Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS DAN JENIS KELAMIN DENGAN

NEUROPATI PASIEN DM (DIABETES MILLITUS)


DI PUSKESMAS SARANG II

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagian Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

Oleh :
RITOH SUMAYYAH RUSMALINDA
NIM : 112019030689

PRGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang dapat
dilakukan upaya pencegahan untuk mengendalikan dan mencegah
terjadinya komplikasi. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa
dengan mengontrol pola hidup menjadi lebih baik dan sehat, maka
dapat mencegah terjadinya diabetes mellitus (Palma at.al, 2015).
Temuan pada edisi ke 9 oleh Iternational Diabetes Federation (2019)
mengkonfirmasi bahwa diabetes adalah salah satu keadaan darurat
kesehatan global yang paling cepat berkembang di abad ke-21. Pada
2019, diperkirakan 463 juta orang mengidap diabetes dan jumlah ini
diproyeksikan mencapai 578 juta pada 2030, dan 700 juta pada 2045.
Dua pertiga pengidap diabetes tinggal di daerah perkotaan dan tiga
(IIDF, 2019).
Indonesia merupakan Negara berkembang dengan memiliki
jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke tujuh di dunia pada
tahun 2019 dan diperkirakan pada tahun 2030 sampai 2045 akan
semakin meningkat jumlahnya. Sementara untuk diabetes mellitus
yang tidak terdiagnosa, Indonesia menempati urutan ke lima dunia
setelah China, India, USA dan Pakistan (IIDF, 2019). Komplikasi pada
diabetes mellitus melibatkan pembuluh darah kecil, mikroangiopati,
pembuluh darah menengah, dan pembuluh darah besar yang
menyebabkan terjadinya makroangiopati. Kerusakan metabolisme
yang dihasilkan dapat menyebabkan hilangnya akson dan beresiko
mengalami neuropati perifer yang berdampak pada terjadinya foot
ulcer (Embuai atal, 2019)
Upaya untuk menangani diabetes mellitus, American
Diabetes Association merekomendasikan tindakan kolaboratif
multidisiplin yang melibatkan beberapa bidang. Salah satunya adalah
keperawatan (Mohajeri-Tehrani at.al, 2012). Olahraga menjadi salah
satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan saraf
akibat peningkatan kadar gula darah yang berlebihan pada pasien
diabetes mellitus. Olahraga (termasuk aktivitas menahan beban)
sangat dianjurkan untuk dilakukan karena dapat memperbaiki kontrol
glikemik (DiLiberto at.al, 2016). Diabetes menyebabkan kelemahan
pada kaki dan dapat mengubah fungsi kaki sehingga dapat
menjelaskan pentingnya berolahraga pada tungkai bawah (Kivlan,
Martin, & Wukich, 2011). Olahraga yang dilakukan secara teratur dan
diawasi oleh tenaga professional, akan membantu memperbaiki
kekuatan otot, mobilitas, pulsasi perifer dan penilaian risiko neuropati
(Iunes et al., 2014).
Salah satu olahraga yang dianjurkan adalah senam kaki.
Senam kaki adalah salah satu terapi yang bertujuan untuk
melancarkan peredaraan darah yang terganggu karena dapat
membantu memperkuat otot-otot kaki. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wibisono (2009) dalam Priyanto (2012) bahwa senam kaki
diabetik bertujuan memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke
jaringan menjadi lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis,
otot paha, serta mngatasi keterbatasan gerak sendi yang sering
dialami oleh penderita diabetes mellitus (Priyanto, 2012).
Komplikasi pada diabetes mellitus melibatkan pembuluh
darah kecil, mikroangiopati, pembuluh darah menengah, dan
pembuluh darah besar yang menyebabkan terjadinya makroangiopati.
Kerusakan metabolisme yang dihasilkan dapat menyebabkan
hilangnya akson dan beresiko mengalami neuropati perifer yang
berdampak pada terjadinya foot ulcer (Embuai at al, 2019)
Upaya untuk menangani diabetes mellitus, American
Diabetes Association merekomendasikan tindakan kolaboratif
multidisiplin yang melibatkan beberapa bidang; salah satunya adalah
keperawatan (Aalaa, Malazy, Sanjari, Peimani, & Mohajeri-Tehrani,
2012). Olahraga menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan saraf akibat peningkatan kadar gula
darah yang berlebihan pada pasien diabetes mellitus. Olahraga
(termasuk aktivitas menahan beban) sangat dianjurkan untuk
dilakukan karena dapat memperbaiki kontrol glikemik (Diliberto at al,
2016).
Diabetes menyebabkan kelemahan pada kaki dan dapat
mengubah fungsi kaki sehingga dapat menjelaskan pentingnya
berolahraga pada tungkai bawah (Kivlan, Martin, & Wukich, 2011).
Olahraga yang dilakukan secara teratur dan diawasi oleh tenaga
professional, akan membantu memperbaiki kekuatan otot, mobilitas,
pulsasi perifer dan penilaian risiko neuropati (Iunes et al., 2014). Di
Indonesia, jumlah penderita DM pada tahun 2015 mencapai 7% dari
totalpopulasi penduduk Indonesia (WHO,2016). Hasil Riset Kesehatan
Dasar(Riskesdas) tahun 2013 juga menunjukkan peningkatan prevalensiDM
di Sumatera Barat, dari 1,2% ditahun 2007 menjadi 1,8% di tahun
2013(Kementrian Kesehatan RI, 2013).Sedangkan di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. M. Djamil Padang sendiri yang merupakan salah satu rumah sakit
rujukan provinsi di daerah Sumatera Barat juga menunjukkan
tingginyaprevalensi penyakit DM. Pada tahun 2014 angka jumlah pasien DM
di RSUP Dr. M. Djamil Padang mencapai 619 pasien di ruang rawat inap dan
7432 pasien yang berobat ke Poliklinik (Pusat Data dan Rekam Medik RSUP.
Dr. M.Djamil, 2015).
Salah satu kerusakan saraf akibat neuropati yang paling
berpengaruh terhadap fungsi keseimbangan adalah disfungsi vestibular dan
disfungsi proprioseptif (Kaya, 2014; D’Silva et al., 2016). Disfungsi
vestibular menyebabkan kerusakan pada fungsi vestibulokoklearis
sehingga menyebabkan peningkatan resiko gangguan keseimbangan
fungsional (D’Silva et al, 2016).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka peneliti mengambil rumusan
masalah “Adakah hubungan tingkat aktivitas dan jenis kelamin
dengan neuropati pasien dm (diabetes millitus) DI PUSKESMAS
SARANG II
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan tingkat aktivitas dan jenis
kelamin dengan neuropati pasien DM (diabetes millitus) DI
PUSKESMAS SARANG II
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi tingkat aktivitas dan jenis kelamin
b) Mengidentifikasi neuropati pasien DM (diabetes millitus)
c) Mengidentifikasi hubungan tingkat aktivitas dan jenis kelamin dengan
neuropati pasien DM (diabetes millitus)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis
Hasil penilitian ini diharapkan dapat menanbah ilmu pengetahuan
bagi peneliti tentang hubungan tingkat aktivitas dan jenis kelamin
dengan neuropati pasien DM (diabetes millitus)
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat
tetang tingkat aktivitas dan neuropati pasien DM (diabetes millitus)
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Universitas
Muhammadiyah Kudus sebagai literatur tambahan dan untuk referensi
penelitian tentang hubungan aktvitas fisik dengan kualitas hidup
4. Bagi Penulis Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai referensi untuk


penelitian selanjutanya mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kualitas
hidup
E. Ruang Lingkup

1. Lingkup waktu
Penelitian akan dilakukan pada Bulan.....Tahun......di UPT
PUSKESMAS SARANG II Kab. Rembang
2. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam kategori ilmu kesehatan untuk
meningkatkan wawasan dalam bidang ilmu keperawatan
3. Lingkup Lokasi
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di UPT PUSKESMAS
SARANG II Kab. Rembang
4. Lingkup Materi
Masalah yang akan teliti pada penelitian ini adalah hubungan
tingkat aktivitas dan jenis kelamin dengan neuropati pasien DM
(diabetes millitus) di UPT PUSKESMAS SARANG II Kab. Rembang
5. Keasliaan Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitian


Nama Judul Metode Variable Penelitian Hasil
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
(Tahun)
Desnita, Ria. Hubungan Derajat Penelitian Ini Variable Bebasnya Adalah Hasil penelitian didapatkan derajat neuropati
(2017) Neuropati dengan Menggunakan derajat neuropati sedangkan paling banyak adalah neuropati derajat ringan
Keseimbangan Metode Variabel Terikatnya Adala yaitu sebesar 47%. Sedangkan persentase
Fungsional Pada Kuantitatif. Keseimbangan Fungsional neuropati derajat berat adalah 28,8% dan
Pasien Neuropati dengan Desain Pada Pasien Neuropati neuropati derajat sedang sebesar 24,2%. Hasil
Diabetik penelitian ini penelitian ini berbeda dengan penelitian
di RSUP Dr. M. Djamil adalah analitik Agrawal et al. (2010) tentang diabetes,
Padang cross sectional disfungsi vestibular dan jatuh pada 21.161
dengan jumlah pasien DM. Penelitian Agrawal et al. (2010)
sampel 132 mendapatkan
pasien neuropati persentase neuropati derajat ringan sebesar
diabetik. Analisis 74%, derajat sedang 19% dan derajat berat
data 7,1%.
menggunakan
Chi Square

Nonita Sari, Hubungan Aktivitas Metode penelitian Variable Bebasnya Adalah Hasil penelitian menunjukan responden
Agus Fisik Terhadap ini menggunakan aktivitas fisik sedangkan dengan intensitas aktivitas fisik berat sebanyak
Purnama Kejadian DM rancangan Variabel Terikatnya Adalah 14 orang (46.7 %), sedangkan yang intensitas
2019 deskriptip analitik kejadian DM olahraga ringan sebanyak 16 orang (53.3 %).
dengan
pendekatan cross
sectional. Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan
total
Aisyah Hubungan Antara Metode Penelitian Variable Bebasnya Adalah Hasil Penelitian Ini Menunjukkan Bahwa
Muslimatun Aktivitas Fisik dengan Ini Adalah Aktifitas Fiisik Dan Terdapat Hubungan Antara Antara Aktivitas
Munawwaro Kualitas Hidup Pada Deskriptif Korelatif Variable Terikatnya Adalah Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia
h Lansia Penderita Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi Di Kelurahan Joyosuran
(2017) Hipertensi dikelurahan Rancangan Cross Penderita Hipertensi Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta (P-Values
Joyosuran Kecamatan Sectional = 0,001; X2= 35,452).
Pasar Kliwon
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai