Anda di halaman 1dari 17

Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Biologi (SNPBIO) 2019

Biologi dan Pembelajaran


di Era Revolusi Industri 4.0
Kendari, 12 Oktober 2019

Editor:
Safilu • Amiruddin • Ahdiat Agriansyah
Musthamin Balumbi • Dwi Nurhidayah

UHO EduPress
Kendari 2020
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (SNPBIO) 2019:
Biologi dan Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0 — Kendari, 12 Oktober 2019

Pengarah
Dekan FKIP Universitas Halu Oleo

Penanggung Jawab
Lili Darlian (Ketua Jurusan Pendidikan Biologi)

Panitia Pelaksana
Ketua Panitia: Amirudin; Sekretaris: Ahdiat Agriansyah; Bendahara: Maryce Walukou

Reviewer
Muh. Sirih, Jahidin, Asmawati Munir, Pallawagau, Damhuri, I Wayan Suama, Suriana Gende
Ede, Suarna Samai, La Kolaka, Saprin, Agustan, Maryce Walukou

Editor
Safilu, Amirudin, Ahdiat Agriansyah, Musthamin Balumbi, Dwi Nurhidayah

Desain Sampul
Musthamin Balumbi

Penerbit
UHO EduPress
Kampus Hijau Bumi Tridarma
Jalan Eddy A. Mokodompit
Kendari 93231
WA 0811404044
surel press@uho.ac.id

x + 714 hlm., 17,5 cm x 25 cm


ISBN 978-623-91098-6-8

cetakan pertama, Juni 2020

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau
seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun, baik secara mekanis maupun
elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain tanpa izin dari penerbit.
Daftar Isi

Prakata — ix

Pembicara Kunci
Universitas Halu Oleo Menyongsong Pembelajaran Era Industri 4.0 |
Muhammad Zamrun Firihu — 1
Memberdayakan Keterampilan Abad ke-21 melalui Pembelajaran Berbasis Proyek
| Siti Zubaidah — 7
Lebih Jauh Mengenal Teknologi Pendidikan dan Prospeknya di Era Industri 4.0 |
Robinson Situmorang — 39
Peranan Biosurfaktan sebagai Produk Biodegradasi Hidrokarbon Petroleum oleh
Bakteri Laut | Dirayah Rauf Husain — 43

Biologi dan Aplikasinya


Pengaruh Variasi Konsentrasi Madu pada Proses Fiksasi terhadap Tampilan
Mikroskopik Jaringan Hati | Fitri Nuroini, Arif Rahman Hakim, Arya
Iswara — 45
Analisis Kandungan Logam Cd (Kadmium) pada Kerang Kalandue (Polymesoda
erosa) di Teluk Kendari | Harni Harun, H. M. Sirih, La Harimu — 55
Perbandingan Sensitivitas Metode Kultur dan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Mendeteksi Salmonella Typhi pada Urin Penderita Suspek Demam Tifoid |
Nur Fitriana Muhammad Ali, Sartini, M Hatta, Nurhayana Sennang,
Saprin, Andi Nafisah Tendri Adjeng — 67
Karakter Morfologi dan Agronomi Penting Padi Gogo Lokal Muna Aksesi Pae
Wuna | Winda Apriliyah Sasmita, La Kolaka, Lili Darlian — 75

| iii
Jenis-Jenis Lamun di Pesisir Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara | La Ode Husman, H. M. Sirih, Damhuri — 85
Jenis-Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Ato Watu
Kecamatan Amonggedoka Bupaten Konawe Sulawesi Tenggara | Abu
Bakar Sidik, Asmawati Munir, Ahdiat Agriansyah — 93
Pemberian POC Limbah Kulit Buah Semangka (Citrullus lanatus T.) pada
Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) | Aswal Hariamin,
Damhuri, La Kolaka — 109
Pengelolaan Gulma Terpadu Berbasis Etnobotani dan Tumbuhan Inang Fungi
Mikoriza Arbuskula Lokal | Halim, Tresjia Corina Rakian, Waode Siti
Anima Hisein, Suarna Samai — 129
Persepsi dan Perilaku Petani Tanaman Sayuran dalam Pengendalian Hama di
Dusun IV Desa Tanea | Harsan, H. M. Sirih, Pallawagau Sappaile —
139
Identifikasi Tipe Phytotelmata di Kebun Raya Universitas Halu Oleo | Asrianto,
Asmawati Munir, Ahdiat Agriansyah, Suriana G.E — 147
Pengaruh Pola Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo di Desa
Eelahaji Buton Utara | Indra, Suarna Samai, La Kolaka — 157
Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Gastropoda di Danau Randhano Ghage
Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara | Zulmiyati, H.
M. Sirih, Lili Darlian — 163
Pengaruh Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa) terhadap Kematian Larva
Instar III Nyamuk Anopheles | Faisal, Amiruddin, Lili Darlian — 183
Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Suku Bajo di Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara | Febrianti, Asmawati
Munir, Pallawagau Sappaile — 193
Perbandingan Anatomi dan Kandungan Senyawa pada Varietas Tembelekan
(Lantana camara L.) di Kepulauan Buton | Jumiati, Hasriati, UlHazwana
Al Laili — 201
Karakter Morfologi dan Agronomi Penting Padi Gogo Lokal Muna Aksesi Pae
Wuna Mpuu | Putri Limasari, La Kolaka, Damhuri — 213
Jenis-Jenis Gulma pada Lahan Padi Gogo Lokal Ereke di Desa E’elahaji Kabupaten
Buton Utara | Runiati, Suarna Samai, Damhuri — 223
Karakter Morfologi dan Agronomi Penting Padi Gogo Lokal Muna Aksesi Pae
Lagulu | Ustiani, La Kolaka , Lili Darlian — 233

iv |
Potensi Hasil Berbagai Aksesi Padi Gogo Lokal pada Lahan Kering di Desa
E’elahaji Buton Utara | Waode Jumaya Sari, Suarna Samai, Damhuri —
241
Keanekaragaman Jenis Serangga di Kawasan Tracking Mangrove Bungkutoko
Kota Kendari | Danti Indriastuti Purnamasari, Jamili, H. M. Sirih — 251
Hubungan Kadar Timbal (Pb) dengan Kadar Klorofil Daun Trembesi (Samanea
saman Merr.) dan Mahoni (Swietenia mahagoni Linn.) di Ruas Jalan Utama
Kota Kendari | Satra Amanda Palewai, Musthamin Balumbi, Lili
Darlian, La Harimu, Fahmil Ikhsan Taharu — 261
Model Arsitektur Pohon Pelindung Kota Kendari Sulawesi Tenggara |
Divrahayu, La Kolaka, Lili Darlian — 273
Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi
Gogo Aksesi Watanta di Desa E’elahaji Buton Utara | Desi Yuliana,
Suarna Samai, Asmawati Munir — 281
Analisis Perubahan Siklus Menstruasi pada Pasangan Usia Subur di Wilayah
Kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan | Wa Anasari,
Misdayanti, Hasriani — 293
Hubungan Status Pekerjaan dan Lama Pemakaian Kontrasepsi Suntik DMPA
dengan Kenaikan Berat Badan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Jati
Raya Kota Kendari | Yarni Indryanti, Amiruddin, Ahdiat Agriansyah
— 303
Arsitektur Pohon Ordo Myrtales dan Sapindales di Kawasan Hutan Air Terjun
Tirta Rimba Moramo | Garuda, Adillah Fauziah M, Farra Sasmita,
Asmawati Munir, La Kolaka, Damhuri — 315
Karakter Morfologi dan Agronomi Penting Padi Gogo Lokal Muna Aksesi Pae
Pulu Kaghito | Asrika Arja, La Kolaka, Asmawati Munir — 325
Jenis-Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Hutan Permandian
Fotuno Rete Desa Wakumoro Kecamatan Parigi Kabupaten Muna Sulawesi
Tenggara | Agus Julidin, Asmawati Munir, Damhuri — 335
Analisis Tingkat Kesehatan Berdasarkan Kadar Hb dan Status Gizi Mahasiswa
Biologi FMIPA | Abdul Mushawwir Taiyeb, Rosdiana Ngitung, Irma
Suryani Idris — 343
Hama Padi Gogo Lokal (Oriza sativa L.) pada Ladang Petani Desa Eelahaji
Kecamatan Kulisusu | Adi Cahyadi, Muhammad Sirih, Suarna Samai
— 353

|v
Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi Penyakit Tropis untuk
Kewaspadaan Dini dengan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Konawe
Selatan | Amiruddin, Asmawati Munir, Pallawagau Sappaile, Ahdiat
Agriansyah — 361
Zonasi dan Komposisi Mangrove di Suaka Margasatwa Tanjung Amolengo
Konawe Selatan | La Kolaka, Damhuri, Dwika Bramasta, Safilu — 381
Jenis-Jenis Lamun di Pesisir Tampo Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara | La Ode Husman, H. M. Sirih, Damhuri — 389
Model Arsitektur Pohon Ordo Malvales di Kawasan Hutan Lambusango, Kab.
Buton, Sulawesi Tenggara | Muhammad Asteno, La Kolaka, Lili Darlian
— 397
Model Arsitektur Pohon Ordo Sapindales di Kawasan Hutan Lambusango, Kab.
Buton, Sulawesi Tenggara | Rajub Bil Syalat, La Kolaka, Lili Darlian —
403
Hubungan Pola Makan Ibu, Lama dan Frekuensi Menyusui dengan Status Gizi
Bayi yang Diberikan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas
Kadia, Kendari | Tyas Handayani Jamal, Amiruddin — 409
Aren (Arenga pinnata Merr.) Bagi Masyarakat Etnis Muna di Kabupaten Muna
Provinsi Sulawesi Tenggara | Yusuf Sabilu, Sartika Dewi, Indrawati —
427

Pendidikan Biologi dan Aplikasinya; Teknologi Pendidikan


Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video terhadap
Pengetahuan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Materi Sistem
Pencernaan | Eva Rukmawati, H. M. Sirih, Murni Sabilu — 441
Implementasi Model Pembelajaran Open Ended Problem untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran Biologi | Sitti Kumalasari,
Pallawagau Sappaile, Murni Sabilu — 457
Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Animasi untuk
Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas Xi di
Sma Negeri 10 Kendari | Triana Indri Manga, H. M. Sirih, Murni Sabilu
— 467
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Pengetahuan
Proses Sains Siswa Materi Plantae | Wa Ode Atri Yuniar Raafi, Murni
Sabilu, Lili Darlian — 477

vi |
Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Pendidikan
Berkeadilan | Holten Sion, Nyoto — 487
Penerapan Media Pembelajaran Aplikasi Artisteer dalam Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Sistem Reproduksi | Mawar
Suci, H. M. Sirih, Jahidin — 497
Penerapan Teknologi Digital untuk Mendukung Pembelajaran Biologi Berbasis
Inquiry Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 | Safilu, La Kolaka,
Musthamin Balumbi — 507
Pengembangan Media Flash Card pada Pembelajaran Materi Animalia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) | Hasrif Nova Syahputra, H. M. Sirih, dan
Murni Sabilu — 519
Diagnosis Miskonsepsi Siswa Kelas XII SMAN 1 Kontukowuna pada Materi
Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup dengan
Menggunakan Thre Tier Test | Noffy Alfiandri, Jahidin, Lili Darlian —
529
Analisis Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Praktikum Ekosistem di SMP Negeri 3 Kubu Kabupaten Kubu Raya | Sri
Puji Astuti, Hanum Mukti Rahayu, Adi Pasah Kahar — 537
Sikap Siswa terhadap Kegiatan Praktikum Biologi Kelas XI MIA di SMA Negeri 1
Anggaberi Kabupaten Konawe Tahun Ajaran 2018/2019 | Ayu Fitriati,
Murni Sabilu, Damhuri — 549
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Talking Stick
untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem
Respirasi Kelas XI IPA2 SMA Negeri 10 Kendari | Syarifa Muhzina,
Jahidin, H. M. Sirih — 561
Efektivitas Penerapan Peta Konsep dalam Pembelajaran Siswa Kelas XI IPA di
SMA Negeri 1 Puriala Tahun Ajaran 2018/2019 | Sitti Atminur,
Pallawagau Sappaile, Asmawati Munir — 573
Strategi Perubahan Perilaku Warga SMPN 9 Kendari melalui Penerapan
Kurikulum Berbasis Lingkungan | Milwan — 583
Perbandingan Project Basedlerning dan Guided Inquiry pada Pengembangan
Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik SMA | La Ode Kaharudin —
593
Pengaruh Nilai Dasar Kepedulian Lingkungan (VBEC) terhadap NEP (Studi
Kausal pada Calon Guru Biologi di Sulawesi Tenggara) | I Wayan Suama,
Damhuri — 603

| vii
Karakter Morfologi dan Agronomi Penting
Padi Gogo Lokal Muna Aksesi Pae Wuna Mpuu
Putri Limasari*, La Kolaka, Damhuri
Jurusan Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Halu Oleo, Kendari
*putrilimsari05@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakter padi gogo sehingga memberi
informasi kepada masyarakat mengenai karakter unggul yang dimiliki aksesi lokal.
Karakterisasi ini bertujuan mengetahui dan memperoleh karakter morfo-agronomi
penting padi gogo lokal Muna aksesi Pae Wuna Mpuu. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 10 ulangan. Media
tanam yang digunakan adalah campuran tanah topsoil Abeli dan pupuk kandang
perbandingan 3:1 berbobot 7.5 kg per ember dengan mengamati 13 karakter
morfo-agronomi. Hasil yang diperoleh ada 6 karakter unggul yakni; (lebar daun,
diameter batang, jumlah anakan produktif, panjang malai, bulu ujung gabah,
warna beras tanpa poles) dari 13 karakter yang diamati. Kesimpulan yang
diperoleh adalah ada 6 karakter unggul Pae Wuna Mpuu yang dapat digunakan
untuk pemuliaan tanaman dan 7 karakter yang tidak unggul.
Kata kunci: karakter morfo-agronomi, padi gogo lokal, pae wuna mpuu

PENDAHULUAN
Muna memiliki lahan yang berpotensi untuk ditanami padi gogo, namun
keragaman genetik padi gogo lokal wilayah ini terancam punah.
Berdasarkan data BPS (2014) lahan di Muna masih cukup luas ditanami
padi gogo, namun pemanfaatannya belum optimal. Hal ini disebabkan
oleh faktor yaitu 1) masyarakat Muna masih menerapkan kebiasaan
bercocok tanam padi gogo dengan sistem lahan berpindah yang berarti
padi gogo ditanami pada waktu tertentu saja, 2) adanya alih fungsi lahan
menjadi perkebunan (jati, jambu mete, dan rambutan), palawija, dan sayur-
sayuran, 3) preferensi petani yang lebih tertarik menanam padi sawah
karena memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki padi gogo.

| 213
Jumlah aksesi padi gogo Muna yang ditemukan oleh BPTP Sulawesi
Tenggara tahun 2013 adalah 11 aksesi dan belum dikarakterisasi (Sarjoni,
komunikasi pribadi). Berdasarkan survei awal, jumlah padi gogo di Muna
saat ini ada 5 aksesi, salah satunya adalah Pae Wuna Mpuu dan
keberadaannya hanya dapat ditemukan pada Kecamatan Lupia, Kabawo,
Bahutara, Lamanu, dan Parigi. Hal ini menandakan bahwa padi gogo di
Muna hampir punah. Sumberdaya genetik padi gogo lokal harus tetap
dipertahankan keberadaannya, yaitu melakukan pelestarian dengan cara
menanam padi gogo secara terus menerus. Pelestarian sangat penting,
karena sekali sumber daya genetik hilang maka tidak akan pernah kembali
lagi. Juhriah, dkk (2013), menyatakan bahwa padi lokal merupakan plasma
nutfah yang potensial sebagai sumber gen-gen yang mengendalikan sifat-
sifat penting pada tanaman padi. Keragaman genetik yang tinggi pada padi
lokal dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi secara umum.
Langkah yang harus dilakukan sebelum pemuliaan tanaman adalah
karakterisasi. Karakterisasi yaitu proses pengamatan untuk mengetahui
karakter yang dimiliki suatu tanaman (Supriyanti, dkk, 2015).
Penelitian karakterisasi padi gogo lokal sudah dilakukan oleh beberapa
peneliti salah-satunya adalah Wahab dan Sabur (2014) yang meneliti enam
varietas lokal di Desa Puriala, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe,
Provinsi Sulawesi Tenggara, menyatakan bahwa menunjukkan adanya
perbedaan di antaranya: warna pelepah (hijau, garis-garis ungu, dan ungu);
bulu pada permukaan daun (berbulu dan tanpa berbulu); bentuk lidah daun
(cleft dan acute); perilaku batang (rebah, lemah dan kuat); rata-rata tinggi
tanaman tertinggi pada kultivar Pae Bakala; rata-rata diameter batang
terbesar pada kultivar Pae Wulo; dan rata-rata jumlah anak per rumpun
terbanyak pada varietas Situ Patenggang. Semua varietas yang diuji tidak
memperlihatkan perbedaan terhadap karakter warna daun, telinga daun,
leher daun, lidah daun, warna lidah daun, dan perilaku helai daun.
Karakter awal yang diamati dalam proses karakterisasi meliputi
karakter morfologi dan agronomi. Karakterisasi ini sangat penting
dilakukan untuk mengindentifikasi karakter dari setiap aksesi padi gogo
sehingga masyarakat dapat mengenali setiap aksesinya, terutama karakter
unggul yang miliki setiap padi gogo khususnya padi gogo lokal Muna.

214 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019


Dengan demikian, diharapkan dapat menarik minat masyarakat menanam
padi gogo sesuai dengan preferensi masing-masing sehingga keragaman
genetik padi gogo dapat terus terjaga keberadaannya. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh karakter
morfologi dan agronomi penting dari padi gogo lokal Muna aksesi Pae
Wuna Mpuu.

METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Juli 2019 berlokasi di kampus
UHO, Anduonohu. Padi gogo lokal Muna yang dikarakterisasi adalah
aksesi Pae Wuna Mpuu dan varietas unggul Inpago Rindang 2 sebagai
pembanding. Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Media tanam dibuat
dari campuran tanah topsoil Abeli Kendari dan pupuk kandang
perbandingan 3:1, kemudian ditimbang bobot 7.5 kg per ember.
Penyemaian dilakukan dengan merendam bibit selama ±48 jam, setelah
berkecambah dipindahkan dalam tray semai, kemudian dipindahkan ke
dalam ember pada umur 24 HST dengan jumlah 1 tanaman per ember.
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 47 HST, 60 HST, dan 88 HST
menggunakan 300 g pupuk kandang. Karakter yang diamati
dikelompokkan atas 2 komponen yaitu karakter pertumbuhan meliputi
tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah anakan produktif, dan
diameter batang. Karakter komponen produksi meliputi, umur berbunga,
umur panen, panjang malai, persen kerontokan, bobot 1000 butir, bobot per
malai, bulu ujung gabah, dan warna beras tanpa poles. Selanjutnya data
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

HASIL
Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun,
diameter batang dan jumlah anakan produktif Pae Wuna Mpuu lebih tinggi
dibandingkan Inpago Rindang 2. Karakter pertumbuhan dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:

Potensi Hasil Berbagai Aksesi Padi Gogo Lokal …. | 215


Katerangan:
TT = Tinggi tanaman
PD = Panjang daun
LD = Lebar daun
JAP = Jumlah anakan
produktif
DB = Diameter batang

Gambar 1. Karakter Pertumbuhan Pae Wuna Mpuu dan Inpago Karakter


Komponen Produksi

Karakter komponen produksi dapat dilihat pada grafik di bawah


ini:

Katerangan:
UB = Umur berbunga
UP = Umur panen
PM = Panjang malai
PK = Persen kerontokan
B1000 = Bobot 1000 butir
BPM = Bobot per malai

Gambar 2 Karakter Komponen Produksi Pae Wuna Mpuu dan Inpago

Gambar 2 menunjukkan bahwa diameter batang dan panjang malai


Pae Wuna Mpuu lebih tinggi dibandingkan Inpago Rindang 2. Umur
berbunga, umur panen, bobot 1000 butir dan bobot per malainya lebih
rendah dari pembanding, sedangkan kerontokan keduanya adalah sama.
Karakter bulu ujung gabah dan warna beras tanpa poles Pae Wuna
Mpuu adalah bulu ujung gabahnya pendek dan hanya sebagian berbulu,
sedangkan warna beras tanpa polesnya adalah berwarna merah, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:

216 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019


(a) (b)

(a) (b)

Katerangan: (a) Bulu ujung gabah,


h, (b) Warna beras tanpa poles

Gambar 3
Karakter Bulu Ujung Gabah dan Warna Beras tanpa Poles Pae Wuna Mpuu

PEMBAHASAN
Karakter tinggi tanaman dan diameter batang menunjukkan bahwa tinggi
tanaman Pae Wuna Mpuu lebih tinggi (167.0 cm), dibandingkan Inpago
Rindang 2 (161.7 cm), kedua tinggi tanaman padi ini termasuk kategori
tinggi ( > 125 cm) dan karakter diameter batangnya lebih besar (7.1 mm)
daripada pembanding (6.3 mm). Tinggi tanaman dan diameter batang
berkaitan dengan tingkat kerebahan, semakin tinggi tanaman padi dengan
diameter batang yang kecil berpontensi mengalami kerebahan bila ada
terpaan angin yang kencang. Kerebahan menyebabkan padi roboh
sehingga malai bisa menyentuh tanah, akibatnya gabah mudah dimakan
tikus dan rentan terkena air maka gabah bisa berkecambah. Namun,
Rabara, et. al (2014) mengemukakan bahwa varietas padi yang memiliki
tinggi tanaman yang tinggi tetapi memiliki diameter batang > 5 mm akan
mengurangi tingkat kerebahan tanaman. Hal ini bisa memberi manfaat
bagi petani, karena tidak perlu membungkuk saat memanen.
Karakter panjang dan lebar daun menunjukkan bahwa panjang
daun Pae Wuna Mpuu mencapai 81.4 cm dan termasuk kategori panjang
(>80 cm), sedangkan Inpago Rindang 2 mencapai 62.5 cm dan termasuk
kategori panjang (61-80 cm). Karakter lebar daun padi Muna lebih lebar
(1.9 cm) dari pembanding (1.8 cm). Daun padi yang panjang bila posisinya

Potensi Hasil Berbagai Aksesi Padi Gogo Lokal …. | 217


mendatar dapat menyebabkan daun mudah terkulai sehingga
mengganggu proses fotosintesis daun tersebut. Namun, daun dengan
posisi tegak miring dapat mengoptimalkan proses fotosintesis karena dua
sisi daun terkena cahaya matahari. Daun yang terkulai juga dapat
menyebabkan daun mudah patah apabila tanaman diterpa angin yang
kencang. Daun dengan lebar yang sempit dapat menurunkan proses
fotosintesis, sedangkan daun yang terlalu lebar dapat mengganggu proses
fotosintesis daun yang berada di bawahnya. Ukuran panjang dan lebar
daun berkaitan dengan luas daun. Luas daun yang lebar dapat
memperbesar luas permukaan area fotosintesis. Panjang dan lebar daun
berhubungan dengan struktur kanopi menurut Wahyuti, dkk (2013),
bentuk kanopi yang dihasilkan berperan penting untuk menangkap cahaya
matahari. Oleh karena itu, petani lebih senang menanam padi dengan
panjang dan lebar daun yang sedang (Prayoga, dkk, 2018), karena
memungkinkan distribusi cahaya matahari lebih optimal sehingga
memengaruhi produksi.
Karakter anakan produktif menunjukkan bahwa anakan produktif
Pae Wuna Mpuu mencapai 22 individu per rumpun, sedangkan Inpago
Rindang 2 mencapai 21 individu per rumpun. Kedua padi ini termasuk
kategori jumlah anakan banyak (20-25 anakan/tanaman). Banyaknya
jumlah anakan produktif berhubungan dengan jumlah malai yang
dihasilkan, jumlah anakan produktif banyak menandakan jumlah malai
yang dihasilkan per rumpunnyajuga banyak. Jumlah anakan produktif
dipengaruhi oleh faktor genetik (setiap aksesi memiliki tipe jumlah anakan
yang berbeda) dan kondisi lingkungan (jumlah air dan nutrisi). Sarwanto,
ddk (2018) mengemukakan bahwa padi yang memiliki sifat genetik dengan
tipe anakan sedang yang didukung dengan faktor lingkungan yang baik,
maka bisa menghasilkan jumlah anakan lebih banyak daripada umumnya.
Jumlah anakan produktif yang banyak dipilih petani (Prayoga, dkk, 2018)
karena dapat berpengaruh terhadap produksi.
Karakter umur berbunga dan umur panen menunjukkan bahwa
umur berbunga Pae Wuna Mpuu adalah 96 HST lebih lama 10 hari dari
Inpago Rindang 2 (86 HST). dan karakter umur panennya adalah 136 HST
lebih lama 17 hari dari pembanding (119 HST). Umur panen Pae Wuna

218 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019


Mpuu masuk kategori sedang (125-150 HST) dan pembanding masuk
kategori genjah (> 105-125 HST). Semakin lama jarak antara umur berbunga
dengan umur panen maka dalam menjaga padi dari gangguan hama
burung membutuhkan waktu yang lama. Umur panen genjah lebih
diminati oleh petani menurut Prayoga, dkk (2018) karena dapat
meningkatkan produksi dengan mengoptimalkan penggunaan lahan.
Karakter panjang malai dan bobot per malai menunjukkan bahwa
panjang malai Pae Wuna Mpuu lebih panjang (26.0 cm) dari Inpago Rindang
2 (23.7 cm, dan bobot per malainya adalah 2.1 g, sedangkan bobot per malai
pembanding adalah 2.8 g. Malai yang lebih panjang dengan cabang malai
banyak (arsitektur malai) akan menghasilkan jumlah gabah yang lebih
banyak sehingga berpengaruh pada bobot per malainya. Hal ini sesuai
dengan dikemukakan Rahayu, dkk (2016) bahwa malai yang panjang
menghasilkan bulir per malai lebih banyak dan menghasilkan bobot biji
per rumpun yang tinggi. Bobot per malai Pae Wuna Mpuu yang rendah
dimungkinkan oleh pengaruh ukuran bijinya yang kecil, karena semakin
besar ukuran biji maka semakin berat bobot bijinya. Selain itu, bobot per
malai juga dipengaruhi oleh curah hujan yang tidak stabil saat fase
pematangan sehingga tidak mendapat penyinaran optimal dan gangguan
dari hama walang sangit maupun burung yang memakan gabah saat fase
matang susu, sehingga mengurangi jumlah biji per malainya dan
berpengaruh pada bobot per malainya. Supriadin (2013) mengemukakan
bahwa jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh faktor genetik (jumlah
daun), faktor lingkungan (suhu, cahaya, gangguan hama dan penyakit).
Karakter kerontokan menunjukkan bahwa Pae Wuna Mpuu memiliki
persentase kerontokan adalah 88.7%, sedangkan Inpago Rindang 2 adalah
60.0%. Persentase kerontokan kedua padi ini termasuk kategori mudah (51-
100 %). Persen kerontokan yang ideal adalah sedang (6-25 %). Kerontokan
dengan kategori sulit dan mudah tidak diminati karena jika sulit untuk
dirontokkan maka membutuhkan waktu lama untuk memisahkan gabah
dari tangkainya, sedangkan kategori mudah memungkinkan terjadi
kerontokan gabah sebelum dipanen. Berdasarkan kerontokannya, varietas
padi digolongkan ke dalam dua tipe menurut Rembang (2018) yaitu
gabahnya sukar rontok dan gabahnya mudah rontok.

Potensi Hasil Berbagai Aksesi Padi Gogo Lokal …. | 219


Karakter bobot 1000 butir menunjukkan bahwa Pae Wuna Mpuu
memiliki bobot 1000 butir 25.6 g dan masuk dalam kategori sedang (25-30
g), sedangkan Inpago Rindang 2 adalah 36.3g dan masuk dalam kategori
berat (>30 g). Bobot 1000 butir berhubungan dengan bobot biji padi,
semakin berat bobot biji padi maka semakin berat pula bobot 1000
butirnya. Bobot biji padi dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran gabah,
semakin besar ukuran gabah bila memiliki bentuk gabah bulat maka
semakin berat bobot biji. Bobot biji yang berat juga bisa dipengaruhi oleh
biji yang terisi penuh pada fase pengisian. Penyebab biji padi yang tidak
berisi penuh bisa disebabkan oleh kurangnya penyinaran matahari saat
fase pengisian dan jumlah air yang dibutuhkan. Karakter bobot 1000 butir
menurut Rembang, dkk (2018) bahwa lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
genetik (bentuk gabah) daripada faktor lingkungan.
Bulu ujung gabah menunjukkan bahwa Pae Wuna Mpuu memiliki
bulu ujung gabah pendek dan hanya sebagian berbulu, sedangkan Inpago
Rindang 2 tidak memiliki bulu ujung gabah. Bulu ujung gabah padi
berperan sebagai proteksi dari gangguan hama bisa merusak tanaman
seperti burung. Namun bulu ujung gabah yang terlalu panjang, petani
akan kesulitan merontokkan padi dengan cara manual. Dari segi
penyimpanan, padi berbulu panjang memerlukan tempat yang lebih luas
untuk disimpan.
Warna beras tanpa poles menunjukkan bahwa Pae Wuna Mpuu
memiliki beras berwarna merah, sedangkan Inpago Rindang 2 berwarna
putih. Beras merah memiliki nilai tambah dalam masyarakat, selain karena
rasa yang berbeda dari beras putih pada umumnya juga mengandung
antosianin yang berada pada pericarp-nya. Namun, antosianin pada beras
merah bisa hilang jika dipoles sehingga berubah warna menjadi putih.
Untuk itu, beras ini harus ditumbuk dalam pengolahannya, tidak boleh
digiling. Beras merah menurut Nurhasanah dan Sunaryo (2015)
mengandung vitamim B kompleks yang cukup tinggi, asam lemak esensial,
serat maupun zat warna antosianin, dan kategori indeks glikemik yang
rendah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Beras merah dapat
menurunkan resiko kegemukan, hepatic steatosis, hiperglikemia, diabetes,
kanker usus besar, sakit jantung, alzheimer dan menurunkan hipertensi.

220 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019


Penelitian ini mendapatkan 6 karakter unggul padi gogo aksesi Pae
Wuna Mpuu dari 13 karakter yang diamati. Sekalipun hanya 6 karakter
unggul yang didapatkan pada karakterisasi ini, tidak menutup
kemungkinan masih ada karakter unggul lainnya yang belum terungkap
dalam penelitian ini sehingga perlu dilestarikan guna mempertahankan
keanekaragaman genetik padi gogo lokal supaya tidak punah.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, disimpulkan yaitu
terdapat 6 karakter unggul Pae Wuna Mpuu (lebar daun, diameter batang,
jumlah anakan produktif, panjang malai, bulu ujung gabah, warna beras
tanpa poles) yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman dan 7
karakter yang tidak unggul. Pelestarian padi gogo harus dilakukan untuk
mempertahankan keberadaan sumberdaya genetik aksesi lokal agar tidak
punah.

DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2014. Luas Lahan Kabupaten Muna Menurut Penggunaannya.
https://munakab.bps.go.id/statictable/2015/10/27/63/luas-lahan-
kabupaten-muna-menurut-penggunaannya-2014.html, 14 April
2019.
International Rice Research Institute. 2013. Standard Evaluation System of
Rice 5th Ed. International Rice Research Institute. Los Banos: IRRI.
Juhriah., Masniawati, A., Tambaru, A., dan Sajak, S. 2013. Karakterisasi
Morfologi Malai Padi Lokal Asal Kabupaten Tanah Toraja Utara,
Sulawesi Selatan. Jurnal Sainsmat, 2 (1) , 22 - 31.
Nurhasah., dan Sunaryo, S. 2015. Keragaman Genetik Padi Lokal
Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1 (7), 1553-
1558
Prayoga, M. K., Rostini, N., Setiawati, M. R., Simarmata, T., Stoeber, S., dan
Adinata, K. 2018. Preferensi Petani terhadap Keragaan Padi (Oryza
sativa) Unggul untuk Lahan Sawah di Wilayah Pangandaran dan
Cilacap. Jurnal Kultivasi, 17 (1), 523-530.
Rabara, C. R., Ferrer, M. C., Diaz, C. L., Newingham, M. C. V, and Romero,
G. O. 2014. Phenotypic Diversity of Farmers’ Traditional Rice
Varieties in the Phillippines. J. Agronomy, 4 (1), 217-241.

Potensi Hasil Berbagai Aksesi Padi Gogo Lokal …. | 221


Rahayu, A. Y., Haryanto, T. A. D., dan Iftitah, S. N. 2016. Pertumbuhan dan
Hasil Padi Gogo Hubungannya dengan Kandungan Prolin dan-
acetyl-1-pyrrolinr pada Kondisi Kadar Air Tanah Berbeda. Jurnal
Kultivasi, 15 (3), 226-231.
Rembang, J. H. W., Rauf, A. W., dan Sondakh, J. O. P. 2018. Karakter
Morfologi Padi Sawah Lokal di Lahan Petani Sulawesi Utara.
Buletin Plasma Nutfah, 24 (1), 1–8.
Sarwanto., Samudin, S., dan Andi, E. 2018. Karakterisasi Beberapa Kultivar
Padi Gogo Lokal. e-J. Agrotekbis, 6 (2), 274 – 284.
Supriadin., Ete, A., Made, U. 2013. Karakterisasi Genotip Padi Gogo Lokal
Asal Kabupaten Banggai. e-J. Agrotekbis 1 (5), 443 – 450.
Supriyanti., Supriyanta., dan Kristamtini. 2015. Karakterisasi Dua Puluh
Padi (Oryza sativa L.) Lokal di Daerah Istimewa. Vegetalika, 4 (3),
29-41.
Wahab, A., dan Sabur, A. 2014. Karakteristik Vegetatif Enam Kultivar Padi
Gogo Lokal Sulawesi Tenggara. Prosidin,g Seminar Nasional Inovasi
Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, tanggal 6-7 Agustus 2014 .
Banjarbaru.
Wahyuti, T. B., Purwoko, B. S., Junaedi, A., Sugiyanta., dan Abdullah, B.
2013. Hubungan Karakter Daun dengan Hasil Padi Varietas
Unggul. J. Agron. Indonesia, 41 (3), 181-187.

222 | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2019

Anda mungkin juga menyukai