Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

DIGESSTIF II

Nama : Ni Nengah Bela Ariyanti

Nim : 018.06.0007

Kelas : A

Materi : Gastroenteritis

Dosen : dr. I Gusti Putu Winangun, Sp.PD, Finasim

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2019/2020
Gastroenteritis adalah peradangan pada lapisan usus yang biasanya disebabkan infeksi.
Gejalanya sering kali hampir serupa dengan diare atau keracunan makanan. Infeksi ini menyebar
melalui makanan atau air yang terkontaminasi dan berkontak dengan orang yang terinfeksi.
Keluhan utama akibat gastroenteritis adalah dehidrasi. Dehidrasi terjadi saat terlalu banyak
cairan tubuh yang terbuang dari muntah dan diare.

Bakteri yang paling umum menyebabkan gastroenteritis adalah jenis Salmonella,


Campylobacter, Shigella dan Yersinia. Vibrio cholera tetap menjadi penyebab utama diare,
terutama pada daerah dengan kebersihan yang terganggu. Giardia lamblia adalah infeksi dari
protozoa paling umum yang menyebabkan gastroenteritis, meskipun cenderung dikaitkan dengan
lebih banyak diare yang menetap. Hal ini menunjukkan peningkatan bahwa sanitasi tidak akan
menurunkan prevelensi penyakit pada infeksi virus tetapi dpat membantu dalam pencegahan
parasite dan infeksi bakteri. Penyebab Gasreoenteritis yang paling sering adalah bakteri atau
virus. Organisme penyebab yang sering di temui termasuk diantaranya Campylobacter, E.coli,
Rotavirus, Shigella, Salmonella dan Giardia Lamblia.

Penyakit diare masih masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di Indonesia,


morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas Departemen Kesehatan
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens meningkat . Pada tahun 2000 Imciden Rate
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000, tahun 2006 naik
menjadi 423 /1000 dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi.
Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239
orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756
orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)

Peningkatan dari volume, kepadatan dan frekuensi dari keadaan buang air besar bisa
mengandung lendir , darah pus dibanding pola kebiasaan setiap individu. Kebiasaan setiap
individu sangat bervariasi, sangat tergantung dari umur, keadaan sosial, dan kultura. Pada
masyarakat urban, frekuensi BAB bervariasi dari 2-3 kali / hari sampai 2-3 kali/ minggu.
Gastroenteritis merupakan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dan dewasa konsistensi feses encer, berwarna hijau atau dapat bercampur
lendir dan darah. Diare merupakan frekuensi defekasi yang abnormal ( > 3 X perhari, serta
perubahan dalam isi lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi ( feses cair ). Pengertian diare secara
operasional adalah buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
lebih sering dari biasanya (>> 3 kali sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.

Diare dapat menyebabkan terjdinya deficit atau gangguan elektrolit, deficit cairan, gangguan
mikroekosistem dan mikro biota, translokasi bakteri, kerusakan mucus usus intoleransi beserta
gangguan asam basa.

 Klasifikasi diare dasar waktudibagi menjadi dua ; Diare akut berlangsung


selama kurang 14 hari dan bisa disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus atau parasit. Diare kronis berlangsung 2 -4 minggu. diare kronis
dapat mengindikasikan adanya gangguan yang serius, seperti kolitis ulserativa
atau penyakit crohn, atau sindrom iritasi usus besar.
Terdapat beberapa jenis diare :

 Diare, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari).
Pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin
disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
 Disentri, diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif.
 Diare dengan masalah lain. Diare akut dan persisten juga disertai dengan
penyakit lain demam, gangguan gizi, malnutrisi atau penyakit lainnya.
Berdasarkan banyaknya cairang yang hilang dari tubung penderita, diare dapat dibagi
menjadi empat, yaitu diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan, diare dengan dehidrasi
sedang dan diare dengan dehidrasi berat.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan,

a. Infeksi
 Bakteri (shigella, salmonelia, e. coli dan golongan vibrio)
 Virus (rotavirus, norwalk+norwalk like agent dan adenovirus)
 Parasit (cacing perut, ascaris, trichuris, bacilus cereus)
b. Malabsorpsi
c. Alergi
d. Keracunan
 Keracunan bahan kimia
 Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi (jasad renik,
algae, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran)
e. Imuno Defisiensi
f. Sebab-sebab lain.
Mekanisme dasar timbulnya diare dapat disebabkan beberapa hal,
Gangguan osmotic. Makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus yang berlebihan  merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.

Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu ( toksin) pada dinding usus


terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
menyebabkan diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Gangguan motilitas usus. Hiperperistaltik akan mengakibatkan


berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya menimbulkan diare.
Pathogenesis diare disebabkan karena nasuknya mikroorganisme masih
hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik
atau mikroorganisme berkembang biak di dalam usus halus kemudian akan
mengeluarkan toksin. Akibat toksin akan menyebabkan hipersekresi dan akan
menimbulkan diare.

Faktor resiko diare :

a. Faktor infeksi dari diare dapat dibagi dua. Infeksi enteral : infeksi
bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, protozoa, jamur dan infeksi
parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis.
b. Faktor malabsorpsi, Malabsorpsi karbohidrat : Disakaridaseperti
intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa. Monosakaridaseperti
intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Malabsorpsi lemak
dan malabsorpsi protein
c. Faktor makanan. Makanan yang menyebabkan diare adalah
makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak,
mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
Manfifestasi klinis diare yaitu Muntah dan demam, Hematosechia, Nyeri perut
sampai kram, Peningkatan frekuensi dan kandungan cairan dalam feses, Distensi,
bising usus (boborigmus), Anoreksia, dan rasa haus, Berat badan berkurang,
Frekuensi pernapasan cepat, Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan
mengejam tak efektif (tenesmus) mungkin terjadi setiap kali defekasi, Sifat dan
awitannya dapat eksplosif dan bertahap. Gejala yang berkaitan dengan dehidrasi
dan kelemahan. Sedangkan pada anak manifestasi klinisnya, Anak Cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, Nafsu makan biasanya tidak ada  timbul diare,
Tinja cair mungkin disertai lendir dan atau darah, Warna tinja  kehijau-
hijauan(tercampur empedu), Anus dan daerah sekitarnya lecet (sering defekasi).
Pemeriksaan penunjang ; Pemeriksaan Laboratorium

o Pemeriksaan tinja,Makroskopis dan mikroskopis


o pH dan kadar gula dalam tinja
o pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
o Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah,
o Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
o Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan faktor dalam
serum (terutama dalam penderita diare yang disertai kejang).
o Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, pada penderita diare kronik.
Untuk menentukan diagnosis dapat dilihat dari Gejala klinis, Pemeriksaan fisik (turgor,
mata cekung), Reaksi aglutinasi dengan antiserum spesifikdan Kultur bakteriologis. Prinsip
pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa

Anda mungkin juga menyukai