PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan perawatan terhadap penyakit yang dialami oleh seorang
anak seringkali menjadi krisis yang harus dihadapi anak karena dapat
perasaan trauma pada anak. Menurut Supartin (2004 dalam jeni 2016 ).
1
kendali, dan nyeri akibat pembedahan atau penyakit (Wulandari & Erawati,
2016).
peringkat kedua sebesar 1,3% setelah anak usia 0-4 tahun sebesar 2,8%
2
mempengaruhi anak dan keluarga dalam berbagai hal. Mekanisme koping
dapat meningkatkan stres pada anak. Stresor utama dari hospitalisasi antara
lain adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri (Wong,
2009).
Nyeri yang tidak ditangani dapat berdampak besar pada kehidupan anak.
berinteraksi dengan orang lain karena anak terfokus pada nyeri yang
dirasakan. Dampak nyeri yang lain berupa kesulitan tidur, penurunan minat
mati rasa sebelum rasa nyeri timbul. Kompres dingin dapat menimbulkan
efek anastesi lokal pada luka tusuk akibat pemasangan infus (Potter &
3
Perry, 2013). Kompres dingin menggunakan es memperlambat konduksi
(Waterhouse, 2013).
akibat pemasangan infus pada penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian
pada kompres dingin, pengalihan persepsi nyeri menjadi rasa dingin yang
lebih dominan adalah salah satu tipe transendensi yang telah tercapai
B. Perumusan masalah
Banyak anak-anak yang dirawat ketika akan diberikan tindakan
Karena mereka trauma dengan sakit yang dirasakan saat dilakukan tindakan
infasiv salah satunya pemasangan infus. Oleh karena itu peneliti ingin
melihat pengaruh kompres dingin terhadap tingkat nyeri pada anak usia di
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
4
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan kompres dingin terhadap tingkat nyeri pada anak
pemasangan infus.
D. Manfaat penelitian
a. Bagi tenaga kesehatan
c. Bagi keluarga
pengetahuan agar ibu tidak ikut panic saat anak akan dilakukan
pemasangan infuse
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Nyeri
1. Pengertian
Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
(Hidayat, 2008).
2. Klasifikasi Nyeri
6
akan memberikan tindakan. Untuk menentukan tipe-tipe nyeri, kita dapat
melihatnya dari segi : (1) Durasi nyeri; (2) Tingkat keparahan dan
intensitas, seperti nyeri berat atau ringan; (3) Model transmisi, seperti
reffered pain (nyeri yang menjalar); (4) Lokasi Nyeri, superficial atau
a. Nyeri Akut
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri
Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan.Salah satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri
b. Nyeri Kronik
tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit
7
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya
untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry,
2009).
sabjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh
objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
8
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengkaji
intensitas nyeri, misalnya: “no hurt”, sampai “worst hurt”. Baik skala
tetapi VAS yang vertikal lebih sensitif menghasilkan skor yang lebih
besar dan lebih mudah digunakan dari pada skala horizontal. VAS ini
2013).
dirasakannya. Skala Numerik ini dapat digunakan pada anak yang lebih
muda seperti 3-4 tahun atau lebih (Meliala & Suryamiharja, 2007).
nyeri yang digunakan dalam praktek klinis. VRS adalah skala ordinal,
9
biasanya digambarkan menggunakan 4-6 kata sifat untuk
menggunakan kata-kata umum seperti tidak nyeri (no pain) pada ujung
kiri akhir skala, kemudian diikuti dengan nyeri ringan, nyeri sedang
ringan, nyeri sedang, nyeri berat, setiap kata yang terkait dengan skor
dan cepat dilakukan, namun alat ini tidak memiliki akurasi dan
10
Dari skala diatas, tingkatan nyeri yang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Skala 2-4 : nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau
Skala 5-6 : nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan mengeluh,
Skala 7-9 : termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit sekali
Skala 10 : termasuk nyeri yang sangat, pada tingkat ini klien tidak
dari 6 gambar skala wajah yang bertingkat dari wajah yang tersenyum
untuk “no pain” sampai wajah yang berlinang air mata. Penjelasan Faces
11
Nilai 8 : nyeri yang dirasakan anak secara keseluruhan
sendiri rasa nyeri yang baru dialaminya sesuai dengan gambar yang telah
ada dan skala wajah ini baik digunakan pada anak usia prasekolah
pada bayi dan anak yang mendapatkan therapi injeksi via infus misalnya
cairan dan elektrolit karena diare, demam berdarah, luka bakar dan
tubuhnya yang hilang. Tindakan ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan
respon nyeri terdiri dari tiga elemen yaitu perilaku yang jelas terlihat
12
tekanan darah danpernafasan. Guyton (1999) setuju bahwa perubahan
dicabut. Mereka takut intrusi atau pungsi tubuh tidak akan menutup
kembali dan “isi tubuh” mereka akan bocor keluar (Wong, 2009).
Reaksi nyeri pada masa prasekolah cenderung sama pada masa toddler,
atau berusaha mengunci diri di tempat yang aman. Ekspresi verbal secara
13
aktivitas yang dimaksud. Permintaan yang banyak digunakan adalah, “
Tolong saya jangan disuntik; Saya akan bersikap baik bila tidak
disuntik.”
terhadap nyeri.
yaitu bisa menangis keras aatau berteriak; ekspresi verbal seperti “aduh”,
1. Pengertian
14
cairan, elektrolit, nutrisi, dan obat melalui pembuluh darah
(Potter&Perry, 2010).
tubuh.
gangguan(Hidayat, 2008).
15
sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat
oral.Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau tidak dapat
rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit),
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
tindakan hemodialisis.
bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena
16
dipasang di daerah tangan.Apabila memungkinkan, semua klien
(Potter&Perry, 2010).
a. Mempersiapkan peralatan.
pasien.
c. Mencuci tangan.
e. Menutup klem.
dipasang.
k. Melepaskan klem.
m. Mengklem selang
17
o. Memilih tempat pungsi vena: vena yang tampak lurus tidak
sampai 30 derajat.
u. Melepaskan torniquet.
x. Memfiksasi kateter.
berikan.
komplikasi, yaitu:
18
a. Phlebitis
b. Infiltrasi
19
tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniquet tersebut
c. Iritasi Vena
kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi
d. Hematoma
e. Trombosis
f. Occlusion
ketika botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak
20
nyaman pada area pemasangan/insersi.Occlusion disebabkan oleh
gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan
g. Spasme vena
cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah
1. Pengertian
dingin pada kulit baik kompres basah maupun kompres dingin kering
menggunakan kantong es, sarung tangan es, kola es, dan kemasan
infus (Potter & Perry, 2010). Stimulasi kutaneus atau terapi berbasis
21
suhu ini berupa kompres panas dan kompres dingin. Kompres pada
kecepatan konduksi syaraf dan menghambat impuls saraf (Kozier & Erb
transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat.
22
a. Vasokonstriksi (pembuluh darah menguncup) untuk menurunkan
padajaringan.
nyeri.
dikompres dibawah suhu 15oC. Diatas suhu 15oC sudah mulai terjadi
a. Cuci tangan
pemasangan infus)
23
e. Melepaskan kompres dingin sebelum prosedur
Dingin
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
hubungan atau kaitan antara konsep yang lainnya, atau variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2010).
B. Hipotesis Penelitian
yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) (Dharma, 2011).
25
1. Ha : pengaruh kompres dingin terhadap penurunan nyeri anak
nyeri anak pra sekolah saat pemasangan infuse di Igd Rsud Kota
Salatiga
D. Lokasi Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
26
melakukan pengamatan. Penelitian dilakukan pada sampel yang
a. Kriteria Inklusi
responden.
b. Kriteria Eksklusi
kriteria eksklusinya:
menjadi responden
27
F. Teknik Sampling
yang tidak sama pada individu dalam populasi untuk terpilih menjadi
peneliti(Riyanto, 2011).
Definisi Operasional
1. Variabel
bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam
konsep atau teori dan hasil penelitian terdahulu sesuai dengan fenomena
a. Variabel Independent
28
Variabel independent pada penelitian ini adalah Pemberian
b. Variabel Dependent
2. Definisi Operasional
oprasional ukur
1. Variabel Suatu tindakan Menggunakan - -
29
nyeri diketahui oeh
dirasakan
Saat orang lain
sedikit saja
pemasangan
Nilai 4:
infuse pada
nyeri agak
anak usia
dirasakan
prasekolah
oleh anak
Nilai 6:
nyeri yang
dirasakan
anak lebih
banyak
Nyeri 8 :
nyeri yang
dirasakan
anak secara
keseluruha
Nilai 10 :
nyeri yang
dirasakan
anak secara
menjadi
menangis
30
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1. Instrumen penelitian
2011)
kompres dingin.
1. Data primer
kepada peneliti, sumber data primer dan tehnik pengumpulan data lebih
31
Pengumpulan data dengan cara observasi terhadap semua
Data Sekunder
memberikan data kepada pengumpul data, bisa lewat orang lain atau
I. Analisa data
1. Analisa Univariat
Analisa Bivariat
32
Paired t-test yaitu untuk menguji beda mean dari dua hasil pengukuran
J. Etika Penelitian
1. Informed consent
responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Beneficence (manfaat)
33
Prinsip etika penelitian ini adalah memberikan manfaat
responden penelitian.
5. Nonmaleficience (keamanan)
6. Veracity (kejujuran)
penelitian.
7. Justice (keadilan)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
beker pain rating scale pasien bebas memiih sesuai dengan apa yang di
menimbulkan mati rasa sebelum rasa nyeri timbul, kompres dingin juga
dapat menimbulkan efek anastesi lokal pada luka tusuk akibat pemasangan
infuse.
35
Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Pada Anak Usia
mengalami nyeri lebih ringan dari pada yang tidak diberi kompres dingin. Dengan
data yang diperoleh dari 3 pasien yang di berikan kompres dingin mengatakan
nyeri di angka 2-5 dan yang tidak di berikan kompres dingin mengatakan nyeri di
angka 7-8.
BAB V
PEMBAHASAN
36
Berdasarkan hasil penelitiaan menunjukan bahwa adannya
infus pada anak pra sekolah. Dengan data yang diperoleh pada 3 pasien
usia sekolah. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Fauzi dan
ringan.
dapat menurunkan nyeri anak usia sekolah saat pemasangan infus. Hasil
pengaruh pada ketiga kelompok terhadap skala nyeri (p= 0,0001; α= 0,05)
dan hasil uji post hock menunjukkan bahwa pemberian kompres dingin
37
Penelitian Nurchairiah (2015) menunjukkan bahwa terdapat
tingkat nyeri pada prosedur invasif pemasangan infus anak usia sekolah di
0,002 ( a < 0,05) yang artinya ada pengaruh kompres dingin terhadap
tingkat nyeri pada prosedur invasif pemasangan infus anak usia sekolah di
1) Kelebihan
38
sederhana tanpa mengeluarkan biaya lebih, dan mudah cara
2) Hambatan/kekurangan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
39
Berdasarkan Penerapan Evidence Based Practice yang dilakukan
penulis pada “Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Pada Anak
Usia Pra Sekolah Saat Pemasangan Infuse Di Igd Rsud Salatiga ” didapatkan
Pada Anak Usia Pra Sekolah Saat Pemasangan Infuse Di Igd Rsud
Salatiga.
2.
B. Saran
2. Bagi profesi
non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri pada pasien anak yang
kompres dingin terhadap tindakan invasif yang lain pada anak, dan
40