Anda di halaman 1dari 20

MODUL 5

Malnutrisi, Defesiensi Vitamin dan GAKI

SKENARIO 5 :
Keriput Bukan Tua

Seorang anak laki laki TR umur 7 th, BB 9 kg, TB 100 cm, BB lahir 3 kg dibawa ke RS karena 1
minggu anak diare sampai badan nya kurus. Keadaan fisik pada saat masuk anak tersebut cengeng,
muka seperti orang tua, kulit keripu dan bokong anak yang tampak jatuh. Dokter menduga anak
tersebut kelaparan yang terlalu lama, terjadi marasmus.Ayah bekerja sebagai buruh harian lepas dan ibu
berjualan makanan gado gado dirumah. Keluarga tersebut tinggal di sebuah rumah kontrakan
dilingkungan padat.Hasil pemeriksaan:HB 9 gr% Albumin 2.9 gr% Ascaris (+).  Kebiasaan makan anak 2x
sehari dengan pola nasi + sayur + tempe/tahu, dengan porsi sedikit, sumber makanan hewani diberikan
2x / minggu. Apakah ada hubungan dari pekerjaan ayah dan ibu TR,tempat tinggal dengan keluhan yg
dialami TR?

Bagaimana anda menjelaskan kasus diatas?

Jump 1 TERMINOLOGI
1. Malnutrisi: adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat
juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan
dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan
2. GAKI: rangkaian efek yang dapat ditimbulkan karena tubuh mengalami kekurangan iodium secara
terus menerus dalam kurun waktu yang lama.
3. Marasmus: salah satu jenis keadaan malnutrisi berat yang ditandai dengan hilangnya massa lemak
tubuh dan jaringan otot. Akibatnya, indeks massa tubuh menjadi sangat rendah.

Jump 2 HIPOTESA DAN RUMUSAN MASALAH

1. Adakah hubungan umur, BB, TB, dan BB lahir dengan keluhan yg dialami pd pasien tsb ?

Untuk melihat apakah anak berada dalam status gizi yang baik melalui pertambahan berat
badan sesuai umur anak dapat dilihat dari table dibawah ini.
2.Apa yg menyebabkan TR mengalami diare sampai badannya kurus?
• Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus penyebab diare
akut antara lain Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk virus, Astrovirus, Adenovirus
(tipe 40, 41), Small bowel structured virus, Cytomegalovirus.
• Bakteri
• Protozoa
• Helminths
Selain itu terdapat beberapa yang menyebabkan resiko terjadinya diare yaitu:
a. Tidak diberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan .
b. Penggunaan botol susu yang tidak bersih dapat memudahkan kuman masuk ke dalam botol pada saat
susu dimasukan ke dalam botol susu.
c. Menyimpan makanan masak yang terpapar kuman
d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, hal ini disebabkan karena tangan yang
tercemar atau terkontamiasi oleh bakteri mengenai air sewaku mengambil air dari tempat
penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, membuang feses, atau sebelum memasak makanan
3. Adakah hubungan antara pekerjaan orang tua dan lingkungan dengan kondisi yang di alami
anak(malnutrisi)?
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut:
1.Penyebab langsung,kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit
infeksi,cacat bawaan dan menderita penyakit kanker.Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi
sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi
2.Penyebab tidak langsung, ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi
buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja.
Pekerjaan orang tua :Ada,merupakan penyebab tidak langsung dimana pendapatan yang rendah
sehingga daya beli terhadap makanan terutama makanan berprotein rendah Kemudia ditambah bila
jumlah keluarga yang besar juga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, dimana jumlah anak yang
banyak akan mengakibatkan kurangnya kasih saying dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer
seperti makanan, sandang, papan tidak terpenuhi.apalagi bila anak tidak jauh selang umurnya

4.Apa yg menyebabkan TR mengalami muka seperti orang tua,kulit keriput, dan bokongnya tampak
jatuh?
karena hilangnya lemak subkutan tetapi tidak ditandai oleh dermatosis tertentu. Pembuang otot
sering dimulai di ketiak dan selangkangan, kemudian paha dan pantat, diikuti oleh dada dan perut, dan
akhirnya otot-otot wajah, yang secara metabolik kurang aktif. Hilangnya bantalan lemak bukal umumnya
memberikan anak penampilan seperti monyet atau fasies yang berumur dalam kasus yang parah. Anak-
anak yang terkena dampak parah sering kali apatis tetapi menjadi mudah tersinggung dan sulit untuk
ditangani ketika ditangani
5.Apa yg menyebabkan TR mengalami marasmus?
disebabkan oleh kekurangan hampir semua nutrisi dan asupan kalori, terutama kalori dari
protein dan karbohidrat. Marasmus dapat menimpa anak-anak dan orang dewasa, serta menyebabkan
kematian jika tidak diobati. Ciri-ciri seseorang terkena marasmus antara lain tubuh kurus kering hanya
tinggal kulit dan tulang yang menonjol (tulang iga dan bahu menonjol, kulit lengan atas, paha, dan
bokong kendur), wajah seperti orang yang sudah tua. Marasmus dan kwashiorkor merupakan jenis dari
malnutrisi energi-protein.
6.Bagaimana interpretasi status gizi TR?
*BB:9kg,TB:100cmstatus gizi buruk
*Hb:9 g/dlanemia,normal usia 6 bln- 6 tahun 11-14,5 g/dl
* Albumin:2,9 grhipoalbuminemia (Kadar normal albumin dalam tubuh berbeda sesuai dengan usia
seseorang. Bagi orang dewasa kadar normal albumin sebanyak 3,8 – 5,1 gr/dl, anak-anak sebanyak 4,0 –
5,8 gr/dl, bayi sebanyak 4,4 – 5,4 gr/dl, sedangkan untuk bayi baru lahir kadar normal albumin yaitu
sebanyak 2,9 – 5,4 gr/dl.)
*Ascris +cacingan

7.Bagaimana alur diagnosis dari setiap keluhan yg dialami TR?


8.Apa diagnosis dan diagnosis banding dari TR?
diagnosis: KEP jenis marasmus
KEP (KurangEnergi Protein) merupakan kondisi tubuh yang spesifik pada
kekurangan energy dan protein
diagnosis banding:KEP terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor

9.Apa Tatalaksana dan pemeriksaan penunjang kepada TR?


*Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein plasma, seperti
albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin.
Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
1. Keseimbangan cairan
2. Fungsi hati
3. Fungsi Ginjal
4. Adanya penyakit penyerta atau causal disease.
* Penatalaksanaan
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a. Pemberian diet dengan protein.
b. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah (2005), pasien yang
menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita malnutrisi berat,
seperti: kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor atau malnutrisi dengan komplikasi penyakit
lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadinya
komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/psikososial dan kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai
makanan.
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan
komponen zat gizi berlainan.
10.Apa komplikasi dan prognosis pada TR?
komplikasi:*Hipotermia(penurunan suhu tubuh)
*Anemia dan hipoglikemia
*Ensefalopati
*Gangguan fungsi organ seperti gagal ginjal
*Gagal tumbuh atau stanting pada anak
*Gangguan belajar
*Koma sehingga bisa menyebabkan kematian
Prognosis: Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan
oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau ka-rena malnutrisi
sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal
walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari,
mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.

Jump 4 SKEMA

Jump 5 LEARNING OBJECTIVE


1. Malnutrisi 4. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan
2. Defisiensi vitamin malnutrisi
3. Defisiensi mineral 5. Status gizi
Jump 7 SHARING INFORMATION

1. Malnutrisi

- Definisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat
juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan
dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat
terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary 2007: 524 ).
Malnutrisi adalah kondisi tubuh yang mengalami defisiensi energi, protein, dan zat
gizi sedangkan KEP (Kurang Energi Protein) merupakan kondisi tubuh yang spesifik pada kekurangan
energi dan protein. KEP terbagi menjadi tiga jenis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-
kwashiorkor. Kwashiorkor merupakan KEP tingkat berat yang disebabkan oleh asupan protein yang
inadekuat dengan asupan energi yang cukup.

- Etiologi

Usia paling rawan terkena kwashiokor adalah dua tahun karena pada usia tersebut terjadi peralihan
dari ASI ke makanan pengganti ASI. Pada penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth (2012) ditemukan
bahwa kurang energi protein ini tidak hanya terjadi pada golongan masyarakat berpendidikan rendah
tetapi juga golongan masyarakat berpendidikan tinggi yang umumnya memberikan pengganti ASI lebih
dini dengan kualitas protein yang baik.
Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kurangnya energy atau protein. Namun keadaan ini di
lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita deferensiasi murni. Malnutrisi
pada umumnya suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat
atau tidak mencukupi. Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang)
yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi
secara berlebihan.
Malnutrisi dapat terjadi secara primer atau sekunder. Malnutrisi primer terjadi bila konsumsi
makanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas inadekuat dan tidak seimbang. Malnutrisi sekunder
terjadi sebagai akibat kebutuhan nutrien yang meningkat atau output yang berlebihan, umumnya pada
penyakit kronik baik infeksi maupun keganasan
- Jenis-jenis
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe marasmik-kwashiorkor.
Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang
berbeda-beda.
a. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat kekurangan kalori yang
berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998).
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot
di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan
banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada
marasmus adalah:
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan ototototnya, tinggal tulang
terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar (Depkes RI, 2000)
b. Kwasiokor
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang disebabkan oleh defisiensi protein
yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi. (Dorland, 1998)
Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Pada penderita
yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu
pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita
ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare.
Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor
senang dicabut tanpa rasa sakit. (Hassan etal., 2005)
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan berwarna
putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih mendalam dan lebar. Terjadi
perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan
disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan
pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum
yang rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi. (Hassan et al., 2005)
C. Marasmus-Kwasiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan penyusutan jaringan yang
hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi. Gambaran klinis merupakan campuran dari
beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus. (Dorland, 1998)

- Patofisiologi
Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka akan terjadi deplesi cadangan
nutrien pada jaringan tubuh dan selanjutnya kadar dalam darah akan menurun. Hal ini akan
mengakibatkan tidak cukupnya nutrien tersebut di tingkat seluler sehingga fungsi sel terganggu
misalnya sintesis protein, pembentukan dan penggunaan energi, proteksi terhadap oksidasi atau
tidak mampu menjalankan fungsi normal lainnya. Bila berlangsung terus maka gangguan fungsi sel
ini akan menimbulkan masalah pada fungsi jaringan atau organ yang bermanifestasi secara fisik
seperti gangguan pertumbuhan, serta kemunculan tanda dan gejala klinis spesifik yang berkaitan
dengan nutrien tertentu misal edema, xeroftalmia, dermatosis, dan lain-lain yang kadang-kadang
ireversibel.
- Tatalaksana
Menurut Depkes RI (2005), penatalaksanaan gizi buruk yaitu:
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi. Hipoglikemi jika kadar gula darah <54 mg/dl atau ditandai suhu
tubuh sangat rendah, kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat. Pengelolaan
berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok
makan, penderita diberi makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan
evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang pemberian cairan
gula tersebut.
b. Mencegah dan mengatasi hipotermi. Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35o C , aksila 3 menit atau
rectal 1 menit. Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angin dan bersih, sering
diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam
basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu > 36,5o C, pastikan anak
memakai pakaian, tutup kepala, kaos kaki.
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi. Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution
for Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara
oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya disesuaikan
seberapa banyak anak mau, feses yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam
4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Monitoring tanda vital, diuresis,
frekuensi berak dan muntah, pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena
jugularis meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya bertambah.
d. Koreksi gangguan elektrolit. Berikan ekstra Kalium 150- 300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4- 0,6
mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal)
e. Mencegah dan mengatasi infeksi. Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada
komplikasi amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi ( hipoglikemia atau
hipotermi)
f. Mulai pemberian makan. Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi dan
mencukupi kebutuhan energi dan protein. Prinsip pemberian makanan fase stabilisasi yaitu porsi kecil,
sering, secara oral atau sonde, energi 100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hari, cairan 130
ml/kgBB/hari untuk penderita marasmus, marasmik kwashiorkor atau kwashiorkor dengan edem derajat
1,2, jika derajat 3 berikan cairan 100 ml/kgBB/hari.
g. Koreksi kekurangan zat gizi mikro. Berikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin, asam
folat (5mg hari 1, selanjutnya 1 mg), zinc 2 mg/kgBB/hari, cooper 0,3 mg/kgBB/hari, besi 1-3 Fe
elemental/kgBB/hari sesudah 2 minggu perawatan, vitamin A hari 1 (1 tahun 200.000 IU)
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar. Satu minggu perawatan fase rehabilitasi, berikan F100
yang mengandung 100 kkal dan 2,9 g protein/100ml, modifikasi makanan keluarga dengan energi dan
protein sebanding, porsi kecil, sering dan padat gizi, cukup minyak dan protein.
i. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang. Mainan digunakan sebagai stimulasi, macamnya
tergantung kondisi, umur dan perkembangan anak sebelumnya. Diharapkan dapat terjadi stimulasi
psikologis, baik mental, motorik dan kognitif.
j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah. Setelah BB/PB mencapai - 1SD dikatakan sembuh,
tunjukkan kepada orang tua frekuensi dan jumlah makanan, berikan terapi bermain anak, pastikan
pemberian imunisasi boster dan vitamin A tiap 6 bulan10.

2. Defisiensi Vitamin

- Definisi
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang sangat
berperan penting untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan pada tubuh manusia.
Defisiensi/kekurangan vitamin terjadi karena asupan vitamin yang tidak mencukupi (tidak sesuai dengan
besarnya kebutuhan tubuh). Kekurangan atau defisiensi terhadap vitamin dan mineral dapat menjadi
masalah bagi kesehatan manusia sehingga menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh. Banyak yang
tidak mengetahui bahwa gejala yang dirasakan pada tubuh merupakan akibat dari defisiensi suatu
vitamin atau mineral tertentu sehingga seringkali terlambat untuk diketahui dan mengakibatkan
perlunya kunjungan ke dokter.
Saat kekurangan vitamin tertentu, maka tubuh berusaha mengatakan sesuatu, terkadang melalui
gejala-gejala seperti kulit kering dan bersisik, bibir pecah-pecah, gampang lelah, mudahmemar, nafsu
makan berkurang dan sebagainya. Yang paling umum menyebabkan kekurangan vitamin diantaranya
termasuk pola makan yang buruk, alkoholisme, diet tidak seimbang, stres, kurangnya asupan vitamin,
atau konsumsi obatobatan yang mengganggu asupan vitamin.
Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan
maka metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain. Untuk mengetahui tingkat defisiensi vitamin pada tubuh, diperlukan suatu test darah. Test
darah tersebut memerlukan biaya yang cukup mahal, untuk orang yang takut pada jarum suntik, ini
merupakan permasalahan lainnya.
Untuk membantu memecahkan permasalahan tersebut perlu dibuat alat bantu berupa sistem
pakar. Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan
teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang
pakar dalam bidang tersebut(Kusumadewi, 2003:109). Sistem pakar mampu untuk bertindak
sebagaimana seorang pakar pada bidang ilmu tertentu, peneliti berfikir untuk memudahkan masyarakat
dalam mendiagnosa kekurangan vitamin pada tubuh sedini mungkin, sehingga masalah kekurangan
vitamin dapat segera ditanggulangi guna mencegah timbulnya berbagai penyakit.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin, yaitu: gangguan
pencernaan atau gangguan penyerapan (malabsorpsi), meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat gizi,
dan gangguan metabolik.

- Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang tampak saat kekurangan vitamin antara lain.
• Vitamin A : sulit melihat dalam cahaya remang/senja hari, kulit kering, gampang infeksi, rambut kering,
mata gatal dan terasa terbakar.
• Vitamin B1 : gampang lelah, kram otot, kulit kering, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
• Vitamin B2 : sudut mulut pecah-pecah, lidah tampak merah dan licin, gampang lelah, kulit bersisik,
sariawan, gampang kesemutan.
• Vitamin B3 : gatal-gatal pada tangan dan wajah, gampang lelah, mual.
• Vitamin B6 : kurang nafsu makan, gampang lelah, kram otot, luka pada gusi dan lidah.
• Vitamin B12: sakit kepala, anemia, mual, kurang nafsu makan.
• Vitamin C : gusi berdarah, mudah memar, kulit kering, lemah (kurang energi), mimisan, gampang
infeksi, nyeri sendi.
• Vitamin D : tulang nyeri, otot lemah, gigi rusak.
• Vitamin E : gampang lelah, rambut kering, rambut rontok, kulit kusam, kram kaki.
• Vitamin K : darah lambat membeku, mudah berdarah, mudah memar
- pemeriksaan
menggunakan metode dempster shafer, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Aplikasi sistem pakar diagnosa defisiensi/kekurangan vitamin ini dapat digunakan sebagai salah satu
cara untuk melakukan diagnosa awal terhadap suatu kekurangan vitamin. Sistem ini memberikan
kesimpulan diagnosa berupa jenis defisiensi, tingkat prosentase dan sumber-sumber vitamin sebagai
cara penanggulangan defisiensi. Penentuan tingkat prosentase defisiensi didasarkan pada prosentase
probabilitas. Semakin besar nilai probabilitas DS, semakin besar pula tingkat prosentase defisiensi yang
dialami pengguna, begitu juga sebaliknya.
2. Hasil pengujian akurasi menunjukkan bahwa sistem memiliki keakurasian hasil keluaran sistem
sebesar 87%. Tingkat akurasi meningkat menjadi 90% saat nilai bobot gejala dinaikkan sebesar 0.1 .
3. Tingkat keakurasian yang diperoleh dipengaruhi oleh referensi pengetahuan yang dimiliki pakar.
Berdasarkan data gejala, bobot gejala dan hasil perhitungan DS, semakin spesifik gejala dan semakin
tinggi tingkat kepercayaan pakar terhadap suatu gejala maka akan semakin tinggi tingkat akurasinya.

3. Defisiensi Mineral

- definisi
mineral merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk proses pertumbuhan, pengaturan, dan
perbaikan fungsi tubuh. Mineral berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Defisiensi terhadap vitamin dan mineral dapat diketahui secara
lebih dini dengan menggunakan bidang ilmu kecerdasan buatan melalui sistem pakar. Sistem pakar
defisiensi vitamin dan mineral ini terdiri dari 11 vitamin dan 6 mineral. Dari akuisisi pengetahuan oleh
seorang pakar, ditemukan 46 gejala dan menghasilkan 35 aturan (rule) yang direpresentasikan
menggunakan tabel keputusan.
- Jenis
 Makromineral
Diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari 100 mg/hari
Contoh: Natrium, Kalium, Fosfor, Magnesium, Klor & belerang
 Mikromineral
Diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil dari 100 mg/hari
Contoh: Besi, Yodium, Fluor, Tembaga,
Unsur perunut: Mangan, Kromium, Kobalt, Molebdenum & Selenium

II. Defisiensi mineral


 Mikromineral

Mineral Gejala defisiensi Penyakit

Fe Diarrhea, kelelahan, nafsu makan hilang,warna kulit dan membran mukosa - Anemia
pucat,sensitif terhadap lingkungan dingin,bulu kasar, susah bernafas dan
banyak anak yang lahir prematur.

- Nafsu makan terganggu, - Malnutrisi,


Cu
- pertumbuhan terhambat, diarrhea - Anemia
- osteomalesi, rambut dan bulu memucat jalan ataxis. - neutropenia.

I Pembesaran leher pada anak sapi dan domba, gondok, anak babi tanpa bulu Produksi tiroksin pada
( iodine)
dan anak domba tanpa wol, anak sapi daya hidup tidak ada. glandula tiroid menurun,
pembengkakan pada leher

Co Kehilangan nafsu makan, kelemahan,kekurusan, bulu kasar, anemia, defisiensi vitamin B12
kerusakan reproduksi dengan penyakit Anemia
Normositis.

Zn Pertumbuhan terganggu, parakeratosis pada babi, peradangan pada hidung - Penyakit genetik
dan mulut pada anak sapi, ayam bulu kasar, daya tetes rendah. - stress traumatik
- depresi imunitas
anorexia

 Makromineral

Mineral Gejala defisiensi Penyakit


Ca Pertumbuhan terganggu,kualitas tulang dan geligi tidak baik,malformasi tulang. - Rakitis
- Osteomalasia
- Osteoporosis

P Nafsu makan turun,otot lemah,kalsium hilang,demineralisasi tulang, problem - Rakitis


(Fosfor)
reproduksi dan pigmen darah berubah menjadi hitam dalam urin - Osteomalasia
- Nutritional red water
(ekskresi darah dalam
urin)

K
(kalium ) - Pertumbuhan lambat - Rakitis
- tungkai tidak tegap
- kelemahan otot
- diare
- perut menegang
- emasiasi (tonus hilang) dan hipertropi jantung dan ginjal

Mg - Otot pengkor - Grass tetany


- pernapasan cepat dan temperatur tinggi.

Nafsu makan hilang, pertumbuhan lambat,efisiensi penggunaan pakan rendah - Pada unggas
pada masa pertumbuhan, fertilitas turun pada pejantan dan terlambat dewasa menyebabkan produksi
Na
kelamin pada betina, bobot badan pada babi dewasa rendah. telur menurun

4. Kebijakan pemerintah dalam Penanggulangan Malnutrisi


Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya dengan melihat status gizi
masyarakatnya. Status gizi yang tidak baik menandakan kurang baiknya kecukupan pangan suatu bangsa
dan ketahanan pangannya. Setelah ketersediaan pangan terjawab yang menjadi pertanyaan selanjutnya
adalah bagaimana status pangan atau makanan tersebut, baik nilai ada gizinya atau tidak. Ketahanan
pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan program-program pemerintah yang akan
terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup gizi.
Berikut ini adalah berbagai program pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi :
1. Pola Menu 4 Sehat 5 Sempurna
2. Pedoman Umum Gizi Seimbang
3. Pedoman Gizi Seimbang
4. Daftar bahan Penukar
5. Keluarga Sadar Gizi
6. Strategi dan Upaya Penanggulangan Akibat Kekurangan Iodium
7. Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan
Masyarakat
8. Millenium Development Goals (MDGs)
9. Jampersal
10. Jamkesmas
11. Jamkesda

a. Pola Menu 4 Sehat 5 Sempurna

Pola menu 4 sehat 5 sempurna digali dari pola menu yang pada umumnya sejak dahulu telah dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Pada umumnya menu di Indonesia terdiri atas makanan sebagai berikut :
1. Makanan pokok untuk memperoleh rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar, singkong, talas, sagu,
serta hasil olahan seperti mie, bihun, macaroni dan sebagainya.
2. Lauk untuk memeperoleh rasa lebih nikmat, karena selain menyumbang kandungan protein
adanya lauk juga memberikan rasa nikmat, karena pada dasarnya bahan makanan pokok
memiliki rasa yang netral, lauk barasal dari dua golongan yaitu yang berasal dari hewani (daging,
ayam, ikan, kerang, telur dan sebagainya) dan yang berasal dari golongan nabati (jenis kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, tempe, tahu
dan oncom).
3. Sayur-sayuran, fungsinya adalah untuk memenuhi akan kebutuhan vitamin dan mineral, banyak
sekali zat penting yang terkandung didalamnya yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu sayuran
juga member rasa segar pada makanan yang kita makan.
4. Buah-buahan, pada saat pola makan ini popular dikalangan masyarakan dimasanya, buah-
buahan dimakan setelah makan makanan utama (makanan pokok, lauk dan sayur).
5. Minum susu. Karena menu yang tersebut diatas merupakan makanan yang sehat dan bernilai
gizi untuk lebih memantapkan nilai gizinya ditambah lah dengan yang ke lima.

b. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)


PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang menurut
pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masa;ah gizi kurang, maupun masalah gizi
lebih yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakan diri di Indonesia.
- Konsep
Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungi utama zat-zat
gizi, yaitu : (1) sumber energi tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Untuk
mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari-hari terdiri dari campuran ketiga kelompok
bahan makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanan sesuai
dengan ketersediaan bahan makanan –tersebut dipasar, keadaan social ekonomi, nilai gizi dan
kebiasaan makanan.
c. Pedoman Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama, bila
diibaratkan rumah maka ada 4 (empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah tersebut dapat
berdiri, yaitu 1). Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung
semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan
perilaku hidup bersih, perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang; 3) Melakukan
aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat gizi kedalam
tubuh; 4) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam batas normal. Memantauan BB
normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga
dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat
segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
d. Pesan-pesan PGS (pedoman gizi seimbang) :
e. 1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;
f. 2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
g. 3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
h. 4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;
i. 5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
j. 6. Biasakan Sarapan;
k. 7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
l. 8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
m. 9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
n. 10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

6. Status Gizi
- definisi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan
oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000)

- Faktor yg mempengaruhi
status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama
adanya penyakit infeksi.
Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah agen biologis seperti virus,
bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor fisik seperti luka bakar atau keracunan . status gizi
seseorang selain di pengaruhi oleh jumlah asupan makan yang di konsumsi juga terkait dengan penyakit
infeksi, seseorang yang baik dalam mengonsumsi makanan apabila sering mengalami diare atau demam
maka rentan terkena gizi kurang
Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola konsumsi konsumsi adalah zat gizi dalam
makanan, ada tidaknya program pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan makan, dan faktor tidak
langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi adalah daya beli keluarga, kebiasaan makan,
pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial. (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016)

- Masalah gizi anak


menurut (Kusumawardani, 2012) ada dua yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi.
a. Kurang Gizi
Kekurangan gizi (seperti energi dan protein) menyebabkan berbagai keterbatasan, antara lain
pertumbuhan mendatar, berat, dan tinggi badan menyimpang dari pertumbuhan normal, dapat diamati
pada anak-anak yang kurang Gizi. Keadaan kurang Gizi juga berasosiasi dengan keterlambatan
perkembangan motorik.
Pada keadaan kurang energi dan protein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak
mampu berkonsentrasi. Akibatnya dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik tidak dapat
melakukan dalam waktu yang lama dibandingkan dengan anak yang gizinya baik.
b. Kelebihan Gizi
Penyebab obesitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pertama, suatu asupan makanan berlebih.
Dua, rendahnya pengeluaran energi basal, dan ketiga, kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya obesitas
karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dan energi yang dikeluarkan atau digunakan
untuk beraktivitas

- Penilaian status gizi


Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki
risiko status gizi kurang maupun gizi lebih.
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

- Antropometri
Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain :
Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama
di kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat.
Antropometri sangat umum di gunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan
antara asupan energi dan protein.
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT sebagai berikut:

Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah


Z-score = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan standar +1 SD atau -1 SD. Jadi
apabila BB/TB pada kasus lebih besar daripada median, maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh
dengan mengurangi +1 SD dengan median. Tetapi jika BB/TB kasus lebih kecil daripada median, maka
nilai simpang baku rujukannya menjadi median dikurangi dengan -1 SD. Menurut (Kemenkes RI, 2010)
kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak
umur 5-18 tahun yang sudah dimodifikasi oleh peneliti adalah:

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

- Survei Konsumsi Makanan


a) Pengertian Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b) Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Anda mungkin juga menyukai