Anda di halaman 1dari 112

DIAGNOSIS KOMUNITAS

PERILAKU MEROKOK DI KELUARGA BINAAN


DI RT 003/RW 04, KAMPUNG SUKASARI, DESA PANGKALAN,
KELURAHAN TEGAL ANGUS, KECAMATAN TELUK NAGA,
KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
PERIODE 29 FEBRUARI 2016 – 4 APRIL 2016

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
 
M. Irvan Dwi Fitra 1102010154
Yusra Dina 1102010306
Arief Rachman 1102011044
Prathita Amanda A. 1102011208

 
Pembimbing :
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas dengan judul “PERILAKU


MEROKOK DI KELUARGA BINAAN DI RT 003/RW 04, KAMPUNG
SUKASARI, DESA PANGKALAN, KELURAHAN TEGAL ANGUS,
KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI
BANTEN” periode 29 Februari 2016 – 04April 2016 telah disetujui oleh
pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, April 2016


Pembimbing,

DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum wa Rahmatullahii wa Barakatuuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim
penulis sehingga Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas yang berjudul
“PERILAKU MEROKOK DI KELUARGA BINAAN DI RT 003/RW 04,
KAMPUNG SUKASARI, DESA PANGKALAN, KELURAHAN TEGAL
ANGUS, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN” ini dapat diselesaikan.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber
pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan
Masyarakat, semoga dapat memberikan manfaat.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing,
staf pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang
terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku dosen pembimbing Kepaniteraan


Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan
memberi masukan yang bermanfaat.
2. Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK,selaku kepala bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
3. Dr. Citra Dewi, M.Kes, selaku sekretaris dan staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

2
4. Dr. Dian Mardhiyah, M.KK,selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.
5. Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
6. Dr. Dini Widianti, M.KK, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
7. Dr. Fathul Jannah, M.Si, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8. Dr. Yusnita, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
9. Rifda Wulansari, SP, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
10. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
11. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan Teluk Naga,
Tangerang.
12. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.

Jakarta, April 2016

TimPenulis

3
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS


1.1.1 Situasi Keadaan Umum
Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah
4.763.198 Ha (47,631 Km2), terdiri dari luas daratan 2.170.120 Ha dan
sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter.
Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas Tegal
Angus. Terdapat enam desa binaan Puskesmas :
a. Desa Lemo d. Desa Pangkalan
b. Desa Tanjung Pasir e. Desa Tegal Angus
c. Desa Tanjung Burung f. DesaMuara

Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan

4
Batas Wilayah
Batas – batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus


2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemodan Kampung Besar
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan

1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi


1.1.2.1 Situasi Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai dengan tahun 2014
tercatat sebanyak 16.871 jiwa, terdiri dari laki-laki 8682 jiwa dan
perempuan 8189 jiwa. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten
Tangerang pada tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum
di tabel dibawah ini :

5
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus 2014
LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
NO DESA WILAYAH PENDUDU RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) K TANGGA TANGGA per km2
2 3 4 5 6 7
1
1 PANGKALAN 7.54 16.871 5,362 4.08 2.24
2 TANJUNG BURUNG 5.24 7.754 2,685 4.5 1.48
3 TEGAL ANGUS 2.83 9.378 2,900 4.6 3.31
4 TANJUNG PASIR 5.64 9.738 1,823 4.6 1.73
5 MUARA 5.14 3.524 492 4.4 6.86
6 LEMO 3.61 6.557 655 4.4 1.82
           
JUMLAH 30.02 53.822 13.917 4.6 10.364
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

Tabel 1.2 Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


Jumlah Penduduk
NO DESA/KEL
Laki-laki Perempuan JUMLAH

1 Pangkalan 8.682 8.189 16.871

2 Tanjung Burung 3.971 3.783 7.754

3 Tegal Angus 4.810 4.568 9.378

4 Tanjung Pasir 4.989 4.749 9.738

5 Muara 1.794 1.730 3.524

6 Lemo 3.358 3.199 6.557

JUMLAH 27.604 26.218 53.822

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

1.1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari
campuran budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap
di daerah Tangerang dan sekitarnya.

6
Tabel 1.3 Jumlah Pemeluk Agama di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus Th 2014
No. Agama Jumlah Pemeluk

1 Islam 49232

2 Budha 3183

3 Kristen 771

4 Khatolik 203

5 Khonghucu 52

6 Hindu 3

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal


Angus cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan
Teluk Naga dimana terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta
daerah kota Tangerang dan akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus belum berkembang secara ekonomi. Mata
pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani dan buruh dengan
pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.898 jiwa yaitu 59.3 %
dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh dari
jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas.

Tabel 1.4 Lapangan pekerjaan penduduk

7
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah

1. Petani pemilik 13316

2. Petani penggarap 6063

3. Buruh 4592

4. Nelayan 386

5. Pedagang 6373

6. Industri rakyat 13536

7. Buruh industri 13757

8. Pertukangan 4109

9. PNS 222

10. TNI/POLRI 65

11. Pensiunan PNS 45

12. Pensiunan TNI/POLRI 43

13. Perangkat Desa 141

14. Pengangguran 4004

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

1.1.2.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam
membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program
kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan
kesehatan

8
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

JUMLAH SEKOLAH
N
NAMA DESA
O
PAUD TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA

1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0

2 Tanjung Burung 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0

3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0

4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0

5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

  PUSKESMAS 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah, dari
jumlah 53.822 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.

Tabel 1.6 Penduduk 10 tahun keatas menurut jenjang Pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

NO. JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH

1. Tidak/belum tamat SD 12598

2. SD/MI 15738

3. SLTP/MTS 4060

4. SLTA/MA 3601

5. AK/Diploma 159

6. UNIVERSITAS 130

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

9
Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD masih
cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 23.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan
tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program puskesmas
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran
agar lebih diterima.

1.1.2.4 Kesehatan
LimaBesarPenyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus
pada tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :
Gambar 1.3 Prevalensi Lima Besar Penyakit

Penyakit terbanyak adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA,disusul


dengan penyakit batuk dan demam. Penyakit tidak menular (PTM) yang
masuk dalam sepuluh besar penyakit adalah hipertensi dan myalgia.

SaranaKesehatan
Berikut sarana kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014 :

10
Tabel 1.7. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah


1. a. Puskesmas 1
  b. Puskesmas Pembantu 1
  c. Poskesdes 1
2. Rumah Sakit Pemerintah 0
3. Rumah Sakit Swasta 0
4. Rumah Bersalin Swasta 0
5. Balai Pengobatan Swasta 2
6. Praktek Dokter Umum Swasta 5
7. Praktek Bidan Swasta 8
8. Dokter Gigi praktek swasta 0
9. Laboratorium Klinik Swasta 0
10 0
. Apotik
11 0
. Optikal
12
. Gudang Farmasi 0
13 45
. Posyandu
14 2
. Toko Obat
15 0
. Pos UKK
16 Polindes 0
Sumber : Puskesmas Tegal Angus

Dari tabel diatas sarana kesehatan dan faktor pendukung yang ada di
Puskesmas Tegal Angus masih kurang.

Upaya Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait, dalam hal ini,
antara lain :
1 Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada
balita yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu
hamil.

11
2 Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi
balita, pemberian vitamin A.
3 Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue,
Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
4 Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi.
5 Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara
lingkungan dengan membersihkan rumah masing–masing dan lingkungan
sekitarnya.
6 Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
7 Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program
senam LANSIA dan POSBINDU

1.1.2.7. Pengkajian PHBS


Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten
Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan
puskesmas melaksanakan pendataan dan penilaIan rumah tangga sehat yaitu
rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah
tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan
7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau
balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274 desa di
Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajIan, dari 62.371
rumah tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang
dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajIan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

12
Tabel 1.8. Perilaku Hidup Bersih Sehat Yang ada di Puskesmas Tegal
Angus Tahun 2014

INDIKATOR

Nama Jumlah % % % % % Air % % % % % Tdk %


Desa KK Per Asi By/ Cuci Bersih Jamba Bersih Maka Akti Meroko Jmlh
YDT sali eks blt Tanga n kan n vitas k dlm (Sehat
na dtmb n Sehat Jentik Sayur Fisi Rumah )
n g Buah k
O/
tks

Pangkala 210 57. 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
n 6

Tj. 210 64. 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Burung 6

Tegal 214 35. 24.3 58.9 87.4 90.2 57 94 39.7 72.4 57 17


Angus 6

Tj. Pasir 210 71. 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
4

Nama Jumlah % % % % % Air % % % % % Tdk %


Desa KK Per Asi By/ Cuci Bersih Jamba Bersih Maka Akti Meroko Jmlh
YDT sali eks blt Tanga n kan n vitas k dlm (Sehat
na dtmb n Sehat Jentik Sayur Fisi Rumah )
n g Buah k
O/
tks

Muara 210 71. 43.6 70.6 45.9 99 43 92 73.4 33 71.2 56.5


5

Lemo 206 63. 24.8 64 91.6 83.6 44.8 80.8 84 62 45 18


6

Jumlah 1260 65. 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5
2

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

13
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat
dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan
dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal
angus pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan (93,42%)

2. Rumah yang bebas jentik (75,10%)

3. Penimbangan Bayi dan Balita (100%)

4. Memberikan Asi Eksklusif (15,19%)

5. Menggunakan air Bersih (99,45%)

6. Menggunakan Jamban Sehat (17,15%)

7. Olah Raga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (12,05%)

8. Mengkonsumsi makanan seimbang (25,20%)

9. Tidak Merokok dalam rumah (25,15%)

10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM (98,10%)

Berdasar kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang cakupannya


masih rendah hal ini dikarenakan:

 Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai akses air


bersih dan jamban sehat sedikit.

 Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran


tentang ASI Eksklusif, aktifitas fisik, merokok dalam rumah.

 Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik berkala


kurang optimal.

14
Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber PHBS dilakukan
penyuluhan tentang PHBS yang terus menerus, meningkatkan kerjasama lintas
program dan lintas sektor.

1.1.2.8. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan,


upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut
ini upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di
Puskesmas Tegal Angus :

a) PenyehatanPerumahan

Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua


anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga
kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit
diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.

Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan,


hasil pemantauan selama tahun 2014 menunjukkan dari 12.421 rumah yang
diperiksa sebanyak 11,2 % yang memenuhi syarat kesehatan.

15
Tabel 1.9. PersentaseRumahSehat Triwulan I
MenurutKecamatandanPuskesmasTahun 2015
NO PUSKES DESA RUMAH
MAS JUMLAH JUMLAH % JUMLAH %
SELURUHN DIPERIKSA DIPERIKSA SEHAT SEHAT
YA
1 Tegal Tanjung 2685 254 9,46 109 42,91
Angus Burung
Pangkalan 5362 298 5,56 123 21,28

Tegal Angus 2900 189 6,52 78 41,27

Tanjung Pasir 1823 339 18,60 274 80,83

Muara 492 79 16,06 42 52,16

Lemo 655 89 13,59 49 55,06

JUMLAH 13917 1248 70 675 54

Sumber : Data Program KesLing PKM Tegal Angus 2015

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di wilayah
puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan
tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumah
sehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah
rumah sehat.

16
b) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar

Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah PuskesmasTegal


Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.10. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di wilayah

Puskesmas Tegal Angus

N KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLA TEMPAT SAMPAH


O PENDUDU H KK
K
JKM JKP JKS %JK %JKP %JKS
M
1 PANGKALAN TEGAL 16.871 2.685
1.035 298 123 38,5 28,8 41,3
ANGUS
2 TANJUNG 7.754 5.362
618 254 109 11,5 41,1 42,9
BURUNG
3 TEGAL 9.378 2.900
720 189 78 24,8 26,3 41,3
ANGUS
4 TANJUNG 9.738 1.823
447 339 274 24,5 75,8 80,8
PASIR
124 79 42 25,2 63,7 53,2
5 MUARA 3.524 492
162 89 49 24,7 54,9 55,1
6 LEMO 6.557 655
53.822 13.917 3.106 24,9 48,4 52.4
JUMLAH 3.106 1.248

Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angustahun 2015

Keterangan: JKM : Jumlah KK Memiliki

JKP : Jumlah KK Periksa

JKS : Jumlah KK Sehat

17
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di
Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar.
Dilihat dari jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5% rumah yang memiliki tempat
sampah, kemudIan dari jumlah rumah yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat
sampah sehat hanya 41,3%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan,
ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang masih rendah menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.

c) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)

Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko


sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU, Bentuk kegiatan
yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara
berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga
sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan
pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.

d) Penyehatan Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola
dengan baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif didalam
penularan penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air
bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan Tempat tempat Umum
Pengelolaan makanan. Tidak adanya tenaga sanitarIan dan kurangnya tenaga di
Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan
minuman tidak dapat dilakukan

18
1.2 GAMBARAN KELUARGA BINAAN

a. Lokasi Keluarga Binaan

Keluarga binaan bertempat di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal 9 Maret sampai dengan 22
Maret 2016. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah sebagai
berikut:

Denah Rumah Keluarga Binaan

Rumah Tn.
Jayadi

Lapangan
Rumah Tn.

Agus

JALAN SETAPAK

Rumah Tn. Rumah Tn.


Marsin Muwasim

Gambar 1.4 Denah rumah keluarga binaan

Keluarga Binaan

1. Keluarga Tn. Jayadi


a. Data Dasar Keluarga Tn. Jayadi

19
Keluarga binaan Tn. Jayadi terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn.
Jayadi sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Eki, 3 anak
perempuan bernama Nn. Devi dan Nn. Novi, dan Nn. Levi
No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin

1. Tn. Jayadi Suami Laki-laki 56 th SD Tukang Parkir Rp1.500.000/


bulan

2. Ny. Eki Istri Perempuan 40 th SD Buruh Rp.1.200.000


/bulan

3. Nn. Devi Anak I Perempuan 22 th SMP Pengangguran -

4. Nn. Novi Anak II Perempuan 21 th SMA Karyawan Rp.4.000.000


/bulan

5. Nn. Levi Anak III Perempuan 18 th SMP Pelajar -

Tabel. 1.11. Data dasar Keluarga Tn. Jayadi

Keluarga Tn. Jayadi tinggal di RT 003/RW 04 Kampung Suka Sari, Desa


Pangkalan. Di rumah ini Tn. Jayadi tinggal dengan istri dan ketiga anaknya.
Tn. Jayadi yang saat ini berusia 56 tahun bekerja sebagai tukang parkir
dengan penghasilan sekitar Rp 1.500.000,00/bulan, dengan latar belakang
pendidikan sekolah dasar. Tn. Jayadi memiliki 3 orang anak. Anak tertuanya,
Nn. Devi berusia 22 tahun, pengangguran, dengan latar belakang pendidikan
Nn. Devi adalah SMP. Kemudian anak keduanya Nn. Novi berusia 21 tahun,
bekerja sebagai pegawai bandara dengan penghasilan sekitar Rp
4.000.000,00/bulan, dengan latar belakang sekolah menengah atas, kemudian
anak ketiganya Nn. Levi berusia 18 tahun sedang dalam pendidikan sekolah
menengah kejuruan.

20
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Jayadi tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 12 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 4 x 3 m 2
Ventilasi di rumah tersebut cukup baik karena terdapat ventilasi pada setiap
ruangan dan cahaya matahari dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Di
belakang ruang tamu terdapat ruang TV berukuran 4 x 3 m2, tidak ada
ventilasi dan jendela untuk pencahayaan. Di depan ruang TV terdapat 1
Kamar tidur Tn. Jayadi dan Ny. Eki berukuran 4 x 3 m 2 , terdapat 1 buah
ventilasi di kamar tidur tetapi tidak terdapat jendela, Di samping ruang TV
terdapat 1 kamar tidur ketiga anak perempuan Tn. Jayadi berukuran 3 x 2
m2 , tidak terdapat ventilasi dan jendela dikamar tersebut. Dibagian belakang
ruang tv terdapat 1 dapur dengan ventilasi dan tanpa jendela, di samping
dapur terdapat kamar mandi, kamar mandi Tn. Jayadi tidak terdapat jamban
sehingga keluarga Tn. Jayadi harus pergi ke sungai ketika ingin buang air
besar. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 2 jendela di ruang tamu
(bagian depan rumah) dan ruang TV. Seluruh ruang di rumah ini teralasi
dengan lantai ubin kecuali pada ruang dapur dan kamar mandi yang
beralaskan semen, dinding rumah terbuat dari batako, kemudian atap rumah
terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. Jayadi sering menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk keperluan mandi dan memasak serta untuk keperluan mencuci baju
dan. Keluarga Tn. Jayadi menggunakan air galon untuk memenuhi kebutuhan
air minum. Dalam 3 hari keluarga Tn. Jayadi memerlukan 1 galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn. Jayadi mengaku selalu
mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan

21
Gambar 1.5. Denah Ruman Tn. Jayadi

8M

Kamar DAPUR
mandi

KAMAR 2 12 M
RUANG TV

Ruang Kamar I
Tamu

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Jayadi terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak, bagian belakang terdapat lapangan, di
bagian kanan dan kiri juga terdapat rumah tetangga. Tidak ada selokan untuk
mengalirkan limbah cair.
d. Pola Makan
Ny. Eki memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam atau
daging. Sehari-harinya mereka makan besar 3 kali. Mereka juga mengatakan
bahwa mereka mencuci tangannya dengan menggunakan sabun batangan
sebelum dan sesudah makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ketiga anak Tn. Jayadi lahir di RS Swasta di daerah Jakarta
Pusatkarena keluarga Tn. Jayadi sebelumnya bertempat tinggal di Jakarta.
Setiap kehamilan, Ny. Eki mengaku selalu rutin untuk mengontrol
kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Eki rutin mambawa anak
ketiganya untuk dilakukan imunisasi di bidan, namun tidak pernah membawa
anak pertama dan kedua untuk imunisasi. Ny. Eki mengaku anaknya

22
diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6
bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian saat ini
Ny. Eki menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah anak dalam
keluarganya
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Jayadi belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, demam, sakit kepala, dan maag.
Menurut penuturan Ny. Eki, mereka biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, jika tidak membaik baru dibawa ke bidan, keluarga Ny. Eki Jarang
memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke puskesmas jauh.
g. Riwayat Penyakit
Tn. Jayadi dan ketiga anaknya sering mengalami batuk. Keluarga Tn.
Jayadi tidak pernah mengalami sakit yang serius yang membutuhkan
pengobatan di Rumah Sakit.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Jayadi, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 1 bungkus rokok. Keluarga Tn.Jayadi mengaku mencuci
tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan setelah melakukan
aktivitas dengan menggunakan sabun batangan. Kebiasaan berolahraga tidak
ada. Didalam rumah dan diluar rumah Tn. Jayadi tidak memiliki tempat
pembuangan sampah, istri Tn. Jayadi mengaku bahwa mereka membuang
sampah di kebun belakang rumah kemudian sampah-sampah tersebut dibakar
setiap tiga hari sekali.

23
Tabel 1.12. Faktor Internal Keluarga Tn. Jayadi

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn. Jayadi merokok 1 bungkus/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Eki memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan menu seperti tahu,
tempe, dan sesekali ikan, ayam atau daging. Sehari-
harinya mereka makan besar 3 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,
Pengobatan terkadang pergi ke bidan.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai kuli bangunan, bekerja setiap
hari dari jam 7 pagi sampai jam 5sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama sebagai buruh pabrik karton.

d. Anak kedua tidak bersekolah dan tidak bekerja.

e. Anak ketiga masih bersekolah sekolah dasar.

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Jayadi, istri Tn. Jayadi, Ny.Eki,


menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik 3
bulan sekali.

24
Tabel 1.13. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Jayadi

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 12 x 8 m2

2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 4 x 3 m2. Dua kamar tidur
berukuran 4 x 3 m2 dan 3 x 2 m2. Dapur Tn. Jayadi
berukuran 4 x 2 m2. Terdapat 1 kamar mandi tetapi
tidak ada jamban.

3. Jamban Keluarga Tn. Jayadi tidak memiliki jamban di


rumahnya

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada ruang tamu dan ruang


TV dan kamar.

5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di


kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur, 1 lampu di kamar mandi, dan 1 lampu di
ruang tv
6. MCK Tidak memiliki MCK di rumah, MCK berada
didepan rumah dan digunakan bersamaan dengan
tetangganya

7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Jayadi menggunakan air


sumur yang digunakan untuk mandi memasak, dan
mencuci baju. Serta membeli air galon isi ulang
untuk kebutuhan air minum sehari-hari.

8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.


limbah

9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Jayadi tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di kebun belakang rumah.

10. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri , depan dan belakang,
rumah rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak
satu meter. Tiga meter dari rumah tersebut terdapat
jamban tetangga. Lima meter dari tumah tersebut
terdapat kali yang kotor penuh tumpukan sampah.
Rumah tetangga berdekatan, berjarak 1 meter satu

25
No Kriteria Permasalahan

dengan yang lainnya.

2. Keluarga Tn. Muwasim


a. Data Dasar Keluarga Tn. Muwasim
Keluarga binaan Tn. Muwasim terdiri dari 6 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Muwasim sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Alya,
1 anak laki-laki bernama An. Fadilah dan 2 anak perempuan, An. Nila dan
An. Naja

Tabel. 1.14. Data dasar Keluarga Tn. Muwasim


Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin

Tn. Muwasim Suami Laki-laki 40 th SD Penjahit Rp1.500.000


keliling /bulan

Ny. Alya Istri Perempuan 30 th SD Buruh pabrik Rp.1.000.000


kue bolu /bulan

An. Fadilah Anak Laki-laki 14 th Smp Pelajar -

An. Nila Anak Perempuan 8 th SD Pelajar -

An. Naja Anak Perempuan 4 th - - -

Keluarga Tn. Muwasim tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari,


Desa Pangkalan. Di rumah ini Tn. Muwasim tinggal bersama isteri dan 3
orang anaknya. Tn. Muwasim yang saat ini berusia 40 tahun bekerja sebagai
penjahit keliling dengan penghasilan sekitar Rp 1.500.000,/bulan, dengan
latar belakang pendidikan Tn. Muwasim adalah SD. Tn. Muwasim memiliki

26
3 orang anak. Anak tertuanya, Fadilah berumur 14 tahun, saat ini bersekolah
kelas 2 SMP. Kemudian anak keduanya Nila yang berusia 8 tahun, saat ini
bersekolah kelas 1 SD. Anak ketiganya Naja yang berusia 4 tahun.

b. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Muwasim tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 10 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 4 x 2 m2
yang sering digunakan untuk makan dan menerima tamu serta menonton
televisi. Ventilasi di rumah tersebut tidak baik karena hanya memiliki dua
jendela di ruang tamu dan di kamar tidur yang terbuat dari kaca dan tidak
dapat dibuka, selain itu jendela tersebut selalu tertutup dengan kain sehingga
cahaya pun tidak dapat menembus ke dalam melalui jendela ini. Di sisi
kanan ruang tamu terdapat 1 kamar tidur berukuran 2 x 2 m 2. Kamar ini
disertai ventilasi dan jendela yang tertutup, sedangkan kamar di bagian
belakang kamar tersebut terdapat 1 kamar tidur berukuran 2 x 2 m2 yang tidak
disertai ventilasi dan jendela. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 jendela
di ruang tamu (bagian depan rumah). Di bagian belakang ruang tamu terdapat
dapur berukuran 3 x 2 m2 dan terdapat 1 kamar mandi berukuran 1 x 1 m2
yang sudah tersedia jamban leher angsa. Seluruh ruang di rumah ini teralasi
dengan semen, kecuali dapur yang beralaskan tanah. Dinding terbuat dari
bambu dan atap rumah terbuat dari asbes.
Keluarga Tn. Muwasim sering menggunakan air sumur sebagai sumber
air untuk keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Muwasim menggunakan air
galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Apabila sumur dalam keadaan
kering dan sulit air, biasanya keluarga Tn. Muwasim menggunakan kali untuk
mandi dan buang air besar. Dalam 3 hari keluarga Tn. Muwasim memerlukan
1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn. Muwasim tidak
selalu mencuci tangan sebelum makan dan masak.

27
28
Gambar 1.6. Denah Ruman Tn. Muwasim

6M
dapur
Kamar
mandi

Tempat
6M
tidur

Ruang tamu Tempat


tidur

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn.Muwasim terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat teras kecil dan jalan setapak, bagian belakang terdapat
rumah tetangga, dan di bagian kanan terdapat rumah tetangga dan di bagian
kiri terdapat terdapat kebun. Limbah cair dialirkan ke sebuah lubang
berukuran 2 x 1 m2.
d. Pola Makan
Ny. Alya memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti ikan, tahu, tempe dan sayuran
seperti sop dan sayur bayam. Sehari- harinya mereka makan besar 2 kali.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama Ny. Alya lahir di dukun beranak karena pada waktu itu
jarak antara puskesmas dengan rumahnya jauh. Anak kedua dan ketiga lahir
di bidan, Ny. Alya mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke

29
bidan. Anak pertamanya, An. Fadilah lahir dengan berat badan 2800 gram.
Anak keduanya lahir dengan berat badan 2500 gram. Anak ketiganya lahir
dengan berat badan 3000 gram.Untuk imunisasi, keluarga Tn. Muwasih tidak
rutin mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan. Ny. Alya
mengaku ketiga anaknya hanya dilakukan imunisasi 1 kali. Ny. Alya
mengaku anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 4 bulan,
kemudian setelah 4 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI.
Kemudian saat ini Ny. Alya menggunakan KB suntik untuk mengontrol
jumlah anak dalam keluarganya
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn.Muwasim belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk pilek, dan demam. Menurut penuturan Ny.
Alya , mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu, jika tidak
membaik baru dibawa ke puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Muwasim belum pernah mengalami sakit yang serius dan
belum pernah dirawat di rumah sakit. Penyakit yang sering melanda keluarga
Tn. Muwasim adalah batuk-batuk dan pilek. Biasanya saling menularkan satu
sama lain antar anggota keluarga.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Muwasim mengaku merokok dan kebiasaan merokok ini sudah
sejak Tn. Muwasim berusia 20 tahun. Tn. Muwasim dapat menghabiskan
rokok 1 bungkus dalam sehari. Keluarga Tn. Muwasim mengaku tidak selalu
mencuci tangan setiap setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan
Kebiasaan berolahraga tidak ada.
Rumah keluarga Tn. Muwasim berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan dibelakangrumah terdapat sumur. Lingkungan rumah tidak
terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga, keluarga membuang
limbah cair diselokan yang hanya berukuran kurang lebih 2 x 1 m2. Di dalam

30
rumah dan diluar rumah Tn. Muwasim tidak memiliki tempat pembuangan
sampah, pengakuan istri Tn. Muwasim keluarga mereka membuang sampah,
dalam membuang sampah mereka mengaku membuang sampah setiap dua
hari sekali di lubang dekat rumah. Alternatif selain itu, mereka biasanya
membakar sampah di depan rumah.

Tabel 1.15. Faktor Internal Keluarga Tn. Muwasim

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Ada yang merokok pada keluarga Tn. Muwasim
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Alya memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan menu seperti ikan,
tahu, tempe, dan sayur. Sehari- harinya mereka makan
besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,
Pengobatan terkadang pergi ke puskesmas.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai Penjahit keliling, bekerja setiap
hari dari jam 8pagi sampai jam 5 sore.
b. Ibu sebagai buruh kue bolu dari jam 10 malam sampai
jam 2 pagi.
c. Anak pertama sebagai pelajar SMP.

d. Anak kedua sebagai pelajar SD.


e. Anak ketiga berusia 4 tahun

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Muwasim, istri Tn. Muwasim, Ny.Alya,


menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik 3
bulan sekali.

Tabel 1.16. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Muwasim

31
No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 6 x 6 m2

2. Ruangan dalam rumah Ruang tamu berukuran 4 x 2 m2, 2 kamar tidur


berukuran 2 x 2 m2. Dapur berukuran 3 x 2 m2.

3. Jamban Keluarga Tn. Muwasim memiliki jamban leher angsa

4. Ventilasi Terdapat jendela di ruang tamu dan kamar tidur.

5. Pencahayaan Terdapat 1 lampu pada ruang tamu.

6. MCK Memiliki MCK berukuran 1 x 1 m2.

7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Muwasim menggunakan


air sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.

8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air


limbah limbah dialirkan ke lubang yang berukuran 1 x 1 m2.

9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Muwasim tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di lubang dekat dari
rumahnya atau di bakar di depan rumah.

10. Lingkungan sekitar Di samping kanan, depan dan belakang, rumah


rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak satu
meter. Rumah tetanngga berdekatan, berjarak 1
meter satu dengan yang lainnya. Sedangkan di
samping kiri terdapat kebun.

32
3. Keluarga Tn.Agus
a. Data Dasar Keluarga Tn. Agus
Keluarga binaan Tn. Agus terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Agus sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Neng, dan
1 anak tiri laki-laki.

Tabel. 1.17. Data dasar Keluarga Tn. Agus


Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Keluarga Kelamin

Tn. Agus Suami Laki-laki 37 th SMA Supir pribadi Rp1.000.000


/bulan

Ny. Neng Istri Perempuan 54 th SD Ibu Rumah -


Tangga

Tn. Erwin Anak Laki-laki 23 SD Tukang parkir Rp1.500.000


th /bulan

Keluarga Tn. Agus tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa
Pangkalan. Di rumah ini Tn. Agus tinggal dengan istri, dan satu orang
anaknya. Tn. Agus yang saat ini berusia 37 tahun bekerja sebagai supir
pribadi dengan penghasilan sekitar Rp 1.000.000,00/bulan, dengan latar
belakang pendidikan Tn. Agus adalah SMA. Tn. Agus memiliki 1 orang
anak tiri laki-laki yang bernama Tn. Erwin berusia 23 tahun.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Agus tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 8,5 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 5 x 5 m 2.
Di dalam ruang tamu terdapat tempat tidur Tn. Erwin berukuran 2 x 1 m 2.
Ventilasi di rumah tersebut tidak baik karena tidak memiliki ventilasi dan
tidak memiliki jendela. Di samping ruang tamu terdapat 1 kamar tidur dan 1
ruangan yang dijadikan sebagai gudang, masing-masing berukuran 3 x 3 m 2.

33
Di dalam kamar tidur terdapat kasur berukuran 2 x 2 m2 dan 1 lemari. Di
belakang ruang tamu terdapat dapur berukuran 2 x 1 m 2. Di samping dapur
terdapat kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 m 2. Di dalam kamar mandi
terdapat wc dan bak air berukuran 0,5 x 0,5 m 2. Rumah ini hanya
mempunyai 1 pintu depan. Seluruh ruang di rumah ini masih berlantaikan
semen yang dialasi oleh tikar plastik, kemudian atap rumah terbuat dari
genteng.
Keluarga Tn. Agus menggunakan air sumur sebagai sumber air untuk
keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Agus menggunakan air galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 4 hari keluarga Tn. Agus
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Agus mengaku jarang mencuci tangan setelah melakukan aktivitas.

Gambar 1.7. Denah Ruman Tn. Agus

MCK
Dapur

Gudang 8 m2
R.Tamu

Kamar

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Agus terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak dan terdapat tempat pembakaran sampah.
Di bagian kanan terdapat kandang ayam dan kiri terdapat lapangan kosong.
Limbah cair dialirkan ke selokan yang hanya berukuran kurang lebih 10 cm
dan air dalam selokan tidak mengalir.
d. Pola Makan

34
Ny. Neng memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti nasi, sayur, tahu, tempe, dan
sesekali ikan. Mereka makan besar 2 kali sehari. Mereka juga mengatakan
bahwa mereka jarang mencuci tangannya dengan baik sebelum dan sesudah
makan.

e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak tiri Tn. Agus lahir di rumah sakit. Pada saat hamil, Ny. Neng
mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke dokter. Untuk
imunisasi, keluarga Tn.Agus rutin mambawa anaknya untuk dilakukan
imunisasi di bidan dan puskesmas. Ny. Neng mengaku anaknya diberikan
ASI eksklusif sampai usia anak usia 3 bulan, kemudian setelah 3 bulan
anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI hingga usia 2 tahun 6
bulan. Saat ini Ny. Neng tidak menggunakan KB.
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn.Agus belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, sakit tenggorokan dan demam. Menurut
penuturan Ny. Neng, mereka biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, keluarga Ny. Neng Jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak
dari rumah ke puskesmas jauh.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Agus belum pernah mengalami sakit yang serius dan
belum pernah dirawat di rumah sakit. Hanya batuk, pilek, sakit tenggorokan
serta terkadang demam yang dirasa.

35
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga Tn. Agus ada yang merokok yaitu Tn. Agus dan Tn Erwin.
Tn. Agus dan Tn. Erwin terbiasa menghabiskan satu bungkus rokok setiap
harinya. Tn. Agus dan Tn. Erwin biasa merokok di dalam rumah, dan ketika
sedang bekerja. Keluarga Tn.Agusmengaku jarang mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, Kebiasaan berolahraga tidak ada.
Rumah keluarga Tn. Agus berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan didepan rumah tersebut terdapat jalan setapak dan tempat
pembakaran sampah. Di lingkungan rumah terdapat saluran untuk aliran
limbah cair rumah tangga, keluarga membuang limbah cair diselokan yang
hanya berukuran kurang lebih 10 cm. Didalam rumah dan diluar rumah Tn.
Agus tidak memiliki tempat pembuangan sampah, pengakuan istri Tn. Agus,
dalam membuang sampah mereka mengaku membuang sampah setiap hari
tetapi awalnya dikumpulkan terlebih dahulu dibelakang rumahnya kemudian
setelah menumpuk istri Tn. Agus membakar sampah tersebut di depan
rumahnya, hal ini di lakukan istri Tn. Agus setiap sore.

36
Tabel 1.18. Faktor Internal Keluarga Tn. Agus

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok ada yang merokok pada keluarga Tn. Agus
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Neng memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan. Sehari- harinya
mereka makan besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung.
Pengobatan
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Agus bekerja sebagai supir pribadi, bekerja setiap
hari dari jam 7 pagi sampai jam 4sore.
b. Ny. Neng sebagai ibu rumah tangga.
c. Tn. Erwin bekerja sebagai tukang parkir, bekerja
setiap hari dari jam 10 pagi sampai jam 3 sore.

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Agus , istri Tn. Agus, Ny. Neng, tidak
menggunakan kontrasepsi.

37
Tabel 1.19. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Agus

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 8,5 x 8 m2

2. Ruangan dalam rumah Didalam rumah terdapat ruang tamu yang berukuran
5 x 5 m2. Satu kamar tidur berukuran 3 x 3 m2.
Ruangan gudang berukuran 3 x 3 m2. Dapur
berukuran 2 x 1 m2. Kamar mandi berukuran 1,5 x
1,5 m2. Di dalam kamar mandi terdapat jamban.
3. Jamban Keluarga Tn. Agus memiliki jamban leher angsa di
dalam rumahnya
4. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi udara pada rumah Tn.Agus

5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di


kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu.
c. Terdapat 1 lampu pada dapur dan kamar mandi.

6. MCK Tn. Agus memiliki MCK di rumah, MCK berada di


bagian belakang rumah.

7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Agusmenggunakan air


sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.

8. Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah


limbah dialirkan ke selokan yang berukuran 10 cm.

9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Agus tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah dirumahnya, mereka
membakar sampahnya di depan rumah, dekat dari
rumahnya.

10. Lingkungan sekitar Di samping kanan terdapat kandang ayam,


rumah kiri ,terdapat lapangan, depan terdapat jalan setapak
dan tempat pembakaran sampah.

38
4. Keluarga Tn. Marsin
a. Data Dasar Keluarga Tn. Marsin
Keluarga binaan Tn. Marsin terdiri dari 7 anggota keluarga, yaitu Tn.
Marsin sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Yani, 2 anak laki-
laki bernama Tn.Sukron dan An. Gery, dan 3 anak perempuan bernama
An. Cici, An. Lola dan An. Natasiah.

Tabel. 1.20. Data dasar Keluarga Tn. Marsin


No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Penghas
Keluarga Kelamin

1. Tn. Marsin Suami Laki-laki 38 th SD Pengantar air Rp1.800.0


galon bulan

2. Ny. Yani Istri Perempuan 35 th SD Ibu Rumah -


Tangga

3. Tn. Sukron Anak I Laki-laki 21 th SD Buruh Pabrik Rp1.800.0


Percetakan /bulan

4. An. Cici Anak II Laki-laki 17 th Tidak Tidak -


bersekolah Bekerja

5. An. Gery Anak III Perempuan 16 th Tidak Tukang jahit Rp 350.0


bersekolah kancing /bulan

6. An. Lola Anak IV Perempuan 12 th Tidak Tidak -


bersekolah Bekerja

7. An. Anak V Perempuan 2 th Tidak Tidak -


Natasiah bersekolah Bekerja

Keluarga Tn. Marsin tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa
Pangkalan. Di rumah ini Tn. Marsin tinggal dengan istri dan keempat
anaknya. Tn. Marsin yang saat ini berusia 38 tahun bekerja sebagai air galon

39
dengan penghasilan sekitar Rp 1.800.000,00/bulan, dengan latar belakang
pendidikan Tn. Marsin adalah SD. Tn. Marsin memiliki 5 orang anak. Anak
tertuanya, Tn. Sukron berusia 21 tahun, bekerja sebagai buruh pabrik
percetakan yang berpenghasilan Rp. 1.800.000,00, dengan latar belakang
pendidikan Tn. Sukron adalah SD. Kemudian anak keduanya An. Cici
berusia 17 tahun, masih belum bekerja dan berpenghasilan, akan tetapi An.
Cici sudah menikah dan kini tinggal bersama suaminya. Kemudian anak
ketiganya, An. Gery, berusia 16 tahun yang tidak bersekolah. An. Lola adalah
anak keempat Tn. Marsin yang kini berusia 12 tahun dengan latar belakang
pendidikan SD (tidak tamat SD). Anak terakhir Tn. Marsin adalah An.
Natasiah yang berusia 2 tahun.

b. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Marsin tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 8 x 10 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu dan ruang tv
berukuran 4 x 3 m2. Ventilasi di rumah tersebut kurang baik karena tidak
adanya jendela pada setiap ruangan dan cahaya matahari tidak dapat masuk
lewat ventilasi tersebut. Di samping ruangan TV dan ruang tamu terdapat 1
buah kamar tidur 4 x 2 m2. Dibagian belakang terdapat 1 dapur dan 1 kamar
tidur anak Tn. Marsin tanpa jendela. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan.
Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai tanah, dinding rumah
terbuat sebagian dari bilik dan sebagian lagi dari batu bata, kemudian atap
rumah terbuat dari asbes.
Keluarga Tn. Marsin sering menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk keperluan mandi dan memasak serta air kali untuk keperluan mencuci
baju dan buang air besar. Keluarga Tn. Marsin menggunakan air galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 3 hari keluarga Tn. Marsin
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Marsin mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan.

40
Gambar 1.8. Denah Rumah Tn. Marsin

WC Dapur

Kamar
Tidur
R. Tamu
Kamar
Tidur

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marsin terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak, bagian belakang terdapat pepohonan,di
bagian kiri terdapat rumah tetangga dan di bagian kanan terdapat tempat
pembakaran sampah. Terdapat selokan untuk mengalirkan limbah cair.

d. Pola Makan
Ny. Yani memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti ikan, tempe dan tahu. Sehari-harinya
mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mencuci
tangannya dengan menggunakan sabun batangan sebelum dan sesudah
makan.

e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Keempat anak Tn. Marsin lahir di dukun beranak karena pada waktu
itu keluarga sudah terbiasa dilahirkan dengan dukun beranak. Setiap
kehamilan, Ny. Yani mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya
ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Yani rutin membawa anaknya untuk
dilakukan imunisasi di bidan.Ny. Yani mengaku anaknya diberikan ASI
eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6 bulan anaknya

41
diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian saat ini Ny. Yani
menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah anak dalam keluarganya.

f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Marsin belum pernah mengalami
sakit yang serius. Adapun Tn. Marsin mengaku mempunyai riwayat
hipertensi. Menurut gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, dan demam. Menurut penuturan Tn.
Marsin, bila terdapat anggota keluarga yang sakit, mereka sering
memeriksakan ke Puskesmas dan meminum obat secara teratur.

g. Riwayat Penyakit
Tn. Marsin mempunyai riwayat hipertensi. Terkadang anak-anak Tn.
Marsin mengalami batuk, pilek dan demam.

h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Marsin dan anak pertamanya, Tn. Sukron, memiliki kebiasaan
merokok, dalam satu hari mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Keluarga
Tn. Marsin mengaku mencuci tangan sebelum makan, jika tangan tampak
kotor, dan setelah melakukan aktivitas dengan menggunakan sabun batangan.
Kebiasaan berolahraga tidak ada.
Rumah keluarga Tn. Marsin berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan dibelakang rumah tersebut terdapat pepohonan dan tempat untuk
mandi keluarga Tn. Marsin. Di lingkungan rumah terdapat saluran untuk
aliran limbah cair rumah tangga. Didalam rumah dan sekitar lingkungan
rumah Tn. Marsin memiliki tempat pembuangan sampah, Tn. Marsin
mengaku bahwa mereka membuang sampah di tanah kosong di samping
rumah kemudian sampah-sampah tersebut dibakar setiap tiga hari sekali.

Tabel 1.21. Faktor Internal Keluarga Tn. Marsin

42
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Marsin merokok 1-2 bungkus/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Yani memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan menu seperti ikan,
tempe, dan tahu. Sehari- harinya mereka makan besar 2
kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di Puskesmas.
Pengobatan
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pengantar air galon, bekerja
setiap Senin-Jumat dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama sebagai buruh pabrik percetakan.

d. Anak kedua tidak bersekolah dan tidak bekerja tetapi


sudah menikah dan kini tinggal dengan suaminya.

e. Anak ketiga tidak bersekolah dan bekerja menjahit


kancing.

f. Anak keempat tidak bersekolah dan tidak bekerja.

g. Anak kelima tidak bersekolah dan tidak bekerja.

7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Marsin, istri Tn. Marsin, Ny. Yani,
menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik 3
bulan sekali.

Tabel 1.22. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Marsin

43
No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 10 m2

2. Ruangan dalam rumah Didalam Rumah terdapat Ruang Tamu yang


berukuran 4 x 3 m2. Dua kamar tidur berukuran 4 x 2
m2. Di dalam kamarnya terdapat kasur dan lemari
pakaian. Dapur Tn. Marsin berukuran 4 x 2 m2tidak
disertai ventilasi udara. Terdapat kamar mandi dan
jamban.
3. Jamban Keluarga Tn. Marsin memiliki jamban di rumahnya

4. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi udara.

5. Pencahayaan c. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di


kamar tidur.
d. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu.

6. MCK Terdapat MCK di rumah, MCK berada di belakang


rumah.

7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Marsin menggunakan air


sumur yang digunakan untuk mandi dan memasak,
air kali untuk mencuci baju dan buang air besar.
Serta membeli air galon isi ulang untuk kebutuhan
air minum sehari-hari.

8. Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah.


limbah

9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Marsin tidak memiliki tempat


sampah pembuangan sampah di dalam rumahnya, kemudian
mereka membuang sampahnya di tanah kosong
sebelah rumah.

10. Lingkungan sekitar Di samping kiri dan depan rumah terdapat rumah
rumah tetangga yang hanya berjarak satu meter. Lima meter
dari rumah tersebut terdapat tanah kosong yang
kotor penuh tumpukan sampah. Rumah tetangga
berdekatan, berjarak 1 meter satu dengan yang
lainnya.

Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan


a. Keluarga Tn. Muwasim

44
 Masalah Medis
Panyakit ISPA
 Masalah Non Medis
1. Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
2. Perilaku Merokok
3. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke lubang
4. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
5. Kurangnya kebiasaan berolahraga
6. Kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan setiap sehabis
aktivitas dan sebelum makan
b. Keluarga Tn. Marsin
 Masalah Medis
Penyakit ISPA
 Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap bahaya
merokok
2. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
3. Ketidak tersediaan ventilasi
4. Perilaku Merokok
c. Keluarga Tn. Agus
 Masalah Medis
Penyakit ISPA
 Masalah Non Medis
1. Tidak adanya ventilasi udara di dalam rumah
2. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
5. Kurangnya kebiasaan berolahraga
6. Perilaku Merokok

45
d. Keluarga Tn. Marsin
 Masalah Medis
Penyakit ISPA
 Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap bahaya
merokok
2. Tidak adanya ventilasi udara di dalam rumah
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4. Kurangnya kebiasaan berolahraga
5. Perilaku Merokok
1.3. Penentuan Area Masalah

Dari pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada masing-
masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan yaitu:
1. Perilaku merokok
2. Perilaku membuang sampah disekitar rumah
3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan
4. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
5. Ketidaktersediaan jamban keluarga
6. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
7. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
8. Kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan setiap sehabis aktivitas dan
sebelum makan
9. Kurangnya kebiasaan berolahraga
10. Ketidaktersediaan lahan yang luas sehingga jarak antara rumah tinggal dan
kandang hewan jaraknya berdekatan
11. Penyakit ISPA pada keluarga binaan

1.3.1. Rumusan Area Masalah

46
1.3.1.1. Metode Delphi

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat


oleh suatu kelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Proses
penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaIannya. (Harold, et all, 1975 : 40-55).

Gambar 1.9 Proses Metode Delphi

Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan


yang bertempat tinggal di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area
masalah yaitu “Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan Di RT 003 / RW 04
Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten”. Metode Delphi dalam penelitian ini digunakan
sebagai penentu area masalah.

47
1.3.2. Area Masalah Diagnosis Komunitas
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan Di RT 003 /
RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 29 Februari – 4April 2016”.

1.3.3. Alasan Pemilihan Area Masalah


Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu
dengan menganalisis laporan tahunan Puskesmas mengenai data-data
penderita 5 penyakit terbesar yang ada di wilayah PuskesmasTegal
Angus.

G
a
m
b
a
r
1.
1
0.
L
i
m
a Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus th 2014

Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader


desa setempat. Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan
observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Sukasari, Desa
Pangkalan terdapat berbagai area permasalahan pada keluarga binaan
tersebut, yaitu:
1. Kebiasaan merokok di dalam maupun diluar rumah.
2. Kurangnya kesadaran akan kesehatan.

48
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
4. Banyaknya angka kejadian ISPA pada keluarga binaan.

Setelah mendapatkan data sekunder dari puskesmas selanjutnya diidentifikasi


langsung pada 4 keluarga binaan di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan.
Masalah ini diangkat dengan pertimbangan dan alasan beberapa anggota
keluarga binaan sering mengalami penyakit ISPA sesuai dengan perilaku
merokok. Hal ini sesuai dengan data – data diPuskesmasTegal Angus tahun
2014.

49
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu
prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan
kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi
sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.2 Konsep Perilaku


2.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

50
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.

2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

51
2.2.3. Domain Perilaku
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan
dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA
mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari
hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara
sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan  sikap
sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972;
Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan
keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku,
melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan
sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan
Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.

52
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

53
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :


a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai
beberapa tingkatan :

54
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara


terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang
lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

55
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor
perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors): pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.
disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat
juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan.
Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti
tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini

56
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut
faktor pemudah.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):Faktor-faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
misalnya: air bersih, temapat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk
berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil
tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit.
fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors): Faktor-faktor ini meliputi sikap dan
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para
petugas kesehatan. termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik
dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan
dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-
lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan
untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil,
serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan
atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.

57
2.3 Teori Perilaku Merokok
2.3.1 Definisi Merokok dan Kandungan Rokok
Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas membakar
tembakau kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok atau pipa. Asap
rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap yang
dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan
seseorang menjadi perokok pasif. Sumarno (2007) menjelaskan 2 cara merokok yang
umum dilakukan yaitu;
1. menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan dihembuskan;
2. hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.
Adapun definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah menghisap
asap tembakau ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar.
Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas
adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok
dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian
menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke).
Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa elemen
yang beracun, seperti:

1. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan
kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian
otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh

58
dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI,
2003 dalam Sukendro, 2007).
2. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan
dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh,
pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003
dalam Sukendro, 2007)
3. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon
monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin
(Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan
hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat oksigen
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

2.3.2 Tahapan menjadi Perokok


Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui,
antara lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya dan
akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang perokok
(Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden,
2000) antara lain :
1. Tahap I dan II: Initation dan Maintenance
Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok atau
tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang meneruskan atau
tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance merupakan tahap
dimana individu kembali merokok. Factor kognitif berperan besar ketika

59
individu mulai merokok, antara lain menghubungkan perilaku merokok
dengan kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetiakawanan, dan
percaya diri. Faktor lainnya adalah memiliki orang tua perokok, tekanan
teman sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan social.
2. Tahap III : Cessation
Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap
cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan
untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran untuk berhenti
merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak merokok
selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis karena
seseorang yang berada di tahap contemplation dapat menjadi tahap
precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa ia
tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden,
2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah kembali
merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali merokok dalam
jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu high-risk
situation coping behavior dan positive-negative outcome expectancies.
Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan
strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk perilaku
misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti sedangkan
bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk berhenti merokok. Positive
outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi kecemasan) dan
negative outcome expectancies (merokok membuatnya sakit) dipengaruhi
pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki
strategi coping dan negative outcome expectancies seta self efficacy yang
rendah maka individu akanmengalami lapse.

60
2.3.3 Kategori Perokok
Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsi rokok
harian, yaitu
(a) Perokok ringan (1-10 batang/hari)
(b) Perokok sedang (11-20batang/hari)
(c) Perokok berat (>20 batang/hari)
Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil
memiliki kecenderungan berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009)
menyebut istilah chippers untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi
rokok kurang dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan yang kecil
untuk kecanduan nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu
yang merokok hanya pada situasi social. Situasi social itu merupakan syarat
atau pemicu untuk merokok.

2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok


Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif,
misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang
diinginkan. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
 Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
 Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
 Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.

61
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative
affect smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran
menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah
ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan
digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi sebelumnya
mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap sehingga individu
mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan
tipe perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki
persediaan rokok.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking).
Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya
secara langsung melainkan karena sudah terbiasa
2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan
fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan
oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil
resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok dan teman
sebaya yang merokok). Menurut Mu’tadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan
alasan seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal
dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan anak-
anaknya dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkunag rumah
tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
individu yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah
mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada wanita.

62
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka
semakin banyak teman-teman individu yang merokok, begitu pula
sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat
seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan
tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin
dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau
rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi
individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit
dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya.

63
- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada
usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis
kelamin zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial – Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
- Faktor Sosial – Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik
yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi
perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari
dalam diri individu dan juga dari lingkungan.
2.3.6 Dampak dari perilaku merokok
Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:
1. Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham
(dalam Ogden, 2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan
merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu
menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.
2. Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh
bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu
berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,

64
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi
udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan
tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan
perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi
adrenocorticotropichormone yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose
(Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi
dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain: menenangkan,
mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung,
meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne
(2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit,
menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan usia hidup yang
lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain :
penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan,
penurunan kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah,
peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi
ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi
perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan
(Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki
kecendurungan yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena
menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali
lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999).
Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap
rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi

65
ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam
berat (Donatelle & Davis, 1999).

2.3.7 Aspek-aspek perilaku merokok


Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam
mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap
asap rokok, merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas
merokoknya (rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja)
individu melakukan aktivitas merokoknya.
d) Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si
perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu
sendiri bagi individu yang bersangkutan.

2.4 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:

66
Gambar 2.1. Kerangka Teori Perilaku Lawrence Green

Pengetahuan,
Pengetahuan,

Sikap,
Sikap,

Faktor
Faktor Kepercayaan,
Kepercayaan,
Predisposisi
Predisposisi

Keyakinan,
Keyakinan,

Nilai-nilai
Nilai-nilai

Perilaku
Perilaku kesehatan
kesehatan Lingkungan,
Lingkungan,
Faktor
Faktor
Penduk
Penduk
ung
ung Sarana
Sarana dan
dan
prasarana
prasarana

Perilaku
Perilaku
Faktor
Faktor Pendorong
Pendorong petugas
petugas
kesehatan
kesehatan

Sumber : (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang


berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di di
Kampung Suka Sari Desa Pangkalan, Kabupaten Tangerang. Kerangka konsep ini
terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area
permasalahan.

67
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan Di RT
003 / RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

Pengetahuan

Sikap

Keyakinan
PERILAKU
MEROKOK PADA
Nilai-nilai MASYARAKAT DESA
PANGKALAN

Lingkungan

Sarana dan
Prasarana

Perilaku Petugas
Kesehatan

2.5Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-


variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2003). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut:

68
Tabel 2.1 Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area
Masalah Perilaku Merokok pada Keluarga Binaan di RT 003 RW 04Kampung
Sukasari Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten

NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA


UKUR UKUR UKUR PENGU
KURAN
1. Perilaku aktivitas seseorang Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
Merokok berupa menghisap pilihan : A =
rokok secara rutin 2, B = 1, C =
minimal satu 0
batang sehari,  Merokok
Lamanya seseorang (Skor ≥ 3)
merokok,Jenis  Tidak
rokok, Lokasi Merokok
Merokok, Alasan (Skor <3)
seseorang memulai
merokok
(WHO, 2000)
2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara Tiap jawaban Ordinal
responden yang responden benar, skor : 2
tentang ketahui mengenai  Baik (Skor
merokok merokok, 8-10)
baikmengetahuikan  Buruk
dungan berbahaya (Skor <8)
dalam rokok,
penyakit akibat
rokok, perbedaan
perokok aktif dan
pasif, dan dampak

69
merokok bagi
orang sekitar.

3. Sikap Ide yang mucul dan Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
responden mempengaruhi pilihan :
terhadap emosional untuk Sgt setuju=1
melakukann
merokok Setuju=2
kecenderungan
Tidak
merokok
Setuju=3
Sgt Tdk
setuju=4
 Baik (Skor
≤10)
 Buruk
(Skor >10)
4. Keyakinan Penilaian yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
Responden diyakini oleh pilihan :
terhadap individu bahwa Sgt setuju=1
rokok merokok dapat Setuju=2
menghilangkan Tidak
stress, memberikan Setuju=3
kesan jantan, Sgt Tdk
meningkatkan setuju=4
kenyamanan, dan Baik (Skor ≥
percaya diri. 15)
Buruk (Skor
<15)
5. Nilai-nilai Segala sesuatu Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
responden yang dihargai pilihan :
yang masyarakat karena Sgt setuju=1
mempengaru mempunyai daya Setuju=2

70
hi perilaku guna fungsional Tidak
merokok yang Setuju=3
mempengaruhi Sgt Tdk
perilaku merokok setuju=4
 Baik (Skor
>10)
 Buruk
(Skor ≤10)
6. Lingkungan Keadaan sekitar Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
yang individu yang pilihan : A =
mempengaru berpengaruh 2, B = 1, C =
hi perilaku terhadap perilaku 0
merokok merokok  Mempengar
uhi (Skor ≥
6)
 Tidak
Mempengar
uhi (Skor
<6)

7. Sarana dan Segala sesuatu Skor tiap


Prasarana yang dapat dipakai pilihan : A =
yang sebagai alat serta 1, B = 0
mempengaru penunjangnya yang  Mendukung
hi perilaku memudahkan (Skor ≥ 2)
merokok perilaku merokok  Tidak
Mendukung
(Skor <2)

8. Perilaku Hal yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal

71
petugas dilakukan petugas pilihan : A =
kesehatan kesehatan terhadap 2, B =1 , C =
lingkungan sekitar 0
dalam hal  Positif (skor
merokok seperti : 4)
penyuluhan dan  Negatif
menegur merokok (skor<4)
ditempat umum.

72
BAB III

METODE

3.1. Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik


wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga binaan
mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan data dan
kami angkat sebagai area masalah bersama. Selanjutnya kami lakukan survey
dengan tekhnik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen untuk
mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan
untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah satu keluarga
binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.

3.2. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 3 hari, pada
tanggal 14 - 16 Maret 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman - pedoman berupa
kuesioner yang telah disiapkan masak – masak sebelumnya. Sehingga interview
hanya membacakan pertanyaan – pertanyaan tersebut kepada interviewer.
Pertanyaan – pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup variabel - variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya.
Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain:
 Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
 Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.

73
 Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan -pertanyaan yang uniform.

Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan


wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah
tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya
dengan responden kurang fleksibel.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagaiberikut :


a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia di atas 17 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :

1. Tidak bersedia menjadi informan


2. Berusia di atas 75 tahun dan kurang dari 12 tahun.
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental

74
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Pengumpulan Data

No Tanggal Kegiatan

1. Senin, 14 Maret 2016  Perkenalan dengan ketiga keluarga binaan.


 Sambung rasa dengan masing – masing
anggota keluarga binaan.
 Pengumpulan data dari Puskesmas.
 Pengumpulan data dasar dari masing-
masing keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah dan dokumentasi
rumah keluarga binaan
2. Selasa, 15 Maret 2016  Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data

3. Rabu, 16 Maret 2016  Pembagian kuesioner kekeluarga binaan


 Pengolahan data kuesioner dan pembuatan
laporan
 Menetapkan rencana intervensi
3.3. Pengolahan dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan
di Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi
Banten” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat
adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran

75
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel
yang diukur adalah :
 Perilaku merokok pada responden
 Pengetahuan responden tentang rokok dan dampak rokok terhadap diri
sendiri dan orang lain
 Sikap reponden terhadap perilaku merokok
 Lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang mendorong
responden merokok
 Perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam pembentukan
perilaku merokok

76
BAB IV

HASIL

4.1 Analisis Univariant


4.1.1. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil dari
data karakteristik responden yang terdiri dari 14 orang dalam lima keluarga binaan di
RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten yakni: Keluarga
Tn. Jayadi, Tn. Muwasim,Tn. Agus dan Tn. Marsin.

Usia
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 04,
Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Maret 2016
NO USIA JUMLAH
RESPONDEN
1 ≤ 16 tahun -
2 17 – 30 tahun 7
3 31 – 50 tahun 5
4 >50 tahun 2

Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden di keluarga
binaan didapatkan jumlah responden terbanyak adalah yang berusia 17 – 30 th (7
orang)

77
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga
Binaan, RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Maret 2016.

TINGKAT PENDIDIKAN
7%
14%
TIDAK SEKOLAH
SD
14% SMP
SMA

64%

Berdasarkan dari diagram 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak responden di


keluarga binaan adalah Sekolah Dasar (65%).

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Keluarga Binaan, di RT


003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Maret 2016.

PEKERJAAN
BURUH
29% 29% IRT
SUPIR
PELAJAR
PENGANGGURAN
LAIN-LAIN
14% 14%

7% 7%

Dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah
Buruh (29%)

78
4.1.2. Variabel
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel – variabel
dalam kuesioner yang dijawab 14 responden pada bulan Maret 2016.

Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai perilaku merokokpada keluarga binaan di


RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016.

Perilaku Merokok Jumlah Responden Persentase (%)


Merokok 7 50%
Tidak Merokok 7 50%

Total 14 100%

Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan responden terbanyak mengenai perilaku


merokokpada keluarga binaan buruk (50%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden mengenai pengetahuan tentang merokok dan


dampak akibat merokok pada keluarga binaan di RT 003/RW 04, Kampung Suka
Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016.

Pengetahuan Responden Jumlah Responden Persentase (%)


Baik 1 7,1%
Buruk 13 92,9%

Total 14 100%

Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan responden terbesar memiliki pengetahuan buruk


tentang rokok dan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain (92,9%).

79
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden tentang sikap terhadap perilaku merokok
di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016.
Sikap Responden Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 6 42,8%
Buruk 8 57,2%

Total 14 100%

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang buruk
terhadap perilaku merokok (57,2%).

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden tentang keyakinan tentang perilaku


merokok di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal
Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret
2016.
Keyakinan Responden Jumlah Responden Persentase (%)
Baik 4 28,6%
Buruk 10 71,4%

Total 14 100%

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan responden terbesar memiliki keyakinan yang buruk
tentang perilaku merokok (71,4%).

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden tentang persepsi nilai-nilai yang ada di
masyarakat tentang perilaku merokok di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa

80
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016.

Nilai-nilai Responden Jumlah Responden Persentase (%)


Baik 5 35,7%
Buruk 9 64,3%

Total 14 100%

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan responden terbesar memiliki persepsi nilai-nilai


yang buruk tentang perilaku merokok (64,3%).

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang faktor lingkungan mempengaruhi


perilaku merokok di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten, Maret 2016.

Lingkungan Responden Jumlah Responden Persentase %


Mempengaruhi 8 57,2%
Tidak Mempengaruhi 6 42,8%
Total 14 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa faktor lingkungan responden mempengaruhi


perilaku merokok (57,2%).

81
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku merokok di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016.

Sarana dan Prasarana Jumlah Responden Persentase (%)


Mendukung 13 92,9%
Tidak Mendukung 1 7,1%

Total 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwasarana dan prasarana mendukung perilaku
merokok menurut seluruh responden (92,9%).

Tabel 4.9. Distribusi frekuensi responden tentang perilaku petugas kesehatan di RT


003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Maret 2016.
Perilaku Petugas Jumlah Responden Persentase (%)
Kesehatan
Positif 0 0%
Negatif 14 100%

Total 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.9. didapatkan bahwa seluruh perilaku petugas kesehatan negatif
menurut seluruh responden (100%).

82
Tabel 4.10. Hasil Analisis Univariat delapan variabel tentang Perilaku Merokok
pada Keluarga Binaan di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten, Maret 2016

Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)
1 Perilaku Merokok Merokok 7 54%
Tidak Merokok 7 46%

2 Pengetahuan Responden Baik 1 7,7%


Buruk 13 92,3%

3 Sikap Responden Baik 6 46%


Buruk 8 54%

4 Keyakinan Responden Baik 4 46%


Buruk 10 54%

5 Nilai-nilai responden Baik 5 38,5%


Buruk 9 61,5%
6 Lingkungan Responden Mempengaruhi 8 54%
Tidak mempengaruhi 6 46%

7 Sarana dan Prasarana Mendukung 13 100%


Tidak mendukung 1 0%
8 Perilaku Petugas Positif 0 0%
Kesehatan Negatif 14 100%

83
4.2. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar
akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat
dilihat sebagai berikut:
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang
ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.11, kemudian setelah ditemukan akar
penyebab masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana
intervensi

84
85
Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan di RT 003/RW 04, Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten, Maret 2016
No Akar Penyebab Alternatif
Rencana Intervensi
. Masalah Pemecahan Masalah
 Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
Mengubah persepsi pendidikan
Persepsi yang salah
1. responden tentang  Memberikan penyuluhan
tentang pendidikan
pendidikan tentang pentingnya
menjalani program wajib
belajar 12 tahun
 Memberikan penyuluhan
tentang rokok,
dampaknya bagi
Informasi dari orang Memberikan informasi
kesehatan diri sendiri dan
sekitar yang tentang rokok, dampaknya
orang lain, dan tips untuk
2. mempengaruhi bagi kesehatan diri sendiri
berhenti merokok
responden dan orang lain, dan tips
 Memberikan vitamin C
untuk berhenti merokok
kepada perokok sebagai
upaya untuk berhenti
merokok
Memberikan penjelasan dan

Pengalaman responden arahan bahwa rokok  Memberikan penyuluhan

tentang hal yang memiliki dampak negatif tentang rokok,


3. diyakini mengenai bagi kesehatan lebih besar dampaknya bagi

rokok dibandingkan dampak kesehatan diri sendiri dan


positif menurut pengalaman orang lain
responden

86
No Akar Penyebab Alternatif
Rencana Intervensi
. Masalah Pemecahan Masalah

 Memberikan penyuluhan
Tingkat pendidikan Meningkatkan pendidikan
4. yang sesuai dengan
yang rendah responden
tingkatan pendidikan

 Memberikan penyuluhan
tentang dampaknya bagi
Kurangnya pengetahuan Memberikan pengetahuan kesehatan diri sendiri dan
5. tentang dampak rokok tentang dampak rokok bagi orang lain
bagi kesehatan kesehatan  Memberikan pamflet
tentang dampak merokok
bagi kesehatan
 Mengikutsertakan orang
Orang tua tua dalam kegiatan
Mengurangi orang tua yang
6. mencontohkan perilaku penyuluhan tentang
merokok di dalam rumah
merokok didalam rumah rokok dan dampaknya
bagi kesehatan
 Memberikan saran
kepada pemilik warung
Mengurangi jumlah rokok
untuk mengurangi
Keuntungan dari yang dijual dengan
jumlah rokok yang dijual
penjualan rokok dinilai mengganti dengan barang
7. dan diganti dengan
cukup besar yang lebih bermanfaat,
sembilan bahan pokok
seperti sembilan bahan
yang lebih bermanfaat
pokok.
dan memiliki daya jual
tinggi.
8. Petugas kesehatan Meningkatkan upaya  Penyuluhan dan
berfokus pada promosi kesehatan dan pemantauan tentang
pengobatan tindakan preventif rokok secara berkalaoleh
petugas kesehatan

87
No Akar Penyebab Alternatif
Rencana Intervensi
. Masalah Pemecahan Masalah
 Membuat peraturan
khusus tentang larangan
merokok

4.3. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih


Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
 Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok
 Memberikan poster dan leaflet tentang dampak merokok bagi kesehatan
 Memberikan permen kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti
merokok

Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah satu


cara yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah persepsi masyarakat
tentang pentingnya menjalani program wajib belajar 12 tahun serta memberikan
informasi tentang rokok, dampaknya terhadap kesehatan diri sendiri dan orang
lain, serta tips untuk berhenti merokok. Pemberian pamflet tentang rokok dan
dampaknya bagi kesehatan yang akan diberikan kepada seluruh keluarga binaan
berfungsi sebaga alat bantu untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-
luasan informasi. Selain itu juga terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan
keterbatasan kemampuan dari peneliti untuk melakukan intervensi.

Penyuluhan diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 24 Maret 2016


mengenai “Dampak Rokok bagi Kesehatan”, menggunakan komunikasi secara
massgroup dengan jumlah peserta sebanyak + 8 orang dari 4 keluarga binaan di
Kampung Sukasari RT 03 RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

88
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster dan leaflet
tentang rokok dan dampaknya bagi kesehatan. Setelah pemberian materi oleh
presentan berakhir, kami membuka sesi tanya jawab. Peserta penyuluhan terlihat
antusias dan memperhatikan selama kegiatan penyuluhan berlangsung.

Menetapkan Kegiatan Operasional

1. Konsep acara
 Persiapan
1. Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2. Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan
3. Menghubungi pemilik ruangan (Tn. Muwasim) dan meminta izin
memakai ruangan tersebut untuk kegiatan penyuluhan
4. Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak seluruh
anggota keluarga untuk berkumpul di ruangan majelis pada waktu
yang sudah ditentukan
 Pelaksanaan
1. Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 11:30 WIB di ruangan
majelis
2. Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul pada waktu dan
jam yang telah ditentukan
3. Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan
anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan.
4. Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi
dalam bentuk poster dan leaflet
5. Acara berakhir pada pukul 13:00 WIB.
2. Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24 Maret 2016 di
ruangan majelis di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan dan berlangsung pukul
11:30–13:00 WIB.

89
90
BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

1. Area Masalah

“Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan Di RT 003 / RW 04 Kampung Suka Sari,


Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 29 Februari 2016 – 4 April 2016”

2. Hasil

a. Perilaku Merokok

Perilaku merokok didapatkan pada sebagian besar responden (50%)

b. Pengetahuan Responden

Didapatkan responden terbanyak memiliki pengetahuan yang buruk


mengenai rokok dan dampaknya (92,9%)

c. Sikap Responden

Didapatkan responden terbanyak memiliki sikap yang buruk mengenai rokok


(57,2%)

d. Keyakinan Responden

Didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki keyakinan yang buruk


mengenai perilaku merokok (71,4%).

91
e. Nilai-nilai Responden

Didapatkan bahwa sebagian besar responden menganut nilai-nilai yang buruk


mengenai perilaku merokok (64,3%).

f. Lingkungan Responden

Didapatkan bahwa lingkungan cukup mempengaruhi perilaku responden


dalam merokok (57,2%).

g. Sarana dan prasarana

Didapatkan bahwa sarana dan prasarana disekitar responden sangat


mendukung perilaku responden dalam merokok (92,9%).

h. Perilaku petugas kesehatan

Didapatkan bahwa Perilaku petugas kesehatan terhadap perilaku merokok


masih negatif menurut seluruh responden (100%)

3. Hasil Fishbone

a. Kurangnya pengetahuan responden disebabkan olehpersepsi masyarakat


yang salah tentang pentingnya pendidikan tinggi.

b. Keyakinan responden mengenai rokok yang salah mengenai merokok


disebabkan oleh informasi yang salah dari orang-orang disekitar responden

c. Sikap responden yang buruk terhadap perilaku merokok disebabkan oleh


tingkat pendidikan yang rendah.

d. Nilai-nilai yang salah yang tertanam dalam masyarakat tentang rokok


disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang dampak rokok bagi
kesehatan.

92
e. Lingkungan yang mempengaruhi responden untuk merokok disebabkan oleh
peran orang tua yang mecontohkan perilaku merokok didalam rumah.

f. Sarana dan prasarana yang mendukung kemudahan untuk mendapatkan


rokok dengan harga yang terjangkau disebabkan oleh pemikiran para pemilik
warung tentang keuntungan penjualan rokok yang dinilai cukup besar.

g. Perilaku petugas kesehatan yang negatif terhadap perilaku merokok


disebabkan petugas kesehatan lebih berfokus pada kuratif dibandingkan
dengan promotif dan preventif

5.2 Saran

Intervensi Pemecahan Masalah


1. Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok

2. Memberikan pamflet tentang dampak merokok bagi kesehatan

3. Memberikan vitamin C kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti


merokok

4. Memberikan saran kepada pemilik warung untuk mengurangi jumlah rokok


yang dijual dan diganti dengan sembilan bahan pokok yang lebih
bermanfaat dan memiliki daya jual tinggi.

5. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan


penyuluhan tentang rokok

Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok

93
2. Memberikan pamflet tentang dampak merokok bagi kesehatan Mengajukan
penambahan jumlah tenaga kesehatan

3. Memberikan vitamin C kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti


merokok

Bagi Masyarakat Kampung Sukasari

a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersama–sama untuk saling


mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku merokok yang memberikan
dampak buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain

b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan


yang telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.

c. Hendaknya pemilik warung di Kampung Sukasari mengurangi jumlah rokok


yang dijual dan digantikan dengan sembilan bahan pokok yang lebih
bermanfaat bagi warga Kampung Sukasari

Bagi PuskesmasTegal Angus

a. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan


tentang perilaku merokok secara berkala dan melakukan pemantauan
tentang perubahan perilaku merokok secara rutin di desa Pangkalan

b. Meningkatkankerjasamadengan pemegang program ataupun pelayanan


kesehatan untuk membuat dan menerapkan peraturan khusus dalam
masyarakat tentang larangan merokok

c. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan


penyuluhan mengenai perilaku merokok

d. Melakukanpendekatan dengan tokoh masyarakat di kampung sukasari untuk


membantu menerapkan peraturan khusus tentang larangan merokok

94
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2003. Manajemen Penelitian.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit


Mutiara Sumber Widya.

Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4


Tahun 1992. Jakarta

Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alumni.

Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok).
Jakarta: Pustaka Iman

Karman dan Suyasa, S. 2004. Stress, Perilaku Merokok dan TipeKepribadian,


Jurnal pron esis. Vol. 6, No. 11. Hal 19-39

Nainggolan, DR. 2006.Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil.Bandung:


Indonesia Publishing House

Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta.

Notoatmodjo. 2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Penerbit


Rineka Cipta.

Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja


Rodaskarya.

95
LAMPIRAN I
KUISIONER

Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan


Di RT 003 / RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten ,
Periode 29 Februari 2016 – 4 April 2016

I. Identitas Responden
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Status dalam keluarga :
e) Alamat :
f) Pendidikan terakhir :
g) Pekerjaan :

II. Pertanyaan
Perilaku Responden
1. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak ( Langsung lanjutkan ke pertanyaan PENGETAHUAN)
2. Berapa lama anda merokok?
a. >10 tahun
b. 5 – 10 tahun
c. < 5 tahun
3. Berapa batang rokok yang dihabiskan dalam satu hari?
a. >2 bungkus/hari
b. 1-2 bungkus/hari
c. <1 bungkus/hari
4. Jenis rokok apa yang biasa anda gunakan?
a. Rokok tanpa filter
b. Rokok dengan filter

96
5. Dimanakah anda biasa merokok?
a. Di dalam dan di luar rumah
b. Di luar rumah jarak <50 m
c. Di luar rumah jarah >50 m

Pengetahuan
1. Manakah dibawah ini yangmerupakan zat berbahaya yang ada di dalam
rokok?
a. Nikotin
b. Tawas
c. Alkohol
d. Zat Pewarna
2. Manakah di bawah ini yang merupakan penyakit akibat merokok?
a. Mandul, kanker paru, nyeri kepala
b. Mandul, kanker paru, serangan jantung
c. Kanker paru, gatal-gatal, serangan jantung
d. Nyeri kepala, gatal-gatal, mandul
3. Apakah yang dimaksud dengan perokok aktif?
a. Orang yang menghisap rokok secara langsung
b. Orang yang membeli rokok
c. Orang yang menghisap asap rokok orang lain
d. Orang yang tidak pernah merokok
4. Apakah yang dimaksud dengan perokok pasif?
a. Orang yang menghisap rokok secara langsung
b. Orang yang membeli rokok
c. Orang yang menghisap asap rokok orang lain
d. Orang yang tidak pernah merokok
5. Menurut anda, seberapa besar resiko atau akibat buruk yang ditimbulkan
perokok terhadap orang di sekitarnya?
a. Lebih besar resikonya dari perokok
b. Sama resikonya dengan perokok
c. Lebih kecil resikonya dari perokok
d. Tidak ada resikonya

97
Sikap

SANGAT SETUJU TIDAK SANGAT


SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
1 Merokok ditempat umum akan
. merugikan diri sendiri dan orang lain
2 Saya malu jika rokok tercium dari mulut
. saya
3 Saya akan berhenti merokok ketika sudah
. batuk-batuk
4 Saya akan marah jika ada orang merokok
. didekat saya
5 Orangtua sebaiknya tidak merokok
. didepan anak-anaknya

Keyakinan

SANGAT SETUJU TIDAK SANGAT


SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
1 Merokok dapat mengurangi stress
.
2 Merokok dapat memberikan kenyamanan
.
3 Merokok dapat memberikan ketenangan
.
4 Merokok memberikan kesan jantan
. dimata orang lain
5 Merokok dapat membuat lebih percaya
. diri

98
Nilai-nilai

SANGAT SETUJU TIDAK SANGAT


SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
1 Merokok bukan merupakan perbuatan
. tercela
2 Merokok tidak dilarang oleh agama
.
3 Merokok sudah menjadi tradisi di
. masyarakat
4 Orang yang merokok akan lebih dihargai
. oleh masyarakat

Lingkungan Responden

1. Apakah dilingkungan sekitar anda ada yang merokok?


a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
2. Apakah bila anda melihat teman merokok, anda ingin ikut merokok ?
a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
3. Apakah teman anda pernah menawarkan rokok kepada anda?
a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
4. Apakah anda mudah dalam mendapatkan sebungkus rokok?
a. Ya
b. Biasa saja
c. Sulit
5. Apakah anda tertarik untuk merokok setelah melihat iklan rokok di TV?
a. Ya
b. Biasa saja
c. Tidak

99
Sarana dan Prasarana

i. Apakah terdapat warung yang menjual rokok didekat tempat tinggal anda?
a. Ya
b. Tidak
ii. Apakah di lingkungan tempat kerja atau di lingkungan dekat tempat tinggal
anda tersedia area khusus untuk merokok?
a. Ya
b. Tidak
iii. Apakah menurut anda harga rokok cukup terjangkau?
a. Ya
b. Tidak
Perilaku petugas kesehatan

1. Pernahkah diadakan penyuluhan mengenai bahaya merokok di desa anda?


a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
2. Pernahkah petugas kesehatan menegur anda saat merokok di tempat umum?
a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak

100
LAMPIRAN II
SKORING KUISIONER

Perilaku Merokok Di Keluarga Binaan


Di RT 003 / RW 04 Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten ,
Periode 29 Februari 2016 – 4 April 2016

I. ASPEK PERILAKU MEROKOK


Nilai tertinggi 10

Hasil : 0 poin = Tidak merokok; 1-2 poin = Perokok ringan, 3-10


poin = Perokok berat
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0

101
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0

II. ASPEK PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG MEROKOK


Nilai tertinggi 10

Hasil : 8-10 poin = Baik; 0-7 poin = Buruk


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 0
d. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 0
d. Mendapatkan poin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2

102
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 0
d. Mendapatkan poin 0
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 2
d. Mendapatkan poin 0
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 0
c. Mendapatkan poin 0
d. Mendapatkan poin 0

III. ASPEK SIKAP RESPONDEN TERHADAP MEROKOK


Nilai tertinggi 20

Hasil : 4-10 poin = Baik; 11-20 poin = Buruk


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3

103
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4

IV. ASPEK KEYAKINAN RESPONDEN TERHADAP ROKOK


Nilai tertinggi 20

Hasil : 15-20 poin = Baik; 4-14 poin = Buruk


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :

104
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4

V. ASPEK NILAI-NILAI RESPONDEN MEMPENGARUHI


PERILAKU
Nilai tertinggi 16

Hasil : 11-16 poin = Baik; 4-10 poin = Buruk


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1

105
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4

VI. ASPEK LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


MEROKOK
Nilai tertinggi 10

Hasil : 6-10 poin = Mempengaruhi; 0-5 poin = Tidak mempengaruhi


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1

106
c. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
4. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0

VII. ASPEK SARANA DAN PRASARANA YANG MEMPENGARUHI


PERILAKU MEROKOK
Nilai tertinggi 3

Hasil : 2-3 poin = Mendukung; 0-1 poin = Tidak mendukung


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 1
b. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :

107
a. Mendapatkan poin 1
b. Mendapatkan poin 0
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 1
b. Mendapatkan poin 0

VIII. ASPEK PERILAKU PETUGAS KESEHATAN


Nilai tertinggi 4

Hasil : 4 poin = Positif; 0-3 poin = Negatif


1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0

108
LAMPIRAN III
POSTER

109
LAMPIRAN IV
LEAFLET

110
LAMPIRAN V
KEGIATAN INTERVENSI

111

Anda mungkin juga menyukai