Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR TEORI HIPERBILIRUBIN

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU

A. ANATOMI HATI DAN KANDUNG EMPEDU

HATI
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh,
berwarna merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi,
termasuk perannya dalam membantu pencernaan makanan dan
metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan.
Hati manusia dewasa normal memiliki massa sekitar 1,4 Kg
atau sekitar 2.5% dari massa tubuh. Letaknya berada di bagian teratas
rongga abdominal, disebelah kanan, dibawah diagfragma dan menempati
hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan sebagian
epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada
dibawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan
lekukan fisura transverses. Permukaannya dilapisi pembuluh darah yang
keluar masuk hati.
Lobus-lobus dari hati terdiri atas lobulus-lobulus. Sebuah lobulus terdiri
atas sel-sel epitel yang disebut sel-sel hati atau hepatosit. Disusun secara
tak beraturan, bercabang, bDiantara lapisan-lapisan sel tersebut ada
ruang endothelial-lined yang disebut sinusoid-sinusoid yang diteruskan
ke aliran darah.
Sinusoid-sinusoid juga sebagian terdiri atas sel-sel fagosit dan sel-sel
kupffer yang merombak sel-sel darah merah dan sel darah putih yang
telah rusak, bakteri-bakteri dan senyawa-senyawa beracun. Hati terdiri
atas sinusoid-sinusoid yang bergantung pada tipe pembuluh kapilernya.
erlapis2 dan dihubungkan langsung ke sebuah vena pusat. Sel-sel ini
mensekresikan cairan empedu.
KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi


untuk menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning
kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Kandung empedu memiliki bentuk
seperti buah pir dengan panjang 7-10 cm dan merupakan membran
berotot. Terletak didalam fossa dari permukaan visceral hati. Kandung
empedu terbagi kedalam sebuah fundus, badan dan leher.
Bagian-bagian dari kandung empedu :
 Fundus vesikafelea, merupakan bagian kandung emepeduyang
paling akhir setelah korpus vesikafelea.
 Korpus vesikafelea, bagian dari kandung empedu yang
didalamnya berisis getah empedu. Getah emepedu adalah suatu
cairan yang disekeresi setiap hari oleh sel hati yang dihasilkan setiap
hari 500-1000 cc, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah
produksi meningkat sewaktu mencerna lemak.
 Leher kandung kemih. Merypakan leher dari kandung empedu
yaitu saluran yang pertama masuknya getah empedu ke badan
kandung emepedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung
emepedu.
 Duktus sistikus. Panjangnya kurang lebih 3 ¾ cm. berjalan dari
leher kandung emepedu dan bersambung dengan duktus hepatikus
membentuk saluran empedu ke duodenum.
 Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
 Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.
B. FISIOLOGI HATI DAN KANDUNG EMPEDU

HATI

Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:


1. Membantu dalam metabolisme karbohidrat
2. Membantu metabolisme lemak
3. Membantu metabolisme Protein
4. Menetralisir obat-obatan dan hormon
5. Mensintesis garam-garam empedu
6. Sebagai tempat penyimpanan
7. Sebagai fagosit

KANDUNG EMPEDU

Fungsi kandung empedu


1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu
yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit.
Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel
hati.
2. Untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil
pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta
membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu
menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan
dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang
peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.
Proses pembentukkan empedu :
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian
adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke
dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang
berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan dari sistin,
mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-
molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ±
1mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari system pencernaannya.
Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan
membentuk Micelles, kompleks yang larut dalam air sehingga lemak
dapat lebih mudah terserap dalam sistem pencernaan (efek hidrotrofik).
Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan
yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pankreas yang penting dalam
pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam
empedu karena adanya garam-garam empedu dan lesitin.

II. KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya labuh dari normal ( Suriadi, 2001)

Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel


darah merah (SDM) dan resorpsi lanjut dari bilirubin yang tidak
terkojusi dari usus kecil. (Doenges, 2001)

Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis
adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
• Timbul pada hari kedua-ketiga
• Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15
mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
• Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per
hari
• Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
• Ikterus hilang pada 10 hari pertama
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis
tertentu

Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia


Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai
yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau
tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang
patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar
Bilirubin mencapai 12
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.
Utelly
menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek
pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus,
Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
B. PATOFISIOLOGI

Disfungsi hati terjadi akibat kerusakan pada sel-sel parenkim hati


yang bisa secara langsung disebabkan oleh penyakit primer hati atau
secara tidak langsung oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan
sirkulasi hepatik.Proses perjalanan penyakit yang berkembang menjadi
disfungsi hepatoseluler dapat disebabkan oleh penyebab yang menular
seperti bakteri atau virus dan oleh keadaan anoksia , kelainan
metabolisme , toksin serta obat-obatan , defisiensi nutrisi & keadaan
hipersensitivitas. Sel-sel parenkim hati akan bereaksi terhadap unsur-
unsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid
sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis. Keadaan ini
sering disertai dengan infiltrasi sel radang & pertumbuhan jaringan
fibrosis. Hasil akhir penyakit parenkim hati yang kronis adalah
pengecilan dan fibrosis hati.
Manifestasi disfungsi hepatoseluler berupa perubahan fungsi
matabolik dan ekskretorik hati. Konsentrasi bilirubin akan meningkat
sehingga akan menimbulkan ikterus ( perubahan warna kulit, membran
mukosa, sklera dan jaringan lainnya menjadi kuning ). Keadaan ini
terjadi akibat dari obstruksi saluran-saluran empedu intrahepatik.
Karena konsentrasi bilirubin dalam darah mengalami peningkatan
yang abnormal, semua jaringan tubuh yang mencangkup sklera & kulit
akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan, ini
dinamakan ikterus (jaundice). Gejala klinis yang nyata bila kadar
bilirubin serum melampaui 2 atau 2,5 mg/dl.
Terdapat 4 macam ikterus :
1. Ikterus hemolitik
Terjadi akibat peningkatan destruksi sel darah merah yang
menyebabkan pengaliran bilirubin yang sangat cepat kedalam darah
sehingga hati yang sekalipun fungsinya masih normal tidak mampu
lagi mengekspresikan bilirubin secepat proses pembentukannya.
Tanpa gejala & komplikasi kecuali bila hiperbilirubinemia sangat
ekstrim maka akan menimbulkan resiko kerusakan batang otak
2. Ikterus hepatoseluler,
Karena ketidakmampuan sel hati yang rusak untuk membersihkan
bilirubin yang jumlahnya masih normal dari dalam darah.
Mempunyai gejala klinis nafsu makan menurun, berat badan
menurun, mual, lesu dan lemah
3. Ikterus obstruktif,
Terjadi akibat penyumbatan saluran empedu oleh batu empedu.
perubahan warna kuning pd kulit& sclera serta memberan mukosa
urine berbuaih dan tinja tampak cerah /pekat.
4. Ikterus akibat hiperbilirubinemia herediter,
Peningkatan kadar bilirubin oleh kelainan bawaan.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Bilirubim total
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis.
Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan
5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada
bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm.
2. Hitung darah lengkap
Hb mungkin rendah (< 14 g/dl) karena hemolisis.
Ht mungkin meningkat (> 65 %) pada polisitemia.
3. Meter ikterik traskutan
Untuk mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
serum.
4. Smear Darah perifer
Menunjukkan SDM normal atau imatur.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

 Fototerapi; dilakukan apabila telah ditegakkan diagnosa


hiperbilirubin.
 Fenolbarbital; dapat mengekskresi bilrubin dalam hati
 Antibiotik; apabila terkait dengan infeksi
 Tranfusi ukar; apabila sudah tidak dapat ditangani dengan
fototerapi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERBILIRUBIN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama MRS
b. Keluhan utama saat pengkajian
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga

3. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1) Aktivitas/Istirahat
Letargi, malas
2) Sirkulasi
Mungkin pucat (menandakan anemia), bertempat tinggal di atas
ketinggian 5000 ft.
3) Eliminasi
Bising usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat, feses
mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin, urin
gelap pekat.
4) Makan/Cairan
Riwayat perlambatan/ makan oral buruk, lebih mungkin disusui dari
pada menyusu botol. Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran
limpa dan hepar.
5) Neurosensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran (kelahiran
ekstraksi vakum).
Edema umum, hepatosplenomegali atau hidrops fetalis mungkin ada
dengan inkontabilitas Rh berat.
Kehilangan refleks moro mungkin terlihat.
Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol,
menangis lirih, aktivitas kejang ( tahap krisis).
6) Pernafasan
Riwayat asfiksia, krekels, mucus bercak merah muda (edema pleural,
hemoragi pulmonal).
7) Keamanan
Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus. Ekimosis berlebihan, petekie,
perdarahan intracranial, ikterik pada wajah dan berlanjut ke bagian
distal tubuh, kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) sebagai efek
samping fototerapi.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi

B. DIAGNOSA

Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul :


1. Resiko Injuri (internal)
Faktor resiko meliputi :
- Peningkatan serum bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah
merah dan gangguan ekresi bilirubin.
- Prematuritas, penyakit hemolitik, asfiksia.
Dibuktikan oleh :
- Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejal untuk menegakkan
diagnosa aktual.
2. Resiko Kurang Volume Cairan
Faktor resiko dapat meliputi :
- Hilangnya air (IWL) tanpa disadari sekunder dari fototerapi.
Dibuktikan oleh :
- Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejal untuk menegakkan
diagnosa aktual.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Dapat dihubungkan dengan:
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Nafsu makan merurun dan mual
Dibuktikan oleh ;
- Penurunan berat badan
- Lesu dan lemah

4. Resiko gangguan integritas kulit


Dapat dihubungkan dengan:
- Fototerafi
Dibuktikan oleh :
- Adanya iritasi pada kulit yang ditandai dengan tidak terdapat
rash,dan tidak ada ruam macular eritematosa

5. Kecemasan Orang Tua


Dapat dihubungkan dengan :
- Kondisi bayi dan bonding.
Dibuktikan oleh :
- Orang tua sering menanyakan tentang kondisi anaknya
6. Kurangnya Pengetahuan
Dapat dihubungkan dengan :
- Kurang pemajanan
- Kesalahan interpretasi
- Tidak mengenal informasi
Dibuktikan oleh :
- Pernyataan masalah/kesalahan konsep
- Meminta informasi
- Ketidaktepatan mengikuti intruksi

7. Resiko Tinggi Injuri terhadap efek samping tindakan fototerapi


Faktor resiko dapat meliputi :
- Sifat fisik dari intervensi terapeutik dan efek mekanisme regulasi
tubuh.
Dibuktikan oleh :
- Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejal untuk menegakkan
diagnosa aktual.

C. PERENCANAAN

1. Prioritas :

1. Resiko Injuri (internal)


2. Resiko Kurang Volume Cairan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko gangguan integritas kulit
5. Kecemasan Orang Tua
6. Kurangnya Pengetahuan
7. Resiko Tinggi Injuri terhadap efek samping tindakan fototerapi
2. Rencana Keperawatan

1) Resiko Tinggi Injuri berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin


sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan ekresi
bilirubin.

Kriteria hasil yang diharapkan :


Menununjukkan kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dl pada bayi
cukup bulan pada usia 3 hari.
Intervensi ;

Tindakan / intervensi Rasional


- Berikan fototerapi - meningkatkan
sesuai program kemampuan larut air bilirubin, yg
memungkinkan ekresi cepat dari
bilirubin dalam feces dan urin.
- Monitor kadar - Bilirubin tampak
bilirubin 4-8 jam sesuai dalam 2 bentuk yaitu bilirubin
program. direk dan indirek.
- Antisipasi kebutuhan - Tranfusi tukar perlu
tranfusi tukar. dalam kasus anemia hemolitik
berat, yg biasanya berkenaan
dengan inkompatibilitas Rh.
- Monitor Hb dan Hct - Peningkatan kadar Hb
dan Hct.

2) Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan hilangnya air


tanpa disadari sekunder dari fototerapi.
Kriteria hasil yang diharapkan :
Tidak mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi

Intervensi :

Tindakan / intervensi Rasional


- Monitor intake dan - Keseimbangan intake
output. dan output berhubungan
dengan penambahan berat
badan.
- Berikan terapi infus - Pemberian cairan
sesuai program. intraavena mungkin diperlukan
untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan tetapi harus dengan
hati-hati ditangani untuk
menghindari kelebihan cairan.
- Kaji adanya tanda- - Untuk mempercepat
tanda dehidrasi. dalam meberi tindakan jika
terjadi dehidrasi.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Kriteria hasil yang diharapkan :
Nutrisi terpenuhi secara adekuat

Intervensi ;

Tindakan / intervensi Rasional


- Timbang sesuai - Sebagai indikator
indikasi status nutrisi
- Beri makan sedikit - Meningkatkan
tapi sering masukan nutrisi
4) Resiko gangguan integritas kulit
Kriteria hasil yang diharapkan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi

Intervensi :

Tindakan / intervensi Rasional


- Inspeksi kulit setiap - Mengidentifikasi area
4 jam potensial kerusakan dermal, yang
dapat mengakibatkan sepsis.
- Membantu mencegah
- Merubah posisi bayi dengan kemungkin an nekrosis
sering berhubungan dengan kurangnya
lemak subkutan diatas tonjolan
tulang.
- Gunakan pengalas yang lembut - Membantu mencegah
kemungkin an nekrosis
berhubungan dengan kurangnya
lemak subkutan diatas tonjolan
tulang.

5) Kecemasan Orang Tua berhubungan dengan Kondisi bayi dan bonding

Kriteria hasil yang diharapkan :


Orang tua sudah tidak tampak cemas lagi pada bayinya dan aktif dalam
partisipasi peawatan bayi.

Intervensi :

Tindakan / intervensi Rasional


- Anjurkan kontak - Dapat membatasi
orang tua dengan bayi. iritabilitas bayi dan
meningkatkan prilaku interaktif.
- Jelaskan kondisi - Menurunkan ansietas
bayi, perawatan dan berkenaan dengan ketidak
pengobatannya tahuan, meningkatkan koping
dan kemampuan pemecahan
masalah.
- Ajarkan orang tua - Membantu ibu
untuk mengekspresikan mengungkapkan masalahnya.
perasaan, dengarkan rasa
takutnya dan perhatian orang tua

6) Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan Kurang pemajanan,


kesalahan interpretasi, tidak mengenal informasi

Kriteria hasil yang diharapkan :


Orang tua memahami kondisi bayi, mengungkapkan pemahaman
tentang penyebab, tindakan dan kemungkinan hasil hiperalbumenia
dan berpartisipasi dalam perawatan bayi bahkan mendemonstrasikan
perawatan bayi yang tepat.

Intervensi :

Tindakan / intervensi Rasional


- Berikan informasi - Memperbaiki
tentang tipe-tipe ikterik dan kesalahan konsep, meningkatkan
factor-faktor patofisiologis dan pemahaman, menurunkan rasa
implikasi masa datang dari takut dan perasaan bersalah.
hiperbilirubinemia.
- Diskusikan - Pemahaman orang tua
penatalaksanaan di rumah dari membantu mengembangkan
ikterik fisiologis ringan atau kerjasama mereka bila bayi
sedang. dipulangkan.
- Diskusikan - Kerusakan neurologist
kemungkinan efek-efek jangka dihubungkan dengan kernikterus
panjang dari hiperalbuminemia. meliputi kematian, koordinasi
buruk.

7) Resiko Tinggi Injuri terhadap efek samping tindakan fototerapi


berhubungan dengan sifat fisik dari intervensi terapeutik dan efek
mekanisme regulasi tubuh.

Kriteria hasil yang diharapkan :


Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas
normal, bebas dari cidera kulit dan jaringan, mendemonstrasikan pola
interaksi yang diharapkan, menunjukkan penurunan kadar bilirubin
serum.
Intervensi :
Tindakan / intervensi Rasional
- berikan tameng - mencegah
untuk menutup mata; inspeksi kemungkinan kemungkinan
mata setiap 2 jam bila tameng kerusakan retina dan konjungtiva
dilepaskan untuk pemberian dari sinar intensitas tinggi.
makanan. Sering pantau posisi
tameng. - Mencegah
- Tutup testis dan kemungkinan kerusakan testis
penis pada pria. dari panas
- Memungkinkan
- Ubah posisi bayi pemajanan seimbang dari
setiap 2 jam. permukaan kulit.
D. INTERVENSI

Intervesi keperawatan adalah keperawatan langsung yang dilakukan


perawat atas nama klien. ( Bulechek dan McCloskey, 1989 )

E. EVALUASI

1. Kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dl pada bayi cukup bulan pada
usia 3 hari.
2. Tidak mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi
3. Nutrisi terpenuhi secara adekuat
4. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
5. Orang tua tidak tampak cemas lagi pada bayinya dan aktif dalam
partisipasi peawatan bayi.
6. Orang tua memahami kondisi bayi, mengungkapkan pemahaman tentang
penyebab, tindakan dan kemungkinan hasil hiperalbumenia dan
berpartisipasi dalam perawatan bayi bahkan mendemonstrasikan
perawatan bayi yang tepat.
7. Suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal, bebas dari
cidera kulit dan jaringan, mendemonstrasikan pola interaksi yang
diharapkan, menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.
Daftar Pustaka

Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal- bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Suriadi & Yuliani Rita.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : PT Fajar
www.google.co.id/mediastore
KONSEP DASAR TEORI
DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERBILIRUBIN

OLEH :

I GEDE WAHYU NURYADNYA


(05C10014)
I MADE SUARDANA
(05C10018)
I NYOMAN TRIPAYANA
(05C10022)
I PUTU HERY SAPUTRA
(05C10075)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
2007

Anda mungkin juga menyukai