Anda di halaman 1dari 5

“BINGEN”

Ditulis oleh
Bidan Ria dan
Tim
IDE CERITA
Seorang bidan bernama Tia (30 Tahun) Baru saja ditugas di
tempat desa yang lumawayan terpencil. Sebenarnya Tia ingin
mengasingkan diri karena terlalu tertekan tinggal bersama ibu dan
adik tirinya semenjak 5 tahun yang lalu ayahnya meninggal, Tia
menjadi penopang hidup bagi ibu tiri (40 Tahun) dan Adik tirinya
Sopi (18 Tahun). Tia sebelumnya bekerja di rumah sakit Swasta
selama 8 tahun, dan karna terlalu sibuk bekerja Tia belum
memikirkan untuk sebuah pernikahan. Sesampai di desa yang baru
Tia menemukan Banyak pengalaman yang sangat berbeda, salah
satunya bertemu dengan nyai Surti (50 Tahun) seorang dukun
Beranak di desa tersebut. Kedatangan Tia tidak disambut dengan
baik, namun Tia Tidak menyerah untuk memperbaiki pola pikir
penduduk disana.

LOGLINE
Seorang Bidan yang ditugaskan ditempat baru dan mendapat
banyak pertentangan oleh dukun beranak dikarenakan si dukun masih
sangat percaya pada ajaran-ajaran orang lama.

SINOPSIS
“BINGEN”
( Drama )

Tia adalah seorang bidan yang baru ditugaskan disebuah desa yang
lumayan terpencil. Kedatangan tia didesa tersebut tidak begitu
disambut baik oleh seoarang nyai Surti yang berprofesi sebagai
Dukun Beranak lebih dari 35 tahun disana. Setiap Tia memberikan
Iinformasi kesehatan, Nyai Surti selalu mefrokasi warga untuk
tetap mempercayai kepercayaan mereraka dari nenek moyang. Semaua
itu menyulitkan Tia Untuk membantu menolong Masyarakat yang butuh
pengobatan . Hingga suatau ketika, Anak nyai Surti yang hamil
Besar hendak melahirkan dan terjadi perdarahan hebat.Nyai Surti
Yang sudah kewalahan menangani persalinan anaknya pun akhirnya
mau untuk mencoba memanggil Tia. Tia sangat cemas, sekuat tenaga
memberi bantuan. Karrna perdarahan sudah sangat hebat, maka Tia
putuskan untuk segera merujuk pasien kerunah sakit. Namun tidak
mudah bagi mereka untuk sampai kerumah sakit, di karnakan lokasi
desa mereka jauh dari perkotaan. Ssemenjak kejadian tersebut,
Nyai Surti berubah. Akhirnya pemikirianya mulai mau merima ilmu
kedokteran dan tidak lagi menghasut penduduk desa.

SKENARIO
1. INT. MOBIL TREVEL

Wajah Tia memandang kosong kearah luar kaca mobil samping.


Tia Tidak memperduliakn para penumpang mobil trevel yang
ramai Tia menatap keluar dengan kesedihan, Bagaipun Tia
sebenarnya menyayangi Ibu tiri dan adik tirinya.
Terbayanglah di pikiran Tia, saat ibu tirinya sedang
mengomel ketika Tia berpamitan pergi.

2. INT.DIDALAM RUMAH TIA

Ibu tiri tampak sibuk, Tia berdiri didepan ibunya


berpamitan pergi.

IBU TIRI
“ Apo lah bulat tekat kau ni nak pindah?.
Ngapo dak kau teruske bae begawe di rumah sakit tu.
Gajinyo kan lumayan, Ngapo nak pindah di dusun
terpencil. Gek yang nak bantu kuliah Sopi ni siapo?”

TIA
“ Tia pasti bantua bayar kuliah Sopi bu, kalo ado
perlu gek ibu telpon Tia bae, ibu dak usah kawatir
yo”

IBU TIRI
” Yolah mon la bulat nian. Ati ati kau disano!”

TIA
“ Iya bu, tia pamit”

Tia mencium tangan ibu tirinya dan segera keluar dari rumah
3. EXT PANGKAL PERAHU

Tia turun dari mobil trevel dan tampak berdiri di pinggir


sungai sambil celingukan kesana kemari. Dan datanglah tiga
orang remaja mendekati Tia. Lutficowok yang sedikit kemayu
(24 Tahun) Udin (20 Tahun) dan Tina (20 Tahun).

LUTFI
“ Ibu ni, biadan Tia bukan??”

TIA
“Iyo benar, kamu yang jemput dari Desa Sedulang
yo?”

LUTFI
“Benar bu, aku ni Lutfi, panggil bae lut… aku di
mintak pak Kades nunggu ibu disini.”

TIA
”Nah mon cak itu poyolah, naik apo kito kesano?”

LUTFI
“Naik ketek bu. Nah bu, kenalke ini adek aku,
tina. Dan yang disano itu udin sepupu aku”

TIA
“Oh iyo, kalo cak itu payo kito begancang
berangkat”

4. INT. PERAHU
Tina, lutfi,udin, dan tia duduk manis di atas perahu
yang lumayan besar. Sepanjang jalan Tia menatap ke kanan
dan ke kiri. Ada rasa takut juga ada rasa senang bisa
bertemu dan kenal dengan tempat orang baru.
Tia menatap sekeliling dengan puas. Bergumam dalam hati.
Ungkapan Tia dalam hati:
TIA
“Namaku tia, umurku sudah memasuki 30 tahun. Aku
sudah hampir 10 tahun mengabdi menjadi bidan. Ini
pengalaman pertama ku masuk ke desa yang jauh
dari rumah. Meninggalkan ibu dan adikku. Semoga
saja aku akan betah dan cepat beradaptasi di
sana.”

5.

Anda mungkin juga menyukai