Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan
pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan
bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun.

Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya
yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah
diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok,
minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang
saat usia lanjut.

Tak heran bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh
tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung koroner pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep
faktor risiko dan penyakit degeneratif.

Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih
berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.

Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut
bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri
dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung
dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung koroner pada lansia
dapat berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara
penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.

Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung
yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%,
Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Konsep Dasar Teori Penyakit Jantung Koroner?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner?
1.3 TUJUAN

1. Menjelaskan Konsep Dasar Teori Penyakit Jantung Koroner.

2. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi Penyakit Jantung Koroner


American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner adalah
istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan
serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan aterosklerosis.
(AHA, 2012 hal:14)

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi penimbunan plak
pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau
tersumbat.arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah otot jantung dengan
membawa oksigen yang banyak.terdapat beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu:
gaya hidup, factor genetik, usia dan penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal
48)

2.2 Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau
kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan
nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal
ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan
kematian. (Hermawatirisa,2014:hal 2)

Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan
trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan
terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran
darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja
jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan
plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan
mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan
pergeseran arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)

2.3 Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang
ditandai dengan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh
kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot
polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri
sereberal. (Ariesty, 2011:hal 6).

Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan


endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari
stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai
komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk
kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang
selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6).

Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik
sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah
putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi,
menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses
pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan
dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh
aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket
terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan
neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga
merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika
intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena
permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat
lapisan lemak diarteri.
Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai
terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan
parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah
penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan
bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh
mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri
koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)
miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen
pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak
tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark.
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori
Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di arteri
imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku & sempit Aliran darah
2.4 PATHWAY
2.5 Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
2. Sesak nafas (Dispnea)
3. Keanehan pada irama denyut jantung
4. Pusing
5. Rasa lelah berkepanjangan
6. Sakit perut, mual dan muntah

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbedabeda. Untuk
menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan
memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat
membedakan subset klinis PJK.

2.6 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner


Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain ; Hiperlipidemi, hipertensi, merokok,
diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik, stress, jenis kelamin, obesitas dan genetic. (Putra
S, dkk 2013: hal 4). Klasifikasi PJK:
a) Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris Penyakit Iskemik disebabkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Di tandai oleh
rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya.
Iskemia Miokard dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia),
terutama pada pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik karena
Iskemia Mi okard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina
Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun dan
wanita 60 tahun.
b) Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable
Angina Pectoris Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh
disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang
menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi,
intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan
atau istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard:
1. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya berlangsung> 10
menit.
2. Sudah prah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya)
3. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih besar, berkepanjangan, atau
sering
c) Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke otot
jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang
signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian mempunyai
penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada
tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila
seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda mempunyai risiko meningkat untuk
kejang koroner jika anda mempunyai : penyakit arteri koroner yang mendasari,
merokok, atau menggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti kokain).
Jika kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan
jantung bisa terjadi.
d) Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena thrombus atau spasme
hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi menjadi 2 yaitu : 1) Non ST
Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) 2) ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

2.7 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner


Menurut (Karikaturijo, 2010: hal 11). Adapun komplikasi PJK diantaranya
yaitu:
1. Disfungsi ventricular
2. Aritmia pasca STEMI
3. Gangguan hemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi
ST Infark miokard Angina tak stabil
5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6. Syok kardiogenik
7. Gagal jantung kongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 )

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai
yang invasive sifatnya.
1) Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG)
adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2) Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran.
Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak
dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah
seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang
sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat
membesar.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari
pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan
melihat kenaikan enzim jantung.
4) Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan,
biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan
treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa
dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat
rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat
terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK.
Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG
tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.
Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya
hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih
mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita
PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut
dengan melakukan kateterisasi jantung.
5) Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran
ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa
melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan
bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara
pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan
kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada
satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping
mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk
mencegah kembalinya penyempitan.
Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya
lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner. (Carko, 2009)

2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-


obatan dan prosedur khusus.
A. Perubahan gaya hidup :
A. Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
B. Berhenti merokok
C. Olah raga
D. Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
E. Kurangi stress
B. Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan
keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan
jantung atau kematian mendadak.
A. Obat penurun kolesterol
B. Anti koagulan
C. Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
D. Penyekat ACE
E. Penyekat BETA
F. Penyekat kalsium
G. Nitrogliserin
H. Nitrat
I. Obat Trombolitik
C. Prosedur khusus :
A. Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup
atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot
jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan
jantung.
B. Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini
menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk
melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini
menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
C. Latihan / exercise
D. Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan
mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup
dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan
penyakit jantung koroner.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
 Riwayat Kesehatan
1. Identitas Klien
Nama : Ny.T
Alamat : Jalan Taman Kencana
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 28 Juli 1958
Suku/Agama : Kristen
Status perkawinan : Janda, Cerai Mati
Orang yang dapat dihubungi : Anak
2. Riwayat keluarga
Klien menikah dengan suaminya Tn.B, kemudian dari pernikahan
tersebut memiliki 2 orang anak, 1 anak laki-laki dan . anak perempuan.
Anak pertama klien bernama Tn.A berusia 35 tahun, anak kedua
bernama Ny.D berusia 20 tahun. Sekarang anak kedua klien tinggal
bersama suami nya, dan Klien tinggal bersama anak pertamanya.
3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, klien tidak bekerja, sebelumnya klien bekerja
sebagai pedagang pakaian. Sebelum putus dari pekerjaan dan sebelum
suami klien meninggal dunia, penghasilan didapat dari pekerjaan klien
sehari-hari.
4. Riwayat Lingkungan
klien tinggal didaerah Taman Kencana dan memiliki rumah sendiri yang
dibeli bersama suaminya dan saat ini tinggal bersama anak pertamanya
yaitu Tn A
5. Riwayat Rekreasi
Klien mempunyai hobbi memasak dan jalan-jalan. Setiap hari senin dan
kamis Ny.T selalu mengikuti kegiatan ibadah di komplek rumahnya.
6. Status Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan adalah Pasien mengeluh dada nyeri
sebelah kiri tembus punggung sejak ± 3 hari yang lalu., nyeri terjadi
2-10 menit setelah berhenti beraktifitas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 10 Oktober 2020 pasien dibawa ke RS. Baptis Kediri. ± 3
hari yang lalu pasian mengeluh dada nyeri sebelah kiri seperti
ditekan tembus punggung, mual, pusing keringat dingin. Setelah
periksa oleh dokter pasien di diagnosa dengan PJK. Oleh dokter
disuruh opname.
3. Riwayat penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita / mempunyai riwayat Hipertensi dan DM 1
tahun yang lalu dan pasien belum pernah opname
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang Lalu Orang tua klien (ibu) memiliki
penyakit hipertensi dan (ayah) klien klien memiliki panyakit asma.

 Pengkajian Psikologi Dan Spiritual


a. Proses Pikir
Saat ditanya atau dilakukan pengkajian wawancara klien mampu
menyebutkan waktu dan tanggal. Klien mampu mengingatnya
dengan baik, klien juga mampu mengingat tentang identitas dirinya.
b. Gangguan Perasaan
Saat diwawancara Ny.T menunjukan ekspresi wajah dan perasaan
senang, Ny.T tidak memiliki gangguan perasaan, klien menunjukan
sesuai dengan apa yang di sampaikan. Ny.T juga terbuka dengan
masalah-masalah yang ditanyakan oleh perawat.
c. Komunikasi : Klien berkomunikasi dengan baik dan jelas.
d. Orientasi (Tempat, Waktu dll) :
Orientasi Ny.T baik, klien mampu mengingat sekarang berada
diruang Mawar pada tanggal 12 oktober 2020, klien tidak memiliki
gangguan pada orientasi.
e. Mekanisme koping klien terhadap masalah yang ada
Ny.T jika ada masalah selalu mendekatkan diri kepada Tuhan nya,
dengan berdoa dan berusaha menerima apapun yang terjadi.

f. Spiritual

Hubungan klien dengan tuhan baik, klien rutin melakukan ibadah


pada hari senin dan kamis, dan sering membaca bukubuku tentang
keagaman

 Pengkajian Sosial Ekonomi


a) Latar Belakang Klien
Ny.T seorang janda, suami klien sudah meninggal sejak tahun 2013 dan
memiliki 2 orang anak, dulu Ny.T seorang pedagang pakaian dan untuk
kebutuhan sehari-hari didapatkan dari hasil berdagang.
b) Frekuensi hubungan sehari-hari
1. Dengan Keluarga Komunikasi klien dengan keluarga baik jika ada
masalah selalu memberikan pendapat.
2. Dengan Masyarakat Klien tidak ada masalah dengan masyarakat,
klien mudah bergaul dengan sesama lansia di lingkungan/Tetangga
mereka
3. Aktivitas Klien di Rumah
Klien di selalu membaca buku setiap siang, klien juga sering
mengikuti acara ibadah pada hari kamis yang sering diadakan di
komplek rumah mereka
 Pola Aktivitas Sehari-hari

Pola aktivitas Di rumah Di Rs


Nutrisi Makan biasa 3 x/hari dengan nasi, Lunak jantung 3x/hari.
lauk dan sayur Pasien hanya
menghabiskan 2-3
Minum air putih ± 6-7 gelas/hari sendok makan karena
passion mengeluh mual

Minum air putih ± 5-6


gelas/hari

Eliminasi BAK : 4-5 x/hari BAK : 4-5 x/hari


BAB : 3 x/hari konsistensi keras BAB : 1-3 x/ hari

Istirahat Tidur Siang ± 1 jan/hari Siang ± 2 jam/hari


Malam ± 7 jam/hari Malam ± 6 jam/hari

Hygiene Mandi 2 x/hari, ganti baju dan Mandi 2 x/hari diseka


gosok gigi dilakukan sendiri ditempat tidur, ganti
baju dan gosok gigi 
dibantu perawat /
keluarga.
 Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien
Keadaan umum pasien kelihatan pucat, menyeringai kesakitan tapi sadar baik.
A. Tanda – Tanda Vital
 Suhu tubuh         :     37 º C
 Denyut nadi       :     92  x/menit
 Tensi / TD          :     160 / 100 mmHg
 Respirasi             :     22 x/menit
 TB/BB                :     -
B. Pemeriksaan Fisik ( diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan
penyakitnya)
1. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
 Kepala
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh
pusing
 Mata
Inspeksi : Conjungtiva merah muda, sclera putih
 Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa
 Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang
hidung, pasien dapat mengidentifikasi bau dengan
benar
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis
dan etmoidalis
 Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
 Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri
tekan
2. Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku
 Kulit
Inspeksi : warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi pitting oedem

3. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


Tidak terkaji

4. Pemeriksaan Thorax / Dada


 Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi
kanan dan kiri bersamaan, ada nyeri tekan karena pasien mengeluh
nyeri dada
 Paru : Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri

5. Pemeriksaan jantung
 Palpasi : tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales
 Auskultasi : bunyi S1 dan S2 tunggal

6. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : Tidak terlihat adanya luka
 Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat
nyeri tekan
 Perkusi : bunyi abdomen timpani
 Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tonus otot
MMT 5 4
5 4
 Ket :
4 : Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu menahan
beban minimal
5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan
tekanan penuh

8. Pemerikasaan Neurologi
 Reflek patela : +/+
 Reflek pupil : +/+
 GCS : 4 – 5 – 6
Ket:
· 4 : Bingung
· 5 : Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah
· 6 : Mengikuti perintah

9. Pemeriksaan Status Mental


 Kesadaran composmentis

10. Pemeriksaan Penunjang Medis


 Kimia darah tanggal 4 Maret 2010
B.U.N 11 N : 10-23 mg/dl
Glucose sesaat 92 mg/dl
Creatinine 0.72 mg/dl N : 0.5-1.1 mg/dl
Na+ 138 mEq/L N : 136-145 mg/dl
K+ 3.74 mEq/L N : 3.6-5.0 mEq/L
Uric Acid 3.4 mg/dl N : 3.4-7.0 mg/dl
 Darah Lengkap tanggal 4 Maret 2010
WBC 6.3 K/Ul
RBC 4.69 M/Ul
HGB 12.1 G/Dl
HCT 35.4 %
MCV 75.5 Fl
MCH 25.8 pg
MCHC 34.2 g/dL
RDW 13.8 %

11. Penatalaksanaan terapi


 Vaclo 4 tab 1x
 Vaclo 1 tab 1-0-0
 Inj. Mufitrasi prn
 Bisoptolol 2.5 mg -0-0
 Adalat 30 mg -0-0
 Simuastatin 0-0-10
 Inj. Arixtra 0.6 v Qh

12. Harapan Klien/keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya


Pasien berharap cepat sembuh dan bias cepat pulang
B . ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny T
Umur : 62tahun

No Analisa Data Problem Etiologi


1 Data Subyektif : hal ini disebabkan oleh
Pasien menyatakan nyeri Gangguan rasa nyaman aliran oksigen ke jantung
pada dada sebelah kiri nyeri berhubungan dengan menurun dan
iskemia otot jantung, mengakibatkan jantung
Data Obyektif : kekurangan oksigen
 Pasienkelihatan
menyeringai kesakitan
 Pasien tampak pucat
 TD : 160/100 mmHg

P : nyeri dipicu karena setelah
beraktifitas

Q : nyeri seperti rasa tertekan


atau ketidaknyamanan

R :nyeri dibagian dada kiri

S : Skala nyeri 5

T: nyeri terjadi 2-10 menit


setelah berhenti beraktifitas;

2 Data Subyektif : Penurunan cardiac output Menurunnya kontraksi


Pasien mengeluh lemah, jantung
sesak nafas, sulit melakukan
aktivitas yang berlebih, sering
terbangun pada malam hari
karena sesak dan nyeri dada

Data Obyektif :
-    TD : 160/100 mmHg
-    P    : 96 x/mnt
-    Kulit dingin
-    N : 22 x/mnt

3 Data Subyektif : Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan antara


Pasien mengeluh sesak bila suplai dan kebutuhan
bangun dari posisi tidur oksigen

Data Obyektif :
- Berkeringat dingin bila
merubah posisi dari tidur
langsung duduk
- tanda vital setelah bangun
TD : 170/100 mmHg
P    : 100x/mnt
N   : 28x/mnt

C. Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Ny T

Umur : 62tahun

No Tanggal muncul Diagnosa keperawatan Tanggal teratasi TTD


1 15-10-2020 Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan
iskemia otot jantung atau sumabtan pada arteri
koronaria yang ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri dada sebelah kiri, pasien
kelihatan menyeringai kesakitan, pasien
tampak pucat, TD : 160/100 mmHg, P :
96x/mnt, skala nyeri 5

2 Penurunan cardiac output berhubungan dengan


menurunnya kontraksi otot yang ditandai
dengan pasien mengeluh lemah, sesak napas,
sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering
terbangun pada malam hari karena sesak dan
nyeri dada, TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt,
kulit dingin, N : 22 x/mnt
3
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh
sesak bila bangun dari posisi tidur, berkeringat
dingin bila merubah posisi dari tidur langsung
duduk, Tanda vital setelah bangun tidur TD :
170/100 mmHg, P : 100x/mnt. N : 28x/mnt
D. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama Pasien : Ny T

Umur : 62tahun

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


1 Gangguan nyaman nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor dan kaji 1. Variasi penampilan
dengan iskemia jaringan atau sumabtan tindakan keperawtan  karakteristik dan lokasi dan perilaku passien
pada arteri koronaria yang ditandai dalam waktu 2 x 24 nyeri karena nyeri terjadi
dengan pasien mengatakan nyeri dada jam pasien mampu 2. Monitor tanda-tanda sebagai temuan
sebelah kiri, pasien kelihatan menunjukkan rasa vital  ( tekanan darah, pengkajian
menyeringai kesakitan, pasien tampak nyeri dada dengan nadi) 2. Peningkatan tekanan
pucat, TD : 160/100 mmHg, P : Kriteria hasil : 3. Ciptakan suasana darah dan nadi
96x/mnt, skala nyeri 5  Pasien tampak lingkungan yang meningklat sebagai
rileks tenang dan nyaman akibat nyeri dan
 Skala nyeri 0 4. Ajarkan dan anjurkan berhubungan dengan
 TD : 120/80 mmHg pada pasien untuk cemas

 P    : 80 x/mnt melakukan tehnik 3.  Menurunkan


relaksasi rangsang eksternal
5. Kolaborasi dengan dimana ansietas dan
deokter dalam regangan jantung
pemberian analgesi serta keterbatasan
kemampuan koping
dan keputusan
terhadap situasi saat
ini
4. Membantu dalam
penurunan
persepsi/respon
nyeri
5. Pilihan untuk
menurunkan nyeri
hebat, memberikan
sadari dan
mnegurangi kerja
miokard

2 Penurunan cardiac output berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengukuran 1. Perubahan terjadi
dengan menutunnya kontraksi otot yang tindakan keperawtan tekanan darah pada TD
ditandai dengan pasien mengeluh lemah, dalam waktu 2×24 jam bandingkan kedua ( hipertensi atau
sesak napas, sulit melakukan aktivitas tidak terjadi penurunan lengan pada posisi hipotensi) karena
yang berlebih, sering terbangun pada cardiac output dengan berdiri, duduk, dan respon jantung
malam hari karena sesak dan nyeri dada, criteria hasil : tiduran  jika 2. Sirkulasi perifer
TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, kulit  Pasien tampak memungkinkan menurun bila curah
dingin, N : 22 x/mnt semangat jantung menurun
 tidak sesak napas 2. Kaji kualitas nadi membuat kekuatan
 TD : 120/80 mmHg nadi menungkat
 P : 80 x/mnt 3. S3 dan S4  atau
3. auskultasi bunyi nafas
 kulit normal tidak krekels terjadi
dan bunyi jantung
dingin dengan

 N : 20 x/mnt dekompensasi
4. Kolaborasi dengan
jantung atau
dokter dalam
beberapa obat
pemeriksaan serial
4. Pemeriksaan
EGC, foto thorax,
dilakukan untuk
pemberian obat-obatan
mengidentifikasi
anti disritmia
area iobstruksi atau
kerusakan arteri
koroner yang
memerlukan
intervensi bedah

3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dialkukan 1. Catat irama jantung, 1. Kecenderungan


dengan ketidakseimbangan antara suplai tindakan keperawtan tekanan darah dan nadi melakukan respon
dan kebutuhan oksigen yang ditandai dalam waktu 2×24 jam, sebelum dan sesudah pasien terhadap
dengan pasien mengeluh sesak bila pasien menunjukkan melalukan aktivitas aktivitas dan dapat
angun dari posisi tidur, berkeringat peningkatan mengindikasikan
dingin bila merubah posisi dari tidur kemampuan dalam 2. Anjurkan pasien agar penurunan oksigen
langsung duduk, Tanda vital setelah melakukan aktivitas lebih banyak miokardia yang
bangun tidur TD : 170/100 mmHg, P : dengan criteria hasil ; beristirahat terlebih memerlukan
100x/mnt. N : 28x/mnt  TD : 120/80 mmHg dahulu penurunan tingkat
 P : 80 x/mnt aktivitas

 N : 20 x/mnt 3. Anjurkan pasien 2. Menurunkan kerja

 Pasien nyaman menghindari miokardia /

dalam tidur peningkatan tekanan konsumsi oksigen,


abdomen contoh menurunkan resiko
mengejan saat defekasi komplikasi
3. Aktifitas yang
4. Jelaskan pada pasien memerlukan
tentang taha-tahap menahan napas dan
aktivitas yang boleh menunduk
dilakukan oleh pasien ( manuvervalsalva)
dapat
mengakibatkan
bradikardi, juga
menurunkan curah
jantung dan
takikardi dengan
peningkatan TD
4. Aktivitas yang maju
memberikan kontrol
jantung,
meningkatkan
regangan dan
mencegah aktivitas
berlebihan

E. Tindakan Keperawatan

Nama Pasien : Ny T
Umur : 62tahun

No Tggl/jam Diagnosa keperawatan Tindakan TTD


1 Gangguan rasa 1. Memantau tanda-tanda vital:
nyaman nyeri Akut S :  37oC              N : 22 x/menit
berhubungan dengan P :  96  x/menit  TD : 160/100 mmHg
iskemia otot jantung, 2. Membersihkan lingkungan tempat tidur pasien dan
merapikannya
3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam

2 Penurunan cardiac 1. Melakukan auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung pada
output
pasien
2. Melakukan pengukuran tekanan darah :
TD : 160/100 mmHg
P    :  96 x/mnt
N   :  22 x/mnt

3 Intoleransi aktivitas 1. Memberitahu pasien untuk beristirahat lebih banyak


2. Memberitahu pasien untuk tidak mengejan saat BAB
F. EVALUASI

Nama Pasien : Ny T

Umur : 62tahun

NO JAM EVALUASI TTD


1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O:
 Pasien tampak rileks
 Skala nyeri 0
 TD : 140/90 mmHg
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi

2
S : Pasien mengatakan sesak
berkurang
O:
 Pasien tampak semangat
 tidak sesak
 N : 20 x/mnt
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensirvensi

3 S : Pasien mengatakan sudah


mengalami peningkatandalam
aktivitas
O:
 Pasien sudah nyaman dalam
tidur
 Sudah bias duduk dengan
tenang
A : Tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang


saling tumpang tindih. 

Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. 

PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.   Penyakit
jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang
signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung.

Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular,


mewujudkan  peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.

B. SARAN

Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para


tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada
lansia agar angka harapan hidup lansiameningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA LANSIA.

Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner .Jakarta : Kandas media
(Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar. Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 /Februari 2013 Judith.M.Wilkison dan
Nancy.R.2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed9 .Jakarta: EGC

Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung coroner. Manado:fakultas kedokteran.

https://www.academia.edu/17562657/ASUHAN_KEPERAWATAN_DENGAN_GA
NGGUAN_SISTEM_KARDIOVASKULER_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER. Diakses
pada tanggal 20-09-2019 pukul 13.15 WIB

https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-klien-denganpjk-penyakit-
jantung-koroner/. Diakses pada tanggal 20-09-2019 pukul 13.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai