Anda di halaman 1dari 28

NAMA KELOMPOK A1.

1. AJENG IZZATI SAPUTRI (34180222)


2. ANISA FITRI (34180224)
3. DARNA (34180229)
4. DEVI MIA VIOLA (34180231)

TUGAS LAPORAN FARMASI RUMAH SAKIT PRAKTIKUM

PENGERJAAN RESEP

1. Kelegkapan resep :
1) Resep 1

Kelengkapan resep Keterangan


Inskriptio lengkap
1. Nama dokter Ada
2. SIP Ada
3. Alamat dokter Ada
4. Tanggal penulisan resep Ada
Infocatio
1. Tanda R/ Ada
Prescription
1. Nama obat dan dosis Ada
Signature Tidak lengkap
1. Nama pasien Ada
2. Umur pasien Ada
3. Alamat pasien Tidak ada
Subscription
1. Paraf dokter Tidak ada

2) Resep 2

Kelengkapan resep Keterangan


Inskriptio Tidak lengkap
5. Nama dokter Ada
6. SIP Ada
7. Alamat dokter Ada
8. Tanggal penulisan resep Tidak ada
Infocatio
2. Tanda R/ Ada
Prescription
2. Nama obat dan dosis Ada
Signature Tidak lengkap
4. Nama pasien Ada
5. Umur pasien Ada
6. Alamat pasien Tidak ada
Subscription
2. Paraf dokter Tidak ada
3) Resep 3

Kelengkapan resep Keterangan


Inskriptio Lengkap
9. Nama dokter Ada
10. SIP Ada
11. Alamat dokter Ada
12. Tanggal penulisan resep Ada
Infocatio
3. Tanda R/ Ada
Prescription
3. Nama obat dan dosis Ada
Signature Tidak lengkap
7. Nama pasien Ada
8. Umur pasien Tidak ada
9. Alamat pasien Tidak ada
Subscription
3. Paraf dokter Tidak ada

4) Resep 4

Kelengkapan resep Keterangan


Inskriptio Lengkap
13. Nama dokter Ada
14. SIP Ada
15. Alamat dokter Ada
16. Tanggal penulisan resep Ada
Infocatio
4. Tanda R/ Ada
Prescription
4. Nama obat dan dosis Ada
Signature Tidak lengkap
10. Nama pasien Ada
11. Umur pasien Tidak ada
12. Alamat pasien Tidak ada
Subscription
4. Paraf dokter Tidak ada

2. Table mengenai obat pada resep


1) Resep 1

No Nama obat Nama generic Rute Dosis obat Frekuensi


pemberian
1 Kalmoxilin Amoksisilin Oral oral: 250 mg 3xsehari 1
250 mg tiap 8 jam, kapsul
dosis
digandakan
pada infeksi
berat
2 Poncosolvon Bromhexin Oral  diminum saat 3xsehari 1
syr hcl perut kosong sendok teh
(1 jam (5 ml)
sebelum – 2
jam sesudah
makan). 
3 Aminofilin tab. Aminofilin Oral 100-300 mg, 3x sehari 1
100 mg 3-4 kali sehari tablet (bila
sesudah perlu)
makan.

2) Resep 2

No Nama obat Nama generic Rute Dosis obat Frekuensi


pemberian
1 Asetosal 250 Asetosal Oral Anak dan 3x sehari 1
mg remaja tidak tablet
dianjurkan
2 Ciproxin 250 ciprofloxasin Oral infeksi saluran 2 x sehari 1
mg napas, 250-750 tablet
mg dua kali
sehari.
3 Igastrum surp Igastrum Oral 1. Anak 1x sehari 1
berusia lebih sendok teh
dari 4 tahun : 1 (5 ml)
sendok makan
(15 ml) sehari.
2.
3. Anak
berusia kurang
dari 4 tahun : 1
sendok teh (5
ml) sehari.

3) Resep 3

Nama Numero Nama Rute Dosis Frekuensi


Obat Obat Generik Pemberian

Daonil 15 tablet Glibenklamid Oral Dosis awal: 1 x sehari


2.5-5 diminum ½
mg/hari. tablet
Dosis dapat
disesuaikan
sebanyak 2.5
mg dengan
interval
mingguan
sesuai
dengan
respon
pasien.
Dosisi
maksimal:
20 mg per
hari. Dosis
di atas 10
mg dapat
diberikan
dalam 2
dosis
terbagi.

Formell 30 tablet Metformin Oral 3 x sehari 1 1 x sehari


tablet, diminum 1
maximum 3 tablet
g perhari

Onat
diminum
sesudah
makan

Nifedipi 30 tablet Nifedipin Oral Dosis awal: 1 x sehari


n 5 mg 3 kali diminum 1
sehari. Dosis tablet
maksimal:
20 mg 3 kali
sehari.

4) Resep 4

Nom Nama obat Nama Rute Dosis Frekuensi


or Generik Pemberian
Obat

1. Pamol Parasetamol Peroral 500mg Seperlunya


1 tablet

2 Duphalac Lactulosa Peroral -Untuk 3x sehari 1


konstipasi sendok
kronik dibagi makan
dalam dosis
awal (3 hari)
dan dosis
penunjang.
Dewasa : Berat
: awal 30-45
mL kemudian
15-25 mL.
Sedang : awal
15-30 mL
kemudian 10-
15 mL. Ringan
: awal 15 mL
kemudian 10
mL. Anak 6-14
tahun : awal 15
mL kemudian
10 mL.

3. Metronidazol Metronidazol Peroral Untuk pasien 3x sehari 1


dewasa adalah tablet
500-750 mg
tiap 8 jam
sekali (selama
5-10 hari).
Sedangkan
dosis untuk
anak-anak
adalah 35-50
mg/kgBB,
dosis dibagi
tiap 8 jam
sekali (selama
10 hari).

3. Deskripsi obat
1) Resep 1
KALMOXILIN
 Nama obat : kalmoxilin 250 mg
 Kategori terapi : antobiotik
 Mekanisme aksi : Amoksisilin bekerja dengan menghambat sintesis
dari dinding sel bakteri. Amoksisilin menghambat cross-linkage di antara
rantai polimer peptidoglikan linear yang membentuk komponen utama
dari dinding sel dari bakteri Gram-positif dan komponen minor dari Gram-
negatif. Bakteri Gram negatif umumnya tahan terhadap antibiotik Beta-
laktam.
 Farnakokinetik : Absorbsi amoksisilin dicaluran cerna jauh lebih baik dari
pada ampisilin. Amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya
kira- kira lebih tinggi dari pada ampisilin, masa paruh eliminasi ampisilin
dan amoksisilin hampir sama. Distribusi ampisilin dan amoksisilin secara
garis besar sama (Gunawan, 2012:668)
 Indikasi : infeksi gram positif dan negatif pada saluran cerna, saluran
kemih
 Resiko pada kehamilan : Obat antibiotik jenis ini aman untuk ibu hamil,
tetapi amoxsisilin merupakan alternative yang perlu dipertimbangkan
untuk diberikan pada ibu hamil, karena kadar dalam darah ibu hamil
seperempat sampai sepertiga kadar disirkulasi ibu hamil.
 Kontraindikasi : hipersensitif pada penisilin
 Dosis : oral: 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan.
ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa. Infeksi saluran kemih, 500 mg
tiap 8 jam; ANAK di bawah 10 tahun, setengah dosis dewasa. Injeksi
intramuskular atau injeksi intravena atau infus, 500 mg setiap 4-6 jam;
ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa; Endokarditis (dalam
kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g
setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, dalam endokarditis
enterokokus atau jika ampisilin digunakan tunggal; Listerial meningitis
(dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam
selama 10–14 hari; NEONATAL 50 mg/kg bb setiap 6 jam; BAYI 1-3
bulan, 50-100 mg/kg bb setiap 6 jam; ANAK 3 bulan – 12 tahun, 100
mg/kg bb setiap 6 jam (maksimal 12 g sehari).
 Perhartian : riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya
pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik
akut atau kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis tinggi atau
jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran
pencernaan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang
hipersensitif terhadap penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus
dikurangi. Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui
dengan pasti. Hati-hati kemungkinan terjadi syok anafilaktik.
 Efek samping : mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang
terjadi kolitis karena antibiotik; lihat juga Benzilpenisilin 
 Over dosis :
 Parameter yang harus dimonitor: penggunaan jangka panjang, dosis,
aturan pakai.
 Bentuk sediaan : tablet
 Interaksi obat :
 Meningkatnya risiko perdarahan, jika digunakan dengan obat
pengencer darah.
 Meningkatnya risiko alergi, jika digunakan dengan allopurinol.
 Meningkatnya efek samping amoxicillin, jika digunakan
dengan probenecid.
 Menurunnya efektivitas amoxicillin, jika digunakan dengan
chloramphenicol, makrolid, sulfonamida, dan tetracycline HCl.
 Menurunnya efektivitas pil KB.

PONCOSOLVON SYR

 Nama obat : poncosilvon sirup


 Kategori terapi : obat batuk dan pilek
 Mekanisme aksi :  Derivat-sikloheksil ini berkhasiat mukolitis pada dosis
yang cukup tinggi. Viskositas dahak dikurangi dengan jalan
depolimerisasi serat-serat mukopolisaccharidanya. Bila digunakan per
inhalasi efeknya sudah tampak setelah 20 menit, sedangkan bila per oral
baru setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan batuk (Tjay
dan Rahardja, 2013: 664).
 Farmakokinetik : Bromheksin hidroklorida dengan cepat diserap dari
saluran pencernaan; konsentrasi plasma puncak terjadi setelah sekitar 1
jam. Bromhexine mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif di
hati: bioavailabilitas oral yang dinyatakan menjadi hanya sekitar 20%. Hal
ini secara luas didistribusikan ke jaringan tubuh. Sekitar 85 sampai 90%
dari dosis diekskresikan dalam urin terutama sebagai metabolit. Ambroxol
adalah metabolit dari Bromheksin. Bromhexine sangat terikat pada protein
plasma. Memiliki paruh eliminasi terminal dari 13-40 jam. Bromhexine
melintasi penghalang darah-otak dan sejumlah kecil melewati plasenta
(Sweetman, 2009 : 1552).
 Farmakodinamik :
 Indikasi : Oral: mukolitik untuk meredakan batuk berdahak. Injeksi:
sekretolitik pada bronkopulmonari akut dan kronik terkait sekresi mukus
abnormal dan gangguan saluran mukus.
 Resiko pada kehamilan : Studi terkontrol pada wanita hamil tidak
menunjukkan adanya risiko terhadap janin, dan kecil kemungkinannya
untuk membahayakan janin. Belum diketahui apakah bromhexine dapat
terserap ke dalam ASI atau tidak.
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas.
 Dosis : Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah
makan). Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak >10
tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-10 tahun: 1/2 tablet
atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2
kali sehari.
 Perhatian : Tukak lambung, kehamilan, menyusui, penghentian
pengobatan jika terjadi lesi kulit atau mukosa.
 Efek samping : Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik,
bronkospasme, mual, muntah, diare, nyeri perut bagian atas, ruam,
angioedema, urtikaria, pruritus.
 Over dosis dan toksikologi : Tidak ada gejala overdosis spesifik yang
dilaporkan pada manusia hingga saat ini.
 Parameter yang harus dimonitor : penggunaan dosis obat.
 Informasi untuk pasien : diminum 1jam sebelum makan atau 2 jam
sesudah makan,
 Bentuk sediaan : Sirup
 Interaksi obat : -

AMINOFILIN TABLET 100 mg

 Nama obat : aminofilin


 Kategori terapi : antibiotic
 Mekanisme aksi : bekerja dengan cara melebarkan saluran pernapasan
yang sebelumnya menyempit, sehingga udara dapat mengalir dari dan
menuju paru-paru tanpa hambatan. 
 Farmakokinetik : setelah pemberian per-oral, obat ini diabsorpsi dengan
cepat, sehingga kadang-kadang terjadi lonjakan kadar dalam darah yang
menimbulkan gejala efek samping. Pemberian teofilin dan aminofilin
bersama dengan katekolamin dan simpatomimetik golongan amina harus
hati-hati karena dapat memperkuat terjadinya takhiaritmia. Teofilin
mengalami metabolisme terutama di hepar dan kurang lebih 8% fraksi
obat diekskresikan melalui urin dalam bentuk tetap. Aminofilin dapat
mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam, tetapi saat ini ada
teofilin lepas lambat yang bisa bertahan dengan interval 8, 12 atau 24 jam.
Adanya makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbsi
aminofilin atau golongan xantin lainnya.
 Farmakodinamik : Aminofilin atau teofilin menghambat enzim
fosfodiesterase sehingga mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-
masing menjadi 5- cAMP dan 5-cGMP. penghambatan PDE menyebabkan
akumulasi cAMP dan cGMP dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi
otot polos termasuk otot polos bronkus. Aminofilin ataupun teofilin relatif
nonselektif dalam menghambat subtipe PDE. Aminofilin ataupun teofilin
merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor  adenosin. Adenosin
dapat menyebabkan bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat
pelepasan mediator dari sel mast yang diinduksi oleh rangsang
imunologis, karena itu dengan pemberian aminofilin atau teofilin dapat
mengatasi  bronkokonstriksi yang terjadi pada pasien asma. Atas dasar
kedua hal di atas maka aminofilin dapat menimbulkan efek relaksasi otot
polos bronkus atau bronkodilator pada pasien asma.
 Indikasi : obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat
 Resiko pada kehamilan : kategori C ; Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada
studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap
janin. Aminofilin dapat terserap ke dalam ASI.
 Kontra indikasi :
 Dosis : Oral 100-300 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
 Perhatian : penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung,
gangguan fungsi hati, epilepsi, kehamilan, menyusui, lansia, demam,
hindari pada porfiria.
 Efek samping : Alergi terhadap etilendiamin dapat menyebabkan urtikaria,
eritema, dan dermatitis eksfoliatif.
 Over dosis dan toksikologi :
 Parameter yang harus dimonitor :
 Informasi untuk pasien : ikuti anjuran pemakaian yang dianjurkan oleh
dokter.
 Bentuk sediaan : tablet dijadikan puyer
 Interaksi obat :
 Penurunan efektivitas dan percepatan pembuangan aminofilin jika
digunakan bersama carmabazepine, phenytoin, rifampicin, atau
barbiturate.
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping aminofilin jika
digunakan bersama obat antibiotik golongan makrolid, quinolone,
atau obat lain, seperti allopurinol, carbimazole,
cimetidine, diltiazem, fluconazole, halotane, interferon, isoniazid,
methotrexate, thiabendazole, verapamil, atau obat turunan xanthine
lain, misalnya teofilin.
 Penurunan efektivitas dari adenosin atau obat penghambat beta,
seperti carvedilol, propanolol, dan atenolol

Interaksi obat pada resep 1: tidak ada interaksi.

2) Resep 2

Asetosal

 Nama obat : asetosal 250 mg


 Kategori terapi : obat bebas dan resep antiinflamasi
 Mekanisme kerja : penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan
tromboksan A2
 Farmakokinetik / Farmakodinamik : bekerja melalui inhibisi enzim
siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) secara ireversibel, sehingga
menurunkan produksi prostaglandin dan derivatnya, yaitu thromboxan A2.
 Indikasi : profilaksis penyakit serebrovaskuler atau infark miokard.
 Resiko pada kehamilan :Konsumsi asetosal selama kehamilan dapat
menyebabkan sejumlah gangguan pada perkembangan janin Anda. Salah
satunya adalah meningkatkan risiko abrupsi plasenta – atau lepasnya
plasenta.
 Kontraindikasi : anak di bawah 16 tahun dan yang menyusui (sindrom
Reye) (4.7.1); tukak peptik yang aktif; hemofilia dan gangguan perdarahan
lain.
 Dosis : 0,3-1 g setiap 4 jam; maksimum dalam kondisi akut 8 g sehari;
ANAK, juvenil artritis, sampai 80 mg/kg bb/hari dalam 5-6 dosis terbagi,
tingkatkan pada kambuhan akut sampai 130 mg/kg bb. Obat harus
diminum sesudah makan.
 Perhatian :asma; hipertensi yang tak terkendali, tukak peptik, gangguan
hati, gannguan ginjal, kehamilan.
 Efek samping:bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-kadang
parah), juga perdarahan lain (misal subkonjungtiva).
 Over dosis dan toksikologi :
 Parameter yang harus di monitor :
 Informasi untuk pasien :
 Bentuk sediaan : tablet
 Interaksi obat :
 Meningkatkan risiko terjadinya tukak lambung, bila digunakan
bersamaan dengan kortikosteroid dan phenybutazone.
 Mengganggu fungsi ginjal dan mengurangi efektivitas obat
penurun tekanan darah, bila digunakan dengan obat antihipertensi
golongan ACE inhibitor, seperti ramipril.
 Meningkatkan kadar kalium dan berisiko menimbulkan
perdarahan, bila digunakan bersamaan dengan obat ibuprofen dan
ketorolac.
 Meningkatkan kadar methotrexate dan pemetrexed dalam darah.
 Meningkatkan efek obat ticlopidine, sehingga memperbesar risiko
terjadinya
 Menurunkan efek probenecid dalam membantu tubuh
mengeluarkan asam urat melalui urin.

Ciproxin

 Nama obat : Ciprofloxacin


 Kategori terapi : antibiotik
 Mekanisme kerja :Ciproxin bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri.
 Farmakokinerik :Ciprofloxacin cepat dan terserap dengan baik pada
saluran pencernaan. Ketersediaan bioavailabilitas ciprofloxacin adalah
sekitar 70-80% (oral). Waktu untuk konsentrasi plasma puncak: 1-2 jam
(oral).
 Farmkodinamim :Ciprofloxacin bekerja dengan menghambat mekanisme
kerja yang umum enzim DNA girase yang berperan dalam pembelahan sel
bakteri
 Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada
bedah saluran cerna bagian atas.
 Resiko pada kehamilan : kategori c : Ibu hamil sebaiknya tidak
konsumsi obat ini karena berbahaya bagi janin. Janin berisiko keracunan,
bayi lahir cacat, dan meninggal dalam kandungan
 Kontraindikasi : Pasien hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, anak
dan remaja
 Dosis : oral: infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali sehari.
 Perhatian : Hindari alkalinisasi urin berlebihan dan pastikan minum yang
cukup (risiko kristaluria); hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor,
karena dapat menurunkan kewaspadaan, efeknya meningkat dengan
adanya alkohol.
 Efeksamping : flatulen, disfagia, pankreatitis, takikardia, hipotensi, udem,
kemerahan, berkeringat, gangguan dalam bergerak, tinnitus, vaskulitis,
tenosinovitis, eritema, nodosum, hemorrhagic bullae, petechiae dan
hiperglikemia; nyeri dan flebitis pada tempat penyuntikan.
 Over dosis dan toksikologi :
 Parameter yang harus dimonitor
 Informasi untuk pasien
 Bentuk sediaan : tablet
 Interaksi obat : Meningkatnya risiko epilepsi dan serangan jantung, jika
digunakan dengan teofilin. Meningkatnya risiko kejang, jika digunakan
dengan obat antiinflamasi nonsteroid.

Igastrum syr

 Nama obat : igastrum syr


 Kategori terapi : vitamin suplemen makanan
 Mekanisme kerja :
 Farmakokinetik / Farmakodinamik
 Indikasi : Memelihara daya tahan tubuh dan membantu pertumbuhan
tulang dan gigi. Kandungan vitamin A dapat menjaga kesehatan mata,
kandungan vitamin B Kompleks berperan dalam metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak serta vitamin D dapat membantu penyerapan kalsium.
 Resiko pada kehamilan
 Kontraindikasi : Hindari pengunaan Igastrum pada pesien yang
hipersensitif (alergi) terhadap komponen Igastrum
 Dosis : Anak berusia lebih dari 4 tahun : 1 sendok makan (15 ml) sehari.
Anak berusia kurang dari 4 tahun : 1 sendok teh (5 ml) sehari.
 Perhatian : -
 Efek samping : -
 Over dosis dan toksikologi : -
 Parameter yang harus dimonitor : dosis dan cara pemakaian harus sesuai
dengan anjuran dokter
 Informasi untuk pasien : pemakaian harus sesuai dengan anjuran dokter
 Bentuk sediaan : sirup

Interaksi dari resep 2 : asetosal dengan ciproxin dapat meningkatkan resiko


kejang. Ciproxin dengan igastrum sirup dapat mengurangi penyerapan
ciproxin.

3) Resep 3

Nama Obat : Daonil

 Kategori terapi : Antidiabetes tipe 2 golongan sulfonylurea


 Mekanisme aksi : Bekerja dengan meningkatkan produksi insulin alami
di pankreas dengan cara berikatan dengan kanal kalsium pada permukaan
sel pankreas sehingga kadar ion kalsium dalam sel bete pankreas
meningkat dan menstimulasi produksi insulin.
 Farmakokinetik / Farmakodinamik : Daonil mengandung
glibenclamide yang digunakan untuk membantu mengontrol kadar gula
darah pada penderita diabetes tipe 2. Daonil bekerja menurunkan kadar
gula darah dengan cara meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas.
 Indikasi : Terapi tambahan pada pasien penderita diabetes melitus tipe 2
yang melakukan diet dan olahraga untuk menurunkan kadar gula darah.
 Risiko pada kehamilan :Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika
Serikat (FDA) mengkategorikan daonil ke dalam Kategori C ; Studi pada
hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau
studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika
manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
 Kontra indikasi : Pasien yang memiliki alergi terhadap komponen obat
ini ; Pasien penderita penyakit diabetes melitus tipe 1 ; Pasien penderita
komplikasi dari diabetes yang mematikan, akibat tingginya produksi asam
darah tubuh (diabetik ketoasidosis) dengan atau tanpa koma ; Pasien
penderita kelainan darah ; Pasien penderita gangguan ginjal atau hati ;
Pasien lanjut usia ; Pasien yang mengonsumsi obat bosentan ; Wanita
hamil ; Pasien penderita infeksi berat.
 Dosis : Dosis awal: Dosis awal: ½-1 tablet/hari. Jika dalam 7 hari tidak
mengalami penurunan kadar gula darah, maka dosis dapat ditingkatkan
secara bertahap sebanyak 2,5 mg/minggu. Dosis maksimal: 20 mg/hari.
Dosis 10 mg ke atas harus dikonsumsi dalam 2 dosis terbagi. Pasien lanjut
usia dan mengalami malnutrusi: Dosis awal: ¼ tablet setiap hari.
 Perhatian : Harus dengan resep dokter
 Efek samping : Hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal) ;
Mual ; Mulas ; Pruritus (gatal seluruh tubuh) ; Urtikaria (gatal biduran) ;
Artralgia (nyeri sendi) ; Mialgia (nyeri otot)
 Over dosis dan toksikologi : Overdosis : Gejala: Hipoglikemia (kadar
gula darah kurang dari normal).
 Penatalaksanaan: Pengobatan simtomatik dan suportif. Berikan arang
aktif. Untuk hipoglikemia ringan tanpa kehilangan kesadaran atau temuan
neurologis, dapat diberikan glukosa secara oral, atau menyesuaikan dosis
dan pola makan. Untuk koma hipoglikemik, berikan larutan glukosa 50%
melalui injeksi intravena (melalui pembuluh darah) cepat, dilanjutkan
dengan infus larutan glukosa 10% terus menerus untuk mempertahankan
kadar glukosa darah di atas 100 mg / dL.
 Parameter yg harus dimonitor :
Dapat menurunkan efek hipoglikemik jika diberikan bersamaan dengan
nonthiazide (misalnya: Furosemide) dan diuretik thiazide, kortikosteroid,
fenotiazin, agen tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat,
agen simpatomimetik, rifampisin, blocker saluran Ca, isoniazid.
Informasi untuk pasien : Jika melupakan satu dosis, segera minum dosis
yang terlupa saat ingat. Namun jika waktu telah menunjukkan untuk
mengonsumsi dosis berikutnya, lupakan dosis yang terlupa dan minum
obat sesuai jadwal biasanya.Tetapi, usahakan untuk tidak melupakan satu
dosis obat ini, sebab dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat atau
hiperglisemia. Jangan pula menggunakan dosis ganda karena dapat
menyebabkan mengalami hipoglisemia.
 Bentuk sediaan : Tablet
 Interaksi Obat : Dapat meningkatkan efek hipoglikemik jika diberikan
bersamaan dengan MAOI, kloramfenikol, fluoroquinolon (misalnya:
Ciprofloxacin), probenecid, obat anti inflamasi non steroid, penghambat
ACE, fluoxetine, disopyramide, klaritromisin, salisilat, salisilat,
sulfonamid, β-blocker.
Nama obat : Formell

 Kategori terapi : Antidiabetes tipe 2 golongan biguanid


 Mekanisme aksi : Bekerja dengan cara meningkatkan efektivitas tubuh
dalam menggunakan insulin untuk menekan peningkatan kadar gula darah.
 Farmakokinetik / farmakodinamik : Farmakodinamik metformin
berbeda dengan obat antidiabetik lainnya, yaitu dengan cara menurunkan
produksi glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa intestinal,
memperbaiki sensitivitas insulin dengan cara meningkatkan pengambilan
dan penggunaan glukosa perifer.
 Indikasi : obat lini pertama untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2,
terutama bagi pasien dengan kelebihan berat badan atau obesitas dan bila
pengaturan gula darah dengan berolahraga dan pengaturan pola makan
tidak memberikan hasil yang memuaskan.
 Risiko pada kehamilan : FDA (badan pengawas obat dan makanan
amerika serikat) mengkategorikan metformin dalam kategori B dengan
penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan resiko pada janin
tetapi tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada
wanita hamil secara terkontrol. Penelitian pada hewan secara terkontrol
tidak menunjukkan efek buruk pada janin (kecuali penurunan kesuburan).
Belum ada Penelitian pada wanita hamil secara terkontrol yang
menunjukkan risiko pada janin pada trimester berapapun. Hasil studi pada
hewan tidak selalu equivalen dengan hasil pada manusia. Mengingat efek
buruk yang mungkin terjadi, kebanyakan para ahli menyarankan untuk
lebih memilih insulin.Wanita yang menderita diabetes gestasional yang
diobati dengan metformin mengalami kekurangan berat badan selama
kehamilan dibandingkan mereka yang diobati dengan insulin. Bayi yang
lahir dari wanita yang diobati dengan metformin telah diketahui memiliki
sedikit lemak visceral, yang menyebabkan mereka menjadi kurang rentan
terhadap resistensi insulin di kemudian hari.
 Efek Samping : Berikut adalah beberapa efek samping formell
(metformin) :
Efek samping formell (metformin) yang paling umum adalah iritasi pada
saluran pencernaan misalnya diare, kram perut, mual, muntah, perut
kembung dan lebih sering kentut. Efek samping obat ini pada saluran
pencernaan lebih tinggi dibandingkan obat anti diabetes lainnya.Efek
samping lain ruam kemerahan, gatal, biduran dan bisa menyebabkan
hepatitis (radang hati) jika diberikan pada dosis tinggi dan jangka waktu
lama.
 Parameter yg harus dimonitor : Pada penggunaan jangka panjang,
waspadai terjadinya gangguan penyerapan vitamin B12.
 Dosis : Dosis obat ini ditentukan secara individual untuk setiap pasien
berdasarkan manfaat dan tolerabilitas masing-masing pasien. formell
(metformin) umumnya diberikan dengan dosis sebagai berikut :
3x sehari tablet 500 mg atau 2 x sehari kaplet 850 mg. dapat ditingkatkan
setelah 1 minggu pemakaian dengan kontrol kadar gula darah secara
berkala. maksimal 3000mg/hari. Obat diberikan saat makan atau sesudah
makan.
 Interaksi obat : Obat dengan kandungan zat aktif metformin termasuk
formell berinteraksi dengan obat-obat berikut :
Cimetidine, antibiotik cefalexin mengurangi bersihan metformin oleh
ginjal sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasinya dalam plasma
darah.
Obat kationik misalnya amilorid, digoxin, morfin, procainamide,
quinidine, kina, ranitidine, triamterene, trimetoprim, atau vankomisin,
secara teoritik juga bisa menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma
metformin dengan mekanisme yang sama.
meningkatkan efek penurunan kadar gula darah secara mendadak bila
dikonsumsi bersamaan dengan insulin dan golongan sulfonylurea seperti
glibenclamid atau glimepiride
Berpotensi fatal penggunaan bersamaan agen kontras mengandung iodin.
 Kontraindikasi : Jangan diberikan pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif/alergi obat metformin atau obat golongan biguanid lainnya.
 penderita gangguan ginjal, penyakit paru-paru, penyakit hati dan
kondisi-kondisi lain yang bisa menyebabkan peningkatan resiko
asidosis laktat.
 Untuk penderita gagal jantung misalnya angina tidak stabil atau
gagal jantung kongestif, meskipun penyakit ini meningkatkan resiko
terjadinya asidosis laktat
 Jangan diberikan jika terjadi hipoksia jaringan misalnya kegagalan
pernafasan, menderita infark miokardial (kerusakan otot jantung) ,
sepsis (kuman dalam darah) atau gangguan hati.
 Saat menjalani pemeriksaan radiologi yang menggunakan media
iodin, pemakaian harus dihentikan. Bisa dilanjutkan setelah fungsi
ginjal normal.
 Jika harus menggunakan obat anestesi umum misalnya
pembedahan, pemakaian harus dihentikan. Bisa dilanjutkan bila
kondisi ginjal telah normal kembali.
 keracunan alkohol akut atau pasien yang rutin mengkonsumsi
alkohol.
 Perhatian : Obat ini digunakan setelah makan atau dengan makanan. Obat
harus ditelan utuh, tidak dihancurkan, tidak dilarutkan dalam air, atau
tidak dikunyah. Tidak boleh digunakan sebagai obat anti diabetes tipe 1
atau ketoasidosis diabetik. Jika digunakan untuk terapi jangka panjang,
fungsi ginjal dan hati sebaiknya diperiksa setidaknya setahun sekali. Jika
ibu menyusui, sebaiknya tidak menggunakan obat ini mengingat efek
hipoglikemik yang mungkin terjadi pada bayi. Sebaiknya menggunakan
insulin untuk mengontrol gula darah. kurangi atau hentikan konsumsi
alkohol. Keamanan dan efektivitas pada anak usia di bawah 18 tahun
belum bisa dipastikan.
 Bentuk sediaan : Tablet
 Informasi untuk pasien : Pengobatan diabetes dengan metformin harus
disertai dengan kedisiplinan dalam menerapkan pola makan sehat yang
dianjurkan dokter dan rajin berolahraga. Selain itu, penderita harus
memeriksa kadar gula darah secara rutin ke dokter.

Nama obat : Nifedipin

 Kategori obat : Antihipertensi Golongan Antagonis kalsium


 Mekanisme aksi : bekerja dengan cara menghambat kalsium untuk masuk
ke dalam sel-sel pembuluh darah dan jantung. Dengan dihambatnya
kalsium, pembuluh darah akan lebih terelaksasi dan bisa lebih melebar.
Dengan begitu, aliran darah akan lebih lancar dan beban kerja jantung juga
menjadi lebih ringan.
 Farmakokinetik / Farmakodinamik : Farmakologi nifedipine secara
umum bekerja sebagai antagonis ion kalsium atau penghambat sawar
kalsium / calcium channel blocker (CCB). Aspek farmakokinetik
nifedipine berupa aspek absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasinya.
 Indikasi : obat untuk mengobati hipertensi (tekanan darah tinggi).
 Risiko pada kehamilan : Kategori C (FDA): Studi pada binatang
percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun
belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh
digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya
risiko terhadap janin.
 Efek samping : Ada beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah
menggunakan nifedipine, di antaranya: Sakit kepala ; Pusing ; Mual ;
Wajah memerah ; Konstipasi ; Kram otot
 Dosis : Dosis awal: 5 mg 3 kali sehari ; Dosis lanjutan: 10–20 mg 3 kali
sehari
 Perhatian : Jangan mengonsumsi nifedipine jika alergi terhadap obat ini.
Selalu beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang dimiliki.
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan
dengan nifedipine karena dapat memperburuk efek samping.
Beri tahu dokter jika baru saja mengalami serangan jantung atau
terdiagnosis mengalami penyakit jantung koroner.
Beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita penyakit jantung,
penyakit hati, intoleransi galaktosa, penyakit ginjal, gangguan pencernaan,
atau gangguan metabolisme.
Jangan mengemudi atau melakukan kegiatan yang memerlukan kesiagaan
setelah mengonsumsi nifedipine.
Beri tahu dokter jika sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan
kehamilan.
Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat, suplemen, serta produk
herbal tertentu.
Segera temui dokter jika mengalami reaksi alergi obat, efek samping yang
serius, atau overdosis setelah mengonsumsi nifedipine.
 Informasi kepada pasien : Obat ini bisa dikonsumsi sebelum atau setelah
makan. Telan tablet nifedipine secara utuh dengan bantuan air putih.
Jangan mengunyah tablet nifedipine atau menghancurkannya terlebih
dahulu. Konsumsi obat ini secara teratur pada waktu yang sama setiap
harinya. Jika lupa mengonsumsi nifedipine, segera minum obat ini jika
jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah
dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
 Interaksi : Meningkatkan risiko terjadinya efek samping nifedipine jika
digunakan dengan itraconazole, lemborexant, cimetidine, fluoxetine, atau
abametapir
Meningkatkan kadar dan efektivitas dari amlodipine, ergotamine,
erythromycin, everolimus, atau simvastatin
Meningkatkan risiko terjadinya gangguan ritme jantung (aritmia) jika
digunakan dengan cerinitib, cisapride, dolasteron, atau pimozide
Meningkatkan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan dengan tizanidine
Menurunkan kadar dan mengurangi efektivitas nifedipine jika digunakan
dengan apalutamide, carbamazepine, fenitoin, Jhon’s wort, atau rifampin
 Bentuk sediaan : Tablet
 Kontraindikasi : Kontraindikasi nifedipine antara lain adalah: Riwayat
alergi nifedipine. Syok kardiogenik. Angina tidak stabil akut.

Interaksi obat pada resep 3 : Formell mengandung bahan aktif metformin


yg jika dikonsumsi bersamaan dengan insulin dan golongan sulfonylurea seperti
glibenclamid atau glimepiride akan terjadi peningkatan efek penurunan kadar gula
darah secara mendadak.

4) Resep 4
Nama obat : Pamol
 Kategori terapi : Analgesik antipiretik
 Mekanisme aksi : Bekerja langsung di pusat saraf dengan mempengaruhi
ambang rasa sakit dengan menghambat enzim cyclooxsygenase, COX-1,
COX-2, dan COX-3 yang terlibat dalam pembentukan prostaglandin,
substansi yang bertindak mengatur rasa sakit dan diketahui juga sebagai
regulator panas pada hipotalamus.
 Kontra indikasi : Hipersensitivitas dan penyakit hepar aktif derajat berat
 Dosis : Dewasa : 325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 500
mg. Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk
meredakan demam.
Anak < 2 bulan : 10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai dengan
anjuran dokter.
Anak 2 bulan–12 tahun : 10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau sesuai
anjuran dokter. Dosis maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
Anak > 12 tahun : 325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam
 Perhatian : Jangan mengonsumsi dan menggunakan paracetamol jika
memiliki riwayat alergi dengan obat ini.
 Jangan memberikan paracetamol kepada anak berusia di bawah 2
tahun tanpa petunjuk dari dokter.
 Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan paracetamol
jika menderita gangguan hati atau ginjal.
 Jangan mengonsumsi alkohol bersama dengan parasetamol karena
dapat meningkatkan risiko kerusakan hati.
 Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat, seperti obat untuk
epilepsi, tuberkulosis (TBC), obat pengencer darah, suplemen, atau
obat herbal.
 Segera ke rumah sakit jika demam tidak mereda, serta ketika
muncul kemerahan pada kulit.
 Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis.
 Ibu hamil atau menyusui selalu berkonsultasi dengan dokter
(kategori C)
 ESO dan Toksikologi : Jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan
terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk
trombositopenia, leukopenia, neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada
infus
 Toksikologi : Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau
overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati, dan keracunan.
 Parameter yang harus dimonitor : Pada pasien dengan terapi jangka
panjang dan toksikologi obat.
 Informasi untuk pasien : Telan obat ini secara utuh. Jangan
menghancurkan, mengunyah atau mematahkan tablet, simpan pada suhu
ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan
disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Gunakan dosis sesuai
anjuran atau penyakit yang diderita dan hati-hati dengan pasien pada
kondisi tertentu yang hipersensitif terhadap Paracetamol. Bila terjadi
keracunan segera hubungi dokter atau cari penawarnya.
 Bentuk sediaan : Tablet

Nama obat : Duphalac

 Kategori terapi : Laksativa


 Mekanisme aksi : Laktulosa bekerja dengan meningkatkan tekanan
osmotik pada lumen saluran pencernaan, sehingga meningkatkan kadar
cairan dalam usus dan membuat feses lebih lunak. Laktulosa juga
meningkatkan peristaltik usus. Bakteri dalam kolon (usus besar) akan
memecah laktulosa menjadi asam laktat, asam asetat, dan asam format,
sehingga kadar asam di dalam kolon meningkat. Kondisi kolon yang lebih
asam akan menyebabkan difusi amonia (NH3) dari darah ke dalam usus
dan diubah menjadi ion amonia (NH4+). Laktulosa menyebabkan ion
amonia menetap dalam kolon dan tidak diabsorpsi kembali ke dalam
darah. Pada penyakit hati, peningkatan amonia dalam darah dapat
dikurangi melalui mekanisme ini. Suasana asam di dalam usus besar juga
berperan untuk mengeluarkan bakteri yang memproduksi urease yang
berperan dalam pembentukan amonia.
 Kontra indikasi : Tidak boleh diberikan kepada pengguna yang memiliki
alergi atau Hipersensitif.
 Obstruksi GI (penyumbatan yang terjadi diusus), tukak lambung.
 Dosis : Untuk dosis dewasa: diminum 1 x sehari 1-2 sendok makan (15-
30ml) selama 3 hari.
Anak usia 5-14 tahun: diminum 1 x sehari 1 sendok makan (15 ml) selama
3 hari.
Anak usia 1- 6 tahun: 1 x sehari 1-2 sendok teh (5-10ml) selama 3 hari.
Anak usia < 1 tahun: diminum 1 x sehari 1 sendok teh (5ml) selama 3 hari.
 Perhatian : Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA)
mengkategorikan Duphalac ke dalam Kategori B, penderita diabetes,
penderita galaktosemia, anak-anak.
 ESO dan Toksikologi : Ketidakseimbangan elektrolit (pengobatan jangka
panjang atau dosis berlebihan), mual, muntah, diare (dosis tinggi), perut
kembung, kram perut, dan nyeri, serta dehidrasi.
 Parameter yang harus dimonitor : Anak-anak, wanita hamil, penderita
penyakit diabetes dan penyakit tertentu. Farmakologi, Famakodinamik dan
Farmakokinetik obat.
 Informasi untuk pasien : Obat ini merupakan obat untuk mengatasi
konstipasi. Gunakan obat sesuai dengan indikasi dan anjuran, hati-hati
dengan pasien dengan riwayat wanita hamil, penderita diabetes, penderita
galaktosemia, anak-anak. Jika terjadi reaksi perut kembung, kram, diare,
mual muntah dan lainnya itu merupakan salah satu efek samping dari obat.
 Bentuk sediaan : Sirup

Nama obat : Metronidazol

 Kategori terapi : Antibiotik


 Mekanisme aksi : Cara kerja obat metronidazole adalah dengan berdifusi
ke dalam organisme, menghambat sintesis protein dan berinteraksi dengan
DNA yang menyebabkan hilangnya struktur DNA heliks dan kerusakan
untai DNA pada bakteri.
 Kontra indikasi : Obat metronidazole dikontraindikasikan pada orang
dengan hipersensitivitas terhadap metronidazole atau komponen lain di
dalamnya. Penggunaan obat ini juga harus dihindari pada kehamilan
trimester pertama, konsumsi alkohol atau produk yang mengandung
propilen glikol saat menggunakan metronidazol dan dalam tiga hari
setelah terapi selesai.
 Dosis : Dosis untuk pasien dewasa adalah 500-750 mg tiap 8 jam sekali
(selama 5-10 hari). Sedangkan dosis untuk anak-anak adalah 35-50
mg/kgBB, dosis dibagi tiap 8 jam sekali (selama 10 hari).
 Perhatian : Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori B (tidak
berisiko pada beberapa penelitian) menurut Food and Drugs
Administration (FDA). Sebaiknya disimpan di tempat dengan temperatur
ruangan sekitar 15-30 derajat Celcius. Jauhkan dari lingkungan yang
lembap, panas, atau sinar matahari langsung serta jangan disimpan di
lemari es, atau freezer.
 ESO dan Toksikologi : Mual dan muntah
 Diare
 Sakit perut
 Keram perut
 Kehilangan selera makan
 Sakit kepala
 Mulut menjadi kering
 Iritasi pada mulut atau lidah.
 Toksikologi : Mati rasa, kejang, kulit melepuh, perubahan perilaku, sulit
berbicara.
 Parameter yang harus dimonitor : Farmakologi, Famakodinamik dan
Farmakokinetik obat.
 Informasi untuk pasien : Minum sampai obat yang diresepkan habis.
Walaupun kondisi sudah membaik, habiskan obat ini agar infeksi benar-
benar sembuh. Gunakan obat sesuai dengan aturan pakai dan sesuai
dengan kondisi penyakitnya.
 Bentuk sediaan : Tablet

Interaksi obat dari resep ke-4 : Tidak terdapat interaksi obat di ketiga obat dalam
resep tersebut.

Anda mungkin juga menyukai