Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat indonesia banyak mengalami gangguan kesehatan yang
mendasar adalah penyakit hipertensi. Seseorang yang dinyatakan sedang
mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi apabila tekanan darahnya diatas
normal yang melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi adalah keadaan tekanan sistolik
sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan
atau lebih dari 80 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu (Aditya &Anki,
2013). Sedangkan menurut Arifin (2016) hipertensi merupakan suatu penyakit
kronis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang bisa
menyebabkan hipertensi dibagi menjadi dalam dua kategori, yang pertama adalah
faktor resiko yang bisa diubah atau dimodifikasi dan yang kedua adalah faktor
resiko yang tidak bisa diubah atau dimodifikasi. Faktor resiko yang bisa diubah
antara lain adalah dengan mengubah kebiasaan sehari-hari seperti mengatur pola
makan, menjaga berat badan, berolahraga secara teratur, serta menghindari stres
yang berlebihan. Sedangkan faktor resiko yang tidak bisa ubah adalah keturunan,
jenis kelamin, ras dan proses penuaan.
Hipertensi adalah Tekanan darah 140/90 mmHg dibedakan pada dua
fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90mmHg menunjukan
fase darah yang kembali ke jantung. Hipertensi juga dapat menimbulkan
komplikasi seperti Stroke, Serangan Jantung, aneurisma, dan Gagal Ginjal
(Triyanto, 2014). Menurut Aspiani (2014) penderita hipertensi biasanya muncul
gejala seperti nyeri kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, berdebar
atau detak jantung terasa cepat, telinga berdenging dan perasaan berputar seperti
ingin jatuh. Penderita hipertensi tidak semua merasakan gelaja-gejala yang timbul
yang disebut dengan “silent killer” atau pembunuh diam-diam yang terjadi tanpa
gejala.
Hipertensi merupakan penyakit denegerative yang dapat terjadi pada
semua tingkat usia. Penyakit degenerative antara lain penyakit jantung, strok dan
penyakit pembunuh darah lainnya. Jumlah penduduk beresiko (>15 th) yang
dilakukan pengukuran tekanan darah pada tahun 2015 tercatat sebanyak 2.807.407
atau 11,03%. Persentasi penduduk yang dilakukan pemeriksaan tekanan darah
tahun 2015 tertinggi dikota Salatiga sebesar 41,52%, sebaliknya persentasi
terendah pengukuran tekanan darah dikabupaten Banjarnegara sebesar 0,83%.
Kabupaten atau kota dengan cakupan diatas rata-rata provinsi adalah Jepara, Pati,
kota Magelang, kota Tegal, dan kota Surakarta. Dari hasil pengukuran tekanan
darah, sebanyak 344,033 orang atau 17,74 % dinyatakan hipertensi atau tekanan
darah tinggi. Berdasarkan jenis kelamin , persentase hipertensi pada kelompok
laki-laki sebesar 20,88%, lebih tinggi dibanding pada kelompok perempuan yaitu
16,28% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2015). Diketahui dari data (Riskesdas,
2018) menyatakan bahwa hipertensi adalah prevalensi tertinggi dari penyakit tidak
menular seperti Stroke, Diabetes Militus, Jantung, Gagal Ginjal, penyakit sendi,
dan Kanker. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2018 hipertensi dari 5 tahun
terakhir terjadi peningkatan sekitar 8.3%, yaitu pada tahun 2013 prevalensi
hipertensi di Indonesia sekitar 25.8 % dan pada tahun 2018 meningkat menjadi
34.1%. Prevalensi yang terjadi di Jawa Tengah sendiri pada tahun 2018 yaitu
8.6%, Kenaikan kasus hipertensi ini terjadi terutama di negara berkembang pada
usia lebih dari 18 tahun, dan sebagian besar masyarakat yang mengalami
hipertensi belum terdiagnosa. Sedangkan menurut (Dinkes Rembang, 2015)
jumlah penderita hipertensi yaitu berkisar 15.130 orang.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologis
dan nonfarmakologi, namun untuk mencegah efek dari penggunaan obat-obatan
yang berlebihan seperti mengalami nyeri kepala, nyeri abdomen, pembengkakan
pada sendi tangan dan edema tungkai yang tejadi karena penggunaan anti
hipertensi golongan calcium channel blockers. Batuk yang persisten terjadi karena
penggunaan anti hipertensi golongan angiotensin converting enzyme inhibitor.
Lansia lebih disarankan untuk menggunakan terapi non-farmakologi seperti
mengkonsumsi buah-buahan (Supraptia, 2014; Handayani, 2015). Menurut
Depkes RI (2008)) 0bat farmakologi anti hipertensi digunakan dengan waktu
jangka panjang bahkan seumur hidup seperti diuretic. Obat non farmakologi (obat
tradisional) merupakan bahan alami yang lebih aman dan dapat memperpanjang
usia seperti mengkudu, seledri, daun salam, pisang, mentimun, pepaya, bawang
putih dan tanaman herbal lainnya. Salah satu bahan untuk menurunkan hipertensi
dan menstabilkan tekanan darah yang baik yaitu pisang ambon.
Produksi buah pisang di Indonesia sangat melimpah, banyak yang
menyukai buah pisang ini dengan mengkonsumsi langsung sebagai buah atau
diolah menjadi berbagai jenis olahan seperti jus pisang. Pisang ini terkenal akan
kandungan potasiumnya, satu buah pisang berukuran sedang mengandung
potasium atau sering kita sebut dengan kalium sebanyak ±400 mg. Pisang
mengandung angiotensin converting enzyme alami atau ACE inhibitor alami
(Palmer and William, 2007). Sedangkan menurut Rian & Fatma (2021)
kandungan dalam buah pisang ambon disetiap 100gr memiliki berbagai
kandungan diantaranya yaitu kalori 116 kal, protein1.60 gr, karbohidrat 25.80 gr,
kalsium 8.00 mg, fosfor 32.00 mg, zat besi 0,50 mg, vitamin A 146.00 mg,
vitamin B1 0,08 mg, vitamin C 72,0 mg dan air 72.90mg. Selain itu rasanya enak,
pisang sangat mudah ditemui/dijagkau dan harganya juga murah bahkan pisang
ambon tersebut memiliki banyak manfaat untuk kesehatan bahkan banyak yang
menggemari pisang ini, namun tidak semua orang menyadari khasiat buah pisang
yang salah satunya adalah untuk menurunkan tekanan darah (Rachel lizel,2013).
Hasil penelitian Sutriadi & Insani (2017) pisang ambonefektif
menurunkan tekanan darah, jika dikonsumsi sebanyak 3x dalam sehari selama 5
hari. Sedangkan penelitian menurut Agustianingrum, dkk (2020) bahwa
mengonsumsi buah pisang ambon sebanyak 2 buah buah atau sebanyak 280 gr
dalam sehari secara teratur selama 7 hari juga efektif untuk menurunkan tekanan
darah.
Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis “Pengaruh
Jus Buah Pisang Ambon Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan perumusan masalah “Apakah Ada
Pengaruh Jus Buah Pisang Ambon Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jus buah
pisang ambon terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tekanan darah kelompok intervensi dan kelompok kotrol
sebelum dan sesudah diberikan jus buah pisang ambon
b. Menganalisa pengaruh jus buah pisang ambon terhadap perubahan
tekanan darah pada pasien hipertensi
c. Mengidentifikasi karakteristik usia, jenis kelamin, lama menderita
hipertensi, riwayat hipertensi pada keluarga dan gaya hidup
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan pengetahuan baru di institusi tentang pengaruh jus buah pisang
ambon terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi
2. Bagi Responden
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan
alternatif yang tepat dan praktis terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
3. Bagi profesi keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu upaya keperawatan atau
alternative dalam menangani darah tinggi pada penderita hipertensi.

4. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan dari hasil penelitian tentang pengaruh jus buah pisang ambon
terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi ini dapat di jadikan
sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai