Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

BRONKHIAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu : Viyan Septiyana Achmad, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :
NAMA : ITA SUHAETI
NIM : P27901119027
TINGKAT : 2A D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN D-III KEPERAWATAN TANGERANG
2021
A. Definisi Asma Bronkhial
Asma bronkial merupakan penyakit akibat peradangan dalam saluran udara
(bronkus). Peradangan itu akhirnya membuat saluran pernapasan bengkak dan
sangat sensitif. Akibatnya, saluran pernapasan menyempit sehingga udara yang
masuk ke paru-paru jadi terbatas. ( Asthma - WHO. (2020). Retrieved 26 April
2020, from https://hellosehat.com/pernapasan/asma/pengertian-asma/ )
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubahubah secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab
alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa
datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran
adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Dari ketiga definisi di atas maka dapat disimpulkan asma bronkhial adalah
penyakit akibat peradangan dalam saluran udara (bronkus) yang meningkatnya
respon trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan seperti debu rumah,
bulu binatang, asap, dan bahan lain yang berbahaya atau yang berasal dari
radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah.
B. Penyebab Asma Bronkhial
Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada
beberapa hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di antaranya:
a. Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang saluran
napas bagian atas seperti flu.
b. Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
c. Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi
udara.
d. Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas
yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan
perubahan suhu yang drastis.
e. Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
f. Pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang las, atau pekerja pabrik
tekstil.
g. Stres.
h. Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah
berlebihan, dan tertawa terbahak-bahak).
i. Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
j. Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid
(aspirin, naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya
diberikan pada penderita gangguan jantung atau hipertensi).
k. Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang
kadang-kadang digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang,
makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir,
dan wine.
l. Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
m. Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam
lambung kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran
cerna bagian atas.
C. Patofisiologi Asma Bronkhial
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
liimfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul
IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan
asma bersifat airborne dan agar dapat 15 menginduksi keadaan sensitivitas,
alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu
tertentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan
memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga kecil alergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas. Obat
yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis betaadrenergik, dan bahan
sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang
dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak.
Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti
oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul
asma progresif. Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang
juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain. Mekanisme
yang menyebabkan bronkospasme karenaa penggunaan aspirin dan obat lain
tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang
diinduksi secara khusus oleh aspirin. Antagonis β-adrenergik biasanya
menyebabkan obstruksi jalan nafas pada klien asma, sama halnya dengan klien
lain, dapat menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut
harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium
bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat 16
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan
biasnya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung
senyawa ini, seperti salad, buah seger, kentang, kerang, dan anggur. Pencetus-
pencetus serangan di atas ditambah dengan pencetus lainnya dari internal klien
akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi antigen-
antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya
merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang
dikeluarkan dapat berupa histamin, bradikinin, dan anafilaktosin. Hasil dari
reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos,
peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus. (Soemantri,
2009)
D. Manifestasi Klinis Asma Bronkhial
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing,
pusing-pusing-pusing, perasaan yang merangsang, sakit kepala, nausea,
peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis dan kelelahan.
Hiperventilasi merupakan salah satu gejala awal dari asma. Kemudian sesak
nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan
hilus). Gejala utama yang sering muncul adalah dispnea, batuk dan mengi.
Mengi sering dianggap salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma
muncul. Itu berarti jika klien menganggap dirinya mengalami asma namun
tidak mengeluhkan sesak nafas, maka perawat harus yakin bahwa klien tidak
menderita asma.
Tanda-tanda ini dapat menjadi peringatan dini yang meliputi:
- Sering batuk, terutama pada malam hari
- Sulit bernapas atau sesak napas
- Merasa sangat lelah atau lemah saat berolahraga
- Mengi atau batuk setelah latihan
- Merasa mudah lelah, kesal, atau murung
- Adanya penurunan fungsi paru-paru yang diukur dengan
peakflowmeter, dengan cara meniupkan napas sekuat-kuatnya pada
alat tersebut
- Tanda-tanda flu, atau alergi (bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat,
sakit tenggorokan dan sakit kepala)
- Sulit tidur.
Serangan asma adalah episode di mana otot yang mengelilingi saluran udara
dipicu untuk mengencang. Pengencangan otot napas ini disebut bronkospasme.
Selama serangan itu, lapisan saluran udara menjadi bengkak atau meradang
dan sel-sel yang melapisi saluran udara menghasilkan lebih banyak lendir lebih
dari biasanya.Bronkospasme, peradangan dan produksi lendir merupakan
penyebab gejala asma seperti kesulitan bernapas, mengi, batuk, sesak napas,
dan kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-hari. Gejala lain dari serangan
asma meliputi:
- Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun
mengeluarkan napas
- Batuk yang tidak akan berhenti
- pernapasan sangat cepat
- Nyeri dada atau tekanan
- Tarikan otot bantu pernapasan seperti otot leher, otot dada, dan tulang
rusuk yang tampak naik turun akibat upaya napas yang berlebih
- Kesulitan berbicara
- Perasaan cemas atau panik
- Pucat, wajah berkeringat dingin
- bibir biru atau kuku menjadi biru, yang dikenal dalam medis sebagai
sianosis.
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
a. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis
b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
c. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada
Rongen paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
E. Penatalaksanaan Asma Bronkhial
a. Farmakologi
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan:
1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec) dan Terbutalin
(bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang
dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh
alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat
halus ) untuk selanjutnya dihirup.
2) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard)
dan Teofilin (Amilex). Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat
ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut,
dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena
sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada
juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke
dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
3) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu
bulan.
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini
adalah
dapat diberika secara oral.
b. Keperawatan
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus.
3) Pemberian cairan.
4) Fisiotherapy.
5) Beri O2 bila perlu.
6) Edukasi penderita
7) Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara objektif dengan
mengukur fungsi paru.

c. Prinsip-prinsip penatalaksaan asma bronkial adalah sebagai berikut :


1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
a. Saatnya serangan
b. Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2. Pemberian obat bronkodilator.
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
a. Cari faktor penyebab
b. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
(Soemantri, 2009)
F. Konsep dasar Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial
1. Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :
1. Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma
adalah dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan
mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya faktor
prediposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan
eskrim).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali didapatkan
adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi
duduk
2) Dada diobservasi
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar,
lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,
skoliosis, dan lordosis. 5) Catat jumlah, irama, kedalaman
pernapasan, dan kesimetrisan pergerakkan dada.
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernapasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase
ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada
jalan napas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow
Limitation (CAL) / Chornic obstructive Pulmonary Diseases
(COPD)
8) Kelainan pada bentuk dada
9) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan pergerakan
atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
pada paru atau pleura
10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi,
yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit,
dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
c. Perkusi Suara perkusi normal :
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan
paru normal.
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian
jantung, mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi
udara 4) Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang
berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.
Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf & Kusuma, 2015)
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri
2) Uji Provokasi bronkus
3) Pemeriksaan sputum
4) Uji kulit
5) Elektrokardiografi
6) Pemeriksaan Ig E
7) Foto dada
8) Analisis gas darah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas dan sekresi yang tertahan ditandai dengan sesak nafas. D.0001
3. Perencanaan Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis
untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap
perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya.
Intervensi keperawatan :
1) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka asma
bronkhial teratasi dengan kriteria hasil :Sesak nafas menghilang, Bunyi
weezing menurun, Pola nafas membaik. Tindakan keperawatannya
adalah :
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan
c. Posisikan semi fowler atau fowler
d. Berikan minum hangat
e. Ajarkan teknik batuk efektif
f. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Kasus Asma Bronkhial :
Seorang Laki-laki usia 25 tahun dirawat di Ruang Penyakit Dalam RS X dengan
Asma Bronkhilae pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data sebagai berikut
TTV : TD =130/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 28x/menit, Suhu 36,7◦C.
Keluhan Utama : Klien Mengatatakan Sesak.
Data Fokus : Bentuk dada normal tidak ada kelainan, klien tampak sesak, RR
28x/menit, Terdapat peningkatan WOB (Work of Breathing), terdapat cyanosis
perifer. Terpasang O2 Lembab melalui Sungkup, Complaince Paru Kiri dan
Kanan simetreis, Terdengar suara wheezing di Bronkhiolus, Pengembangan paru
seimbang, suara paru sonor.
Data : Sistem lain normal

1. PENGKAJIAN
1.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Alamat : Kp.Budi Asih, Tangerang
Nomor Telepon : 0812xxxxxxxx
Diagnosa Penyakit : Asma Bronkhial
Tanggal Masuk : 24 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 24 Meret 2021
Pemberi Jaminan : BPJS
1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dgn Pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda/ Indonesia
Alamat : Kp.Budi Asih, Tangerang
Nomor Telepon : 085xxxxxxxxx
1.1.3 Riwayat Kesehatan
1.1.3.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak
1.1.3.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dirawat di Ruang Penyakit Dalam RS X dengan Asma
Bronkhilae dan Bentuk dada normal tidak ada kelainan, klien
tampak sesak, RR 28x/menit, Terdapat peningkatan WOB (Work
of Breathing), terdapat cyanosis perifer. Terpasang O2 Lembab
melalui Sungkup, Complaince Paru Kiri dan Kanan simetreis,
Terdengar suara wheezing di Bronkhiolus, Pengembangan paru
seimbang, suara paru sonor.
1.1.3.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak mempunyai penyakit bawaan sejak dulu. Memiliki
kebiasaan merokok dan minum kopi setiap hari.
1.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada
yang menderita penyakit yang sama dengannya serta tidak
memiliki penyakit keturunan seperti diabetes millitus, hipertensi,
asma, penyakit jantung maupun kanker.
1.1.3.5 Pola Aktivitas Sehari-hari
No AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Nutrisi  Pasien mengatakan  Pasien mengatakan
makan 3x sehari tidak nafsu makan
namun makan karena ada keluhan
tidak teratur dan mual dan muntah
menu makan  Pasien mengatakan
bervariasi. hanya
 Pasien mengatakan menghabiskan
jarang minum air seperempat porsi
putih ± 5 gelas
perhari dan sering
minum kopi.
2. Eliminasi  Pasien mengatakan  Pasien belum BAB
BAB kadang dan hanya buang
kadang : 1x sehari. angin saja
 Pasien mengatakan
 Pasien mengatakan BAK 2 kali sehari
BAK kurang lebih dengan
4 - 6 kali sehari. menggunakan
pispot.

3. Pola Istirahat  Lamanya tidur 5 –  Lamanya tidur


6 jam sehari. siang 2 jam dan
pada malam hari
sekitar
± 5 jam sehari.
 Pasien mengatakan
tidak pernah tidur
pulas selama di RS
karena nyeri yang
dirasakannya.
4. Pola  Pasien mengatakan  Selama sakit pasien
Kebersihan mandi 2x sehari. hanya di lap dengan
air hangat
menggunakan
 Menyikat gigi 2x handuk saat pagi
sehari. saja.
 Mencuci rambut  Tidak pernah gosok
3x seminggu. gigi selama di RS
 Belum pernah
keramas keramas
selama di RS
5. Olahraga  Pasien mengatakan  Pasien mengatakan
jarang olahraga hanya berbaring
saja di tempat tidur
6. Gaya Hidup  Pasien mengatakan  Pasien tidak
sering minum kopi merokok dan tidak
dan merokok 2 minum kopi.
bungkus sehari.

1.1.3.6 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Penampilan umum : Sakit Sedang
Berat Badan : 53 Kg
Tinggi Badan : 162 cm
Indeks Massa Tubuh : 20,23 (Ideal = 18,5 - 25,0)
Tanda - Tanda Vital
a) Blood Preasure : 130/70 mmHg
b) Respirasi Rate : 28 kali / menit
c) Heart Rate : 80 kali/ menit
d) Temperature : 36,7 oC
2. Kulit, rambut, kuku
Kulit normal, tidak ada lesi di kulit pasien, turgor kulit lambat, kulit
teraba hangat, kulit nampak berkeringat berlebihan atau diaporesis
dan kulit wajah memerah, rambut berwarna hitam, rambut nampak
kotor dan tercium bau tidak sedap, kulit nampak kusam, tidak ada
nyeri tekan pada kepala, hanya mengatakan terasa pusing atau sakit
kepala, bentuk kuku normal dan tidak ada kelainan, tidak ada tanda-
tanda sianosis, kuku nampak kotor dan panjang.
3. Mata
Kebersihan mata baik, Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak
ada nyeri tekan pada palpebra, reflek pupil baik.
4. Hidung dan Sinus
Bentuk hidung simetris, tidak nampak pernafasan cuping hidung,
nampak adanya kotoran hidung, septum hidung tepat berada di
tengah, tidak ada pembesaran polip, tidak ada nyeri tekan pada sinus,
tidak ada tanda-tanda sesak napas.
5. Mulut
Mukosa bibir nampak kering dan pecah-pecah, terdapat sianosis
perifer, kebiruan pada bibir, kaki dan tangan sering dingin, halitosis
atau bau mulut, nampak karies pada gigi molar dextra ke dua, tidak
ada tanda peradangan pada faring, tidak ada pembesaran tonsil.
6. Leher
Leher simetris, leher dapat digerakan penuh, produksi suara normal,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan pada
tyroid, tidak ada peningkatan JVP, tidak nampak adanya lesi ataupun
benjolan.
7. Paru dan Rongga Thorax
Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris, terdapat
peningkatan WOB ( Work of Breathing ) terpasang O2 lembab
melalui sungkup, complaince paru kiri dan kanan simetris, terdengar
suara wheezing di bronkhiolus, pengembangan paru seimbang, tidak
ada nyeri tekan saat di palpasi. Suara paru terperkusi sonor. Pada
jantung, apeks terdapat diantara ICS 4 - ICS 5 sebelah lateral batas
kiri sternum, bunyi jantung normal yakni S1 dan S2 (lub
dub),gallop/murmur(-)/ (-), bunyi jantung saat di perkusi pekak.
8. Abdomen
Tidak ada nyeri abdomen
9. Ekstremitas Atas dan Bawah
Pasien tampak lemas, reflek bisep dan trisep baik, pergerakan normal,
pasien terpasang infuse di tangan kiri, tidak nampak adanya udem
maupun plebitis, pasien hanya tertidur di tempat tidur, pasien tampak
lemas, kekuatan otot 4 4
3 3
10. Genitalia
Bentuk penis normal, tidak nampak lesi pada sekitar daerah genital,
bentuk skrotum normal, tidak ada nyeri tekan dan tidak nampak
pembesaran pada testis.
1.1.4 Data Psikologis
1. Status Emosi
Emosi pasien tampak stabil
2. Kecemasan
Pasien tidak tampak cemas
3. Pola Koping
Pasien selalu berdoa akan kesembuhannya
4. Gaya Komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
5. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien mengatakan bersyukur dengan kondisi tubuh yang ada pada
dirinya.
b. Harga Diri
Pasien mengatakan seorang karyawan swasta di Perusahan Swasta yang
dikenal banyak orang karna memiliki banyak teman dan pekerja keras.
c. Peran
Pasien mengatakan saat ini sebagai suami sedang berusaha
membahagiakan istri dan 1 anaknya, bekerja mencari uang untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan investasi masa depan anaknya.
d. Identitas Diri
Pasien mengatakan mengenal dengan baik dirinya sendiri dari baik dan
buruk atau kemampuan yang ada pada dirinya.
e. Ideal Diri
Pasien mengatakan seharusnya jika tidak sakit, pasien dapat bekerja
mencari uang, dapat berkumpul dengan keluarga kecil dan keluarga
besarnya serta seharusnya dapat menjalankan kewajiban menunaikan
ibadah sholat 5 waktu yang saat ini tidak dapat pasien lakukan.
1.1.5 Data Sosial
Hubungan dan pola interaksi pasien dengan keluarga sangat baik, istri dan
orangtuanya selalu bergantian menemani pasien, ada beberapa teman pasien yang
datang untuk menjenguk dan pasien berinteraksi serta berhubungan dengan
sesama pasien lain yang berada satu ruangan dengannya dengan baik.
1.1.6 Data Spiritual
Pasien beragama islam, pasien mengatakan merasa cemas dan takut penyakitnya
akan memburuk, ketika nyeri datang pasien selalu berdoa dan istigfar. Selama di
rawat di RSUD X pasien mengatakan tidak melaksanakan ibadah sholat 5 waktu
dan hanya berdoa saja.
1.1.7 Data Penunjang
a. Hb : 10,65 gr%
Normal : 14-18 g/dl
b. Ht (hematokrit) 43 %
Normal : 40-54 %:
c. Leukosit : 8500/ul
Normal : 5000-10.00 mcL
d. Trombosit : 253.00/ul
Normal : 150.000-400.00
e. GDS : 110 mg/dl
1.1.8 Data Teraphy
- Nebulezer : ( atrovent 1cc + berotec 1cc + bisolvon 1cc ) dan nacl 0,9%
(6 cc)
- Aminophilin drip entrée ampul
- Infus RL 20 tetes

2. ANALISA DATA
Nama : Tn. R
No.CM :-
Ruangan : Penyakit Dalam RS X
Diagnosa Medis : Asma Bronkhial
Tgl/No Pengelompokkan Data Masalah Etiologi /
(Problem) Penyebab

24 Maret DS : Bersihan jalan Asma Bronkhial


2021 Pasien mengeluh : nafas tidak efektif
1. Klien mengatakan sesak
Bronkhiolus
nafas

DO :
Gangguan saluran
1. Bentuk dada normal pernafasan
2. Terdengar suara nafas
tambahan yaitu
Proses peradangan
wheezing
3. Terdapat sianosis
perifer
Terdengar sauara
4. Terdapat peningkatan
wheezing
WOB (Work Of
Breathing)
5. Terpasang O2 lembab
melalui sungkup Sesak nafas
6. TTV :
TD : 130/mmhg Penyempitan
Nadi : 80x/menit saluran pernafasan
RR : 28x/menit
Suhu : 36,7 oC Bersihan jalan
nafas tidak efektif

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkhopasme
ditandai dengan sesak nafas. D0001

4. PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama : Tn. R
Paviliun : Penyakit dalam RS X
Umur : 25 tahun
No.CM : -
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas 1.Untuk mengetahui
nafas tidak efektif tindakan keperawatan (frekuensi, kedalaman, perubahan yang terjadi
berhubungan selama 2 x 24 jam usaha nafas) pada frekuensi,
dengan maka bersihan jalan 2.Monitor bunyi nafas kedalaman,usaha nafas,
bronkhopasme nafas tidak efektif tambahan atau peningkatan pola
ditandai dengan teratasi dengan kriteria 3.Monitor saturasi nafas yang baik
sesak nafas. D0001 hasil : oksigen 2.Untuk mengetahui
1. Sesak nafas 4.Posisikan semi fowler beberapa derajat
DS :
menghilang atau fowler spasme bronkus yang
Pasien mengeluh :
2. Bunyi weezing 5.Berikan minum hangat terjadi dengan
1. Klien
menurun kepada pasien obstruksi jalan nafas
mengatakan 3. RR : 16x/menit 6.Ajarkan teknik batuk dan dapat / tidak
sesak nafas efektif dimanifestasikan
7.Kolaborasi pemberian adanya nafas
DO :
bronkodilator. advertisius
1. Bentuk dada 3.Dapat menunjukan
normal keadekuatan oksigenasi
2. Terdengar suara atau perkusi jaringan
nafas tambahan pasien
yaitu wheezing 4.Posisi semi fowler
3. Terdapat dapat meningkatkan
sianosis perifer ekspansi paru dan
4. Terdapat memudahkan fungsi
peningkatan pernafasan
WOB (Work Of 5. Penggunaan cairan
Breathing) hangat dapat
5. Terpasang O2 menurunkan spasme
lembab melalui jalan nafas
sungkup 6. Mengekspansi paru
6. TTV : dan mengeluarkan
TD : 130/mmhg sekret di jalan nafas
Nadi : 7. Pemberian
80x/menit bronkodilator via
RR : 28x/menit inhalasi akan langsung
o
Suhu : 36,7 C menuju area broncus
yang mengalami
spasme sehingga lebih
cepat berdilatasi.

5. Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan/ Implementasi Keperawatan

Tgl / Jam No. DP Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf


24 Maret 2021 1 1. Memonitor pola nafas (frekuensinya,
08.00 kedalamannya, usaha nafasnya)
Respon/hasil :
Ita Suhaeti
- Klien mengatakan sesak nafas
08.10 - Frekuensi pernafasan : 28x/menit
- Klien mengatakan belum bisa mengatur
pola nafas yang teratur
2. Memonitor bunyi nafas tambahan
Respon/hasil :
- Klien mengatakan bunyi nafas tambahan
08.20 yaitu wheezing masih terdengar dan belum
membaik
3. Memonitor saturasi oksigen
Respon/ hasil :
- Frekuensi saturasi oksigen pada pasien
masih belum normal yaitu 60,6%
(frekuesnsi normal : 95-100%)
08.30 4. Memposisikan semi fowler atau fowler
Respon/hasil :
- Klien mau diarahkan posisi semi fowler
atau fowler
- Klien mengatakan merasa nyaman dengan
08.40 posisi tersebut
- Klien mengatakan sesak mulai berkurang
5. Memberikan minum hangat pada klien
Respon/hasil :
08.50 - Klien menerima pemberian minum air
hangat
- Klien mengatakan setelah minum air
hangat sesaknya berkurang
09.00
6. Menganjurkan teknik batuk efektif
Respon/hasil :
- Klien mengikuti anjuran yang diberikan
yaitu latihan batuk efektif
- Klien belum bisa mempraktikan teknik
batuk efektif
6. Berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian bronkodilator
Respon/Hasil :
- Dokter memberikan obat bronkodilator
kepada klien dan klien menerimanya

25 Maret 2021 1 1. Memonitor pola nafas (frekuensinya,


08.00 kedalamannya, usaha nafasnya)
Respon/hasil :
Ita Suhaeti
- Klien mengatakan sesak nafas nya sudah
08.10 hilang
- Frekuensi pernafasan : 16x/menit
- Klien mengatakan sudah bisa mengatur
pola nafas yang teratur
2. Memonitor bunyi nafas tambahan
Respon/hasil :
08.20 - Klien mengatakan bunyi nafas tambahan
yaitu wheezing sudah tidak terdengar
kembali dan sudah membaik
3. Memonitor saturasi oksigen
Respon/hasil :
- Frekuensi saturasi oksigen pada pasien
sudah normal yaitu 95 %
08.30 4. Memposisikan semi fowler atau fowler
Respon/hasil :
- Klien sudah bisa diarahkan posisi semi
fowler atau fowler
- Klien mengatakan nyaman dengan posisi
08.40 tersebut
- Klien mengatakan sesak nafasnya
membaik
5. Memberikan minum hangat pada klien
Respon/hasil :
08.50 - Klien menerima pemberian minum air
hangat
- Klien mengatakan sesak nafas membaik
6. Menganjurkan teknik batuk efektif
Respon/hasil :
- Klien mengikuti anjuran yang diberikan
yaitu latihan batuk efektif
09.00 - Klien mempraktikan teknik batuk efektif
sebanyak 3x
7. Berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian bronkodilator
Respon/Hasil :
- Dokter memberikan obat bronkodilator
kepada klien dan klien menerimanya
- Klien bersedia mengonsumsi obat
bronkodilator untuk kesembuhan
penyakitnya

6. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ Jam No. DP Evaluasi Keperawatan Paraf
26 Maret 2021 1 S:
16.00 - Klien mengatakan sesak nafas
- Frekuensi pernafasan : 28x/menit
Ita Suhaeti
- Frekuensi saturasi oksigen : 60,6 %
- Klien mengatakan belum bisa
mengatur pola nafas yang teratur
- Klien mengatakan bunyi nafas
tambahan yaitu wheezing masih
terdengar dan belum membaik
- Klien mau diarahkan posisi semi
fowler atau fowler
- Klien mengatakan nyaman dengan
posisi tersebut
- Klien mengatakan sesak nafas mulai
berkurang
- Klien menerima pemberian minum air
hangat
- Klien mengikuti anjuran yang
diberikan yaitu latihan batuk efektif
- Klien belum bisa mempraktikan
teknik batuk efektif
- Dokter memberikan obat
bronkodilator kepada klien dan klien
menerimanya

O:
- Bentuk dada normal
- Terdengar suara nafas tambahan yaitu
wheezing
- Terdapat sianosis perifer
- Terdapat peningkatan WOB (Work Of
Breathing)
- Terpasang O2 lembab melalui
sungkup
- TTV :
TD : 130/70mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 36,7 oC

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
- Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian bronkodilator.
27 Maret 2021 2 S:
16.00 - Klien mengatakan sesak nafas nya
sudah hilang
Ita suhaeti
- Frekuensi pernafasan : 16x/menit
- Frekuensi saturasi oksigen normal :
95 %
- Klien mengatakan sudahbisa
mengatur pola nafas yang teratur
- Klien mengatakan bunyi nafas
tambahan yaitu wheezing sudah tidak
terdengar kembali dan sudah
membaik
- Klien mengatakan sudah bisa
diarahkan posisi tersebut
- Klien mengatakan sudah sangat
nyaman dengan posisi tersebut
- Klien mengatakan sesak nafas
membaik
- Klien menerima pemberian minum air
hangat
- Klien sudah bisa mengeluarkan
sputum dengan baik
- Klien mengikuti anjuran yang
diberikan yaitu latihan batuk efektif
- Klien mempraktikan teknik batuk
efektif sebanyak 3x
- Dokter memberikan obat
bronkodilator kepada klien dan klien
menerimanya
- Klien bersedia mengonsumsi obat
bronkodilator untuk kesembuhan
penyakitnya.

O:
- Bentuk dada normal
- Terdengar suara nafas tambahan yaitu
wheezing
- Terdapat sianosis perifer
- Terdapat peningkatan WOB (Work Of
Breathing)
- Terpasang O2 lembab melalui
sungkup
- TTV :
TD : 120/70mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 16x/menit
Suhu : 36,7 oC
A : Masalah sudah teratasi
P : Hentikan intervensi

Daftar pustaka
1. Asthma - WHO. (2020). Retrieved 26 April 2020, from
https://hellosehat.com/pernapasan/asma/pengertian-asma/
2. Dwi Yulianti & Susanty Jajalaksana. 2015. Penatalaksanaan Asma
Bronkhial:Malang, Deepublish (Universitas Brawijaya Djajalaksaan)
3. M.Bachrudin,dkk.2016. Keperawatan Medikal Bedah 1:Jakarta, BPPSDMK
Kementrian Kesehatan. Pusdik SDM Kesehatan.
4. Kementerian Kesehatan RI (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
5. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
6. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
7. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
8. Yudha Saktya Ardhi Utama.2018.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Respirasi:Yogyakarta, Deepublish (Grup Penerbitan CV BUDI
UTAMA)
9. Paulina Anugraeni A.P..2019. Asuhan Keperawatan pada An. N. Dengan Asma
Bronkhial di Ruangan Kenanga RSUD Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang. Poltekes
Kupang.
10. https://www.alodokter.com/asma/penyebab
11. https://www.klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8689
12. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2590/4/Chapter2.pdf
13. https://www.academia.edu/40427828/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASMA
14. https://hellosehat.com/pernapasan/asma/pengertian-asma/
15. http://eprints.umpo.ac.id/5367/3/3.%20BAB%202%20baru.pdf

Anda mungkin juga menyukai