru lain, membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik,
meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri, dan membantu peserta didik
dalam menguasai kompetensi.
Fungsi asesmen portofolio adalah: 1) sebagai sumber informasi bagi guru dan
orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan
proses pembelajaran, 2) portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen
kurikulum, karena potofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan
menunjukkan hasil kerja mereka, 3) portofolio sebagai alat penilaian otentik
(authentic assessment), dan 4) portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik
untuk melakukan self-assessment. Sedangkan prinsip penerapan portofolio adalah
mutual trust; confidentiality; joint ownership; satisfaction; relevance.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu sampel karya
siswa, evaluasi diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. Penjelasan dari
ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sampel Karya Siswa
Sampel karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke
waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan,
problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara
sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi
siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan
hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti
proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen
konvensisonal yang hanyha menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting.
Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi
kesempatan. Portofolio bersifat individual, dalam arti, dapat memenuhi tujuan kelas
maupun tujuan siswa. Oleh karena itu tidak mungkin ada dua portofolio yang sama
persis. Meski demikian perlu ditentukan cara menyusun sampel tersebut sehingga
memudahkan proses asesmen dan pelaporannya (sharing) kepada orangtua maupun
pihak-pihak yang berkepentingan. Wyaatt III dan Looper (1999) mengatakan ada tiga
jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik,
portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik. Portofolio karya terbaik
adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa.
Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya
terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun guru
(dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya
menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini
dapat pula dilakukan secara tertulis. Isi folder adalah berbagai produk yang
dihasilkan oleh siswa, baik yang berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan
disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh dari tes maupun non-tes
(dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes antara lain karya (artefak),
rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan siswa
sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan bagian dalam
folder.
b. Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana
informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses
belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan
komponen yang sangat penting. O‟Malley (1994) mengatakan bahwa „self-
assessment is the key to portfolio‟. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri
siswa dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau
perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri
siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya
kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian
siswa lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan
belajarnya.
Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa
kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan
mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar
tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan
kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Model evaluasi diri mereka menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri
performansinya, kegiatan ini mendorong siswa untuk menetapkan tujuan yang lebih
tinggi (goals). Untuk itu, siswa harus melakukan usaha yang lebih keras (effort).
Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya
prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui
kontemplasi seperti pertanyaan, „Apakah tujuanku telah tercapai‟? Akibatnya timbul
reaksi (self-reaction) seperti „Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?‟
Gambar 1. Model teoretik kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar

Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu


untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis
menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen
self-judgment dan self-reaction dalam model di atas. Evaluasi diri adalah suatu unsur
metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar
evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa
dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam
berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua siswa dalam menentukan
kriteria penilaian, (2) pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan
kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri, (3) berikan umpan balik pada
mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk
mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya.
Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat
(brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu
rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah.
Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain,
kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut
dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria
penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja.
Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang
dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkah-langkah
selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya.
c. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi „rahasia‟
guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada
siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar
penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut
ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas.
Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Asesmen portofolio
bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja
belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam
porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasii tes objektif (bila
masih dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan
(koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar
siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri
sesuai dengan kebutuhan.
3. Model Asesmen Portofolio
Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh O‟Malley
(1994). Model tersebut (portfolio assessment model) disesuaikan dengan tiga
komponen pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan analisis dan
pelaporan.
a. Perencanaan, terdiri atas kegiatan: (1) Menentukan tujuan dan fokus (standar
kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan) (2) Merencanakan isi
portofolio dan mengkomunikasikan dengn siswa akan dilakukan asesmen
portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan
menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen. (3) Mendesain cara
menganalisis portofolio dan menjelaskan kepada siswa tentang bagian mana dan
seberapa banyak kinerja dan karya minimal yang harus tercantum, dlm bentuk
apa dan bagaimana kinerja dan hasil kerja akan diases. Desain ini dilakukan
dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan
hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. (4)
menjelaskan bagaimana hasil karya tersebut akan disajikan (5) Menentukan
prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui
reliabilitas informasi dan validitas penilaian.
b. Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran), terdiri dari kegiatan:
(1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa,
(2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya,
(3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil
maksimal, (4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri),
(5) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri
c. Analisis dan pelaporan, terdiri dari kegiatan: (1) Mengumpulkan folder,
(2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi, (3) Memadukan
berbagai informasi yang ada, (4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah
disepakati, (5) Melaporkan hasil asesmen. Penilaian pengajar terhadap
perkembangan dan prestasi pebelajar dapat diberikan berupa skor maupun
deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif
karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen
dengan deskripsi yang jelas. Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor
dalam tes objektif. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja seperti
asesmen portofolio, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi
(performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah
suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi
penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi
komponen suatu performansi ideal dan deskriptor dari setiap komponen tersebut.
Cara penilaian kinerja yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor
berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2)
analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi
terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor
berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi.
Portofolio dapat dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat
kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi
antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk
perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai
raport, pengajar akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila
tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan
banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh pengajar. Oleh karena itu, perlu
ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio
dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Perlu ditetapkan
porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut
harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dalam
penentuan kriteria penilaian portofolio perlu dilakukan langkah-langkah: 1)
melibatkan siswa dalam rencana penilaian, 2) curah pendapat (brainstorming), 3)
guru sebaiknya menyiapkan rambu-rambu criteria penilaian, 4) kriteria ini dilengkapi
dengan bagaimana cara mencapainya. kriteria penilaian untuk menilai produk,
sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis
evaluasi diri, 5) cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan
mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja, dan 6) ceklis evaluasi diri
dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan siswa dan
bagaimana cara mencapainya.
Pengelompokan portofolio berdasarkan objeknya menurut Barton dan Collins
(1992) adalah : 1) hasil karya siswa (artifacts), yaitu hasil kerja siswa yang
dihasilkan di kelas, 2) reproduksi (reproduction), yaitu hasil kerja siswa yang
dikerjakan di luar kelas, 3) pengesahan (attestations), yaitu pernyataan dan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pihak lainnya tentang siswa, dan 4)
produksi (productions), yaitu hasil kerja siswa yang dipersiapkan khusus untuk
portofolio.
Beberapa contoh portofolio berdasarkan objeknya antara lain 1) hasil proyek,
penyelidikan, praktik-tertulis, 2) laporan hasil pengamatan/penyelidikan, 3)
penyelesaian soal-soal terbuka, 3) deskripsi pemecahan masalah, 4) laporan kerja
kelompok, 5) hasil pekerjaan rumah yang khas, 6) piagam/tanda penghargaan siswa,
7) laporan sikap siswa terhadap pelajaran, 8) hasil karya dlm mapel yang dipilih
siswa, 9) hasil kerja yg direkam video, audio, komputer, dan 10) cerita siswa ttg cara
mengatasi hambatan psikologis, usaha meningkatkan diri dalam pelajaran.
Bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya : 1) Catatan anekdotal, yaitu
berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai prilaku
siswa, khususnya selama proses pembelajaran, 2) ceklis atau daftar cek, yaitu daftar
yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa, 3)
skala penilaian mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa, 4) respon-respon
siswa terhadap pertanyaan, dan 5) tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi
keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR,
LKS, laporan kegiatan lapangan. Sedangkan isi portofolio berupa hal-hal yang telah
siswa pelajari dan bagaimana keberhasilan mereka dalam belajar, serta bagaimana
siswa tersebut berfikir, bertanya, menganalisis, mensintesis, memproduksi, dan
berkreasi serta bagaiman siswa tersebut berinteraksi secara intelektual, emosional,
dan sosial dengan orang lain.

4. Validitas dan Reliabilitas Asesmen Portofolio


Validitas dalam asesmen portofolio mengacu kepada bukti yang tersedia untuk
interpretasi asesmen (Klenowski, 2002). Semua asesmen pada dasarnya berdasarkan
sampling perilaku atau kinerja yang digunakan untuk generalisasi ke „semesta
perilaku‟ (Nuttal, dalam Klenowski, 2002). Sampling perilaku ini pada akhirnya
bergantung pada asesor/guru, sehingga hal ini menjadi titik kritis validitas asesmen,
termasuk asesmen portofolio. Dikaitkan dengan istilah-istilah validitas yang umum,
Nitko (dalam Klenowski, 2002) menyatakan: (1) validitas isi di dalam portofolio
antara lain ditunjukkan apakah karya di dalam portofolio searah dengan tujuan
pembelajaran, (2) validitas konstruk di dalam portofolio antara lain ditunjukkan,
apakah karya di dalam portofolio mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan
konstruk keterampilan. (Sebagai contoh, keterampilan pemecahan masalah memiliki
konstruk yang berbeda dengan keterampilan komunikasi). (3) validitas kriteria
menunjukkan seberapa baik korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal
dengan fokus asesmen. Friedman et al (2001) menyatakan bahwa kekuatan asesmen
portofolio adalah asesmen portofolio memiliki kekuatan validitas prediktif, yakni
menunjukkan kekuatan untuk memprediksi kinerja atau profesionalitas selanjutnya.
Esensi dari reliabilitas portofolio adalah apakah hasil asesmen dari portofolio
serupa masih sama jika dilakukan oleh dua orang asesor. Terdapat enam kriteria
untuk penskoran portofolio yang reliabel (Klenowski, 2002), yakni: (1) Penskoran
harus terjadi pada kondisi yang sama, (2) Kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh
rubrik penskoran, harus dipahami dan digunakan. (3) Contoh-contoh (eksemplar)
harus tersedia untuk tiap tingkat skala penskoran. (4) Pengecekan berkala untuk
reliabilitas harus dilakukan. (5) Penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran.
Beberapa manfaat dalam penerapan asesmen portofolio diantaranya: 1)
portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap
tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas, 2) portofolio dapat merupakan
catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik, 3) portofolio
merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa, 4) portofolio
memberikan gambaran tentang kemampuan siswa, 5) penggunaan portofolio untuk
penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan
dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas, 6)
penggunaan portofolio dalam penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya
gaya belajar siswa, 7) portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam penilaian hasil belajar, 8) portofolio membantu guru dalam
menilai kemajuan siswa, 9) portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan
tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran, 10) portofolio merupakan bahan
yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan
siswa yang bersangkutan, dan 11) portofolio membantu pihak luar untuk menilai
program pembelajaran yang bersangkutan
BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut:


1. Portofolio merupakan sebuah kumpulan atau koleksi seleksi dan sistematisasi
karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Portofolio memungkinkan guru dan siswa
mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang
pembelajaran siswa. Koleksi tersebut dapat meliputi contoh-contoh karya, contoh
hasil tulisan yang diseleksi berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk
menunjukkan tentang dirinya.
2. Penggunaan portofolio untuk asesmen memungkinkan siswa dan guru
menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen. Dengan kata lain
penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur asesmen
tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan tetapi
lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap,
keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk pembelajaran
sepanjang hayat.
3. Berdasarkan tujuan asesmen, portofolio dibedakan menjadi portofolio untuk
tujuan sumatif, portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, portofolio untuk tujuan
penilaian dan promosi, portofolio untuk mendukung pembelajaran dan
pengajaran, dan portofolio untuk tujuan pengembangan profesional.
4. Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan adalah
karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan tes tes baku yang dianggap
tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Asesmen
portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu sampel karya siswa, evaluasi
diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka
5. Langkah-langkah melakukan asesmen portofolio adalah : (1) Perencanaan, terdiri
atas kegiatan menentukan tujuan dan fokus, merencanakan isi portofolio,
mendesain cara menganalisis portofolio, merencanakan penggunaan portofolio
dalam pembelajaran, menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi. (2)
Implementasi model, terdiri dari kegiatan: mengumumkan tujuan dan fokus
pembelajaran kepada siswa, menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta
kriteria penilaiannya, mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk
mencapai hasil maksimal, melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi
diri), memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri. (3) Analisis dan
pelaporan, terdiri dari kegiatan mengumpulkan folder, menganalisis berbagai
sumber dan bentuk informasi, memadukan berbagai informasi yang ada,
menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati, melaporkan hasil asesmen.
6. Penilaian pengajar terhadap perkembangan dan prestasi pebelajar dapat diberikan
berupa skor maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut
bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari
komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas. Portofolio hendaknya dinilai
secara kontinum dari sangat baik hingga sangat kurang baik, dan dikomentari
secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-
hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang
masih perlu ditingkatkan.
7. Hal-hal terkait validitas asesmen portofoliao yaitu validitas isi di dalam
portofolio antara lain ditunjukkan apakah karya di dalam portofolio searah
dengan tujuan pembelajaran, validitas konstruk di dalam portofolio antara lain
ditunjukkan, apakah karya di dalam portofolio mencerminkan keterampilan yang
sesuai dengan konstruk keterampilan, validitas kriteria menunjukkan seberapa
baik korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal dengan fokus asesmen.
Terdapat enam kriteria untuk penskoran portofolio yang reliabel, yaitu penskoran
harus terjadi pada kondisi yang sama; kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh
rubrik penskoran, harus dipahami dan digunakan; contoh-contoh harus tersedia
untuk tiap tingkat skala penskoran; pengecekan berkala untuk reliabilitas harus
dilakukan; penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran.
DAFTAR PUSTAKA

Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Cherian, M. & Mau, R.Y. (2003). Teaching Large Classes-Usable Practice from
Around the World. Singapore: McGrawHill.
Collete, Alfred T dan Chiappetta, Eugene L.. (1994). Science Education in the
Middle and Secondary School (Sixth Edition). New York: Merril, an imprint of
Macmillan Pub.Co.
Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.
Depdiknas. (2006). Buku KTSP SMP. Jakarta: Depdiknas.
Duffy, J., Jones, J., & Freidman B. M., Davis, M. H., Howie, P. W., Kerr, J. &
Pippard, M. (2001). Portfolio as a method of student assessment. AMEE
Medical Education Guide, Medical Center 23(6).
Jones, Bonnie. (2001). Using Student Portfolio Effectively. Intervention in School
and Clinic 36
Klewnoswaki, Val. (2002). Developing Portfolio for Learning and Assessment.
London: RoutledgeFalmer.
Maurer, Richard E. 1996. Designing Alternative Assessment for Interdisciplinary
Curriculum in Middle and Secondary Schools. Boston: Allyn and Bacon.
O‟Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English
Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Reckase, Mark D. (1995). Practical Experiences in Implementing a National
Portfolio Model at the High School Level. NASSP Bulletin 79; 31. Tersedia:
http://www.sagepub.com. [25 April 2013].
Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says and
What Practice Shows. Internet download.
Rustaman. ( ). Penilaian Portofolio. Makalah pada FPMlPA & PPS Universitas
Pendidikan Indonesia.
Rustaman & Rustaman. (2010). Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran (IPA) di
Sekolah Dasar. Makalah.disamaikan pada FPMlPA & PPS Universitas
Pendidikan Indonesia.
Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s
Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.

Anda mungkin juga menyukai