Keperawatan Dasar 1
Kelas 1-D
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………i
Bab I Pendahuluan
1.3.1Tujuan Umum…………………………………………………...2
1.3.2Tujuan Khusus…………………………………………………..2
1.4 Manfaat……………………………………………………………….2
Bab II Pembahasan
2.2 Latihan……………………………………...……………...…………4
3.1 Kesimpulan………………………………………………..…….20
3.2 Saran…………………………………………………………….20
Daftar Pustaka…………………………………………………………..21
BAB I
PENDAHULLUAN
3. Apa saja faktor yang memengaruhi kesejajaran tubuh dan aktivitas tubuh ?
Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan agar pembaca memahami seberapa pentingnya aktivitas dan
latihan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
6. Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pergerakan normal dan stabilitas adalah hasil kerja dari sitem muskoleskeletal yang
utuh, sistem saraf yang utuh, dan struktur telinga bagian dalam yang utuh yang
bertanggung jawab untuk keseimbangan. Pergerakan tubuh memerlukan aktivitas otot
yang terkoordinasi dan integrasi neurologis. Pergerakan tubuh melibatkan empat
elemen dasar: Kesejajaran tubuh ( postur ), Pergerakan sendi, keseimbangan, dan
gerakan terkoordinasi.
Kesejajaran dan postur tubuh yang teapat menempatkan bagian-bagian tubuh ke posisi
yang meningkatkan keseimbangan optimal dan fungsi tubuh maksimal, baik pada saat
klien berdiri, duduk, atau berbaring. Seseorang mempertahankan keseimbangan
selama garis gravitasi ( sebuah garis vertikal bayangan yang ditarik dari pusat
gravitasi tubuh ) melalui pusat gravitasi ( titik yang menjadi pusat semua masa tubuh )
dan dasar penyangga ( landasan sandran tubuh ). Kesejajarann ntubuh yang tepat
meningkatkan pengembangan paru dan meningkatkann fungsi sirkulasi, ginjal, dan
gastrointestinal secara efisien. Postur seseorang adalah salah satu kriteria untuk
mengkaji kesehatan umum, kebugaran fisik, dan daya tarik. Postur merefleksikan
alam perasaan, harga diri, kepribadian seorang individu.
Mobilitas Sendi
Keseimbangan
Pergerakan yang seimbang, halus dan terarah adalah hasil kerja dari fungsi korteks
serebral memulai aktivitas motorik volunter, sebelum mengkoordinasi aktivitas
pergerakan motorik, dan ganglia basalis mempertahankan postur tubuh. Serebelum
yang bekerja dibawah tingkat kesadaran, mencampur dan mengkoordinasikan otot
yang terlibat dalam pergerakan yang volunter. Serebelum tidak mengarahkan
pergerakan tetapi menerjemahkan “ intruksi “ dari korteks serebral menjadi tindakan
terinci oleh banyak otot ditangan, lengan dan bahu. Apabila serebelum klien
mengalami cidera, pergerakan menjadi kikuk, tidak pasti, dan tidak terkoordinasi.
2.2 Latihan
1. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi dan menghasilkan manfaat kesehatan yang progresif.
2. Latihan adalah sebuah tipe aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai pergerakan
tubuh secara terencana, terstruktur, dan berulang yang dilakukan untuk memperbaiki
atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
Orang berpartisipasi dalam priogram latihan untuk menurunkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler dan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Toleransi aktivitas adalah tipe dan jumlah latihan atau aktivitas kehidupan sehari-hari
yang mampu dilakukan oleh individu tanpa menyebabkan efek merugikan.
Latihan melibatkan kontraksi dan relaksasi otot secara aktif. Latihan dapat
diklasifikasikan sesuai dengan tipe kontraksi otot ( isotonik, isometrik, atau isokinetik
) dan menurut sumber energinya ( aerobik atau anaerobik ).
Latihan Isokinetik ( resisistif ) melibatkan kontraksi otot atau tegangan otot dalam
melawan tahanan sehingga latihan ini dapat bersifat isotonik atau isometrik.
Selama latihan isokinetik, seorang bergerak ( isotonik ) atau menegang
( isometrik ) melawan tahanan. Latihan ini dugunakan dalam pengondisian fisik
dan sering kali digunakan untuk membentuk otot tertentu misalnya, ukuran otot
dan kekuatan otot pektoralis dapat mengalami peningkatan dengan cara
mengangkat beban.
Latihan Aerobik adalah aktivitas yang memerluka jumlah oksigen lebih besar di
dalam tubuh di dalam tubuh dibandingkan yang biasa digunakan untuk
melakukan aktivitas. Contoh latihan ini adalah berjalan, lari pagi, berlari,
bersepeda, berdansa, bermain ski, lompat tali, berdayung, berenang, dan
berluncur. Latihan ini memoperbaiki pengkondisian kardiovaskuler dan
kebugaran fisik.
Latihan Anaerobik melibatkan aktivitas otot yang tidak dapat menarik oksigen
dengan cukup dari aliran darah dan jalur anaerobik digunakan untuk memberikan
energi tambahan dalam waktu singkat. Tipe latihan ini digunakan dalam pelatihan
daya tahan untuk atlet.
Latihan teratur sangat penting untuk fungsi kesehatan sistem tubuh utama. Manfaat
latihan pada sistem ini adalah sebagai berikut.
1. Sistem Muskuloskeletal
Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan otot (termasuk otot jantung) dipertahankan
dengan latihan ringan dan ditingkatkan dengan latihan berat. Dengan latihan berat,
hipertrofi ( pembesaran ) otot dan efisiensi kontraksi otot mengalami peningkatkan.
Hipertrofi umum dilihat pada otot lengan pemain tenis, otot tungkai pemain selancar,
dan otot lengan serta otot tangan pemahat. Latihan meningkatkan fleksibilitas sendi
dan rentang pergerakan. Densitas tulang dipertahankan melalui latihan menahan
beban.
2. Sistem kardiovaskuler
Latihan yang memadai meningkatkan frekuensi denyut jantung kekuatan kontraksi
otot jantung dan suplai darah ke jantung dan otot. Curah jantung ( jumlah darah yang
dipompa oleh jantung ) meningkat sebanyak 30L/menit. Curah jantung normal adalah
5L/menit.
3. Sistem Pernafasan
Ventilasi ( sirkulasi ke dalam dan ke luar paru ) meningkat. Pada latihan berat, asupan
oksigen meningkat sebanyak 20 kali dibandingkan asupan normal. Ventilasi normal
adalah sekitar 5 atau 6L/menit. Latihan yang memadai juga mencegah pengumpulan
sekret di dalam bronkus dan bronkiolus, menurunkan upaya pernafasan, dan
meningkatkan ekskursi difragma.
4. Sistem Pencernaan
5. Sistem Metabolisme
Latihan meningkat laju metabolik, sehingga meningkatkan produksi panas tubuh dan
produk sisa ( produk buangan ) serta penggunaan kalori, Selama latihan berat, laju
metabolik dapat meningkat sebanyak 20 kali lebih besar dibandingkan laju metabolik
normal. Latihan meningkatkan penggunaan trigliserida dan asam lemak, sehingga
menghasilkan kadar serum trigliserida dan kolesterol. Latihan juga meningkatkan
efektifitas insulin yang menurunkan gula darah.
6. Sistem Perkemihan
7. Sistem Psikoneurologis
Tumbuh Kembang
Kesehatan Fisik
Mobilitas dan toleransi aktivitas dipengaruhi oleh setiap gangguan yang mengganggu
kemampuan sistem saraf, sistem muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem
pernafasan, dan aparatus vestibular. Gangguan sistem saraf seperti penyakit
parkinson, sklerosismultipel, tumor sistem saraf pusat, cidera serebrovaskuler
( stroke ), proses infeksi dan cidera kepala serta cidera tulang belakang dapat
menyebabkan kelemahan paralisis, spastik, atau flaccid pada sekelompok otot.
Banyak penyakit akut dan kronik lain yang membatasi suplai oksigen dan nutrisi yang
diperlukan untuk kontraksi otot dan pergerakan otot dapat sangat memengaruhi dalam
toleransi terhadap aktivitas.
Kesehatan Jiwa
Gangguan mental atau efektif seperti depresi atau stres menahan dapat mengaruhi
keinginan seseorang untuk bergerak, seseorang yang mengalami depresi tidak
memiliki antusiasme ntuk melakukan apapun dan dapat kekurangan energi untuk
melakukan praktik higieni sehari-hari. Kurang energi secara jelas terlihat dalam
postur tubuh merosot dengan kepala menunduk. Sebaliknya, orang yang bahagia dan
percaya diri biasanya berdiri dengan tegak.
Nutrisi
Kurang nutrisi dan nutrisi berlebih dapat memengaruhi kesejajaran tubuh dan
mobilitas tubuh. Orang dengan gizi buruk dapat mengalami kelemahan otot dan
keletihan. Defisiensi vitamin D menyebabkan defornitas tulang selama pertumbuhan.
Asupan kalsium yang tidak memadai meningkatkan resiko osteoporosis.
Apakah seseorang menghargai latihan teratur atau tidak, sering kali dipengaruhi
keluarga. Dalam keluarga yang melakukan latihan teratur dalam rutinitas keseharian
mereka untuk meluangkan waktu bersama-sama melakukan suatu aktivitas, anak-anak
belajar menghargai aktivitas fisik. Orang yang menghargai bentuk otot atau
ketertarikan fisik dapat berpartisipasi dalam program latihan teratur untuk
menghasilkan penampilan yang mereka inginkan.
Faktor Eksternal
Banyak faktor eksternal memengaruhi mobilitas seseorang. Suhu yang sangat tinggi
dan kelembapan yang tinggi menghambat aktivitas, sementara suhu dan kelembapan
yang nyaman mendukung aktivitas. Ketersediaan fasilitas rekreasional juga
memengaruhi aktivitas misalnya tidak memiliki uang dapat menghambat seseorang
bergabung di klub latihan atau gimnasium.
Individu yang memiliki gaya hidup tidak aktif atau yang dihadapkan dengan keadaan
tidak aktif karena sakit atau cedera berisiko mengalami banyak masalah yang dapat
memengaruhi sistem tubuh utama. Apakah imobilitas menyebabkan masalah atau
tidak sering kali bergantung pada durasi inaktivitas, status kesehatan klien, dan
kesadaran sensoris klien. Tanda-tanda paling jelas imobilitas berkepanjangan sering
kali ditunjukkan di sistem muskuloskeletal. Klien mengalami penurunan bermakna
dalam kekuatan dan ketangkasan otot kapanpun jika mereka tidak mempertahankan
sejumlah aktivitas fisik sedang. Selain itu, imobilitas memberikan dampak buruk pada
sistem kardiovaskuler, pernapasan, metabolik, perkemihan, dan psikoneurologis.
Ambulasi dini setelah sakit atau pembedahan adalah sebuah upaya penting untuk
mencengah komplikasi. Kemungkinan efek imobilitas pada sistem tubuh dibawah ini.
a. Sistem Muskuloskeletal
- disuse osteoporosis. Tanpa tekanan dari aktivitas menahan beban, tulang mengalami
demineralisasi. Tulang mengalami deplesi terutama kalsium, yang memberikan
kekuatan dan densitas tulang.
- disuse atrofi. Atrofi (pengecilan ukuran) otot karena tidak terpakai, kehilangan
sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
- kontraktur. Saat serat otot tidak mampu memendek dan memanjang, pada akhirnya
akan terbentuk kontraktur (pemendekan otot secara permanen), yang membatasi
mobilitas sendi.
- kekakuan dan nyeri pada sendi. Tanda pergerakan, jaringan kolagen (jaringan ikat)
di sendi menjadi ankilosis (tidak dapat bergerak secara permanen).
b. Sistem Kardiovaskuler
- Vasodilatasi vena dan statis vena. Otot rangka orang yang aktif berkontraksi pada
tiap pergerakan, yang menekan pembuluh darah di otot tersebut dan membantu
memompa darah kembali ke jantung melawan gravitasi. Katup kecil di vena tungkai
membantu aliran vena kembali ke jantung dengan mencengah aliran darah balik dan
penggenangan darah. Pada orang yang tidak dapat bergerak, otot rangka tidak
berkontaksi dengan cukup dan otot mengalami atrofi. Otot rangka tidak dapat lagi
membantu memompa darah kembali ke jantung melawan garvitasi.
- Edema tergantung. Apabila tekanan vena cukup besar, beberapa bagian serosa darah
dipaksa keluar dari pembuluh darah ke dalam ruang interstisial di sekitar pembuluh
darah, yang menyebabkan edema. Edema paling sering terjadi di bagian tubuh yang
berada di bawah jantung. Edema tergantung paling sering terjadi di sekitar sakrum
atau tumit klien yang duduk tegak di tempat tidur atau di kaki dan di tungkai bawah
klien yang duduk di sebuah kursi.
c. Sistem Pernapasan
- Penurunan pergerakan pernapasan. Klien yang tidak dapat bergerak dan berbaring
telentang, ventilasi parunya berubah secara pasif. Tubuh menekan tempat tidur yang
kaku dan mengurangi pergerakan dada.
- Penurunan laju metabolik. Metabolisme adalah jumlah semua proses fisik dan kimia
yang membentuk dan mempertahankan zat hidup dan yang menyediakan energi untuk
digunakan oleh tubuh. Laju metabolik basal adalah energi minimal yang dikeluarkan
untuk mempertahankan proses ini, dinyatakan dalam kalori per jam meter persegi
permukaan tubuh.
- Keseimbangan nitrogen negatif. Pada orang yang aktif, keseimbangan terjadi antara
sintesis protein dan pemecahan protein. Imobilisasi menciptakan ketidakseimbangan
yang nyata dan proses katabolisme melebihi proses anabolisme.
- Anoreksia. Kehilangan selera makan terjadi karena penurunan laju metabolik dan
peningkatan katabolisme yang menyertai imobilitas.
e. Sistem Perkemihan
- Statis urine. Pada orang yang dapat bergerak, garvitasi memainkan peranan penting
dalam mengosongkan ginjal dan kantung kemih. Bentuk dan kondisi ginjal dan
kontraksi ginjal aktif penting dalam mengosongkan urine dari kaliks ginjal, pelvis
ginjal, dan ureter secara komplet. Bentuk dan kondisi kandung kemih dan kontraksi
kandung kemih yang aktif juga sangat penting dalam upaya pengosongan yang
komplet.
- Batu ginjal. Pada orang yang dapat bergerak, kalsium di dalam urine tetap terlarut
karena kalsium dan asam sitrat seimbang dalam keasaman urine yang tepat. Urine
yang menjadi lebih basa dan garam kalsium memicu pembentukan kristal sehingga
membentuk kalkulus batu ginjal.
- Retensi urine. Orang yang tidak dapat bergerak dapat menderita retensi urine
( akumulasi urine dalam kandung kemih), distensi kandung kemih, dan kadang kala
inkontinensia urine.
- Infeksi urine. Statis urine menyediakan medium yang sempurna untuk pertumbuhan
bakteri.
f. Sistem Pencernaan
Konstipasi adalah masalah yang sering terjadi pada orang yang mengalami imobilitas
karena penurunan peristaltik dan mobilitas kolon. Kelemahan seluruh otot rangka
memengaruhi otot abdomen dan perineum yang digunakan dalam defekasi.apabila
feses menjadi sangat keras, dibutuhkan kekuatan lebih besar untuk mengeluarkannya.
Orang yang mengalami imobilitas mungkin tidak memiliki kekuatan ini.
g. Sistem Integumen
- Penurunan turgor kulit. Kulit dapat mengalami atrofi sebagai akibat dari imobilitas
berkepanjangan. Pergeseran cairan tubuh di antara kompartemen cairan dapat
meemngaruhi konsistensi dan kesehatan dermis dan jaringan subkutan di bagian
tubuh.
- Kerusakan kulit. Sirkulasi darah normal bergantung pada aktivitas otot. Imobilitas
menganggu sirkulasi dan mengurangi suplai nutrisi ke area tertentu.
h. Sistem Psikoneurologi
Individu yang tidak mampu melaksanakan aktivitas biasa terkait dengan peran mereka
menyadari peningkatan ketergantungan kepada orang lain. Frustasi dan penurunan
harga diri pada akhirnya dapat mencetuskan reaksi emosional yang dasyat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. riwayat keperawatan
3. Kemampuan Mobilitas
B.Diagnosis Keperawatan
b.Edema
d.Infusiensi kekuatan dan daya tahan tubuh untuk bergerak dengan alat
bantu,misalnya prostetik,kruk,dan walker
e.Kelelahan
f.Kelemahan otot
g.Nyeri
h.Retensi urine
i.Inkontinensia urine
j.Asupan nutrisi yang tidak adekuat karena menurunnya napsu makan akibat
sekresi lambung dan peristaltic usus menurun
C.Perencanaan Keperawatan
Tujuan
1.Meningkatkan toleransi pasien untuk melakukan aktivitas fisik
Rencana Keperawatan
1.Meningatkan kekuatan dan ketahanan otot serta fleksibilitas sendi dengan cara
sebagai berikut
a.Melatih postur tubuh yang benar dengan cara mempertahankan posisi tubuh
dalam postur yang benar selama beberapa saat secara berkala
D.Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk masalah mobilitas adalah pengaturan posisi tubuh sesuai
kebutuhan pasien dan melakukan latihan ROM
b.Posisi fowler
posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk dengan bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.Posisi ini berfungsi untuk memberikan
kenyamanan dan kemudahan fungsi pernapasan pasien.
Pada posisi semi-fowler ,sandaran atau bantal tempat tidur diatur dengan
kemiringan 30-40 derajat,sedangkan pada posisi fowler sudut kemiringannya adalah
60-90 derajat.
c.Posisi Sims
d.Posisi Trendelenburg
merupakan posisi berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki.Posisi ini berfungsi untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
posisi genupectoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
lengan bawah menempel dialas tempat tidur.Posisi ini dilakukan untuk memfasilitasi
pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid.
g.Posisi Litotomi
Posisi litotomi merupakan posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya sejajar atau lebih tinggi dari pinggul.Posisi ini dilakukan pada
pemeriksaan genital dan pinggul, pada proses persalinan, pada pemasangan alat
kontrasepsi.
Atur lengan pasien sehingga posisinya menjauh sisi tubuh dengan siku
menekuk.
Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan pegang pergelangan tangan
pasien dengan tangan yang lain.
Tekuk telapak tangan pasien ke depan sejauh mungkin.Lalu,kembalikan
keposisi semula
Tekuk telapak tangan pasien ke belakang sejauh mungkin.Lalu,kembalikan ke
posisi semula.
Atur lengan pasien sehingga posisinya menjauhi sisi tubuh dengan telapak
tangan mengarah ke tubuh.
Tahan bagian lengan atas diatas siku pasien dengan satu tangan dan pegang
tangan telapak tangan pasien dengan tangan yang lain.
Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekati bahu.Lalu,kembalikan
keposisi semula.
Atur lengan pasien sehingga posisinya menajuhi sisi tubuh dengan siku
menekuk
Pegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan dan telapak tangan
pasien dengan tangan yang lain.
Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap kearah
pasien.
Kembalikan keposisi semula
Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya membelakangi pasien
Kembalikan keposisi semula
f. Rotasi bahu
Atur lengan pasien sehingga posisinya menjauhi sisi tubuh dengan siku
menekuk
Pegang lengan atas pasien dekat siku dengan satu tangan dan pegang telapak
tangan pasien dengan tangan yang lain.
Gerakkan lengan bawah ke bawah dengan telapak tangan menghadap ke
bawah hingga menyentuh tempat tidur.
Kembalikan lengan ke posisi semula
Gerakkan lengan bawah kebelakang dengan telapak tangan menghadap ke atas
hingga menyentuh tempat tidur
Kembalikan lengan ke posisi semula
pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan dan pegang bagian
pergelangan kaki dengan tangan yang lain.
Bengkokkan atau tekuk jari-jari kaki ke bawah
Kembalikan jari-jari kaki ke posisi semula
Dorong jari-jari kaki ke belakang, lalu kembalikan lagi ke posisi semula
pegang telapak kaki pasien dengan satu tangan dan pegang pergelangan kaki
dengan tangan yang lain
putar kaki kearah dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki yang
lain.Kembalikan ke posisi semula
putar kaki kearah luar sehingga telapak kaki membelakangi kaki yang lain
kembalikan ke posisi semula
pegang telapak kaki pasien dengan satu tangan dan pegang pergelangan kaki
dengan tangan yang lain.jaga kaki pasien agar tetap lurus dan rileks.
Tekuk pergelangan kaki kea rah dada pasien, lalu kembalikan ke posisi semula
Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.Lalu,kembalikan ke posisi
semula.
pegang bagian bawah lutut pasien dengan satu tangan dan bagian tumit pasien
dengan tangan yang lain.
Angkat kaki, tekuk pada lutut serta pangkal paha.
Dorong terus lutut yang ditekuk kea rah dada sejauh mungkin.
Luruskanlah lutut dengan mengangkat kaki ke atas
Kembalikan kaki ke posisi semula.
pegang pergelangan kaki pasien dengan satu tangan dan bagian atas lutut
dengan tangan yang lain
putar kaki menjauhi perawat.Lalu, putar kaki mendekati perawat.Kembalikan
ke posisi semula.
pegang bagian bawah lutut pasien dengan satu tangan dan bagian bawah tumit
pasien dengan tangan yang lain.
Angkat kaki sekitar 8 cm dari tempat tidur
Gerakkan kaki menjauhi badan pasien, kemudian gerakkan kaki mendekati
tubuh pasien.Jaga posisi kaki pasien tetap lurus selama proses ini.
Kembalikan kaki ke posisi semula
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan untuk masalah mobilitas dapat dilihat dari peningkatan atau
pemulihan fungsi sistem tubuh,kekuatan dan ketahanan otot,fleksibilitas sendi,serta
fungsi motorik ; timbulnya rasa nyaman pada pasien dan terdapat keceriaan pada
wajah pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan : keuntungan dari aktivitas fisik telah didokumentasikan dengan baik
sama halnya dengan dampak dengan tidak adanya aktivas. Perawat tertantang untuk
menyakinkan pasien mengenai manfaat aktivitas fisik. Salah satu cara untuk
mencapainya adalah dengan berperan sebagai model peran untuk pasien. Perawat juga
harus bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk mengembangkan tujuan
perorangan yang dapat dicapai untuk aktivitas fisik dan latihan demi kebunguran
pasien.
3.2 Saran : kelebihan dari aktivitas dan latihan mengajarkan kita untuk selalu
memperhatikan kesehatan dan kebunguran jasmani serta rohani agar tetap terjaga
keseimbangan nya hingga tidak terjadi gangguan pada aktivitas dan latihan.
DAFTAR PUSTAKA