Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat tidak
lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar
sepanjang hayat, baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk
dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan.
Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan,
yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni
pembelajaran menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning
to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup,
dan (4) learning to live together, yakni pembelajaran belajar untuk menyadari bahwa adanya
saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama
manusia. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap
pembelajaran dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses
belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan
keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi
pembelajaran dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi (Kurikulum
Berbasis Kompetensi, 2004).
Seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat
diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, kompetensi dibangun
agar setiap individu dapat survived dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan
dalam era global ini.
Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif,
dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila pada masa yang lalu
fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa sekarang proses dan produk
mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang
baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu
dilakukan pemantauan terhadap proses. Disamping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama
proses, terbuka peluang bagi peserta belajar untuk mendapatkan umpan balik yang dapat
digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran berbasis portofolio ?
2. Apa saja ciri-ciri model pembelajaran berbasis portofolio ?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio ?
4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran berbasis portofolio ?
5. Apa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis portofolio ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami apa itu pengertian dari model pembelajaran berbasis portofolio.
2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari model pembelajaran berbasis portofolio.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip dari model pembelajaran berbasis portofolio.
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran berbasis portofolio
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis portofolio.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Portofolio berasal dari bahasa Inggris. Portfolio yang artinya dokumen atau surat-surat
(Fajar, 2005:47). Dapat juga di artikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari
suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa
dengan maksud tertentu dan terpadu yang di seleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.
Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model
pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya tedari satu kelas siswa secara keseluruhan yang
bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan
mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang di kaji.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Sebab sebelum, selama berlangsung
pembelajaran dan sesudah proses belajar mengajar, guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah
kegiatan. (Fajar, 2002:4).
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk perubahan konsep berpikir
tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam
memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Praktik belajar
ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan
partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk
berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah dan antar anggota masyarakat
(Budimansyah, M.Si, 2002:3).
Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah
memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-
langkah yang digunakan dalam proses politik” kewarganegaraan/ kemasyarakatan. Pada
dasarnya model pembelajaran portofolio merupakan usaha yang dilakukan oleh guru, agar siswa
memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu
maupun kelompok. Kemampuan tersebut diasah di dalam kelas dalam bentuk pengalaman
belajar yang penuh makna. Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: "portofolio"
merupakan karya terpilih kelas/ siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif
membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah
kemasyarakatan”.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan cara mengajar guru aktif. Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar
mengajar guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan (Fajar, 2002:4). Sedangkan
menurut Budiono (2001: 1) model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk dari
praktek belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk
membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-
empirik.
Menurut Wayatt dan Looper (1999: 2) portofolio diartikan sebagai suatu koleksi yang sangat
pribadi dari benda-benda hasil karya manusia yang cerdas dan refleksi dari suatu prestasi
pembelajaran, kekuatan, dan kerja terbaik. Lebih lanjut dikatakan bahwa portofolio membantu
siswa melihat apa yang mereka pikirkan, rasakan, kerjakan, dan perubahan dari sebuah periode
waktu, Wayatt dan Loooper (1999: 31). Dari pengertian ini terlihat bahwa portofolio identik
dengan kumpulan dari hasil karya siswa yang terbaik. Mengacu pada pengertian ini, maka
portofolio siswa adalah sekumpulan informasi tentang kegiatan yang dilakukan siswa selama
pembelajaran matematika berlangsung.
Di Amerika Serikat sejak tahun 1985 (Marsh, dalam Anonim, 2004: 4), telah dianjurkan
portofolio sebagai salah satu alat penilaian autentik dengan beberapa alasan, yaitu
a) memungkinkan siswa melakukan refleksi terhadap kemajuan belajarnya
b) memungkinkan siswa memilih sendiri hasil karya yang menjadi isi portofolionya dan memberi
alasan mengapa hasil karya tersebut penting,
c) siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilannya,
d) memberi gambaran atas apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan siswa,
e) memungkinkan guru mengetahui hasil belajar yang penting menurut siswa,
f) menjadi bukti otentik hasil belajar siswa bagi siswa, orang tua dan masyarakat.
Model pembelajaran berbasis portofolio menurut Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan
pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2004:71) merupakan suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami materi perkulihan CE
secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang telah dikaji di kelas dengan
menggunakan berbagai sumber bacaan atau refeerensi. Pengembangan materi dapat ditempuh
dengan meninjau materi yang disajikan oleh dosen dari berbagai perspektif.
Hill dan Ruptic (1994: 6) memberikan beberapa pengertian tentang portofolio, yaitu :
a) Port adalah tempat yang digunakan dan dapat dibawa kemana-mana, dan folio adalah sebuah
kelompok kertas, sehingga Portofolio adalah kumpulan kertas yang dapat dibawa kemana-mana,
b) Potofolio adalah sesuatu untuk memperlihatkan pekerjaan di dalamnya,
c) Portofolio adalah tempat menyimpan benda-benda yang dapat ditinjau dari belakang,
d) Portofolio adalah kumpulan benda-benda yang membanggakan yang memperlihatkan
keberhasilan, dan
e) portofolio adalah sebuah koleksi yang dapat disimpan untuk kehidupan anda. Beberapa
pengertian ini menunjukkan bahwa portofolio adalah kumpulan informasi dari seseorang berupa
hasil-hasil karya yang membanggakan yang sangat bermakna yang diperoleh atau dilakukan
selama hidupnya.
Pengertian Portofolio yang terkait dengan siswa sebagaimana yang dikemukakan Puckett dan
Black (1994) serta Marsh (1996) seperti yang dikutip Anonim (2004: 3) mengatakan bahwa
portofolio merupakan folder atau dokumen yang berisi contoh hasil karya siswa yang menurut
siswa:
a) sangat berarti,
b) merupakan karya terbaik,
c) merupakan karya favorit,
d) sangat sulit dikerjakan, tetapi berhasil dan
e) sangat menyentuh perasaan, atau memiliki nilai kenangan.
Jadi portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang menggambarkan kompetensi yang
dicapai dalam belajar.
Prinsip ini merupakan proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerja sama antar
siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang
tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah
memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, orang-
orangnya ditentukan, siapa mengerjakan apa, merupakan satu bentuk kerjasama itu.
C) Pembelajaran Partisipatorik
Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memiliki makna bahwa
siswa dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung suara terbanyak. Pada
saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan
pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap
berkepala dingin.
D) Reactive Teaching
Penerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu menciptakan strategi yang
tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan tercipta
kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi bagi kehidupan nyata. Demikian juga
guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik, tidak
membosankan. guru harus punya sensifitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan
pembelajaran sudah membosankan siswa.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Budimansyah (2002: 14) menetapkan lima langkah pembelajaran portofolio sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi Masalah Pada tahap ini dosen bersama mahasiswa mendiskusikan tujuan dan
mencari masalah yang terjadi pada lingkungan terdekat, misalnya masalah yang ada dalam
keluarga, sampai dengan masalah lingkungan terjauh, misalnya masalah-masalah yang
menyangkut hubungan antarbangsa. Dalam mencari masalah ini, tentunya tidak boleh lepas dari
tema atau pokok bahasan yang akan kaji.
b. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas Berdasarkan perolehan hasil wawancara dan temuan
informasi tersebut, kelompok kecil supaya membuat daftar masalah, yang selanjutnya secara
demokratis kelompok ini supaya menentukan masalah yang akan dikaji.
c. Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan Dikaji oleh Kelas Pada langkah
ini, masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan berdiskusi serta mengidentifikasi
sumber-sumber informasi yang akan banyak memberikan banyak informasi sesuai dengan
masalah yang akan dikaji. Setelah menentukan sumber-sumber informasi, kelompok membagi ke
dalam tim-tim peneliti , yang tiap tim peneliti hendaknya mengumpulkan informasi dari salah
satu sumber yang telah diidentifikasi
d. Mengembangkan Portofolio Kelas Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi, yaitu :
a) seksi penayangan , yaitu portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas
pada saat show-case; dan
b) seksi dokumentasi, yaitu portofolio yang disimpan pada sebuah map jepit, yang berisi data dan
informasi lengkap setiap kelompok portofolio. Penyajian Portofolio (Show-Case) Setelah
portofolio kelas selesai, kelas dapat menyajikannya dalam kegiatan show-case (gelar kasus)
Kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada mahasiswa dalam hal
menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar dapat
memahami dan menerima gagasan tersebut. Langkah ini diadakah hanya di hadapan para
mahasiswa dan beberapa dosen yang dapat hadir, mengingat terbatasnya waktu.
Secara teknis, pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke
dalam beberapa kelompok, lazimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut keadaan dan
keperluannya.
Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan tanggung jawab masing-masing,
antara lain :
a. Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah. Dalam tugasnya, kelompok ini
bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk dikaji dalam kelas.
b. Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk
memecahkan masalah. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan
kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan masalah.
c. Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas.
Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu
yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta memberikan pembenaran
terhadap kebijakan tersebut.
d. Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat)
dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya, kelompok ini bertanggung
jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga negara
dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk menerima kebijakan yang didukung oleh
kelas.
b. Kelemahan :
a) Kurangnya pengetahuan/daya nalar guru yang bersangkutan,
b) Belum diberikannya hak otonomi mengajar sebagai pengembang kurikulum praktis di kelas,
c) Diperlukan tenaga dan biaya yang cukup besar,
d) Diperlukan waktu yang cukup banyak, bahkan diperlukan waktu di luar jam pembelajaran di
sekolah, sehingga untuk menuntaskan satu studi kasus atau suatu kebijakan publik diperlukan
lebih dari 20 jam pelajaran seperti yang telah ditentukan dalam jadwal,
e) Kurangnya jalinan komunikasi antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat khususnya para
birokrat/instansi yang dikunjungi oleh para siswa untuk dimintai keterangannya.
f) Belum terbiasanya pembiasaan jalinan kerjasama kelompok tim para siswa, dengan kesadaran,
karena jika ide atau gagasan terlalu banyak dan tidak dapat dipertemukan, masalah akan sulit
dipecahkan.
g) Membutuhkan waktu yang relatif lama
h) Memerlukan ketekunan, kesabaran dan keterampilan guru
i) Memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara siswa, guru, sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan cara mengajar guru aktif (CMGA). Sebab sebelum, selama berlangsung
pembelajaran dan sesudah proses belajar mengajar, guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah
kegiatan.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk perubahan konsep berpikir
tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dalam
memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Praktik belajar
ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan
partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk
berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah dan antar anggota masyarakat.
Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah
memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-
langkah yang digunakan dalam proses politik” kewarganegaraan/kemasyarakatan.
Pada dasarnya model pembelajaran portofolio merupakan usaha yang dilakukan oleh guru,
agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai
individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diasah di dalam kelas dalam bentuk
pengalaman belajar yang penuh makna. Sapriya menegaskan bahwa: "portofolio" merupakan
karya terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan
publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan”.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, Arnie. 2005. Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakrya.
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran berbasis Portofolio. bandung. PT. Genesindo
Wayat III, R.L & Looper, S. 1999. So You Have to Have A Portofolio, a Teacher's Guide to Prepation
and Presentation. California: Corwin Press Inc.
Anonim, 2004. Pedoman Penilaian dengan Portofolio. Jakarta: Depdiknas.
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah. 2004, Direktori
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian
dan Pengembangan PP Muhammadiyah
Hill, Bonnie Campball and Cynfia Ruptic. 1994. Practical Aspects of Authentic Assesment: Putting
The Pieces Togheter, Washington: MCGraw-Hill.