Oleh :
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
Rahmat dan Karunia-Nya, kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah evaluasi pembelajaran tentang asesmen alternatif.Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu: Nukhbatul Bidayati Haka,
M.Pd danteman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan.Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehinga kami dapat memperbaiki makalah ini.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman serta bernilai ibadah dihadapan
Allah SWT.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Essai..........................................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
4. Bagaimanakah Critical Thingking?
1.3 Tujuan
3. Mengetahui Essai.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil
pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama
guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai
kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.Dalam dunia pendidikan dapat
digunakan untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu kewaktu
berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan
pembelajaran.Portofolio sebenarnya diartikan sebagai suatu wujud benda
fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective.
Sebagai suatu wujud benda fisik itu adalah bundle, yakni kumpulan atau
dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundle.
Sebagai suatu proses social pedagogis, portofolio adalah collection of
learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang
berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan
sikap (afektif). Adapun sebagai adjective, pada umumnya disandingkan
dengan konsep pembelajaran yang dikenal dengan istilah pembelajaran
berbasis portofolio (portofolio based learning) dan dapat disandingkan
dengan konsep penilaian yang dikenal dengan istilah penilaian berbasis
potrofolio (portofolio based assessment).
6
portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan
dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat
menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah
dicapainya.
B. Manfaat Portofolio
Adapun fungsi penilaian portofolio adalah sebagai berikut :
1. Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik,
tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan
pembaharuan proses pembelajaran.
2. Portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum,
karena potofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan
menunjukkan hasil kerja mereka.
3. Portofolio sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment).Artinya
penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan
siswa yang sesungguhnya.
4. Portofolio sebagai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-
assessment
5. portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, oleh sebab setiap
respon siswa dalam proses pembelajaran diberikanreinforcement, dengan
7
demikian siswa akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dari
proses pembelajaran yang dilakukannya.
8
Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa
dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini dapat
pula dilakukan secara tertulis. Isi folder adalah berbagai produk yang
dihasilkan oleh siswa, baik yang berupa bahan/draf maupun karya
(terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh
dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal).
Bahan non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja,
dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan siswa
sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan
bagian dalam folder.
2. Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio
Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses
belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan.
Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen
yang sangat penting. O‟Malley dan Valdez Pierce) bahkan mengatakan
bahwa „self-assessment is the key to portfolio‟. Hal ini disebabkan
karena melalui evaluasi diri siswa dapat membangun
pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya
apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri
siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk
selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement
goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap
proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.
Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk
menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses
dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang
dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang
merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat
berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat
berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa
9
dilatih untuk melakukannya. Kedua penelitimengajukan empat langkah
dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua siswa
dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua siswa tahu
bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai
kinerjanya sendiri, (3) berikan umpan balik pada mereka
berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka
untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya.
3. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka
Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian
menjadi „rahasia‟ guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru
harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut
dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli
menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan
bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas.
Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Dalam
asesmen portofolio, yang mungkin ada adalah tujuan kelas dan
individual. Karena itu, Salvia dan Ysseldyke mengatakan bahwa harus
jelas tujuan dan ranah belajar yang hendak dicapai. McLaughin dan
Voght (dalam mengatakan dengan asesmen portofolio dimungkinkan
menetapkan lebih dari satu ranah secara bersama-sama dan
multidimensi. yaituasesmen pada proses maupun konstruk. Proses
melibatkan siswa dan guru yang bekerja secara kolaboratif dalam
membangun portofolio. Konstruk adalah folder, binder , atau pun
kotak dimana bahan-bahan asesmen dikumpulkan.
Seperti telah dikemukakan di atas, asesmen portofolio
bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang
mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai
strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti asesmen
kinerja, esai, projek, maupun hasil tes objektif (bila masih dilakukan).
Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan
(koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang
10
prestasi belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula
dilakukan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Komponen portofolio untuk sertifikasi guru terbagi ke dalam tiga
aspek (unsur), yaitu kualifikasi dan tugas pokok, pengembangan profesi,
dan pendukung profesi. Secara rinci adalah
1) Unsur kualifikasi dan tugas pokok (tiap sub unsur tidak nol)
2) Unsur pengembangan profesi
3) Unsur pendukung profesi
D. Tipe-tipe Portofolio
Pada dasarnya ada beberapa tipe portofolio, seperti :
1. Showcase – siswa meletakkan semua contoh terbaik atau produk terbaik
yang dihasilkannya dari setiap objektif.
2. Kumulatif – Siswa meletakkan semua pekerjaan yang relevan untuk setiap
objektif dalam portofolionya.
3. Proses – Siswa meletakkan pre/post sample dari pekerjaan untuk setiap
objektif dalam portofolionya.
a. Portofolio Proses
Portofolio proses, yaitu portofolio yang menunjukkan tahapan belajar
dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.
Portofolio ini lebih menekankan pada bagaimana peserta didik belajar,
11
berkreasi, termasuk mulai draft awal, bagaimana proses awal itu terjadi,
dan tentunya sepanjang peserta didik dinilai.
Dalam portofolio proses, berbagai macam tugas yang setara atau yang
berbeda disajikan kepada peserta didik. Peserta didik boleh memilih tugas
– tugas yang dianggapnya cocok untuk mereka, atau guru memutuskan apa
yang harus dikerjakan peserta didik, atau boleh juga peserta didik diajak
untuk beerja sama dengan peserta didik lain dalam mengerjakan tugas
tertentu.Salah satu bentuk portofolio proses adalah portofolio kerja yaitu
bentuk yang digunakan untuk memantau kemajuan dan menilai peserta
didik dalam mengelola kegiatan belajar mereka sendiri. Dalam dunia
pendidikan, hasil pekerjaan peserta didik yang paling baik menjadi
petunjuk apakah peserta didik telah menguasai kompetensi dasar yang
teelah ditentukan dan dapat dijadikan seebagai bahan masukan bagi guru,
baik untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar maupun indikatir
sebagai alat penilaian formatif.
b. Portofolio Produk
Portofolio produk yaitu enis penilaian portofolio yang hanya
menekankan pada penguasaan dari tugas yang dituntut dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian
hasil belajar, serta hanya menunjukkan dokumen yang paling baik, tanpa
memperhatikan bagaimana dan kapan dokumen tersebut diperoleh.
Contoh portofolio produk adalah portofolio tampilan dan portofolio
dokumentasi.
1) Portofolio Tampilan
Portofolio bentuk ini merupakan sekumpulan hasil karya peserta didik
atau dokumen terseleksi yang dipersiapkan untuk ditampilkan kepada
umum.Misalnya mempertanggungjawabkan suatu proyek,
menyelenggarakan pameran, atau mempertahankan suatu
konsep.Bentuk ini biasanya digunakan untuk tujuan
pertanggungjawaban.
2) Portofolio Dokumentasi
12
Portofolio dokumen menyediakan informasi baik proses maupun
produk yang dihasilkan oleh peserta didik. Model portofolio ini
bermanfaat bagi peserta didik dan orang tua untuk mengetahui
kemajuan hasil belajar, kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam
belajar secara perseorangan.
13
2.Menentukan aspek isi yang dinilai. Di dalam lanagkah ini guru melakukan
kegiatan
a. menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi
perkembangan belajarnya
b. menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi
aspek utama untuk dinilai
c. menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan
penilaian
3.Menentukan bentuk, susunan, atau organisasi portofolio. Di dalam langkah ini
guru melakukan kegiatan
a. menentukan bentuk portofolio
b. menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar
dan indikator apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang
mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain)
c. memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/
orang tua
d. menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio
e. menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen.
4.Menentukan penggunaan portofolio. Dalam langkah ini guru melakukan
kegiatan
a. menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja,
atau kepala sekolah, guru lain, dan siswa lain
b. menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian
lain dalam rangka penentuan nilai akhir/rapor
c. Apakah guru akan mendiskusikan isi portofolio itu dengan siswa yang
bersangkutan?
d. Apakah portofolio itu akan ditunjukkan pula kepada orang tua siswa,
kepala sekolah, guru lain, atau siswa lain?
5.Menentukan cara menilai portofolio. Dalam langkah ini guru melakukan
kegiatan
a. menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio
b. menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa
14
c. menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih
dahulu untuk menentukan penilaian atas portofolio; (penilaian sebaiknya
tidak hanya didasarkan pada keberhasilan, tetapi juga atas prosesnya).
Itulah sebabnya, kriteria yang sebaiknya dipakai:
1) bukti terjadinya proses
2) mutu kegiatan: apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan melibatkan beberapa materi pokok, atau
tidak, keragaman pendekatan yang dipakai
15
d. menentukan format portofolio
e. menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu
dibatasi supaya tidak menjadi beban guru
f. menentukan rubrik (pedoman penskoran)
< > < < < > < < < <
• Menjelaskan pengertian
kebutuhan manusia.
• Mediskripsikan faktor- > > > > > > > > > >
faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan
manusia.
16
Dicapai melalui: Komentar guru:
Agus Suparman sudah sangat baik dalam memahami
• pertolongan guru tentang pengertian kebutuhan manusia dan aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari.
• seluruh kelas
• kelompok kecil
• sendiri
Komentar orangtua:
Menilai Portofolio
17
2. Mutu kegiatan atau penyelidikan
a. Apakah kegiatan atau penyelidikan oleh siswa yang dilaporkan dalam
portofolio meningkatkan pengetahuan atau pemahaman siswa tentang
konsep aatau kaidah tertentu?
b. Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan keterampilan siswa
dalam menggunakan konsep, cara, atau kaidah tertentu?
c. Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan sikap siswa terhadap
pelajaran yang bersangkutan?
d. Apakah kegiatan atau penyelidikan itu melibatkan beberapa subpokok
bahasan?
3. Keragaman pendekatan
a. Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa menggunakan
berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah?
b. Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa melakukan
berbagai macam kegiatan atau penyelidikan?
18
peserta didikseringkali dipengaruhi oleh siapa yang membaca (melakukan
penskoran) dan kapan penskoran dilakukan.
19
Irigasi yang meluas pada daerah kering menyebabkan garam
terakumulasi di dalam tanah. Berdasarkan apa yang telah dipelajari,
jelaskan pengaruhnya terhadap sel tumbuhan dan hasil pertanian
20
pengorganisasian materi pelajaran.
Metode asesmen essay ini juga memiliki beberapa kelemahan apabila
dilaksanakan dengan asal-asalan (Stiggins, 1994: 134), seperti berikut:
1. Kurangnya fokus terhadap outcomes yang akan dipelajari dan dinilai.
2. Kegagalan dalam menghubungkan format essay dengan berbagai target
pencapaian asesmen.
3. Kegagalan dalam mengambil sampel representatif pada ranah yang dituju.
4. Kegagalan dalam mengontrol berbagai sumber bias yang mengandung
unsur subyektifitas.
Menurut Suharsimi Arikunto (1991: 162), beberapa resiko akan
dihadapi dalam penilaian essay antara lain scope bahan penilaian yang dapat
diujikan lebih terbatas sehingga seringkali kurang representatif, pemeriksaan
yang lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan individual yang lebih
besar dari penilai, serta membutuhkan waktu koreksi yang lebih lama.
Ketidakakuratan jugaa dapa terjadi dalam asesmen essay yang dikarenakan
beberapa hal dalam tabel berikut (Stiggins, 1994: 154-155).
21
4. Soal-soal perlu dilakukan sample dan respon material untuk dibaca dan
dinilai. Semakin sedikit soal-soal yang digunakan, semakin sedikit untuk
dilakukan sample secara representatif.
5. Perkiraan waktu yang tepat bagi siswa untuk membaca dan merespon essay.
Soal-soal essay menunjukkan sampling pada dua elemen kunci yaitu
produksi kembali pengetahuan dan beberapa aktivitas kognitif yang
dihasilkan dengan menggunakan pengetahuan. Pada dasarnya, unit
pengetahuan yang digunakan dalam soal-soal essay ukurannya lebih besar,
serta lebih inklusif bila dibandingkan dengan pengetahuan sebagai bahan soal
berbentuk pilihan ganda (Stiggin,1994: 147).
22
F. Target-Target Asesmen Essay
Asesmen essay memiliki kontribusi yang potensial terhadap
pengukuran 5 kategori hasil belajar (Stiggins, 1994: 141), yaitu pengetahuan
(knowledge), penalaran (reasoning), keterampilan(skill), karya (product) dan
afektif (affect).
1. Penilaian Pengetahuan (Knowledge)
Penilaian Pengetahuan dapat dinilai menggunakan berbagai metode
asesmen termasuk respon terbatas dan essay.Namun, asesmen respon terbatas
lebih efisien digunakan untuk materi bersifat hafalan dan asesmen essay jauh
lebih efektif apabila digunakan untuk mengungkap aspek pengetahuan yang
lebih tinggi.Stiggins (1994: 142) menekankan bahwa soal essay dapat menilai
pengetahuan kognitif siswa yang bersifat kompleks.
23
memfokuskan pada kriteria penilaian.
c) Tugas essay harus menampilkan masalah terkini yang dapat direspon siswa.
24
Kemampuan menulis merupakan salah satu keterampilan proses
komunikasi yang harus dikembangkan siswa dalam pembelajaran Biologi.
Menurut Stiggins (1994: 144), kriteria yang digunakan dalam menilai
makalah atau laporan penelitian adalah meliputi aspek bentuk, isi, serta
kemampuan penalaran. Kemampuan siswa berkomunikasi secara tertulis
dapat dinilai berdasarkan organisasi sistematika kalimat, pemilihan kata, serta
faktor-faktor lainnya.
G. Persiapan Penilaian
Kriteria standar merupakan aspek penting dalam pemberian skor yang
tepat dan lebih akurat (Popham, 1994; Jacobs & Chase, 1992). Hal ini tidak
sejalan dengan asesmen essay yang dilakukan oleh sebagian guru yang
membuat soal essay tanpa standar dan target yang jelas, begitu juga dengan
pemberian skor sehingga standar yang digunakan oleh guru berdasarkan
jawaban dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi.
Ada dua cara untuk memberikan skor dalam asesmen essay (Stiggins,
1994: 152) yaitu:
1. Daftar cek (checklist option). Pemberian poin pada jawaban spesifik dan
mengandung bagian-bagian dari jawaban yang benar.
2. Skala penilaian (rating scale option). Menentukan batasan pada satu atau
lebih performance continuum dalam skala penilaian, contohnya 5 skala poin
menentukan 5 level performance dan penilai secara subjektif menempatkan
respon-respon dalam skala.
Skor dapat diberikan dengan rating scale untuk melihat kualitas ide,
sebagai contoh skor tinggi 5 diberikan untuk jawaban yang jelas terfokus
serta akurat.Skor 3 diberikan pada jawaban yang jelas dan agak terfokus
tetapi tidak akurat.Sedangkan skor rendah 1 untuk jawaban yang kehilangan
point tertentu, informasi tidak akurat serta menunjukkan penguasaan materi
kurang.
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 23-24), rating scale
menggambarkan suatu nilai berbentuk angka yang diperoleh berdasarkan
hasil pertimbangan. Proses penilaian dengan menggunakan rating scale ini
25
dilakukan agar penilaian terhadap siswa berlangsung lebih obyektif.
2.3 Kinerja
Penilain kinerja merupakan salah satu penilaian dimana guru mengamati dan
membuat pertimbangan tentang demonstrasi siswa dalam hal kecakapan dan
menghasilkan suatu produk. Menurut Johnson & Johnson dalam Ratumanan
(2006:110) penilaian kinerja adalah koleksi informasi yang berkaitan dengan
demonstrasi prestasi yang meliputi penampilan tugas atau himpunan tugas secara
actual, seperti eksperimen, percakapan, menulis cerita, atau mengoperasikan
mesin.
26
atau perbuatan. Penilaian jenis ini mengukur kemampuan siswa berbahasa atau
bersastra, baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan konteks berkomunikasi.
Penilaian performansi dapat dilakukan guru, baik pada saat atau setelah kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Dalam melaksanakan penilaian performansi, guru
dapat menggunakan format atau pedoman penilaian dalam bentuk pengamatan
(observasi), skala bertingkat (rating scale), daftar cocok (checklist), atau format
isian yang terbagi atas kategori prilaku. Untuk mendapatkan data kuantitatif dari
penilaian performansi ini maka setiap kualitas kategori dapat diberi skor yang
sesuai.
Penilaian performansi digunakan untuk mengukur kompetensi yang
menuntut siswa berpikir tingkat tinggi. Performansi yang dinilai harus bermakna
bagi siswa dalam kehidupannya. Performansi yang dinilai berdasarkan suatu
kriteria dari indikator kompetensi yang diukur dan harus diberitahukan kepada
siswa. Oleh karena itu, siswa dapat melatih diri untuk mewujudkan indikator yang
telah disampaikan dan dapat pula menilai diri berdasarkan kriteria yang sudah
diketahuinya.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja
(performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian
(scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas,
deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan
suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan
deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1)
holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum
terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap
aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary
traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari
suatu performansi.
27
yang nyata tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka
kerjakan.
2. Dapat terpadu (menyatu) dengan program pembelajaran, sehingga penilaian
kinerja dapat memberikan dukungan terhadap pembelajaran.
3. Membuat pembelajaran lebih relevan dengan dunia nyata. Hal ini akan
membuat siswa menyadari pentingnya bahan ajar yang dipelajarinya.
4. Memberikan informasi yang lebih baik dan lengkap bagi guru mengenai
pemahaman, kesulitan, dam kemajuan belajar siswa.
C. Penilaian kinerja dalam pembelajaran
Penilaian kinerja siswa merupakan salah satu alternatif penilaian yang
difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: observasi proses saat berlangsungnya
unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian bentuk ini
dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktifitas di kelas atau
menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Kecakapan
yang ditampilkan siswa adalah variabel yang dinilai.
Dalam penilaian terhadap kinerja siswa, target pencapaian hasil belajar
yang dapat diraih meliputi aspek-aspek berikut ini: 1) Knowledge; 2) Reasoning;
aplikasi pengetahuan dalam berbagai konteks pemecahan masalah; 3) Skill;
kecakapan dalam berbagai jenis keterampilan komunikasi, visual, karya seni, dan
lain-lain; 4) Product; dan 5) Affect; berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai,
minat, motivasi (Stiggins, 1994: 171). Selanjutnya dikemukakan bahwa diantara
kelima target tersebut, penilaian kinerja siswa sangat efektif untuk menilai
pencapaian target dari reasoning, skill dan karya cipta.
D. Penetapan kriteria dalam penilaian kinerja
Kriteria perlu ditetapkan karena mempunyai kegunaan untuk menentukan
validitas, keadilan dan konsistensi penilaian. Menurut para ahli psikomotor,
kriteria yang paling penting yang dapat digunakan untuk menilai tugas-tugas
berkaitan dengan kinerja siswa adalah faktor kesamaan (Pop-ham, 1994 : 147).
Selanjutnya dikemukakan bahwa ada tujuh kriteria penilaian yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih salah satu tugas kinerja
atau menciptakan tugas-tugas dalam penilaian kinerja. Ketujuh kriteria tersebut
adalah: keumuman (generalizabity), keaslian (authenticity), berfokus ganda
28
(multiple foci), keadilan (fairness), bisa tidaknya diajarkan (teachability),
kepraktisan (feasibility) dan bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor (scorability).
Untuk setiap kriteria yang dipilih, skala angka secara khusus dapat
digunakan, sehingga kriteria untuk setiap respon siswa mungkin ditetapkan skala,
0 (nol) hingga 6 (enam). Menurut Popham (1994: 149), kadang-kadang skala ini
dilengkapi dengan penjelasan atau gambaran verbal, kadang-kadang tidak. Dalam
proses penilain kinerja, sebaiknya siswa mengetahui aspek-aspek apa saja yang
akan dinilai berikut kriteria penilaiannya.
E. Reliabilitas dan validitas dalam penilaian kinerja
Agar tercapai penilaian kinerja yang reliabel, diperlukan upaya untuk
meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap
kinerja yang sama. Reliabilitas (konsistensi) dalam penskoran sangat dituntut
demi keadilan bagi peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain
penetapan kriteria yang jelas, pemahaman yang seragam dari sejumlah penilai
terhadap kriteria, proses pengukuran tidak hanya dilakukan oleh satu orang, tidak
menangguhkan penilaian, serta dilakukan konsesus secara berulang terhadap
pemahaman kriteria (Herman, 1992).
Selain pengukuran yang konsisten, diperlukan juga alat ukur yang sahih
(valid). Validitas (kesahihan) alat ukur berkaitan dengan kesesuaian antara alat
ukur dengan aspek-aspek yang hendak diukur. Menurut Wayan Nurkancana
(1986:127) alat ukur dapat dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat
mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur.
F. Tujuan penilaian kinerja
a. Menurut Popham tujuan asesmen kinerja antara lain :
b. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
c. Memonitor kemajuan atau perkembangan siswa Menentukan level atau
jenjang kemampuan siswa Mempengatuhi persepsi public tentang efektifitas
pembelajaran
d. Mengevaluasi kinerja guru dan menglasifikasi tujuan Pembelajaran yang
dirumuskan oleh guru.
G. Langkah-langkah penilaian kinerja
29
Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian
kinerja (performance assessment) adalah:
a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output)
yang terbaik.
c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak
terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas.
d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau
karakteristik produk yang dihasilkan.
e. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang dapat diamati.
f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.Untuk
menjaga obyektifitas dan keadilan (fair) sebaiknya penilai atau evaluator lebih
dari satu orang sehingga penilaian mereka menjadi lebih valid dan reliabel.
30
Nilai proses, produk, Diskusikan penilaian Secara periodik
dan penilaian diri ini dengan siswa nilailah keseluruhan
dengan bantuan secara individual pekerjaan siswa
daftar penilaian tugas dengan rubrik
31
assessment) adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat diajarkan guru di
dalam kelas.
d. Fairness: apakah tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua
peserta tes. Jadi tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak ”bias” untuk
semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi.
e.Feasibility: apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja (performance assessment) memang relevan untuk dapat
dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan (tempat), waktu, atau
peralatannya?
f. Scorability: apakah tugas yang diberikan nanti dapat diskor dengan akurat dan
reliabel? Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja (performance assessment) adalah penskorannya.
32
Pada praktiknya bentuk penilaian kinerja yang paling sering dilakukan adalah
dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak) dan skala penilaian.
1. Daftar Cek
Pada penilaian kinerja menggunakan daftar cek (ya – tidak) peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh guru. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara
ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
atau dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai
(kemampuan) tengah.
2. Skala Penilaian
Penilaian kinerja menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian
nilai ini dengan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut misalnya,
sangat baik – baik – cukup – kurang. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih
dari satu penilai agar faktor subyektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian
lebih akurat. Penilaian dengan skala penilaian yang baik pada dasarnya masih
harus dilengkapi dengan rubrik.
1
Alec Fisher.Berfikir Kritis Sebuah Pengantar.Jakarta: Erlangga.2009.Hal 35-36
33
mengundang yang bersangkutan untuk memanfaatkan pengetahuan
pemahaman dan keterampilan yang sudah dimilikinya sehingga mampu
menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai yang digunakan untuk mencari
jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya.
2. Steven (1991) memberikan pengertian berpikir kritis yaitu berpikir dengan
benar dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliable. Berpikir
kritis adalah berpikir nalar, reflektif, bertanggung jawab, dan mahir
berpikir. Dari pengertian Steven tersebut, seseorang yang berpikir dengan
kritis dapat menentukan informasi yang relevan. Berpikir kritis merupakan
kegiatan memproses informasi yang akurat sehingga dapat dipercaya,
logis, dan kesimpulannya meyakinkan, dan dapat membuat keputusan
yang bertanggung jawab. Seseorang yang berpikir kritis dapat bernalar
logis dan membuat kesimpulan yang tepat.
3. Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang
bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk
memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis
tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis
difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan
mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya
memungkinkan kita untuk membuat keputusan.
Secara teknis, kemampuan berfikir kritis daam bahasa Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Dalam bahasa lain kemampuan-
kemampuan ini dapat dikatan sebagai kemampuan berfikir kritis. Agar
kemampuan berfikir kritis peserta didik dapat meningkat, maa terdapat
beberapa strategi yang dapat dilakukan. Hassoubah memberikan saran
supaya membaca dengan kritis, meningkatkan daya analisis,
mengembangkan kemampuan observasi/mengamati. Penilaian Domain
Kognitif Bloom ini terdiri dari enam operasi kognitif yaitu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.
Seseorang yang memiliki kemampuan berfikir kritis dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai, megumpulkan informasi yang relavan,
34
secara efisien dan kreatif peserta didik menyusun dan membuat informasi
yang dikumpulkannya, bernalar secara logika berdasarkan informasi, dan
datang dengan kesimpulan yang realibel dan data yang dipercaya.
B. Jenis Bepikir Kritis
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan
terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan
konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang
kompleks. Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang
terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir
kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat
kepresisian (precision), relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan
(logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth),
2
Arikunto, S.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.1997.Hal 45
3
Devi Qurniati.”Peningakatan Keterampilan Berfikir Kritis Melalui Model Pembelajaran
Discovery Learning”.Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Vol 1 Nomor 2 2015
35
kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana
implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).
Menurut Ennis (1985), kemampuan berpikir kritis yang dilakukan
seseorang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut4:
4
Liliasari, Kartimi.”Implementasi Pengembangan Alat Ukur Berfikir Kritis Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia Untuk Siswa SMA”.Jurnal Scientie Educatia.Vol 1 Edisi 2 November 2012
36
dimengeti dan menerima kelemahan- dan menyangkal keterbatasan mereka.
kelemahan diri.
Mendengar dengan pemikiran Pikirannya bersifat tertutup dan
terbuka pada pandangan atau menerima menolak setiap kritik.
yang berlawanan dan menerima kritik
terhadap keyakinan dan asumsi-asumsi
mereka.
Mengejar kebenaran dan memiliki Cenderung “cuek” dan acuh tak
keinginan tahu yang tinggi acuh terhadap kebenaran, tidak
terhadap isu atau masalah. punya cukup rasa ingin tahu.
5
Hamzah, B.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Gorontalo: Bumi Aksara.2008
37
Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas,
diuraikan lagi menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing
indikatornya dituliskan dalam tabel berikut6:
Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis
Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
6
Tri Yudha Wijayanti.”Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Sel dan Jaringan”. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol
2 No 1 2014. Hal 3-4
38
Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
39
Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
atas kredibilitas
kriteria
a. Kelas logika
6. Mendeduksi dan b. Mengkondisikan
mempertimbangk logika
an deduksi c. Menginterpretasikan
pernyataan
7. Menginduksi dan
a. Menggeneralisasi
mempertimbangk
b. Berhipotesis
an hasil induksi
a. Latar belakang fakta
3.
b. Konsekuensi
Menyimpulkan
c. Mengaplikasikan
konsep
8. Membuat dan
( prinsip-prinsip, hukum
mengkaji nilai-
dan asas)
nilai hasil
d. Mempertimbangkan
pertimbangan
alternatif
e. Menyeimbangkan,
menimbang dan
memutuskan
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk : sinonim,
9. Mendefinisikan klarifikasi, rentang,
istilah dan ekspresi yang sama,
mempertimbangk operasional, contoh
4. Membuat an definisi dan non contoh
penjelasan b. Strategi definisi
lebih lanjut c. Konten (isi)
a. Alasan yang tidak
dinyatakan
10.Mengidentifikasi
b. Asumsi yang
asumsi
diperlukan:
rekonstruksi argumen
5. Strategi dan 11. Memutuskan a. Mendefisikan masalah
taktik suatu tindakan b. Memilih kriteria yang
mungkin sebagai solusi
permasalahan
c. Merumuskan
alternatif-alternatif
untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal
yang akan dilakukan
e. Merivew
f. Memonitor
40
Keterampilan Sub Keterampilan
Aspek
Berpikir Kritis Berpikir Kritis
implementasi
a. Memberi label
b. Strategi logis
12.Berinteraksi c. Srtrategi retorik
dengan orang lain d. Mempresentasikan
suatu posisi, baik lisan
atau tulisan
7
Ibid.., Hal 6
41
Fruner dan menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, pembelajaran harus difokuskan pada pemahaman konsep dengan
berbagai pendekatan dari pada keterampilan prosedural. Sedangkan untuk
mencapai pemahaman konsep, identifikasi masalah dapat membantu
menciptakan suasana berpikir bagi peserta didik.
Menurut Ruseffendi metode (mengajar) penemuan adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak
melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan
kata lain pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara
untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, dalam proses
ini siswaberusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan
bimbinganguru. Rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran penemuan
merupakan aktivitas dalam berpikir kritis.8
Jadi, keberhasilan dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh keadaan
proses pembelajaran yang diterapkan. Salah satu model pengajaran yang
diduga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
melalui penerapan metode penemuan terbimbing.
Dengan demikian keterampilan berpikir kritis peserta didik adalah cara
berpikir peserta didik untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan
terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi serta untuk mengembangkan pola
penalaran yang kohesif dan logis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap
individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Dalam
berpikir kritis, seorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih tepat.
8
Arikunto, S.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.1997.Hal 45
42
yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan
mengatasi kesalahan atau kekurangan.
43
aktivitas listrik arus lemah dan proses kimiawi pada otak manusia yang sedang
berpikir. Dengan demikian, proses pengolahan informasi tak dapat diamati dan
dilihat secara fisik maupun secara kimiawi. Pengolahan makna, baik semantic
maupun visual bersifat abstrak sehingga tidak dapat dideteksi dengan panca
indera.
b. Symbolic (melibatkan manipulasi dan penggunaan simbol)
Dalam berpikir, manusia mengolah (memanipulasikan) informasi yang
berupa symbol-simbol, (baik simbol verbal maupun visual). Simbol-simbol itu
akan memberikan makna pada informasi yang diolah.
11
Cutlip, Scott, Allen H and Jackson, Patrick. 2000. Effective Public Relations. Prentice Hall. New
Jersey
44
Kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara memahami bahwa proses kreatif
terdiri dari empat tahap yang masing-masing membutuhkan kerja keras.12
1. Persiapan : proses mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengeksplor
solusi. Langkah ini mencakup persiapan akal untuk siap berfikir kreatif,
Pelatihan formal, pelatihan saat kerja, pengalaman bekerja dan mengambil
peluang belajar lainnya. Pelatihan ini memberikan dasar cara membangun
kreatifitas dan inovasi.
2. Inkubasi : Alam bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksi informasi
yangdikumpulkan
3. Penerangan : inspirasi tidak datang saat seseorang sedang memikirkan suatu
masalah, melainkan ketika dia berada dalam keadaan yang rileks. fase dalam
proses kreatif ini terjadi selama fase inkubasi ketika terobosan spontan
menyebabkan seorang tersebut mendapatkan suatu pencerahan
4. Verifikasi : Bagi wirausahawan, menguji ide memastikan akurasi dan
manfaatnya, dijalankan dengan melakukan percobaan, menjalankan simulasi,
menguji pemasaran produk atau jasa, menetapkan program pemandu dalam
skala kecil, membuat prototype dan banyak kegiatan lainnya yang dirancang
untuk memverifikasi bahwa ide baru tersebut bisa diterapkan dengan berhasil
dan praktis
12
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press
13
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
45
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri: orang kreatif ingin
menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-
kovensi. Hal ini menyebabkan orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau
gila. Selain faktor lingkungan psikososial, beberapa peneliti menunjukan
adanya faktor situasional lainnya. Maltzman menyatakan adanya faktor
peneguhan dari lingkungan. Dutton menyebutkan tersedianya hal-hal istimewa
bagi manusia kreatif, dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam
menumbuhkan kreativitas
46
5. Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi)
Dilihat dari bagaimana perilaku anak menentukan pendapat sendiri
mengenai suatu hal.
6. Memiliki Rasa Ingin Tahu
Dilihat dari bagaimana perilaku anak mempertanyakan segala sesuatu.
7. Bersifat Imajinatif
Dilihat dari bagaimana perilaku anak membuat cerita tentang tempat-tempat
yang belum pernah dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum
pernah dialami.
8. Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan
Dilihat dari bagaimana perilaku anak mencari penyelesaian suatu masalah
tanpa bantuan orang lain.
9. Memiliki Sifat Berani Mengambil Resiko
Dilihat dari bagaimana perilaku anak yang berani mempertahankan
gagasannya dan bersedia mengakui kesalahannya.
10. Memiliki Sifat Menghargai
Dilihat dari bagaimana perilaku anak yang menghargai hak-hak diri sendiri
dan hak-hak orang lain.
47
menjelaskan bahwa komponen berpikir kreatif mencakup kefasihan (fluency),
fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty). Hubungan komponen tersebut
dengan pengajuan dan pemecahan masalah seperti pada tabel berikut :
48
pengetahuan, artinya peserta didik diharapkan mampu berpikir serta dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan selama
pembelajaran pada konteks yang baru. “Baru” yang dimaksud dalam hal ini
merupakan pengaplikasian konsep yang belum terpikirkan sebelumnya oleh
peserta didik, tapi konsep tersebut pernah diajarkan sebelumnya. HOTS berarti
kemampuan peserta didik dalam memadukan pembelajaran dengan perihal lain
yang belum diajarkan sebelumnya.
HOTS adalah suatu tingkat berpikir yang mementingkan pada pelaksanaan
pengetahuan yang telah diterima, penalaran refleksi, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah serta merumuskan sesuatu hal yang baru. HOTS adalah
suatu keahlian dalam berpikir yang mencakup hal-hal diatas. Peserta didik
yang telah mencapai level HOTS maka akan mampu menerapkan pengetahuan
secara kritis dan kreatif yang pada akhirnya dapat menghasilkan suatu
penyelesaian masalah.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bisa membuat seseorang dapat
menganalisis, menafsirkan, serta memanipulasi informasi. Dengan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, peserta didik bisa membedakan gagasan
secara jelas, dapat memecahkan masalah, beragumen dengan baik, dapat
berhipotesis serta dapat memahami hal-hal yang kompleks menjadi lebih jelas.
Berpikir tingkat tinggi juga bisa diartikan sebagai kemampuan berpikir yang
lebih tinggi dari pada sekedar menghafalkan fakta atau menyatakan kembali
sesuatu yang persis seperti yang diinfokan.
49
b. mengkritisi
1. Level Analisis
Membagi materi menjadi bagian dari penyusunnya serta menentukan
hubungannya, baik dalam bagian maupun secara keseluruhan. Level analisis ini
terdiri dari kemampuan membedakan, mengorganisasi serta
menghubungkan.Analisis merupakan suatu kemampuan memisahkan materi
sehingga menjadi bagian-bagian penyusunannya serta mendeteksi bagaimana
suatu bagian berhubungan dengan bagian lainnya.
2. Level Evaluasi
Level evaluasi adalah kemampuan dalam mengambil keputusan berdasakan
kriteria-kriteria. Level evaluasi ini terdiri dari kemampuan mengecek dan
mengkritisi.
3. Level Mencipta
Pada bagian level yang paling tinggi ini, peserta didik mengorganisasi
bermacam informasi dengan menggunakan cara atau strategi baru maupun
berbeda dari yang biasanya. Peserta didik dilatih untuk menggabungkan
bagianbagian guna membentuk sesuatu yang baru, koheren dan orisional.
Kemampuan berpikir kreatif semakin diuji pada level ini. Menurut Anderson
dan Krathwohl menegaskan bahwa kreativitas bukan hanya menunjukan desain
produk yang unik, tapi juga menggabungkan berbagai sumber informasi guna
menghasilkan produk, perspektif, strategi, arti, ataupun pemahaman baru.
“Baru” disini berarti belum ada sebelumnya. Level ini terdiri dari merumuskan,
merencanakan dan memproduksi.
50
C. Karakteristik HOTS
Menurut Resnick karakteristik HOTS diantaranya yaitu non algoritmik,
bersifat kompleks, banyak solusi, melibatkan variasi pengambilan keputusan
serta interprestasi, penerapan banyak kriteria, dan bersifat mebutuhkan banyak
usaha. Conklin mengungkapkan karakteristik HOTS sebagai berikut:
karakteristik keterampilan HOTS mencakup berpikir kritis dan kreatif. Dimana
keterampilan ini merupakan dua kemampuan manusia yang amat mendasar
karena keduanya bisa mendorong seseorang untuk selalu memandang setiap
permasalahan yang sedang dihadapi secara kritis dan mecoba mencari jalan
keluarnya secara kreatif sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya.
D. Pencapaian HOTS
Untuk mencapai HOTS seluruh pelaku dalam dunia pendidikan harus
memiliki sinergi yang kuat. Mulai dari kurikulum yang harus diterapkan secara
konstektual dan koprehensif. Kurikulum beserta komponen yang ada
dibawahnya dituntut untuk terus berupaya mengembangkan keterampilan
dalam kegiatan pembelajaran agar peserta didik mencapai tingkatan HOTS.
Kurikulum 2013 yang diterapkannya saat ini sebenarnya merupakan pondasi
yang kuat guna peserta didik mencapai HOTS. Motivasi yang diberikan oleh
pendidik merupakan salah satu cara guna mencapai HOTS. Motivasi-motivasi
tersebut diantaranya dapat berupa:
1. Membuka dan menutup kegiatan pembelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
2. Menempatkan kegiatan brainstorming pada pertengahan kegiatan pembelajaran
guna mendorong peserta didik menemukan ide serta berpikir kreatif
E. Manfaat HOTS
Menurut Arifin Nugroho HOTS mempunyai tiga manfaat yaitu :
1. Meningkatkan prestasi
51
Hasil belajar peserta didik merupakan tolak ukur utama didalam dunia
pendidikan. HOTS dikatakan tiang penguat dalam pendidikan bila mampu
meningkatkan prestasi peserta didik. Para peneliti menjumpai 29 penelitian, 9
penelitian yang dilakukan disekolah dasar, dan 20 penelitian dilakukan
disekolah menengah, sebagian besar penelitian ini dilakukan di Inggris dan
Amerika Serikat, dalam penelitian tersebut Brookhart menyimpulkan bahwa
penelitian tersebutmembuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
kemampuan berpikir sangat efektif guna mendukung cara perpikir, motivasi
dan prestasi belajar peserta didik.
2. Meningkatkan Motivasi
Menurut Brookhart HOTS membuat peserta didik mampu mengontrol ide-ide
mereka, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. HOTS
dapat
membangkitkan rasa senang peserta didik daripada hanya proses mengingat.
Dalam penelitian Karsono pada tahun 2017, dengan menggukan lembar kerja
siswa berbasis HOTS memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap
motivasi belajar IPA peserta didik kelas 7 SMP. Ada 5 hal yang meyebabkan
lembar kerja siswa berbasis HOTS dapat meningkatkn motivasi belajar siswa
yaitu:
52
proses menemukan sendiri
e) Mendorong kemandirian peserta didik karena setiap peserta didik diberi
kesempatan untuk melakukan kemamapuan berpikir kritis.
53
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil
pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa
bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau
mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.Dalam dunia
pendidikan dapat digunakan untuk melihat perkembangan peserta didik dari
waktu kewaktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu
kegiatan pembelajaran.Portofolio sebenarnya diartikan sebagai suatu wujud
benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai
adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik itu adalah bundle, yakni
kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan
pada suatu bundle. Sebagai suatu proses social pedagogis, portofolio adalah
collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta
didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill),
maupun nilai dan sikap (afektif).
2. ….
3. penilaian performansi (asesmen kinerja) merupakan asesmen yang menuntut
siswa untuk melakukan unjuk kerja atau perbuatan. Penilaian jenis ini
mengukur kemampuan siswa berbahasa atau bersastra, baik secara lisan
maupun tulisan sesuai dengan konteks berkomunikasi. Penilaian
performansi dapat dilakukan guru, baik pada saat atau setelah kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Dalam melaksanakan penilaian performansi,
guru dapat menggunakan format atau pedoman penilaian dalam bentuk
pengamatan (observasi), skala bertingkat (rating scale), daftar cocok
(checklist), atau format isian yang terbagi atas kategori prilaku.
4. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan kognitif seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan
penelitian ilmiah. Berpikir kritis memungkinkan peserta didik untuk
54
mempelajari masalah secara sistematis, mengahadapi tantangan dengan cara
yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang
solusi.Ciri-ciri berfikir kritis diantaranya adalah pandai mendeteksi masalah,
mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan informasi, suka
mengumpulkan data untuk pembuktian faktual.Selain itu mampu membuat
hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya,
mampu menarik kesimpulan, mampu mengasumsi argumen-argumen atau
sumber-sumber yang diperoleh, dan mampu memberikan solusi dan
memutuskan suatu tindakan yang tepat.
6.
3.2 Saran
55
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan selanjutnya. Diharapkan pula pembaca dapat
menambah wawasan dari berbagai sumber lain terkait dengan materi ini.
56
DAFTAR PUSTAKA
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press
57
58