Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun oleh :

Naeli Faula Khofifah


010118A090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Anatomi fisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh


adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun.
Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan
tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi
rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi
dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada
saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel
khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbic.
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus
atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry,
2005).
Menurut Wahit & Nurul (2008 : 255-257)
A. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme ( jam
biologis) yang berbeda. Bioritme ini di control oleh
tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan
( misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi,dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum
adalah ritme sirkardian yang melengkapi siklus
selama 24 jam.
B. Tahapan tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG),
elektro-okologram (EOG) dan elektromiogram
(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non
rapid eye movement ( NREM) dan rapid eye
movement (REM).
C. Sikus tidur
Tahap NREM I-III berlangsung selama 30
menit, kemudian diteruskan ketahap IV selama ± 20
menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III
dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul
sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.

B. Definisi
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress
emosional, dan bebas dari ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak
selalu bermakna tidak selalu bermakna tidak beraktivitas; pada
kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari
beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan-jalan di udara segar
(Kozier, 2011)
Sedangkan tidur adalah perubahan status kesadaran yang
terjadi ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses
fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal
(Mubarak, 2008).
Tiduradalahkeadaangangguankesadaran
yangdapatbangundikarakterisasikandenganminimnyaaktivitas
(KeperawatanDasar, 2011:203).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam
kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di
inginkannya(Lynda, 2012).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi.


Menurut Potter and Perry (2006 : 1477-1480) sejumlah faktor
yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, seringkali faktor
utama tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor
fisiologis, psikologis dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan
kuantitas tidur. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :
1. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik
( mis: kesulitan bernafas, atau masalah suasana hati, seperti
kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur.
Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah
kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa
klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh,
memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan
dimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
2. Obat-obatan dan substansi
L. Triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan
seperti susu, keju, dan daging dapat membantu orang tidur.
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain:
 Diuretik : menyebabkan insomnia
 Antidepresan : menyupresi REM
 Kafein : meningkatkan saraf simpatik
 Narkotika : menyupresi REM
3. Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Perubahan
lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi kerja
berat yang tidak biasanya. Terlibat dalam aktivitas social pada
larut malam dan perubahan waktu makan malam. Individu yang
sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa
tidur pada waktu yang tepat.
4. Pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada siang
hari (EDS)EDS seringkali menyebabkan kerusakan pada fungsi
terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang buruk. Kecelakaan
saat mengemudi atau menggunakan peralatan dan masalah
perilaku atau emosional. Perasaan mengantuk biasanya paling
intens. saat terbangun dari atau sesaat sebelum pergi, tidur dan
sekitar 12 jam setelah periode tengah tidur.

5. Stres emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga dapat
menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur,
seringkali terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak
tidur. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar
norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis.
Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM
tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh
maka akan menghambat tidurnya. Faktor lingkungan dapat
membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya
stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak
nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi
dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
7. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang. Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur
REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM
akan kembali memanjang.

D.Masalah yang sering muncul criteria.

Gejala klinis yang biasanya muncul pada seseorang yang mengalami


gangguan tidur sperti :

1. Insomnia.
Definisi : gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi.
2. Deprivasi tidur.
Definisi : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran
relatif periodik dan berlangsung alami untuk istirahat.
3. Gangguan pola tidur.
Definisi : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor
eksternal.
E.Penatalaksanaan medis

1. Terapi Non Farmakologi


Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-
obatan karena  penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau
stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan
tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik
pengaturan pernapasan, aromaterapi peningkatan spiritual
dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur
bersih dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti
kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat
nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur
perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita.
Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu
tidurnya.
Terapi psikologi/psikiatri Terapi ini ditujukan untuk
mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
d. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si
penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa
depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya
sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa
dirinya masih berharga.
e. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki
efisiensi tidur si penderita gangguan tidur.
f. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk
mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara
reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski
hanya sesaat.
g. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi
sikap dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai
tidur.
h. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-
pikiran si penderita yang tidak menyenangkan menjadi
pikiran-pikiran yang menyenangkan.
i. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur,
menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan
meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat
terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari
obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada


pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat
golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam,
Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan
fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb.
E.Pemeriksa penunjang
1. Electroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur
aktivitas listrik dalam korteks serebral (otak)
2. Electromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot
3. Electrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan
mata dan memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundramental Keperawatan (4th ed.). Jakarta:
EGC.
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi (4th ed.;
M. Ester, ed.). Jakarta: EGC.
Barbara, K. (2010). Fundramental Keperawatan (7th ed.). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai