Anda di halaman 1dari 4

INTRODUCTION

Pembelajaran Bahasa inggris di Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang ada disetiap
Senior and Jonior Hight School . Di sekolah, para siswa kebanyakan memperoleh bahasa Inggris dari
guru bahasa Inggris mereka. Hal ini membuat guru bahasa Inggris berperan penting dalam
pemahaman siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris karena bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu
siswa. Menyadari akan pentingnya pengunaan Bahasa inggris di masa global ini, maka beberapa
guru memutuskan untuk menggunakan kode beralih dalam proses belajar mengajar. Penting bagi
guru untuk menggunakan pencampuran kode atau alih kode dalam bahasa Inggris proses mengajar,
karena terkadang siswa tidak memahami apa yang dibicarakan guru di kelas. Dengan kata lain guru
terkadang harus menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang menggunakan bahasa Inggris.
Manfaat lain dari penggunaan alih kode di kelas, menurut Nur (2015) adalah salah satu cara bagi
guru dan siswa dalam memahami dan menjelaskan materi. Dengan demikian, fenomena yang
ditemukan, guru lebih suka menggunakan alih kode sekaligus mengajar bahasa Inggris sebagai
bahasa asing guna memudahkan proses pengajaran. Itu Artinya, dalam semua proses pengajaran
bahasa apa yang lebih dominan digunakan oleh guru adalah Bahasa Indonesia. Pengalihan kode
dapat didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari satu bahasa, variasi, atau gaya oleh pembicara
dalam ucapan atau wacana, atau antara lawan bicara atau situasi yang berbeda.

Situasi yang disebutkan di atas dapat menimbulkan persepsi siswa. Menurut (Goldstein, 2010),
persepsi berkaitan dengan penjelasan bekerjanya indera dan pengalaman serta perilaku yang
dihasilkan dari stimulasi indera. Dia juga menyatakan bahwa indra ini dapat mencakup penglihatan,
pendengaran, indera kulit seperti sentuhan, nyeri, gelitik, gatal. Untuk mendukung pernyataan di
atas, menurut Kotler (2013:179), persepsi adalah dimana kita memilih, mengatur, dan
menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Jadi, pesepsi
merupakan penilain atau perasaan kita terhadap sesuatu yang diakibatkan respon dari alat indra
manusia.

Berdasarkan situasi dan kondisi yang disebutkan di atas, peneliti mencoba mencari tahu
persepsi siswa tentang penggunaan alih kode di kelas bahasa Inggris. Para peneliti mencoba untuk
mengetahui perasaan siswa tentang guru yang menggunakan alih kode di kelas bahasa Inggris,
apakah itu membantu siswa dalam belajar bahasa Inggris atau tidak.Persepsi siswa merupakan salah
satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui cara guru dalam mengajar, dalam
hal ini adalah alih kode. Persepsi siswa mungkin memberi penjelasan bagaimana guru
menggabungkan dua bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris di kelas.

LITERATURE REVIEW

1. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya
dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer dan Agustina,2010:2). Kegunaan
Sosiolinguistik bagi kehidupan praktis sangat banyak, sebab bahasa sebagai alat komunikasi
verbal manusia, tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu. Dalam penggunaannya
sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa (Chaer dan
Agustina,2010:7).Jadi sosiolingustik merupakan tentang pengunaan Bahasa sesuai dengan
aturan dan kaidah tertentu

2. Pengalihan Kode dan Bilingualisme

Pengalihan kode adalah proses menukar atau mengubah bahasa yang digunakan oleh penutur
dalam tujuan apa pun, di sini penuturnya adalah guru. Seperti yang Wardhaugh nyatakan tentang
alih kode “Orang, kemudian, biasanya diminta untuk memilih kode tertentu kapan pun mereka
memilih untuk berbicara, dan mereka mungkin juga memutuskan untuk beralih dari satu kode ke
kode lainnya atau untuk mencampur kode bahkan dalam ucapan yang terkadang sangat singkat dan
dengan demikian membuat kode baru dalam proses yang dikenal sebagai pengalihan kode ”
(Jourdan & Tuite, 2006: 101). Lebih jauh lagi, gagasan alih kode juga dapat didefinisikan sebagai
penggunaan lebih dari satu bahasa, “Yang pertama terutama dibangun di sekitar gagasan alih kode,
yaitu, penggunaan lebih dari satu bahasa oleh satu penutur ( Jourdan & Tuite, 2006: 156). Dari
penjelasan di atas, alih kode merupakan proses peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain yang
dilakukan oleh seorang penutur, tanpa mengubah maksut dari informasi yang dismapaikan. Dalam
proses belajar mengajar, proses pergantian atau peralihan bahasa ini dapat diterapkan agar siswa
lebih mudah memahami materi. Tanpa disadari, banyak guru bahasa Inggris di Indonesia yang
menggunakan alih kode, yaitu, mengalihkan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau
sebaliknya agar siswa lebih mudah memahami materi. Sejalan dengan pernyataan di atas, (Nur &
Fitriyani, 2015) mengemukakan bahwa alih kode merupakan salah satu cara untuk memudahkan
dalam pembelajaran bahasa sehingga berguna bagi guru untuk digunakan dalam menyampaikan
materi dan penjelasan materi saat mendengarkan dan berbicara untuk siswa dalam proses belajar-
mengajar. Oleh karena itu, penggunaan alih kode tidak hanya karena tuntutan, tetapi juga karena
tuntutan untuk memfasilitasi siswa dan guru dalam penjelasan materi agar materi Bahasa asing
yang disampaikan lebih mudah dipahami.

3. Presepsi siswa terhada pengalihan kode

Menurut Abad (2010), peserta didik pandangan pengunaan praktik alih kode sebagai alat
komunikasi untuk menghubungkan mereka dengan guru mereka. Ini karena mereka
memperhatikan bahwa interaksi antara mereka dan guru mereka menjadi sangat formal jika
pengalihan kode tidak diizinkan. Di sisi lain, karena tata bahasa tidak terlalu dipertimbangkan secara
ketat selama peralihan kode, pelajar merasa rileks dan lebih bersedia untuk berpartisipasi dalam
interaksi kelas. Penemuan berikutnya oleh Abad (2010) adalah bahwa guru akan selalu berusaha
sebaik mungkin untuk membuat siswanya memahami pelajaran dan mereka percaya bahwa praktik
alih kode diperlukan untuk membantu siswa dalam beberapa situasi sulit yang melibatkan teori
baru dan kompleks. Praktik tersebut menjembatani kesenjangan bahasa antara pelajar dan
pelajaran yang diajarkan dalam bahasa Inggris. Jadi Presepsi siswa dalam pengalihan code
merupakan kemampuan siswa dalam memahami peralihan code dalam proses pembelajaran.
Menurut Catabay (2016), beberapa presepsi siwa dalam pengalihan Bahasa meliputi
Penggunaannya dalam mengajar, Pengaruhnya pada L1 dan L2, Pengaruhnya terhadap keadaan
emosi responden, Dampaknya pada pembelajaran Bahasa, Pengaruhnya terhadap citra guru di
kalangan siswa, dan Pengaruhnya terhadap kelulusan ujian siswa. Dimana keenam item yang
dikemukakan oleh catabay, mengambarkan presepsi siswa terhadap pengalihan code, baik
penilaian terhadap guru maupun isi materi pembelajaran.

4. Penelitian Relevan

Penelitian ini memiliki relevansi dengan berbagai pnelitian lain. Diantaranya Menurut hasil
penelitian Catabay (2016) mengungkapkan bahwa Dua puluh empat (24) atau 80% dari 30
responden siswa tidak setuju untuk diajar hanya dalam bahasa Inggris, 22 atau 73,3% tidak setuju
belajar hanya dalam bahasa ibunya, 66,6% setuju untuk diajarkan dalam bahasa Inggris dan L1,
sementara 10 atau 33,3% sangat setuju bahwa mereka diajarkan dalam bahasa Inggris dan L1.

Selanjutnya Schweers (1999) menemukan bahwa persentase yang tinggi (88,7%) dari siswa
peserta merasa bahasa ibu mereka harus digunakan dalam kelas bahasa Inggris mereka. Hal ini
hampir sama dengan penelitian Kavaliauskienë dan Janulevièienë (2000) yang mengungkapkan
bahwa 86% dari 110 responden dari kelas English for Specific Purposes (ESP) merasa bahasa ibu
mereka harus digunakan di dalam kelas, terutama untuk menjelaskan konsep yang sulit.
Selanjutnya Yana (2019) 75% -95% siswa menyatakan setuju atau memiliki persepsi positif terhadap
penggunaan alih kode di kelas bahasa Inggris. Selain itu, 72,2% siswa menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju bahwa penggunaan alih kode membuat mereka bingung dalam belajar bahasa
Inggris. Karena itu, Penggunaan alih kode sangat membantu siswa dalam belajar bahasa Inggris dan
tidak membuat mereka bingung. Terakhir penelitan yang dilakukan oleh Hakim (2019) 12 atau 40%
siswa sangat setuju untuk diajar dalam bahasa Inggris dan Indonesia dan 17 atau 56,7% setuju
tentang hal itu, sedangkan 1 atau 3,3% siswa tidak setuju. Ini hanya berarti bahwa alih kode di kelas
memiliki pandangan yang positif dari siswa.

Abad (2010) Abad, L. (2005). Analisis Persepsi Guru dan Siswa tentang Codeswitching dalam
Mengajar Sains dan Matematika di Sekolah Menengah Swasta Filipina. The Journal of Asia TEFL, 7
(1), hlm.239-264.

Catabay, MQ (2016). Persepsi Siswa tentang Penggunaan Code-Switching dalam Bahasa Inggris sebagai a
Kelas Bahasa Kedua. Jurnal Internasional Penelitian Lanjut dalam Manajemen dan Ilmu Sosial, 4 ( 5),
272–251.

Chaer, Abdul dan Agustina. 2010. Sosiolinguistik : Perkenlan Awal. Jakarta : Rineka Cipta
Fathimah, DN (2016). Mengapa ada Pengalihan Kode di Kelas EFL? : Studi Kasus di a Sekolah
Menengah Kejuruan di Cimahi Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 16 ( 1), 70–77.
https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v16i1.3063

Goldstein, EB (2010). Ensiklopedia Persepsi ( Vol. 1 & 2). Diterima dari


http://books.google.com/books?id=6M3NSNm6MlkC&pgis=1

Hakim, Bagus maulana (2019). Persepsi mahasiswa terhadap penggunaan code-mengalih penggunaan di
efl classroom. Vol 2, No 3 mei 2019. ISSN 2614-6320. IKIP Siliwangi

Jourdan, C., & Tuite, K. (2006). Bahasa, Budaya, dan Masyarakat: Topik Utama dalam Linguistik
Antropologi. Di Cambridge University Press. Diambil dari www.cambridge.org/9780521849418

Kavaliauskienë, G., & Janulevièienë, V. (2000). Menggunakan pendekatan leksikal untuk


Akuisisi kosakata ESP. Untuk menerjemahkan atau tidak menerjemahkan dalam mengajar
ESP? "Jaringan", Jurnal Pendidikan Guru Bahasa Inggris, 3 (3),
http://iteslj.org/Articles/Kavaliauskiene-LA.html). Kulatilake, SYM (2009). Analisis Studi
Kasus Ganda tentang Program
Kotler P. 2013. Marketing Management. Millenium Edition North Western University. New
Jersey (US): Prentice Hall Inc.

Nur, NA, & Fitriyani. (2015). Analisis Deskriptif Kode Inggris Indonesia Tukar Lisan Guru di Kelas Satu MTsN
MODEL MAKASSAR. ETERNAL (Bahasa Inggris, Pengajaran, Pembelajaran, dan Jurnal Penelitian), 2 ( 1), 82–
95.

Schwarzer, D. (2004). Strategi siswa dan guru untuk berkomunikasi melalui jurnal dialog dalam bahasa
Ibrani: penelitian guru proyek. Sejarah Bahasa Asing, 37 (1), 77-84 Schweers, CW, Jr. (1999).
Menggunakan L1 di Kelas L2. Forum

Yana, dkk (2009). Persepsi Mahasiswa tentang Penggunaan Code-Beralih dalam Ruang Kelas Bahasa
Inggris. Vol 2. No 2 Maret 2019. ISSN 2614-6320. IKIP SILIWANGI

Anda mungkin juga menyukai