Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI
“ASPEK KEPRIBADIAN DAN EMOSI YANG DAPAT MEMPENGARUHI
PERILAKU ORGANISASI”

Dosen Pengampu :
Rizky Syafril, SHI, M. Si

KELOMPOK 4
Adlina Rizkianur ( 19042044)
Ardinda Meli Nevia Fitri ( 19042106 )
Indah Destya Rany (19042136)
Randy Saputra (19042170)
Ulfa Aulia (19042089)

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat dan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliahPerilakuOrganisasitentang “Aspek Kepribadian
Dan Emosi Yang Dapat Mempengaruhi Perilaku Organisasi”. Kami berusaha dengan
semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin dan
sebenar-benarnya. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi,
penganalisaan, dan pembahasan. Semua hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengalaman.
Kami berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para pembaca kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat membangun, guna
terciptanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila di dalamnya ada kesalahan dan kekurangan
mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Padang Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 5

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 6

C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 6

BAB II..................................................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7

A. KEPRIBADIAN ......................................................................................................................... 7

1. Pengertian Kepribadian ........................................................................................................... 7

2. Determinan Personality ........................................................................................................... 8

3. Ciri-Ciri Personality .............................................................................................................. 10

4. Atribut Personality Yang Mempengaruhi PO ....................................................................... 10

5. Personality Dan Budaya Nasional......................................................................................... 14

6. Kesesuaian Personality Dengan Pekerjaan Dan Dengan Organisasi .................................... 15

B. EMOSI........................................................................................................................................ 18

1. Pengertian Emosi .................................................................................................................. 18

2. Jenis Emosi ............................................................................................................................ 18

3. Dimensi Emosi ...................................................................................................................... 19

4. Gender Dan Emosi ................................................................................................................ 20

5. Aplikasi Dalam Ability Dan Seleksi ..................................................................................... 20

6. Pengambilan Keputusan........................................................................................................ 21

7. Motivasi ................................................................................................................................ 22

8. Leadership ............................................................................................................................. 22

3
9. Konflik .................................................................................................................................. 24

10. Perilaku Menyimpang ....................................................................................................... 26

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 29

A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 29

B. SARAN ..................................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 31

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perilaku organisasi merupakan sebuah kajian yang mempelajari tentang
tingkah laku manusia dimulai dari tingkah laku individu, kelompok, dan tingkah laku
ketika berorganisasi, serta pengaruh perilaku individu terhadap kegiatan organisasi
dimana mereka melakukan dan bergabung dalam organisasi tersebut. Dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi, perilaku organisasi dapat memainkan peran pentingnya
dalam perkembangan organisasi dengan melihat sudut pandang tingkah laku individu
atau kelompok yang dapat memberikan pengaruh terhadap apa yang kita sebut dengan
kinerja organisasi. Salah satu yang berkaitan dengan perilaku organisasi adalah
kepribadian dan emosi.
Menurut penelitian Czikszentmihalyi terhadap kehidupan orang-orang kreatif
menunjukkan bahwa individu yang kreatif mempunyai kepribadian yang lebih
kompleks dibanding orang lain. Kepribadian tersebut mengarah kepemikiran yang
berbeda dan pada akhirnya memunculkan ide-ide baru dan berguna. Kepribadian-
kepribadian tersebut mengindikasikan adanya pengaruh terhadap kinerja kreatif
individu. Sikap kreatif juga dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada dalam kepribadian
seseorang, yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap individu untuk berpikir
mandiri, fleksibel, dan imajinatif.
Pada waktu tertentu individu diberi kebebasan untuk melakukan atau membuat
sesuatu sesuai dengan apa yang disenangi. Kepribadian harus dimiliki dalam setiap
orang yang masuk ke dalam suatu organisasi, karena maju atau mundurnya suatu
organisasi berada pada individunya masing-masing serta sistem yang telah dijalankan.
Semakin konsisten karakteristik tersebut di saat merepons lingkungan, hal itu
menunjukkan faktor keturunan atas pembawaan (traits) merupakan faktor yang
penting dalam membentuk keribadian seseorang. Orang yang karakternya terbentuk
pada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan
agresif. Sedangkan orang yang berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan
pada pentingnya bergaul baik dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan
keluarga dibandingkan kerja dan karier.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kepribadian dapat mempengaruhi perilaku organisasi?
2. Bagaimana emosi dapat mempengaruhi perilaku organisasi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kepribadian dapat mempengaruhi perilaku organisasi.
2. Untuk mengetahui emosi dapat mempengaruhi perilaku organisasi.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEPRIBADIAN

1. Pengertian Kepribadian
Pengertian kepribadian menurut para ahli :
a) Sofyandi dan Garniwa dalam buku perilaku organisasi Candra Wijaya (2017:
23) menyatakan hubungan antara perilaku dengan kepribadian mungkin
merupakan salah satu masalah paling rumit yang harus dipahami oleh para
manajer. Kepribadian amat banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan
sosial. Tanpa mempersoalkan bagaimana orang mendefenisikan kepribadian,
beberapa prinsip pada umumnya diterima oleh para ahli psikologi. Prinsip-
prinsip itu adalah:
1) Kepribadian adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi, apabila tidak,
individu itu tidak mempunyai arti.
2) Kepribadian kelihatannya di organisasi dalam pola tertentu. Pola ini sedikit
banyak dapat diamati dan diukur.
3) Walaupun kepribadian mempunyai dasar biologis, tetapi perkembangan
khususnya adalah hasil dari lingkungan social dan kebudayaan.
4) Kepribadian mempunyai berbagai segi yang dangkal, seperti sikap untuk
menjadi pemimpin tim, dan inti yang lebih dalam, seperti sentiment
mengenai wewenang atau etika kerja.
5) Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dan khas. Setiap orang berbeda satu
sama lain dalam beberapa hal, sedangkan dalam beberapa hal serupa.

b) Rivai dan Mulyadi dalam buku perilaku organisasi Candra Wijaya (2017: 24)
kepribadian adalah organisasi dinamis pada masing-masing system psikofisik
yang menetukan penyesuaian unik pada lingkungannya dan kepribadian
merupakan total jumlah dari seorang individu dalam beraksi dan berinteraksi
dengan orang lain, atau dapat pula dikatakan bahwa kepribadian adalah
himpunan karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat
umum dan perbedaan dalam perilaku sesorang.

7
c) Badeni dalam buku perilaku organisasi Candra Wijaya (2017: 24) menyatakan
kepribadian mengacu pada keunikan yang dimiliki seseorang dalam berbagai
aspek, sifat, dan perilaku yang khas yang ditampilkan seseorang ketika
menghadapi orang lain, suatu objek, atau peristiwa. Oleh karena itu
kepribadian sangat berbeda-beda.

Menurut pengertian dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan


kepribadian adalah salah satu karakteristik, etika, moral, yang dimiliki oleh setiap
individu dimana sifat dan keprbadian yang dimilikinya akan mempengaruhi maju
mundurnya suatu organisasi.

2. Determinan Personality
Argumentasi awal yang sering diperdebatkan dalam riset kepribadian adalah
apakah kepribadian seseorang merupakan hasil keturunan atau lingkungan.
Apakah kepribadian ditentukan sebelumnya saat kelahiran, ataukah itu akibat dari
interaksi individu itu dengan lingkungannya? Jelas, tidak ada jawaban hitam putih
yang sederhana. Kepribadian tampaknya merupakan suatu hasil dari kedua
pengaruh itu. Tambahan pula, dewasa ini kita mengenali suatu faktor ketiga
situasi. Dengan demikian kepribadian seorang pada umumnya terbentuk oleh
faktor keturunan maupun lingkungan, yang diperlunak (moderated) oleh kondisi
situasi.
a. Keturunan
Keturunan merujuk ke faktor-faktor yang ditentukan pada saat
pembuahan. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, komposisi
otot dan refleks, tingkat energi, dan ritme hayati merupakan karakteristik yang
umumnya dianggap sebagai atau sama sekali atau sebagian besar dipengaruhi
oleh siapa kedua orang tua anda, yaitu oleh susunan hayati, faali (fisiologis)
dan psikologis yang melekat.
Pendekatan keturunan berargumen bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seorang individu adalah struktur molekul dari gen, yang terletak
dalam kromosom. Lombroso ( dalam Arifin Tahir 2014: 41), seorang menjadi
penjahat karena memang ia sudah dilahirkan sebagai penjahat. Lombroso tidak
tidak terlalu memperhatikan pengaruh lingkungan. Menurutnya pengaruh

8
bawaan atau turunan sangat dominan membentuk kepribadian seseorang.
Itulah sebabnya mengapa para manajer sangat memerlukan latar belakang
kehidupan seseorang ketika proses rekruiment.

b. Lingkungan
Faktor lain yang memiliki peran yang cukup signifikan pada
pembentukan kepribadian kita adalah budaya dimana kita dibesarkan.
Pengkondisian dini, norma-norma diantara keluarga, teman-teman, dan
kelompok–kelompok sosial, serta pengaruh– pengaruh lain yang kita alami.
Lingkungan yang dipaparkan pada kita memainkan suatu peran yang cukup
besar dalam membentuk kepribadian kita. Tokoh yang sangat terkenal denga
teori “Tabula Rasa” Jhon Locke, menurutnya bahwa seorang bayi yang
dilahirkan itu adalah ibarat selembar kertas putih. Lingkunganlah yang dapat
menentukan apakah kertas putih itu akan menjadi hitam, kuning, merah atau
apapun juga.
Para ahli sepakat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
lingkungannya. Jika seseorang dibentuk dalam rumah tangga yang bahagia,
pola perilaku akan bersikap baik misalnya dalam sifat-sifat yang positif seperti
peramah, gembira, sabar, toleran, mdah diajak kerja sama, tidak egois dan
lain-lain. Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
bahagia dimana kedua orang tuanya yang sering bertengkar maka sifat-sifat
seperti digambarkan di atas tidak akan nampak.

c. Situasi
Faktor ketiga, situasi, memepengaruhi dampak keturunan dan
lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian seseorang, walaupun pada
umumnya mantap dan konsisten, berubah dalam situasi yang berbeda.
Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculakn aspek-aspek
yang berlainan dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu hendaknya kita
tidak melihat pola kepribadian dalam keterpencilan (isolasi).
Sementara tampaknya logis untuk mengendalikan bahwa situasi akan
mempengaruhi kepribadian seseorang, untuk suatu bagan klasifikasi yang rapi
akan mengatakan kepada kita dampak berbagai tipe situasi sejauh ini tidak kita
punyai. “Tampaknya kita belum sampai pada pengembangan suatu sistim

9
untuk menjelaskan situasi sehingga suatu itu dapat dipelajari secara sistimatis”
Bagaimanapun, kita memang tahu bahwa situasi tertentu lebih relevan
daripada situasi lain dalam mempengaruhi kepribadian.

3. Ciri-Ciri Personality
Karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku seorang individu,
seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia. Menurut Nimran,
kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem psikofisik dalam
diri individu yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Dia
menambahkan bahwa kepribadian sebagai keseluruhan cara bagaimana individu
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin konsisten karakteristik,
seperti pemalu, agresif, malas, jujur, dsb muncul di saat merespon lingkungan, hal
itu menunjukkan faktor keturunan atau pembawaan merupakan faktor yang
penting dalam membentuk kepribadian seseorang.

4. Atribut Personality Yang Mempengaruhi PO


Penjelasan tentang atribut kepribadian tersebut di atas dijelaskan dalam uraian
berikut ini:
1. Tempat Kedudukan Kendali
Tempat kedudukan kendali adalah derajat sejauhmana seseorang yakin
menguasai nasib sendiri. Ini dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu internalizers
dan externalizers.
Internalizers: individu yang meyakini bahwa mereka mengendalikan apa yang
terjadi pada diri mereka sendiri.
Externalizers: individu-individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi pada
diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti kemujuran dan peluang.
Dampak tempat kedudukan kendali terhadap perilaku organisasi bagi
kelompok atau bagian internal umumnya mempunyai kinerja yang lebih baik
pada pekerjaan, yaitu lebih aktif mencari informasi sebelum mengambil
keputusan dan lebih termotivasi untuk berprestasi serta melakukan upaya yang
lebih besar untuk mengendalikan lingkungan mereka.
Ciri-ciri Utamanya adalah :
 Tingkat absensi rendah

10
 Turn over rendah
 Lebih sukses
 Kinerja lebih baik
 Termotivasi untuk berprestasi.
Pekerjaan yang cocok bagi kelompok ini adalah pekerjaan manajerial dan
professional. Sedangkan dampak tempat kedudukan kendali bagi kaum
eksternal adalah lebih tunduk dan bersedia mengikuti aturan. Ciri-cirinya
adalah:
 Kurang dipuaskan oleh pekerjaan
 Tingkat kemangkiran tinggi
 Terasing dari lingkungan kerja
 Kurang terlibat dalam pekerjaan
 Tunduk dan bersedia mengikuti pengarahan. Pekerjaan yang cocok
bagi kelompok eksternal ini adalah pekerjaan yang terstruktur dan
sifatnya rutin.
2. Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah derajat sejauhmana seorang individu bersifat
pragmatis, menjaga jarak emosional, meyakini bahwa tujuan dapat
membenarkan cara. Ciri-ciri Machiavellianisme yang tinggi adalah
memanipulasi lebih banyak, memenangkan lebih banyak, jarang dibujuk dan
membujuk orang lain lebih banyak dibandingkan dengan kaum
Machiavellianisme rendah. Pekerjaan yang cocok bagi kelompok
Machiaveliianisme yang tinggi adalah:
• Pekerjaan yang banyak memerlukan tawar menawar (negotiation)
• Pekerjaan yang menjanjikan hadiah bila berhasil (mis: penjualan berkomisi).
Kelompok ini berkembang manakala:
a. Berinteraksi atau tatap muka secara langsung dengan orang lain daripada
secara tidak langsung.
b. Situasi itu mempunyai aturan dan peraturan yang minimum sehingga
memungkinkan ruang gerak untuk improvisasi.
c. Keterlibatan emosional dengan rincian yang tidak relevan dengan
kemenangan mengalihkan perhatian para Machiavellianisme rendah.

11
3. Penghargaan diri (Self Esteem)
Self Esteem adalah derajat suka tidak suka seorang individu terhadap diri
mereka sendiri. Penghargaan diri menawarkan beberapa wawasan yang
menarik ke dalam perilaku organisasi yaitu Self Esteem diberikan secara
langsung .
Penghargaan untuk pribadi Self Esteem tinggi, yaitu:
• Memiliki kemampuan lebih untuk berhasil dalam pekerjaan
daripada kemampuan yang mereka perlukan.
• Mengambil lebih banyak resiko dalam pekerjaannya.
• Memilih pekerjaan-pekerjaan yang tidak konvensional
Penghargaan untuk pribadi Self Esteem rendah, yaitu:
• Lebih rawan terhadap pengaruh luar
• Bergantung pada diterimanya evaluasi yang positif dari orang lain
• Lebih besar kemungkinan mereka mencari persetujuan dari orang
lain.
• Cenderung menyesuaikan pada keyakinan-keyakinan dan
perilakuperilaku dari mereka yang dihormati.
• Dalam posisi manajerial, cenderung untuk memperdulikan usaha
menyenangkan hati orang lain.
4. Pemantauan diri (Self Monitoring)
Self monitoring adalah suatu ciri kepribadian yang mengukur kemampuan
seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor
situasional luar. Seorang yang tinggi dalam pemantauan diri mempunyai
kemampuan adaptasi yang besar dalam menyesuaikan perilaku mereka
terhadap faktor situasional luar. Mereka sangat peka terhadap isyarat6 isyarat
luar dan berperilaku berbeda dalam situasi yang berlainan. Sedangkan
pemantauan diri yang rendah cenderung memperlihatkan watak (disposisi)
mereka yang sebenarnya dalam semua situasi yang sifatnya konsisten. Dengan
modal bukti pendahuluan dalam riset maka muncul hipotesis bahwa
pemantauan diri yang tinggi akan lebih berhasil dalam posisi-posisi manajerial
dimana individu dituntut memainkan peran-peran ganda.

12
5. Pengambilan resiko
Pengambilan resiko adalah suatu kepribadian yang mengukur dampak berapa
lama manajer perlu waktu dalam mengambil keputusan dan beberapa
informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil keputusan. Seorang
individu pengambil resiko tinggi adalah mengambil keputusan jauh lebih cepat
dan menggunakan sedikit informasi dalam mengambil pilihan-pilihan daripada
pengambil resiko rendah dengan ketepatan keputusan yang sama. Kaitannya
dengan perilaku organisasi adalah bahwa ada beberapa pekerjaan spesifik
yang menuntut kecenderungan pengambilan resiko. Seorang wiraswastawan
dan pedagang dituntut untuk pengambilan resiko tinggi. Sedangkan pekerjaan
yang bersifat administratif berkecenderungan pengambilan resiko yang
rendah.

6. Tipe kepribadian
Ada dua tipe kepribadian:
a. Kepribadian tipe A Adalah pelibatan agresif dalam suatu usaha dan
berusaha terus menerus mencapai sesuatu lebih banyak dalam waktu yang
lebih singkat dan jika perlu melawan upaya-upaya yang melawan hal-hal
atau orang lain.
Ciri-ciri tipe ini adalah:
• Selalu bergerak, berjalan dan makan cepat
• Merasa tidak sabar dengan laju berlangsungnya kebanyakan
peristiwa.
• Berupaya keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih
secara serentak.
• Tidak dapat mengatasi waktu luang.
• Terobsesi oleh bilangan yang mengukur sukses dalam bentuk
seberapa banyak semua hal yang mereka peroleh.
b. Kepribadian tipe B adalah:
• Tidak pernah merasa urgensi waktu bersama, ketidaksabaran
mengiringi rasa tersebut.

13
• Tidak pernah merasakan perlunya memperagakan atau membahas
prestasi mereka kecuali bila paparan semacam itu dituntut oleh
situasi.
• Lebih menyukai kesantaian dan kesenangan, bukannya untuk
menunjukkan keunggulan/prestasi.
• Dapat santai tanpa rasa salah.
Tipe A mengakibatkan beberapa hasil perilaku yang agak spesifik, yaitu:
• Pekerja cepat, dengan menekankan kuantitas daripada kualitas.
• Dalam manajerial, memperagakan daya saing menekan daya bekerja
dalam waktu yang sama.
• Tidak kreatif, mengandalkan masa lalu bila menghadapi masalah.
Sedangkan tipe B dengan karakteristiknya akan lebih berhasil dalam
karirnya karena menekankan pada kualitas, sehingga mereka lebih
bertindak bijak dan kreatif karena mereka menganekaragamkan
respon mereka terhadap tantangan yang spesifik dalam lingkungan
mereka.

5. Personality Dan Budaya Nasional


Menurut Hofstede (dalam Lili Sugeng Wiyantoro2007: 8), National culture is
the collective programmingof the mind acquired by growing up in a particular
country. Yang artinya budaya nasional adalah program pikiran secara kolektif
yang diperoleh dari perkembangan dalam suatu negara pada khususnya. Menurut
Kreitner dan Kinicki dalam Lili Sugeng Wiyantoro2007: 8), dimensi-dimensi
budaya nasional yang penting dalam penelitian-penelitian Hofstede yaitu;
a. Jarak kekuasaan: seberapa banyak orang memperkirakan ketidakadilan pada
lembaga-lembaga sosial (misal, keluarga, pekerjaan, organisasi, pemerintah).
b. Individualismekolektivisme: seberapa longgar atau ketat ikatan antara
individu-individu dengan kelompok-kelompok masyarakat.
c. Maskulinisme-femininisme: untuk tingkat apa masyarakat menggunakan sifat-
sifat maskulin kompetitif (misal, keberhasilan, penilaian, dan kinerja) atau
memberi asuhan dengan sifat-sifat feminim (misal, solidaritas, hubungan-
hubungan pribadi, pelayanan, kualitas hidup).

14
d. Menghindari ketidakpastian: pada tingkat apa masyarakat lebih menyukai
situasi-situasi yang tidak menentu
e. Orientasi jangka panjang versus jangka pendek (nilai-nilai confucian): pada
tingkat apa masyarakat terorientasi pada masa depan dengan menabung dan
pantang menyerah versus terorientasi pada masa lalu dan masa kini dengan
menghormati tradisi dan memenuhi kewajiban-kewajiban sosial.

6. Kesesuaian Personality Dengan Pekerjaan Dan Dengan Organisasi


Dalam teorinya, Holland membagi manusia ke dalam enam tipe kepribadian
sebagai berikut:
a. Realistic
Individu dengan kepribadian realistic menyukai aktivitas-aktivitas kerja
yang bersifat praktis, cepat menangkap masalah dan mencari solusinya.
Mereka menikmati bekerja dengan tanaman, hewan, dan material -material
lain yang terlihat, seperti kayu, mesin, alat, dll. Mereka juga menyukai
kegiatan luar ruang. Seringkali individu dengan minat reslistic tidak
menyukai pekerjaan yang terutama melibatkan paper-work atau pekerjaan
yang banyak berhubungan dengan orang lain. Individu dengan kepribadian
realistic lebih menyukai aktivitas fisik yang membutuhkan keterampilan,
kakuatan, koordinasi. Karakteristik individu yang memiliki kepribadian
realistic adalah pemalu, sungguh-sungguh, gigih, stabil, muah
menyesuaikan diri, dan praktis.

b. Investigative
Individu dengan minat investigative menyukai aktivitas-aktivitas kerja
yang lebih banyak membutuhkan pemikiran mendalam, mereka juga
menyukai bekerja dengan ide dan kekuatan berpikir daripada melakukan
aktivitas kerja fisik. Tipe ini menikmati mencari fakta-fakta dan
menganalisis masalah secara internal (aktivitas mental) daripada
melakukan aktivitas mempersuasi atau mengarahkan orang lain. Individu
dengan kepribadian investigative lebih menyukai aktivitas yang
melibatkan proses berpikir, berorganisasi, dan memahami. Karakteristik
individu yang memiliki kepribadian investigative adalah analitis, tidak

15
dibuat-buat, ingin tahu, dan bebas. Pekerjaan-pekerjaan yang kongruen
dengan kepribadian tipe ini adalah ahli biologi, ahli ekonomi, ahli
matematika, pembawa berita, dsb (Robbins dalam Rusli Ginting Munthe :
2011).

c. Artistic
Individu dengan kepribadian artistic menyukai aktivitas-aktivitas kerja
yang berhubungan dengan sisi artistik dari sesuatu hal/benda/obyek,
seperti bentuk, desain, dan pola-pola. Mereka menyukai mengekspresikan
diri dalam pekerjaan mereka. Tipe ini lebih suka mengatur dan menyusun
pola kerja mereka sendiri tanpa mengikuti seperangkat aturan yang baku.
Individu dengan kepribadian artistic lebih menyukai aktivitas ambigu dan
tidak sistematis, serta memungkinkan ekspresi yang kreatif. Karakteristik
individu yang memiliki kepribadian artistic adalah imajinatif, tidak suka
bekerja di bawah aturan, idealistis, emosional, dan tidak praktis.
Pekerjaan-pekerjaan yang kongruen dengan kepribadian tipe ini adalah
pelukis, musisi, penulis, desain interior, dsb. (Robbins, dalam Rusli
Ginting Munthe : 2011).

d. Social
Individu dengan kepribadian social menyukai aktivitas-aktivitas kerja
yang berhubungan dengan individu lainnya. Mereka senang membantu dan
memajukan orang lain. Selain juga, giat berupaya agar orang tersebut mau
mengembangkan diri. Mereka lebih suka berkomunikasi dengan orang lain
daripada bekerja dengan obyek, mesin, atau data. Mereka suka mengajar,
memberikan saran, membantu, atau dengan kata lain memberikan
pelayanan pada orang lain.Individu dengan kepribadian social lebih
menyukai aktivitas sosial seperti membantu dan mengarahkan orang lain.
Karakteristik individu yang memiliki kepribadian social adalah suka
bergaul, ramah, kooperatif, dan pengertian. Pekerjaan-pekerjaan yang
kongruen dengan kepribadian tipe ini adalah pekerja sosial, guru, konselor,
psikolog klinis, dsb. (Robbins, dalam Rusli Ginting Munthe : 2011).

16
e. Enterprsing
Individu dengan kepribadian enterprising menyukai aktivitas-aktivitas
kerja yang bersifat memulai sesuatu atau membangun dari awal (start-up),
termasuk juga melaksanakan proyek. Tipe ini menyenangi hal-hal yang
‘berbahaya’, terutama dalam bisnis. Disamping itu, mereka juga suka
meyakinkan dan memimpin orang lain dan senang membuat keputusan.
Mereka menyukai mengambil resiko untuk mendapatkan keuntungan. Tipe
ini lebih menyukai segera mengambil tindakan daripada berpikir
mendalam. Individu dengan kepribadian enterprising lebih menyukai
aktivitas verbal di mana terdapat banyak peluang untuk memengaruhi
orang lain dan memperoleh kekuasaan. Karakteristik individu yang
memiliki kepribadian enterprising adalah percaya diri, ambisius, energetik,
dan mendominasi. Pekerjaan-pekerjaan yang kongruen dengan kepribadian
tipe ini adalah pengacara, agen real estate, humas, manajer bisnis kecil,
dsb. (Robbins, dalam Rusli Ginting Munthe : 2011).

f. Conventional
Individu dengan kepribadian conventional menyukai aktivitas-aktivitas
kerja dengan aturan main yang jelas. Mereka menyukai prosedur dan
standar, dan tidak bermasalah dengan rutinitas. Tipe ini lebih suka bekerja
dengan data dan detail daripada bermain dengan ide. Mereka juga lebih
menyenangi pekerjaan dengan standar yang tinggi dibandingkan harus
membuat pertimbangan oleh diri mereka sendiri. Individu dengan tipe ini
menyukai pekerjaan dimana garis wewenang telah ditetapkan dengan jelas.
Individu dengan kepribadian conventional lebih menyukai aktivitas yang
diatur oleh peraturan, rapi, dan tidak ambigu. Karakteristik individu yang
memiliki kepribadian conventional adalah patuh, efisien, praktis, tidak
imajinatif, dan tidak fleksibel. Pekerjaan-pekerjaan yang kongruen dengan
kepribadian tipe ini adalah akuntan, manajer perusahaan, kasir bank, juru
tulis, dsb. (Robbins, dalam Rusli Ginting Munthe : 2011).

17
B. EMOSI

1. Pengertian Emosi
Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin ‘movere’ yang
berarti ‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-’ untuk
memberi arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini mengisyaratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi dijelaskan
secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi
adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik
dari karakter yang luas dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dan
sebagainya. Dan dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas,
yang ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk
nyata dari suatu tingkah laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah
gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat disasosiasi dan kecenderungan
terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji. Emosi biasanya muncul ketika kita
mendapatkan perubahan situasi yang drastis atau tibatiba, terjadi pada diri kita
atau sekitar kita baik itu positif maupun negatif. Emosi juga dapat muncul ketika
terjadi sebuah perubahan pada setiap peristiwa yang menjadi perhatian diri kita.

2. Jenis Emosi
Ditinjau dari penampakannya (appearance), emosi manusia terbagi dua, yaitu emosi
dasar dan emosi campuran. Dilihat dari sisi rentetan peristiwa dikenal ada emosi
mayor dan emosi minor. Emosi primer terdiri dari enam macam emosi, yaitu
kegembiraan (happiness/joy), ketertarikan (surprise/interest), marah, sedih (sadness/
distress), jijik dan takut. Adapun emosi sekunder merupakan gabungan dari berbagai
bentuk emosi primer dan dipengaruhi oleh kondisi budaya di mana individu tersebut
tinggal, contohnya rasa malu, bangga, cemas, dan berbagai kondisi emosi lainnya.
Secara ringkas kategori emosi ini dapat diamati dari tabel emosi di bawah ini.
Sedangkan dari segi efek yang ditimbulkannya, emosi dibagi kedalam emosi positif
dan emosi negatif. Emosi positif adalah emosi yang selalu diidamkan oleh semua
orang, seperti bahagia, senang, puas dan sejenisnya. Sebaliknya, emosi negatif adalah
emosi yang tidak diharapkan terjadi pada diri seseorang. Namun, yang terakhir ini
ternyata lebih banyak melilit kehidupan manusia, dan kebanyakan dipicu oleh konflik
dan stres.

18
3. Dimensi Emosi
Goleman (1998) menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki lima dimensi
yang meliputi:
a. Kesadaran diri Kesadaran diri merupakan dimensi yang berhubungan
dengan kemampuan untuk mengamati diri sendiri dan mengenali perasaan
sejalan dengan perasaan yang terjadi. Pemahaman diri, pengetahuan
tentang perasaan sebenarnya pada suatu keadaan.
b. Manajemen diri Manajemen diri atau pengaturan emosi, yaitu kemampuan
untuk mengendalikan perasaan agar sesuai dan merealisasikan perasaan
tersebut, menemukan cara-cara untuk mengendalikan kekuatan dan
kecemasan, kemarahan dan kesedian. Kemampuan menangani emosi
untuk memudahkan, bukan untuk menghalangi tugas atau pekerjan, tidak
menginginkan emosi negatif, dan kembali ke jalur konstruktif untuk
penyelesaian masalah.
c. Motivasi diri Motivasi diri adalah kemampuan untuk tetap pada tujuan
yang diinginkan, mengatasi dampak emosi negatif dan menunda gratifikasi
untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
d. Empati Empati yaitu sensitivitas yang tinggi terhadap perasaan dan
perhatian orang lain, dan mengadaptasi perspektif mereka,
mengapresiasikan berbagai perbedaan mengenai perasaan orang lain.
Dapat merasakan perasaan serta keinginan orang lain.
e. Ketrampilan sosial Ketrampilan sosial merupakan kemampuan
mengendalikan emosi dalam diri orang lain, ketrampilan dan kompetensi
sosial. Kemampuan membaca situasi sosial, lancar dan baik dalam
komunikasi dengan orang lain dan membentuk jaringan, dapat
mengendalikan emosi dan tindakan orang lain. Senada dengan Goleman,
(Singh, 2004), (Thavaraj, 2012), (Arbatani dan Mousavi, 2012),
(Karambut dan Noormijati, 2012), (Barthwal dan Som, 2012) dan
(Hidayati et al., 2008) mengemukan hal yang sama terkait dengan dimensi
kecerdasan emosi yang terdiri dari 5 (lima) faktor yaitu self awareness
(kesadaran diri), self regulation (pengendalian diri), self motivation
(motivasi diri), emphaty (empati), social skill ( keterampilan sosial).

19
4. Gender Dan Emosi
Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu
konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat. Gender didefinisikan sebagai suatu
gambaran sifat, sikap dan perilaku laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender
pada sosial dan fungsi emosional cenderung lebih besar daripada perbedaan
gender pada performa kognitif. (Bjorklund & Kipp, 199; Eagly & Wood, 199;
Keenan & Shaw, 1997). Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa wanita lebih
mungkin daripada laki-laki untuk memelihara, menolong, terbuka, dipercaya,
kooperatif, dan dapat menyembunyikan emosi mereka. Sedangkan laki-laki lebih
mungkin untuk menjadi kompetitif, dominan, dan tegas (Eagly & others, 2004).
Perempuan cenderung saling menyukai daripada laki-laki lakukan (Rudman &
Goodwin, 2004).
Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Thompson (1994)
mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan individu untuk memonitor,
mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional untuk mencapai tujuan.
Regulasi dipandang secara positif, individu yang melakukan regulasi emosi akan
lebih mampu melakukan pengontrolan emosi. Individu yang mampu
mengekspresikan emosi dapat mengubah lingkungan sosial menjadi lebih baik.

5. Aplikasi Dalam Ability Dan Seleksi

Orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan pandai dalam membaca emosi
orang lain akan lebih efektif dalam pekerjaan. Ini merupakan inti emotional
intelligence, yang menunjukkan campuran keterampilan nonkognitif, kapabilitas
dan kompetensi yang mempengaruhi kemampuan orang untuk berhasil dalam
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosional memainkan
peran penting dalam kinerja dan menjadi pertimbangan sebagai faktor dalam
seleksi, terutama dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial tingkat tinggi.

20
6. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental ata
kognitif yang mengusung pada pemilihan jalur perbuatan antara beberapa pilihan
yang tersedia. Definisi lain dari pengambilan keputusan atau Decision Making
yaitu suatu proses pemikiran dalam pemulihan dari beberapa alternatif atau
kemungkinan yang paling sesuai dengan nilai atau tujuan individu untuk
mendapatkan hasil atas solusi tentang prediksi kedepan pengertian pengambilan
keputusan menurut para ahli yang diantaranya yaitu:
1. Menurut Suharnan “2005”
Definisi pengambilan keputusan menurut Suharnan ialah proses memilih
atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak
pasti
2. Menurut Baron Dan Byre “2008”
Definisi pengambilan keputusan menurut Baron dan Byrne ialah suatu
proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan
informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai
kemungkinan tidankan.

Ciri-Ciri Pengambilan Keputusan


1. Proses Keputusan
Keputusan adalah suatu proses yang terus menerus (continue), sebab
kalau tidak adanya suatu proses yang berkesinambungan bearti tidak
adanya hubungan dengan keputusan tersebut. Apabila tidak ada tindakan
lebih lanjut maka keputusan itu tidak mempunyai arti.
2. Konsep Ikatan
3. Penilaian
Faktor penilaian di dalam pengambilan keputusan dapat dibedakan atas
2 hal :
• Pimpinan (pengambil keputusan) menghadapi suatu pertanyaan
pilihan antara atau lebih alternatif.
• Masalah daripada hasil keputusan itu sendiri yang telah diambil.

21
7. Motivasi
Pengertian Motivasi adalah sebuah dorongan, hasrat atau pun minat yang begitu
besar di dalam diri, untuk mencapai suatu keinginan, cita-citra dan tujuan tertentu.
Adanya motivasi akan membuat individu berusaha sekuat tenaga untuk mencapai
yang diinginkannya.
Teori Motivasi:
1. Teori Maslow
2. Teori Keadilan
3. Teori Harapan
4. Teori Motivasi Prestasi

Jenis-jenis Motivasi
Pertama adalah motivasi Internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri
setiap individu. Motivasi tersebut tumbuh dari dalam tanpa adanya pengararuh
dari orang lain.
Kedua adalah motivasi eksternal. Kebalikannya dari motivasi internal, motivasi
ekternal berasal dari luar individu itu sendiri. Artinya bahwa, motivasi ini timbul
akibat adanya rangasangan atau pengaruh dari orang lain, maupun hal yang
berasal dari luar dirinya

8. Leadership
Leadership atau kepemimpinan adalah suatu seni, fungsi, proses dan kemampuan
dalam mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan dan kesetiaan agar berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan. Menurut Purwanto (2007), leadership adalah permulaan
dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran
organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.
Menurut Zakub (1984), leadership adalah menstimulasi, memobilisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang
terlibat dalam usaha bersama. Menurut Slamet (2002), leadership adalah suatu
kemampuan, proses, atau fungsi, pada umumnya untuk mempengaruhi orang-
orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Unsur-unsur Leadership

22
1. Pengikut/followership. Adanya kepemimpinan ini disebabkan adanya
pengikut atau followership. Seseorang menjadi pemimpin karena ada
beberapa orang yang berkehendak untuk mengikuti yaitu bertindak sesuai
dengan keinginan pemimpinnya.
2. Tujuan. Kepemimpinan timbul karena adanya kepengikutan yang
melakukan kerja sama dalam rangkai mencapai tujuan yang telah
ditentukan bersama. Dengan adanya tujuan-tujuan tertentu timbul kerja
sama dan timbul pula pemimpin untuk mengaturnya.
3. Kegiatan mempengaruhi. Ini berarti bahwa seorang pimpinan dalam
aktivitasnya membimbing. Mengontrol dan mengarahkan tindakan orang
lain untuk menuju suatu sasaran tertentu.

Fungsi-fungsi Leadership
a. Fungsi Instruktif
Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan
pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu memulai,
melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan di mana (tempat
mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.

b. Fungsi Konsultatif
Pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Konsultasi dapat pula dilakukan melalui arus sebaliknya, yakni dari orang-
orang yang dipimpin kepada pemimpin yang menetapkan keputusan dan
memerintahkan pelaksanaannya. Hal ini berarti fungsi ini berlangsu

c. Fungsi Partisipatif
Fungsi ini berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada
saat-saat orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin
tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan
pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam

23
batas-batas tidak menggeser dan mengganti petugas yang bertanggung
jawab melaksanakannya.
d. Fungsi Delegatif
Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok
organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan
kepada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya
berarti kepercayaan. Pemimpin harus bersedia dan dapat mempercayai
orang lain sesuai dengan posisi/jabatannya.
e. Fungsi Pengendalian
Pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal.

9. Konflik
Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik
sosial yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh
di kehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan
pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.

 Penyebab Konflik :
 Konflik bersifat universal. Itu terjadi di semua waktu dan tempat. Tidak
pernah ada masyarakat di mana beberapa individu atau kelompok tidak
terlibat konflik. Menurut Malthus, berkurangnya pasokan sarana
penghidupan merupakan penyebab konflik. Menurut Darwin, prinsip
perjuangan untuk eksistensi dan bertahan hidup adalah penyebab utama
konflik. Menurut Freud dan beberapa psikolog lain, naluri bawaan untuk
agresi dalam diri manusia adalah penyebab utama konflik. Jadi, berbagai
penyebab telah disebutkan yang mengarah pada konflik.
 Perbedaan Individu, Tidak ada dua orang yang memiliki sifat, sikap,
cita-cita, dan minat yang sama. Karena perbedaan-perbedaan ini mereka
gagal mengakomodasi diri mereka sendiri yang dapat menimbulkan
konflik di antara mereka.
 Perbedaan Budaya, Budaya adalah cara hidup suatu kelompok. Budaya
suatu kelompok berbeda dengan budaya kelompok lain. Perbedaan

24
budaya antar kelompok terkadang menimbulkan ketegangan dan konflik.
Perbedaan agama terkadang menyebabkan perang dan penganiayaan
dalam sejarah. India dipartisi atas nama perbedaan agama.
 Benturan Kepentingan, Kepentingan orang atau kelompok yang berbeda
terkadang bentrok. Dengan demikian kepentingan buruh bentrok dengan
kepentingan pengusaha yang berujung pada konflik di antara mereka.
 Perubahan Sosial, Perubahan sosial menjadi penyebab konflik ketika
sebagian masyarakat melakukan net change seiring dengan perubahan di
bagian lain. Perubahan sosial menyebabkan kelambanan budaya yang
berujung pada konflik. Konflik orang tua-remaja adalah hasil dari
perubahan sosial. Singkatnya, konflik adalah ekspresi
ketidakseimbangan sosial.

b) Macam-macam Konflik
 Konflik Interpersonal
Konflik yang ada di antara dua orang disebut konflik interpersonal.
Konflik berada di luar setiap orang (karena itu menjadi awalan 'inter-')
dan hanya ada di antara dua orang.
 Konflik Intrapersonal
Mengingat awalan 'intra-' berarti berasal dari dalam, Anda dapat
melihat bahwa konflik intrapersonal adalah ketika Anda merasa
berkonflik tentang pikiran atau tindakan Anda sendiri.
 Konflik Antarkelompok
Konflik antar kelompok berkaitan dengan konflik yang terjadi di
antara kelompok-kelompok orang yang terkonsolidasi. Jenis konflik
ini terjadi terus-menerus selama kampanye politik yang memanas
 Konflik Antar Kelas
Konflik antar kelas terjadi saat individu maupun kelompok berada
pada tingkatan kelas masyarakat secara vertikal yang berbeda
 Konflik Ras
Konflik ras / etnis adalah proses dasar dalam kehidupan sosial dan
dapat bersifat merusak dan kohesif.

25
 Konflik Keluarga
Konflik ini terjadi di dalam internal keluarga yang disebabkan karena
beberapa faktor seperti kecemburuan, maupun faktor ekonomi.

c) Dampak Konflik dalam Masyarakat


Seperti dinyatakan para ahli sosiologi (Parsons, Jorgensen dan
Hernandez) bahwa konflik sosial memiliki manfaat bagi masyarakat, yaitu
sebagai berikut:
 Konflik dapat meningkatkan kohesivitas dan solidaritas anggota
kelompok
 Memunculkan isu-isu, harapan-harapan yang terpendam yang dapat
menjadi katalisator perubahan sosial.
 Memperjelas norma dan tujuan kelompok
 Munculnya pribadi-pribadi atau mental-mental masyarakat yang tahan
uji dalam menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang
dihadapi, sehingga lebih bisa mendewasakan masyarakat.
Namun demikian, konflik juga bisa bersifat destruktif terhadap
keutuhan kelompok dan integrasi sosial dalam skala yang lebih luas,
misalnya mengakibatkan situasi “ketidakdamaian” social.
Dampak negatif dari konflik sosial bagi masyarakat, di antaranya
adalah:
 Retaknya persatuan kelompok, hal ini terjadi bilamana terjadi
pertentangan angota-anggota dalam satu kelompok.
 Perubahan kepribadian individu, pertentangan di dalam kelompok atau
antar kelompok dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa
tertekan sehingga mentalnya tersiksa.
 Dominasi pihak yang lebih kuat dan takluknya pihak yang lemah,
sehingga dapat menimbulkan kekuasaan yang otoriter (dalam politik)
atau monopoli (dalam ekonomi).

10. Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku atau tindakan yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat.

26
Bruce J Cohen
Perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat.
Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma-
norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebu

Teori Perilaku Penyimpangan


1. Teori Labeling
Menurut teori yang disampaikan oleh Edwin M. Lemert, seseorang dapat
menjadi orang yang menyimpang dikarenakan proses labelling yang berupa
julukan, cap dan juga merk yang ditujukan oleh masyarakat maupun
lingkungan sosialny
2. Teori Anomi Robert K Merton
Menurut terori yang disampaikan Robert K. Merton menganggap anomie
disebabkan karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan
beberapa cara yang dia pakai untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Merton juga ada lima cara pencapaian tujuan budaya,


diantaranya yaitu:
a. Konformitas
Konformitas merupakan sikap yang menerima tujuan budaya yang
konvensional (biasa) dengan cara yang juga konvensional.
b. Inovasi
Inovasi merupakan sikap seseorang dalam menerima secara kritis
berbagai cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nlai-nilai budaya
sembaril menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.
c. Ritualisme
Ritualisme merupakan sikap seseorang menerima cara-cara yang
diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara (ritus) tertentu,
namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.

27
d. Retreatisme
Retreatisme merupakan sikap seseorang menolak, baik tujuan-tujuan
ataupun cara-cara mencapai tujuan yang saudah menjadi bagian
kehidupan masyarakat maupun lingkungan sosialnya.
e. Pemberontakan
Pemberontakan merupakan sikap seseorang dalam menolak sarana
serta tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya serta
menggantikan dengan cara baru.

Penyimpangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penyimpangan harus bisa didefinisikan, hal itu berarti penilaian


menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan dengan
kriteria tertentu dan diketahui asal usul penyebabnya.
2. Penyimpangan dapat diterima dan juga dapat juga ditolak.
3. Penyimpangan relatif dan juga penyimpangan mutlak, hal itu berarti
perbedaannya ditentukan oleh frekuensi serta kadar
penyimpangannya.
4. Penyimpangan pada budaya nyata ataukah budaya ideal, hal itu
berarti budaya ideal merupakan seluruh peraturan hukum yang
berlaku atau hidup di dalam suatu kelompok masyarakat.
Antara budaya nyata dengan budaya ideal akan selalu terjadi
kesenjangan.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
penghindaran merupakan pola perbuatan yang dilakukan orang guna
memenuhi keinginan mereka, tanpa harus dengan menentang nilai-
nilai tata kelakuan secara terbuka.
6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif, hal itu berarti perilaku
menyimpang adalah salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan
dengan adanya perubahan sosial

28
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. kepribadian adalah salah satu karakteristik, etika, moral, yang dimiliki oleh
setiap individu dimana sifat dan keprbadian yang dimilikinya akan
mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi.
2. Determinan Personality, Dengan demikian kepribadian seorang pada umumnya
terbentuk oleh faktor keturunan maupun lingkungan, yang diperlunak
(moderated) oleh kondisi situasi.
3. Ciri-Ciri Personality, Karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku
seorang individu, seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia.
Menurut Nimran, kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari
sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
4. Atribut Personality Yang Mempengaruhi PO, terdapat kedudukan kendali,
Machiavellianisme, Penghargaan diri (Self Esteem), Pemantauan diri (Self
Monitoring), Pengambilan resiko, Tipe kepribadian
5. Personality dan Budaya Nasional, Yang artinya budaya nasional adalah program
pikiran secara kolektif yang diperoleh dari perkembangan dalam suatu negara
pada khususnya.
6. Kesesuai Personality, terdapat realistic, Investigative, Artistic, Social,
Enterprsing, Conventional.
7. Emosi, emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan
perubahan fisik dari karakter yang luas dalam bernafas, denyut nadi, produksi
kelenjar, dan sebagainya.
8. Ditinjau dari penampakannya (appearance), emosi manusia terbagi dua, yaitu
emosi dasar dan emosi campuran. Dilihat dari sisi rentetan peristiwa dikenal ada
emosi mayor dan emosi minor. Emosi primer terdiri dari enam macam emosi,
yaitu kegembiraan (happiness/joy), ketertarikan (surprise/interest), marah, sedih
(sadness/ distress), jijik dan takut. Adapun emosi sekunder merupakan
gabungan dari berbagai bentuk emosi primer dan dipengaruhi oleh kondisi
budaya di mana individu tersebut tinggal, contohnya rasa malu, bangga, cemas,
dan berbagai kondisi emosi lainnya.

29
9. Dimensi emosi, terdapat Kesadaran diri, Manajemen diri, motivasi diri, empati,
Keterampilan social.
10. Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction)
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-
laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
11. Aplikasi dalam ability dan seleksi, Orang yang mengetahui emosi mereka
sendiri dan pandai dalam membaca emosi orang lain akan lebih efektif dalam
pekerjaan.
12. Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental ata
kognitif yang mengusung pada pemilihan jalur perbuatan antara beberapa
pilihan yang tersedia.
13. Pengertian Motivasi adalah sebuah dorongan, hasrat atau pun minat yang begitu
besar di dalam diri, untuk mencapai suatu keinginan, cita-citra dan tujuan
tertentu.
14. Leadership atau kepemimpinan adalah suatu seni, fungsi, proses dan
kemampuan dalam mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang dengan cara
kepatuhan, kepercayaan dan kesetiaan agar berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan.
15. Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan.
16. Perilaku menyimpang merupakan setiap perilaku atau tindakan yang tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat.

B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dar para
pembaca

30
DAFTAR PUSTAKA

Sulfemi, Bagja Wahyu. 2017. Modul Teori Perilaku Organisasi. Bogor : Stkip
Muhammadiyah Bogor.
Wijaya, Candra. 2017. Perilaku Organisasi. Medan : Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia (Lpppi).
Mirwan Surya Perdhana, D. R. (2019). ANALISIS PERILAKU KEORGANISASIAN.
Semarang: Fastindo.

Tewal, B. (2017). Perilaku Organisasi.Bandung:CV.PATRA MEDIA GRAFINDO.


Novalita Ulfah Nur Ubay, M.Y (2019). PENERAPAN KONSEP TEORI ATRIBUT
PERILAKU PADA SEKOLAH KHUSUS OLAHRAGA DI YOGYAKARTA.
Jurnal SENTHONG
Ruisah. 2018. PERBEDAAN GENDER PADA RESPON FUNGSI EMOSIONAL
TERHADAP TOKOH ANTAGONIS: SEBUAH STUDI PADA MAHASISWA
SASTRA INGGRIS. Jurnal Sekretari Vol. 5 No.1
KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) BERBASIS KARAKTER DALAM PENINGKATAN
KUALITAS PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI . (2018). Jurnal Penelitian
Pendidikan Sosial Humaniora Vol. 3. No. 1 .

Mulyani, N. M. (2017). ANALISIS PENGARUH MOTIVASI PELAYANAN PUBLIK


DAN KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN AKUNTABILITAS SEBAGAI
VARIABEL MODERASI. e-Journal S1 AK Volume 07 No. 01.
Lewaherilla, N. C. (2018). KAJIAN PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPATKERJA
PADA PEGAWAI PERANGKAT DAERAHPROVINSI MALUKU. Jurnal Ilmiah
Akuntansi • Vol. 3, No. 1, 61-82.

DESKRIPSI HUBUNGAN KEPRIBADIAN, EMOSI DAN PERILAKU 'ORIENTASI


SERVICE' GURU DI AREA INDUSTRI 4.0. (2019).Jurnal MAnajemen Pendidikan
Islam Vol.03.No.1 E-ISSN: 2549-5720 P-ISSN:2549-3663
Sya'baniah,S.I.(2019). PENGARUH DAN KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA
PEGAWAI.BUSINESS DAN ETREPRENEURSHIP JOURNAL.vol1.No.4

31

Anda mungkin juga menyukai