Bindo
Bindo
No : 15
No : 15
(Selasa, 10/11) Penyitaan sepatu oleh Guru Bimbingan Konseling di SMA Plus Negeri 17
Palembang membuat para siswa kalang kabut. Pasalnya seluruh siswa terutama siswa putri dilarang
memakai sepatu bermodel dan bervariasi saat sekolah. Larangan juga dikenakan kepada siswa putra
yang memakai sepatu olahraga saat KBM pada hari sabtu. Ini merupakan bagian dari menjalankan
tata tertib sekolah yang mengharuskan siswa memakai pantofel hitam polos.
Dalam beberapa hari ini terlihat beberapa siswa putri yang hanya mengenakan sebelah
pasang alas sepatu saat moving class berlangsung. Ketika diselidiki penyebabnya bukan lain yaitu
sepatu yang dipakai dinilai tidak sesuai peraturan sekolah dan disita oleh Guru BK. “Sebenarnya saya
udah tau ketentuan sepatu yang harus dipakai, tapi saya rasa kurang nyaman pake yang pantofel
dibanding yang biasa saya pakai.” Ungkap Adinda, salah satu siswi “korban” penyitaan sebelah
sepatu.
Menurut Dra. Wardah, guru pada saat itu melaporkan ke BK mengenai sepatu yang
berkeliaran tidak sesuai dengan peraturan sekolah, penyitaan ini dilakukan karena para siswa telah
melenceng dari tata tertib yang ada di SMA Plus Negeri 17 Palembang. “SMA Plus Negeri 17
Palembang bukan hanya mendidik siswa dari segi pelajaran, tetapi juga kedispinan, kerapian dan
ketertiban siswa termasuk cara berpakain yang baik dan benar.” Ujarnya saat ditemui di gedung B
SMA Plus Negeri 17 Palembang.
Hal ini diamini Guru Bimbingan Konseling SMA Plus SMA 17, Nur Intan Widianti. Beliau
menyatakan kebijakan ini berdasarkan kesepakatan dalam rapat guru mengenai tata tertib sekolah
yang dirasa tidak dijalankan yaitu pemakaian sepatu telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Selain itu,
siswa dinilai kurang rapi jika tidak mengenakan sepatu pantofel dan juga tidak mencerminkan
kepribadian siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang yang berbeda dari sekolah lain.
“Para siswa dapat memakai sepatu bervariasi sesuai keinginan saat bepergian ataupun les,
tetapi mereka harus memakai pantofel hitam polos yang telah ditetapkan pihak sekolah saat berada
di lingkungan sekolah.” Jelas Intan Nur Widianti.
Bagi siswa yang masih memakai sepatu sesuai keinginan sendiri, ancaman terbesarny adalah
pemanggilan orangtua. Menurut Intan, pada pelanggara pertama siswa akan diingatkan terlebih
dahulu dan masih diberi kesempatan untuk mengganti sepatu yang dipakai. Jika terjadi pelanggaran
kedua, sepatu akan ditahan dan diikuti dengan penyitaan. Apabila masih dilakukan, pihak sekolah
akan memproses lebih lanjut dengan memanggil wali murid. (LarasWS)