Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Makalah
Jelannya roda pemerintahan tidak selama seperti yang kita harapkan. Selalu ada saja
alasan  yang menyebabkan pemerintahan tidak baik dan stabil. Permasalahan ini terjadi hampir
di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Mulai dari hal yang sepele sampai yang
membuat publik tercengang olehnya.
Dalam sejarah berjalannya waktu, Indonesia tidak terlepas dari permasalahan dalam
elemen kepemerintahannya. Dari tingkat pusat sampai daerah permasalahan selalu ada. Untuk
mengatasi masalah ini, muncul wacana yang baru yang dikenal dengan good and clean
gevernance sebagai solusi dalam negatasi permasalahan tersebut.
Makalah ini kami susun dengan tema “Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih
(good and clean governance)” sebagai upaya ikut serta dalam mengatasi permasalahan yang telah
dipaparkan di atas dalam ranah dunia akademik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian good governance?
2.      Apa saja prinsip-prinsip pokok good and clean governance?
3.      Apa good and clean governance dan kontrol sosial?
4.      Apa good and clean governance dan gerakan anti korupsi?
5.      Bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan publik?

C.    Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian good governance
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip pokok good and clean governance
3. Untuk mengetahui apa good and clean governance dan kontrol sosial
4. Untuk mengetahui apa good and clean governance dan gerakan anti korupsi
5. Untuk mengetahui bagaimana tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi
pelayanan publik

1
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Good Governance
Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik
dan muncul pada awal 1990-an. Secara umum, istilah good and clean governance memiliki
pengetian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak sebatas pengelolaan
lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun
nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan istilahgood corporate. Dalam praktiknya,
pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan
bertanggung jawab.

B.     Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance


Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional  dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan
aspek fundamental (asas) dalam good governanceyang harus diperhatikan, yiatu:
a)      Partisipasi (Participation)
b)      Penegakan hukum (rule of law)
c)      Transparansi (transparency)
d)     Responsif (responsive)
e)      Oreintasi kesepakatan (consensus orientation)
f)       Kesetaraan (equity)
g)      Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h)      Akuntabilitas (accountability)
i)        Visi strategis (strategic vision)
a)      Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang mewakili
kepentingan mereka. Untuk  mendorong partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek

2
pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya selain kegiatan politik,
maka regulasi birokrasi harus diminimalisasi.
b)     Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi
wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk
menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang partisipasi
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang
jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen. Supremasi hukum
akan menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak
berdasarkan pada kewenangan yang dimilikinya).
b.      Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum yang jelas
dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku dengan lainnya.
c.       Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi masyarakat
luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
d.      Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum berlaku untuk
semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan penegak hukum yang memiliki integritas
moral dan bertanggung jawan terhadap kebenaran hukum.
e.       Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh penguasa atau
kekuatan lainnya.
c)      Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia telah terjerembab de dalam
kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam pengelolaan negara terdapat delapan unsur yang
harus dilakukan secara transparan, yaitu:
a.       Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
b.      Kekayaan pejabat politik.
c.       Pemberian penghargaan.
d.      Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e.       Kesehatan.

3
f.       Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g.      Keamanan dan ketertiban.
h.      Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui mekanisme test and
proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga independen yang dilakukan
oleh lembaga legislatif maupun komisi independen, seperti komisi yudisial, kepolisian dan pajak.
d)     Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean
governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Sesuai
dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni etika individual
dan sosial. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar memiliki
kriteria kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik sosial menuntut mereka agar memiliki
sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
e)      Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar
komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat
untuk melaksanakan keputusan tersebut.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif,
maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Semakin banyak
yang melakukan pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum, maka akan
semakin tinggi tingkat kehati-hatiannya, dan akuntabilitas pelaksanaannya dapat semakin
dipertanggungjawabkan.
f)       Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas
kesetaraan ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk bersikap dan berperilaku adil
dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas
sosial.
g)      Efektivitas dan efisiensi

4
Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau
sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. adapun,
asas efisiensi umumnya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan yang
terbesar, maka pemerintahan tersebut termasuk dalam kategori pemerintahan yang efisien.
h)     Akuntabilitas
                  Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyakarat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut
untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas
sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya menuju
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
i)        Visi Strategis
            Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clean governance.

C.    Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial


Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasigood and clean
governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip
pokok good and clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan prioritas
program, yakni:
1.      Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2.      Kemandirian lembaga peradilan.
3.      Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4.      Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5.      Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan
kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyakarat dalam
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian
tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan mendorong
kemandirian masyarakat.

5
D.    Good and Clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi
Tindakan penyalahgunaan Anggaran Pembangunan dan Biaya Daerah (APBD) yang dilakukan
oleh pemda dan anggota legislatif (DPRD) oleh sejumlah lembaga, seakan belum cukup untuk
mengikis tindakan korupsi di kalangan pejabat negara. Menurut Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), korupsi merupakan tindakan yang merugikan kepentingan umum dan
masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Menurut data Indeks Persepsi Korupsi 2011 yang dilansir oleh situs resmi Transparansi
Internasional, dalam hal persepsi publik terhadap korupsi sektor publik Indonesia masuk urutan
ke-100 dunia dengan skor rendah (3). Sementara di antara negara-negara di kawasan Asia
Pasifik-Indonesia bertandang di urutan ke-20.

E.     Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai
dengan pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-cuma sebenarnya merupakan
kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Adapun, pemberian
pelayanan publik yang disertai dengan penarikan bayaran, penentuan tarifnya didasarkan pada
harga pasar ataupun didasarkan menurut harga yang paling terjangkau bukan berdasarkan
ketentuan sepihak aparat atau instansi pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia, yaitu:
1.      Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili pemerintah
berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan
mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
2.      Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good and clean governance bisa
diartikulasikan secara lebih mudah.
3.      Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu pemerintah,
maysarakat, dan mekanisme pasar.

6
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen
indikator sebagai berikut:
1.      Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu menghasilkan
produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan
sebagainya.
2.      Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan dengan
kesesuaian anatar perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3.      Indikator produk, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang
berupa fisik ataupun nonfisik.
4.      Indikator hasil adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
kegiatan.
5.      Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6.      Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada setiap
tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

1)      Reformasi Birokrasi

a)      Pengertian Reformasi Birokrasi


Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif, dengan tujuan
untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik. Good governance (tata pemerintahan yang
baik) adalah sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan
negara yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang konstruktif di antara
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Birokrasi menurut pemahamannya sebagai berikut.
a.       Birokrasi merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan pegawai negeri
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b.      Birokrasi adalah struktur organisasi yang digambarkan dengan hierarki yang pejabatnya diangkat
dan ditunjuk, garis tanggung jawab dan kewenangannya diatur oleh peraturan yang diketahui

7
(termasuk sebelumnya), dan justifikasi setiap keputusan membutuhkan referensi untuk
mengetahui kebijakan yang pengesahannya ditentukan oleh pemberi mandat di luar struktur
organisasi itu sendiri.
c.       Birokrasi adalah organisasi yang memiliki jenjang diduduki oleh pejabat yang ditunjuk/diangkat
disertai aturan kewenangan dan tanggung jawabnya, dan setiap kebijakan yang dibuat harus
diketahui oleh pemberi mandat.
d.      Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang diselenggarakan berdasarkan aturan, bagian,
unsur, yang terdiri atas pakar yang terlatih. Wujud birokrasi berupa organisasi formal yang besar,
merupakan ciri nyata masyarakat modern dan bertujuan menjalankan tugas pemerintahan serta
mencapai keterampilan dalam bidang kehidupan. Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah
meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan
akuntabilitas.
Dengan demikian, reformasi birokrasi berarti:
a.       perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak);
b.      perubahan penguasa menjadi pelayan;
c.       mendahulukan peranan dari wewenang;
d.      tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir;
e.       perubahan manajemen kerja;
f.       mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, transparan, dan profesional, bebas korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN), melalui penataan kelembagaan, penataan ketatalaksanaan, penataan
sumber daya manusia, akuntabilitas kinerja yang berkualitas efisien, efektif, dan kondusif, serta
pelayanan yang prima (konsisten dan transparan).
b)     Visi dan Misi Reformasi Birokrasi
 Visi
Terwujudnya pemerintahan yang amanah atau terwujudnya tata pemerintahan yang baik.
 Misi
Mengembalikan cita dan citra birokrasi pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat serta dapat menjadi suri teladan dan panutan masyarakat dalam menjalani kehidupan
sehari hari.
c)      Tujuan Reformasi Birokrasi

8
Secara umum tujuan reformasi birokrasi adalah mewujudkan pemerintahanyang baik,
didukung oleh penyelenggara negara yang profesional, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercapai pelayanan prima.

d)     Sasaran Reformasi Birokrasi


a.       Terwujudnya birokrasi profesional, netral dan sejahtera, mampu menempatkan diri sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat guna mewujudkan pelayanan masyarakat yang lebih baik.
b.      Terwujudnya kelembagaan pemerintahan yang proporsional, fleksibel, efektif, efisien di
lingkungan pemerintahan pusat dan daerah.
c.       Terwujudnya ketatalaksanaan (pelayanan publik) yang lebih cepat tidak berbelit, mudah, dan
sesuai kebutuhan masyarakat.
Agar reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik dan menunjukkan cepatnya
keberhasilan, faktor sukses penting yang perlu diperhatikan dalam reformasi birokrasi adalah:
a.       Faktor Komitmen pimpinan; karena masih kentalnya budaya paternalistik dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
b.      Faktor kemauan diri sendiri; diperlukan kemauan dan keikhlasan penyelenggara pemerintahan
(birokrasi) untuk mereformasi diri sendiri.
c.       Kesepahaman; ada persamaan persepsi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi terutama dari
birokrat sendiri, sehingga tidak terjadi perbedaan pendapat yang menghambat reformasi.
d.      Konsistensi; reformasi birokrasi harus dilaksanakan berkelanjutan dan konsisten, sehingga perlu
ketaatan perencanaan dan pelaksanaan.

e)      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi


Faktor-faktor yang memperngaruhi kinerja birokrasi antara lain : manajemen organisasi
dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi; budaya kerja dan organisasi pada
birokrasi; kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi; dan kepemimpinan birokrasi
yang efektif dan koordinasi kerja pada birokrasi. Faktor-faktor ini akan menentukan lancar
tidaknya suatu birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, kinerja
birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.      Struktur birokrasi sebagai hubungan internal, yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan
aktivitas birokasi.

9
2.      Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam perencanaan
strategis pada birokrasi.
3.      Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk bekerja dan
berkarya secara optimal.
4.      Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan database dalam kerangka
mempertinggi kinerja birokrasi.
5.      Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi
penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktivitas birokrasi.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah


Pengertian Sistem Pengendalian Internal menurut PP Nomor 60 Tahun 2008,bab 1 pasal 1 tentang
SPIP adalah:
"Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.“
Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:
• Lingkungan pengendalian
• Penilaian risiko
• Kegiatan pengendalian
• Informasi dan komunikasi
• Pemantauan pengendalian intern

Pembangunan Zona Integritas


Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan
dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi,
khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik”.
(Permenpan 52 Tahun 2014)

10
Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem
manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Sedangkan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang diberikan kepada suatu
unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan
sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan
kualitas pelayanan publik.

11
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Good and clean govermance dapat diartikan sebagai segala hal yang terkait dengan tindakan
atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Good and clean govermance sebagai wacana baru memiliki beberapa prinsip-prinsip pokok
sebagaimana diuraikan di atas.
3.      Good and clean govermance memiliki peranan kontrol  sosial yang sangat penting bagi
keberlangsungan roda pemerintahan, yaitu untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan
bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance.
4.      Good and clean govermance memiliki peran yang sangat fundamental dalam penanganan kasus
korupsi.
5.      Kesuksesan tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan publik tidak
lepas dari penerapan prinsip-prinsip dasar Good and clean govermance.

Saran

1. Saran kami  Good and clean govermance harus dijalankan semaksimal mungkin oleh para
petinggi pemerintah atau pemegang kekuasaan dan juga harus didukung oleh masyarakat.
2. Pemerintah harus terbuka dalam hal pelayanan masyarakat supaya masyarakat bias
menyalurkan aspirasi mereka.

Itulah sekilas pemaparan materi tentang tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih bila
ada materi yang kurang lengkap atau kurang sumpurna kami sebagai pemakalah minta kritik
dan saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya lebih baik lagi terimakasih.

12
13
DAFTAR PUSTAKA
A. Ubaedillah Dkk, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta: Kencana
Arif Mansuri, 2010, Kewaeganegaraan, Surabaya:Kopertais IV Press
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.2014.Buku Ajar Pendidikan dan Budaya
Antikorupsi.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.2011.Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi/Anti Korupsi.Jakarta: Kemendikbud

14

Anda mungkin juga menyukai