Anda di halaman 1dari 5

PERUBAHAN GAYA HIDUP MASYARAKAT PADA MASA PANDEMI

Disusun oleh :
Jasmine Fajri Dilawati
XII IPA
Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Pada Masa Pandemi

Pandemi COVID-19 telah banyak membuat perubahan gaya hidup sebagian besar masyarakat
Indonesia dimana harus belajar, bekerja, dan beraktivitas dari rumah. Walaupun beberapa
masyarakat masih harus bekerja di luar rumah karena tuntuan pekerjaan namun masyarakat tetap
harus mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Dimasa pandemi ini banyak perusahaan yang mengurangi para pekerjanya dikarenakan
pendapatan dari perusahaan itu sendiri banyak yang mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan
banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Upaya yang dilakukan Pemerintah untuk
memutus rantai penyebaran COVID-19 yaitu dengan menerapkan sistem WFH ( Work From Home).
Selain itu, Pemerintah juga menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa
wilayah tertentu. Selama pandemi, masyarakat juga harus menyesuaikan kebiasaan baru seperti
adanya protokol kesehatan yang ketat, misalnya aturan wajib memakai masker, dilarang berkerumun
jaga jarak minimal satu meter, mencuci tangan atau membawa hand sanitizer, bahkan di dalam
transportasi umum, bank, dan tempat umum lain terdapat spasi untuk jarak antar duduk orang.
Adanya aturan PSBB mempengaruhi aktivitas masyarakat, pandemi membuat kehidupan menjadi
porak-poranda, lumpuhnya perekonomian, keterbatasan ruang, dan banyaknya korban yang
berjatuhan.

Selain peraturan protocol kesehatan diatas, semua kini juga serba online. Tentunya hampir
semua gaya hidup masyakarat menjadi berubah semenjak virus ini menyebar. Jika dikaitkan dengan
ekonomi, maka perubahan gaya hidup dalam berbelanja online adalah contoh nyata yang paling
sesuai. Pada tahun 2020, BPS telah melakukan Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19 dan salah
satu hal yang dibahas adalah perilaku berbelanja online. Hasilnya, 9 dari 10 responden berbelanja
online dan pola berbelanja masyarakat berubah selama pandemi COVID-19. Sebanyak 31%
responden mengalami peningkatan dalam belanja online mereka, sedangkan hanya 28% dari mereka
yang mengalami penurunan. Selain belanja, siswa maupun mahasiswa pun juga belajar online di
rumah masing-masing karena pembelajaran secara langsung telah ditiadakan. Hal ini tentunya untuk
memutus rantai penyebaran COVID-19 yaitu dengan menghindari kerumunan khususnya
dilingkungan Sekolah dan sekaligus guna menaati peraturan PSBB yang dibuat oleh pemerintah agar
dapat menekan penyebaran virus corona. Meskipun demikian, pembelajaran harus tetap berjalan
secara online dan guru, dosen, siswa, serta mahasiswa harus beradaptasi dengan situasi seperti ini.
Selama masa pandemi ini masyarakat juga jadi senang berolahraga, berjemur di pagi hari,
bersepeda, dan melakukan aktivitas positif lainnya agar imun tetap kuat dan tidak mudah terserang
penyakit. Masyarakat juga jadi membiasakan untuk mencuci tangan dan mandi setiap habis
melakukan aktivitas di luar rumah. Selain itu Pemerintah juga sudah menyuruh sebagian orang untuk
bertugas menyemprot disinfektan ke sebagian kampung halaman guna untuk mematikan virus-virus
yang ada. Pemerintah juga memberitahukan ke warga bahwa setiap gang harus di portal agar tidak
ada orang lain masuk/keluar supaya tidak membawa virus dari luar yang dapat menular ke
masyarakat lain. Di setiap gang juga di sediakan air dan sabun untuk orang lain mencuci tangan, hal
ini juga untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Tempat wisata juga terkena dampak PSBB ,supaya mencegah kerumunan agar virus tidak
menyebar. Tempat wisata yang di tutup yakni Museum Sejarah Jakarta, Museum Taman Prasasti,
Museum MH. Thamrin, Museum Joeang’45, Museum Tekstil, Museum Wayang, Museum Bahari,
Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau Onrust, Rumah Si Pitung, Taman Ismail Marzuki. Sebagai langkah untuk
melindungi masyarakat Jakarta, dan antisipasi lonjakan kasus COVID-19 akibat masa libur Hari Raya
Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, destinasi wisata dibawah naungan Pemprov DKI Jakarta tutup.

Berdasarkan Surat Edaran No. 160/SE/2020 tentang Penutupan Sementara Kegiatan Operasional
Industri Pariwisata dalam Upaya Kewaspadaan terhadap Penularan Infeksi Corona Virus Disease
(COVID-19), ada 13 jenis kegiatan usaha yang diwajibkan untuk tutup adalah sebagai berikut:

1) Club malam
2) Diskotik
3) Pub/ Musik hidup
4) Karaoke keluarga
5) Karaoke eksekutif
6) Bar/Rumah minum
7) Griya pijat
8) Spa
9) Bioskop
10) Bola gelinding (bowling)
11) Bola sodok (billiard)
12) Mandi uap
13) Seluncur
Selama penutupan, pengelola diimbau untuk melakukan pembersihan pada lingkungan dan lokasi
usaha dengan menggunakan pembasmi kuman (spray fast acting alcoholic spray disinfectan).
Pengelola juga diimbau untuk melakukan sosialisasi kepada semua karyawan di lokasi usaha terkait
antisipasi terhadap penyebaran corona.

Pemprov DKI Jakarta juga mengimbau penyelenggaraan kegiatan Meeting,Incentive,Conference,


dan Exhibition (MICE), ballroom hotel, dan balai pertemuan untuk menunda penyelenggaraan acara
dan kegiatan lainnya sampai batas waktu yang belum di tentukan.

PSBB transisi berlaku hingga 17 Januari 2021. Dengan begitu, penerapan sistem ganjil genap di


DKI Jakarta masih belum diberlakukan. "Kebijakan pembatasan kendaraan dengan sistem Ganjil-
Genap (GAGE) di wilayah DKI Jakarta belum diberlakukan.

Selanjutnya Pemerintah menerbitkan protokol normal baru (new normal) bagi perkantoran dan
industri dalam menghadapi pandemic virus corona atau covid-19 yang di atur dalam keputusan
Menteri Kesehatan.

Berikut panduan lengkap aturan new normal yang harus di patuhi:

1. Perusahaan wajib membentuk Tim Penanganan Covid-19 di tempat kerja yang terdiri dari
pimpinan, bagian kepegawaian, bagian K3 dan petugas Kesehatan yang diperkuat dengan surat
keputusan dari pimpinan tempat kerja.
2. Pimpinan atau pemberi kerja memberikan kebijakan dan prosedur untuk pekerja melaporkan
setiap ada kasus dicurigai Covid-19 (gejala demam atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak
napas) untuk dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan.
3. Tidak memperlakukan kasus positif sebagai suatu stigma.
4. Pengaturan bekerja dari rumah (work from home) dengan menentukan pekerja esensial yang
perlu tetap bekerja/datang ke tempat kerja dan pekerja yang dapat melakukan pekerjaan dari
rumah.
5. Di pintu masuk tempat kerja lakukan pengukuran suhu dengan menggunakan thermogun, dan
sebelum masuk kerja terapkan Self Assessment Risiko Covid-19 untuk memastikan pekerja yang
akan masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit Covid-19.
6. Pengaturan waktu kerja tidak terlalu panjang (lembur) yang akan mengakibatkan pekerja
kekurangan waktu untuk beristirahat yang dapat menyebabkan penurunan sistem
kekebalan/imunitas tubuh.
7. Jika memungkinkan tiadakan shift 3 (waktu kerja yang dimulai pada malam hingga pagi hari).
Bagi pekerja shift 3 atur agar yang bekerja, terutama pekerja berusia kurang dari 50 tahun.
8. Mewajibkan pekerja menggunakan masker sejak perjalanan dari/ke rumah, dan selama di
tempat kerja.
9. Mengatur asupan nutrisi makanan yang diberikan oleh tempat kerja, pilih buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin C seperti jeruk, jambu, dan sebagainya untuk membantu
mempertahankan daya tahan tubuh. Jika memungkinkan pekerja dapat diberikan suplemen
vitamin C.
10. Memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan melakukan pembersihan secara
berkala menggunakan pembersih dan desinfektan yang sesuai (setiap 4 jam sekali). Terutama
pegangan pintu dan tangga, tombol lift, peralatan kantor yang digunakan bersama, area dan
fasilitas umum lainya.
11. Menjaga kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari
masuk ruangan kerja, pembersihan filter AC.
12. Menyediakan hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal 70 persen di tempat-tempat
yang diperlukan (seperti pintu masuk, ruang meeting, pintu lift, dll).
13. Menyediakan sarana cuci tangan (sabun dan air mengalir). Kemudian memberikan petunjuk
lokasi sarana cuci tangan. Lalu memasang poster edukasi cara mencuci tangan yang benar.
14. Physical distancing dalam semua aktivitas kerja. Pengaturan jarak antar-pekerja minimal 1 meter
pada setiap aktivitas kerja (pengaturan meja kerja/workstation, pengaturan kursi saat di kantin,
dll).
15. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Mendorong pekerja mencuci tangan saat tiba di tempat kerja,
sebelum makan, setelah kontak dengan pelanggan/pertemuan dengan orang lain, setelah dari
kamar mandi, setelah memegang benda yang kemungkinan terkontaminasi.
16. Hindari penggunaan alat pribadi secara bersama seperti alat shalat, alat makan, dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai