kehidupan pergaulan sehari-hari aku sering menjadi perhatian di lingkungan tempat aku
bekerja, selain pergaulan yang luwes, aku memiliki postur yang bisa dikatakan
lumayan. Dengan warna kulitku yang putih, tinggi 170 dan berat sekitar 67 Kg serta
Di perusahaan tempat aku bekerja, ada salah seorang teman wanita yang (pernah)
menjadi perhatianku. Sebut saja namanya Anita. Dalam pergaulannya, Anita juga
seorang yang luwes, oleh sebab itu dia di tempatkan oleh pimpinan perusahaan di
bagian marketing, yang sebelumnya adalah teman satu bagian dengan aku.
Awal tahun 2003 yang lalu Anita melangsungkan pernikahannya dengan seorang
teman kuliahnya. Walaupun sekarang sudah menikah, Anita tetap seperti yang dulu,
luwes dan anggun. Walaupun postur tubunya bukanlah tipe seorang yang bertubuh
tinggi dan langsing, tapi dia memiliki kharisma tersendiri. Dengan kulit yang putih,
payudara sekitar 34 serta betis yang indah, senyumnya yang menawan, tidak
Kedekatan diriku dengan Anita berawal sejak dia bekerja pada bagian yang sama
denganku 3 tahun yang lalu. Sejak dia pindah bagian (lantai berbeda walaupun dalam
satu gedung) dan menikah, aku jadi jarang sekali bertemu. Paling hanya berbicara
melalui telpon atau saling kirim email. Kami sering bercakap-cakap mengenai kantor
cemas. Dan hal itu terbawa dalam keluarga. Rasa cemas Anita terkadang memang
berlebihan, yang membuat sampai awal tahun 2004 ini belum ada tanda-tanda bahwa
dirinya hamil. Setiap ada anggota keluarga atau temannya yang bertanya mengenai hal
itu, menambah gundah dirinya. Segala upaya termasuk konsultasi kepada dokter sudah
dilakukan, tetapi hasilnya tetap nihil. Rasa cemas dan bersalah timbul pada diri Anita,
karena selalu menjadi bahan pertanyaan khususnya dari pihak keluarga. Aku sering kali
memberi semangat dan dukungan kepadanya untuk selalu belajar menerima apa
adanya dalam situasi apapun. Bila ada sesuatu pikiran yang membuat gundah Anita,
aku selalu dapat membuat dirinya lupa dengan masalahnya. Aku selalu dapat membuat
dirinya tertawa, dan terus tertawa. Pernah suatu ketika, Anita tertawa sampai berlutut
dilantai sambil memegang perutnya karena tertawa sampai keluar air mata dan sakit
perut!!
Suatu hari (aku lupa persisnya) minggu ke 2 di bulan Februari 2004 yang lalu, Anita
menelponku melalui HP. Pada saat itu aku baru saja sampai di rumah, setelah seharian
bekerja.
“Haloo Nitaa.. Lagi dimana lu? Tumben nih malem-malem nelpon, hehehehe..” kataku
kemudian.
“Lagi di rumaah. Lagi bengong-bengong, laper and cuapek buanget nih, tadi gue ada
“Nggak laah, baru aja sampai di rumah. Eh, lu dirumah bengang-bengong ngapain sih?
Emang di rumah lu kaga ada beras, sampai kelaperan gituh?” candaku kemudian.
“Hehehehe.. Emang benar-benar nih anak!! Gue capek karena kerja! Terus belum
“Ooo, gitu. Gue kira lu capek karena jalan kaki dari kuningan ke rumah!” kataku
kemudian.
“Lhaa kan, tadi gue bilang jalan kaki, bukan ngangkat sebelah kaki terus loncat-loncat?
“Sudah lu istirahat dulu Nit, jangan lupa makan, mandi biar wangi. Seharian kan sudah
kerja, capek, ntar kalau lu dikerjain ama laki lu gimana, sementara sekarang aja lu
masih capek?” aku bicara seenaknya saja sambil meneguk minuman juice sparkling
kesukaanku.
“Kalau itu mah laeen.. Gue enjoy aja!! Nggak usah mandi dulu laki gue juga tetep
nempel. Lagian sekarang laki gue nggak ada, kok. Lagi ke Australia..” kata Anita
kemudian.
“Ke Autralia? Wah, enak amat! Gini hari jalan-jalan kesono sendirian, lu kok kaga ikut?
“Eh, ni anak dodol amat sih!! Urusan kantornya lah!!” kata Anita sengit, sementara aku
“Iya, gue mau ngobrol aja ama lu. Abis disini sepi.. nggak ada yang bisa diajak
ngomong” lalu Anita menceritakan apa-apa saja yang menjadi pembicaraan dalam
meeting tadi. Seperti biasa, aku diminta pendapat dalam masalah kantor yang sedang
Tak terasa, kami berbicara sudah satu setengah jam yang kemudian kami berniat
mengakhiri, dan berjanji akan di teruskan esok harinya di kantor. Sebelum aku menutup
“Eh, gue mau tanya dikit dong, boleh nggak? Tapi kalau lu nggak mau jawab, nggak
apa-apa..”
Mendengar pertanyaan seperti itu aku sedikit kaget, karena walaupun pembicaraan aku
dan Anita selalu apa adanya dan kadang bersifat pribadi, tapi belum pernah seperti ini.
“Nggak, cuma tanya doang.. Lu pertama kali ML kapan, pasti ama cewe lu yah?” tanya
Anita.
“Gue pertama kali ML waktu SMA, sama teman bukan ama cewe gue, lu sendiri
kapan?”
“Gue sih, waktu kuliah. Itu juga setelah TA, sama Randy (suaminya). Rasanya gimana
Nto, ML pertama kali?” tanya Anita.
“Awalnya sih, sakit. Tapi enak juga.. Hehehe. Abis Waktu itu Randy buru-buru amat.
“Hahaha, nggak lah!! Gue lakuin di ruang tamu rumah gue sendiri. Waktu itu lagi nggak
“Wah, ternyata waktu gue ke rumah lu kemarin, gue nggak sangka duduk di sofa yang
Anita hanya tertawa mendengar celotehanku itu. Kemudian kami saling bercerita
paling disukai dan yang tidak disukai dalam berhubungan intim. Kami juga sama-sama
“Wah, Nto.. kalau lu abis mastur, jangan dibuang sembarangan dong, kasiankan, anak
lu pada teriak-teriak di got. Mending lu bungkus terus kirim ke gue aja, kali-kali
bermanfaat”
“Emang lu mau sperma gue, bawanya gimana? Dibungkus? Kaya bawa nasi rendang!
Kirim lewat apa dong? Mending langsung tuang ke lu langsung. Praktis dan nyaman,
hehehehe”.
“Week, mengharap amat! Lu yang nyaman, tapi gue yang nggak aman!! Nggak, gue
TGF (Thanks God is Friday), hari itu aku melakukan seperti biasanya. Walaupun aku
terasa mengantuk, tapi aku senang dan bekerja dengan semangat sekali karena besok
dan lusa libur. Seperti janji semalam, aku makan siang dengan Anita untuk melanjutkan
pembicaraan masalah kantor yang sedang dihadapinya. Aku dan Anitapun berangkat
Selatan. Sepanjang perjalanan dan di tempat tujuan pembicaraan kami hanya berkisar
masalah pekerjaan yang serius, sekali-kali bercanda dan tertawa. Tidak ada satupun
saat kami diperjalanan pulang, kami hanya diam seribu bahasa. Mungkin karena Anita
masih mengingat pembicaraan yang tadi dibicarakan. Kalau aku sih, sedang
mengingat-ingat rencana apa yang akan dilakukan liburan nanti. Entah apa yang ada di
benak Anita, mungkin pusing liat kemacetan lalu lintas yang sedang dihadapi, maklum
dia yang jadi sopir. Sementara aku bersantai-ria disampingnya sambil mendengarkan
“Kenapa sih, kok ngelirik gue terus?” kata aku tiba-tiba, karena aku perhatikan dari
“Ge-Er aja sih lu? Gue cuma liatin jalan, bukan liat lu! Jalan kan macet, jadi gue
“Weleh, muka liat jalan, kok biji mata lu ke arah gue? Emang, tampang gue kaya
“Tentang mastur..”
“Mastur? Ooo, yang itu. Emang kenapa sih Nit? Lu emang ingin benih gue?”.
“Sebenernya bukan itu, gue cuma ingin punya anak doang. Cuma gue bingung harus
gimana?”
“Mungkin sekarang belum rezeki lu, kali Nit. Lu jangan nyerah gitu donk! Suatu saat
nanti, kalau rezeki lu sudah dateng, pasti juga dapet kok. Sabar ajah, ya Nit” kataku.
“Jadi maksudnya, lu nggak mau kasih kesempatan ke gue? Maaf ya, Nto? Bukannya
gue sudah kehilangan akal sehat, gue cuma mau tes aja. Gue tahu lu orangnya bisa
dipercaya. Apapun yang terjadi nanti, gue percaya lu nggak berubah memandang diri
gue. Tetep bisa jadi teman gue. Makanya gue perlu lu”.
“Wah Nita, kalau nanti hamil beneran gimana? Serem aja kalau sampai ketauan.. Gue
Setelah Anita berkata tadi aku berpikir, si Anita gila juga nih, pikirku. Aku tahu, kami
memang sama-sama dekat, tapi hanya sebatas teman biasa. Aku hanya takut, nanti
setelah kejadian, salah satu dari kami bisa muncul perasaan berbeda. Walupun Anita
percaya aku tidak seperti itu, tetap saja aku ragu. Memang aku tidak memungkiri, ingin
sekali tidur dengannya. Tapi perasaan itu aku tahan, karena bisa merusak hubungan
kami nantinya. Paling kalau sudah tidak terbendung, ujungnya hanya masturbasi. Aku
memang doyan sekali dengan yang namanya sex. Tapi aku tidak mau obral cinta demi
sex semata. Oleh sebab itu, permintaan Anita ini bisa saja mengubah suasana. Tapi
setelah aku pikir-pikir, apa salahnya aku coba. Toh, dari dulu memang aku ingin sekali
“gimana To, bisa nggak?” kata Anita tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku.
“Bisaa.. Ya pasti gue bisa aja dong! Wong enak kok, main perang-perangan”.
“Heh, enak aja! Kata sapa lu, kita ML? Gue kan cuma bilang minta sperma lu? Bukan
berarti kita main sex! Dan gue minta kita bersikap obyektif yah, ingat gue sudah punya
keluarga”.
“Jadi kita nggak nge-sex? Gimana caranya? Emang lu mau minum sperma gue, yang
“Hush, jijik ah, omongan lu. Gimana caranya lu hanya keluarin sperma lu nanti, terus
“Waah, susah amat proyeknya! Tapi okelah, kita coba aja yah” akupun menyanggupi,
karena aku berpikiran, akan berusaha paling tidak bisa melihat bentuk tubuhnya yang
sepakat untuk bertemu esok harinya di salah hotel bintang 3 di arah yang berbeda
Hari Sabtu pun tiba. Setelah istirahat yang cukup, pagi-pagi sekali aku sudah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk tujuanku nanti. Setelah aku tiba di hotel
muncul, sudah hampir 3 jam aku menunggunya sambil menonton acara music di TV
kamar. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, ketika tiba-tiba ada ketukan halus dari
pintu kamarku.
Dengan berdebar-debar akupun bergegas mengintip dari pintu, ternyata Anita! Ketika
aku bukakan pintunya, Anita langsung bergegas masuk meninggalkan aku di depan
pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu Anita menggunakan kaus hitam berkerah
rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat
tua. Begitu sudah di dalam Anita langsung membuka blesernya yang ternyata
kulitnya yang putih bersih. Sementara aku hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana
“Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka bletser terus
“Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru dateng. Sori, yah, gue nggak nyapa lu
dulu. Malah nyelonong masuk. Terus terang gue bingung, jantung gue deg-degkan nih”
kata Anita.
Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian aku menawarkan minum kepada
Anita untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah aku membuatkan teh yang
diminta Anita, akupun duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur. Anita yang
berada didekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur.
Posisi ini membuat aku bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang bagus, yang
sejak dulu aku kagumi, karena tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa
noda. Sekali kali aku membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud
aku hanya untuk mengendurkan suasana, dan ternyata aku berhasil. Aku dapat melihat
bahwa Anita sudah dapat rilex dengan susasana ini karena dapat menimpali
Setelah Anita minum teh, dia berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping
TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku dengan bersandar pada tempat
tidur. Sambil terus berbicara, aku mencoba memeluk pundaknya dari samping, dan
tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus kami berbicara, aku mencoba
merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang aku
lakukan. Dari pundak aku sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-
sentuhan lembut yang aku lakukan tidak di pungkiri membuat Anita terpengaruh,
walaupun dia tetap saja berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri,
karena ulahku itu. Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya. Sentuhan tangan
kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini berpindah ke
perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya.
Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai aku menyentuh payudaranya
walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama aku melakukan aksi tersebut
Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam
kaus Anita. Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan tanpa halangan dari
kausnya. Terus naik ke atas sampai aku menemukan payudaranya yang masih
terus meremas lembut serta memberi kecupan pada pundaknya. Anita yang sudah
mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan matanya, sudah terdiam sejak
tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik tanganku dari balik kausnya, “Sudah,
yah..” kemudian dia mengecup bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil terus
memberi sentuhan. Kali ini yang manjadi sasaranku adalah kakinya, karena posisi Anita
agak sedikit miring ke arah aku. Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh
kakinya sampai aku menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai
Rangsangan yang aku berikan mungkin menambah panas suasana, karena Anita
gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang hebat, yang
aku melanjutkan aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat nikmat penisku dari
dalam celana, membuat aku bernafsu sekali. Akupun menyudahi lumatanku dan
memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah, terus ke arah
pangkal kaki, sedikit demi sedikit aku memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada
sedikit demi sedikit, akhirnya aku dapat melihat celana dalamnya yang berwarna coklat
yang sangat muda. Akupun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan disekitar pangkal
pahanya. Begitu aku berniat untuk menurunkan celana dalamnya, Anita tiba-tiba berdiri
dan duduk di pinggir tempat duduk. Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet
CD-nya, malah membuat turun agak kebawah karena Anita berdiri. Anita yang tahu hal
“Memangnya kenapa? Tuang spermanya gimana? Gini aja, gue akan merangsang lu
sampai keluar, setelah itu gue masukin punya gue dan tumpahkan sperma gue
didalem, gimana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak gue aja dong?”
pintaku kemudian.
“Nggak lama kok, paling kalau gue sudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!”
sergahku.
“Tapi..” belum sempat Anita meneruskan aku sudah melumat bibirnya yang seksi itu,
sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok. Terasa basah disitu.
Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku dari bawah, Anita merebahkan dirinya
diatas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur. Akupun masih
bawahnya. Dari leher, pundak, aku remas payudaranya, terus ke perutnya, sampai
dengan aku menyibakkan kembali roknya. Disitu aku melihat posisi celana dalamnya
yang sudah merosot ke bawah, walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah
memperlihatkan bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi.
Untuk beberapa saat aku masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu. Dari
posisi di samping Anita, akhirnya aku memberi sentuhan halus melalui bibir dan
sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai aku turun dari atas tempat tidur memberi
kecupan pada kakinya yang menjuntai kebawah. Kemudian masih terus mengecup
kakinya dari bawah terus ke atas lagi, dan sedikit demi sedikit aku menarik turun celana
dalamnya sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang
aku kagumi itu. Setelah celananya aku lepas, dalam posisi duduk di bawah dan
dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan aku langsung melahap
vaginanya yang terawat sangat rapih sekali. Dengan kulit bersih, bulu yang halus,
vagina yang dimiliki Anita sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu
sekali dan ingin sekali menyutubuhinya. Aku melumat vaginanya dengan sangat
bernafsu sekali, sampai terdengar erangan lepas Anita yang sudah tidak tertahankan
Erangan-erangan Anita tersebut membuat diriku lupa, dan terus melumat dan menjilat
vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada kedua pahanya dengan kedua
tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya aku memberi
payudaranya yang sebelumnya sudah aku keluarkan dari ‘cup’ yang hanya menutup
setengah dari payudaranya. Remasan halus yang aku berikan memberikan nuansa
secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus. Setelah beberapa menit, tiba-tiba
Anita mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah
“Nnnto, .. Aku mau keluarr.. Aduhh!!” kemudian Anita mengejang untuk beberapa saat.
Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari
dalam vaginanya. Setelah Anita terhempas lemas, aku masih saja membersihkan
cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu baru aku merangkak naik
menjilatinya dengan lahap. Anita yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama,
hanya terlihat pasrah saja. Karena aku sudah sangat bernafsu sekali, aku langsung
melepas celanaku. Rotanku yang sudah sangat keras memang sedari tadi sudah
membuat aku tidak nyaman. Dalam keadaan Anita yang pasrah tersebut, Aku langsung
memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Anita. Seret, tapi nikmat sekali.
Sedikit demi sedikit aku masukkan, kemudian aku tarik sedikit, aku masukkan lagi yang
lebih dalam, yang akhirnya aku menyodoknya dalam-dalam sampai mentok dengan
pangkal penisku. Kamipun menyatu, dan keinginan aku tadi untuk menyutubuhinya
sudah terpenuhi. Karena desahan-desahan Anita yang membuat aku sangat bernafsu
sekali, sambil memeluk tubuh Anita yang masih berpakaian lengkap aku segera
menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya dengan hitungan cepat pula, akupun
sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku. Aku langsung mendekap Anita
“Ahh, .. Gue keluar” akupun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Anita.
Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku. Untuk beberapa saat aku masih
mendekap tubuh Anita karena belum mau melepaskan rasa nikmatku itu. Beberapa
“Enak banget punya lu, Nit. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar gue jadi
“Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!” kata Anita,
“Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya gue ngerasa agak
“Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis gue sudah nafsu
banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada
waktu gue sudah nafsu banget dan sudah masukin barang gue tiba-tiba lu tadi nolak,
atau kabur? Kan gue yang rugi. Mending gue nyetubuhin elu dengan cepat. Yang
penting nafsu gue tersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah?”.
“Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?” kata Anita sambil tertawa renyah,
saking gemasnya membuat aku langsung melumat bibirnya yang seksi itu. Lama aku
dengan air hangat shower. Tidak lama setelah aku masuk ke dalam kamar mandi, Anita
ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya. Sambil
mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar, Anita
mengeringkan penisku dengan handuk, terus memperhatikan kaki jenjang yang indah
itu dan aktifitas Anita. Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau
Rupanya Anita juga memperhatikan aku melalui pantulan cermin di depannya (shower
berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat aku tidak berkedip melihat dirinya.
“Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan?” kata Anita. Aku
menghampiri Anita yang masih sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha sisi
dalam.
“Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha
gue”. Sambil Anita bicara, aku mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya
dari belakang.
“Ihh, geli doonk!” protes Anita, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya.
Aku nggak peduli, sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang terangkat itu
sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit
demi sedikit terus ke atas, sampai kemudian aku menciumi lehernya kembali. Dalam
posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, aku terus menerus menciumi Anita
yang sudah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku
menuju selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan
Sedikit demi sedikit Anita terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi
aku menyodorkan penisku yang sudah setengah online ke vaginanya. Perlahan tangan
kananku itu membimbing penisku ke vagina Anita dari belakang, sementara Anita
sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua
saat penisku masuk ke dalam vagina Anita. Kemudian aku menyodoknya perlahan
sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual, sementara aku
memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya, sambil terus mengecup
persetubuhan kami itu. Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut
Anita mengeluarkan suara desahan lembut. Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang
Di menit yang kesekian, Anita menurunkan kakinya dari atas closet dan masih
aku dapat menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil sekali-sekali meremas
pantatnya itu, aku menyodoknya terus menerus yang diimbangi oleh Anita dengan
Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan dengan posisi yang
sama. Sampai aku merasakan denyutan halus di dalam vagina Anita yang makin
terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Anita dalam
“Tahan sebentar yah Nit, gue juga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar..”
Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian Anita mulai
mengejang. Akupun yang sudah sampai puncaknya, dengan rapat memeluknya dari
bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama. Sementara
cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Anita terasa hangat bercampur
dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua,
terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Anita terlihat berdiri, yang kemudian aku
Anita berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian mengecup lembut bibirku, yang
aku jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya yang seksi. Entah kenapa,
aku merasa senang sekali memperlakukan Anita seperti itu. Sentuhan, kecupan yang
lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas serta dekapan kami berdua menambah
mesra suasana romantis saat itu. Sementara suara TV di ruang tidur
“Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang.. Menjaga cinta, kita, slalu
Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas yang
dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil berpagutan, aku mendorong Anita
perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, aku pangku
Anita tanpa melepaskan pagutan kami berdua, yang menambah panas suasana di
ruangan itu. Anitapun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa,
sementara akupun tidak tinggal diam. Kaus Anitapun aku buka, dan terpampanglah
buah dada yang kenyal itu, sedikit terbungkus dengan bra. Aku langsung menciumi
buah dada Anita sambil membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, aku pelintir
putingnya dan aku sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan aku remas dengan
lembut buah dada Anita yang indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan Anita
lahan sekali. Sambil memeluk Anita, aku menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali
bahu dan ketiaknya, Sementara Anita perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya
Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami
berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan
penuh kasih sayang. Goyangan Anita pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah
kami berdua. Tatkala gerakan Anita bertambah cepat, akupun mendekapnya dengan
erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas, sampai jeritan panjang Anita yang
pelukan, aku mengejang untuk beberapa saat dan menikmati persetubuhan kami yang
nikmati dan kemudian memberikan kecupan sayang kepada Anita yang telah
belakang. Aku membelai rambutnya, mengecup kening dan bibir Anita yang terlihat
sangat letih tapi terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya
“Nggak ah, gue emang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget!”
“Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah gue berkobar! Touch of
Art..”
Aku tertawa mendengar kelakar Anita tersebut. Kemudian aku bangkit menuju kamar
mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua,
sementara Anita Anita bergerak ke arah bantal besar diatas tempat tidur. Di kamar
Sambil menghisap rokokku, aku tersenyum bangga sekali, karena bisa tidur dengan
Anita. Setelah hisapan terakhir rokokku, aku berkumur dengan pengharum mulut dan
Di atas tempat tidur, ternyata Anita sudah tertidur lelap. Dengan posisi setengah
tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar
dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang aku lihat, pantatnya yang bulat, dengan
posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan aku merangkak
menghampiri Anita. Dalam posisi yang sama, vagina Anita aku masukkan dengan
penisku yang sudah setengah tegang, bless. Sedikit-demi sedikit aku masukkan
lahan, sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya. Sodokan-
sodokan halus yang aku lakukan ternyata tetap membuat Anita tersadar dari tidurnya,
“Auhh.. uhh, To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih! Geli..” kata Anita kemudian.
Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh serta
Setelah puas, aku menyuruh Anita untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan. Dalam
posisi tersebut, aku setubuhi Anita dari atas yang mengerang dan mendesah erotis
sekali. Bongkahan pantat Anitapun tak luput dari remasan tanganku. Setelah aku
bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput
juga dari remasan tanganku. Sodokan demi sodokan aku berikan serta keringat kami
yang membanjir, menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua.
Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi
kami memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, aku menyuruh Anita untuk
terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, aku setubuhi Anita sambil memeluk
erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan aku buat dan pagutan kami diakhiri
dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan. Bermula dari aku yang mengejang
sambil mendekap erat tubuh Anita serta mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian
Anita menyusul dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat
pada pinggangku, menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah
masuknya penisku ke dalam vagina Anita. Setelah itu aku memberikan ciuman mesra
Menit berikutnya aku ambruk disampingnya. Peluh kami sudah tidak terkira banyaknya
disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil
bercanda aku dan Anita saling memandikan dengan mesranya. Setelah selesai, kami
mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami
menampilkan lagu ‘Bilakah’ dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur
pulas.
Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli
menjilati penisku seperti makan candy. Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak
luput dari sergapan lidah dan kuluman Anita. Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku
tatkala Anita mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku.
olehnya. Setelah itu Anita mengambil posisi berjongkok di atas penisku. Sambil
vaginanya dan dimasukkan kembali. Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir
Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada
buah dadanya. Anita yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian memutar-mutar
pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada gairah kami berdua. Kemudian dia
menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang aku balas dengan dekapan
mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberikan sodokan
keras dari bawah. Aku kemudian meminta Anita untuk memutar tubuhnya
membelakangi diriku. Dalam posisi tetap di bawah, aku dapat memelihat bongkahan
dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama.
Setelah itu aku meminta Anita untuk menungging. Dengan posisi doggy style aku
yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur tubuh Anita membuat diriku
tidak dapat membendung gairah puncakku itu. Yang kemudian aku meminta Anita
untuk kembali pada posisi awal, aku dibawah dan Anita diatas untuk dapat
mendekapnya dengan mesra. Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Anita
dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari
bawah akupun mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian menambah getaran
tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi tersebut dan saling
mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling
mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Anita. Setelah berakhir,
“Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta,” kataku kemudian.
“Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu gue sudah minta ke elu sebelum elu digosok
“Enak aja lu! Emang gue mau ngasih perawan gue ke elu! Jangan konyol..” kata Anita
“Iya siih, tapi kan karena gue mau cepet dapat anak. Kalau perawan gue tetep dikasih
“Seett, pelit amat sih lu!!” kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Anita.
Aku yang sudah tahu gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar
mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai giliran Anita untuk membersihkan diri.
Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Anita pamit kepadaku untuk
pada kening dan bibirnya. Setelah itu kamipun berpisah, Anita pulang dan aku tetap di
hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. Aku memang
Hari-hari berikutnya di kantor, aku tetap bertemu dengan Anita. Bila bertemu dan
berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja seolah-olah tidak ada
kejadian apapun pada kami berdua. Sampai kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3
setelah kejadian itu, Anita memberi kabar bahwa dia hamil. Dan Anita memastikan
bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku, karena disesuaikan dengan umur
kandungan dan peristiwa yang kami lakukan. Dari perselingkuhannya dengan aku
pertama kali hingga kini, aku telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi,
dimulai dari Anita memberitahukan bahwa dirinya hamil. Walaupun kami tidak
karena takut merusak janin yang ada dalam kandungannya. Sampai kami sepakat
untuk tidak melakukannya lagi, mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan
Kisah ini memang benar terjadi dalam diriku. Tapi karena sudah berlalu, ada beberapa
pembicaraan kami yang mungkin aku tambahkan, karena aku terus terang lupa dengan
detil pembicaraan kami berdua, khususnya sebelum kejadian waktu itu. Tapi untuk
waktu dan tema pembicaraan memang benar adanya. Untuk nama tempat atau lokasi