Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model


pembentukan karakter bangsa dan pelaksanaannya. Penelitian ini juga
memiliki tujuan untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat
dalam pembentukan karakter bangsa peserta didik di SMA Negeri 1
Purworejo.1

Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dengan pendekatan


kualitatif. Subjek penelitian adalah dua guru mata pelajaran PPKn yaitu
guru kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Purworejo. Penentuan subjek
penelitian dilakukan secara purposive. Pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Teknik
triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis data induktif, yang tahapannya
meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) model yang digunakan


guru PPKn dalam pembentukan karakter bangsa peserta didik di SMA
Negeri1 Purworejo meliputi dua model yaitu pertama model pendidikan
karakter melalui kehidupan sekolah, visi misi sekolah, teladan guru,
penegakan aturan-aturan dan disiplin, kedua model pendidikan karakter
dengan menggunakan metode atau model pembelajaran. Model-model
pembentukan karakter tersebut dilaksanaan secara bersama-sama dalam
setiap pertemuan pembelajaran PPKn. (2) Faktor yang mendukung
1
http://eprints.uny.ac.id/39332/2/SKRIPSI%20FULL
%20%2812401244016%29.pdf
pembentukan karakter bangsa peserta didik yaitu kompetensi pedagogik
dan profesional guru yang baik, telah dijalankannya peran-peran guru,
guru yang memiliki kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran dan
peraturan sekolah yang mendukung. Sedangkan faktor penghambat yang
dialami guru yaitu sikap peserta didik yang tidak mendukung pelaksanaan
model pembentukan karakter bangsa, guru tidak dapat mengawasi peserta
didik di luar sekolah, dan belum dicantumkannya penilaian sikap dalam
sebagian perencanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PPKn.

Dalam membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik


pada proses pembelajaran bukanlah hal yang mudah, karena seorang guru
harus dapat menerapkan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dengan menciptakan suasana pembelajaran
yang menarik perhatian peserta didik, berpusat pada peserta didik,
bermanfaat, demokratis, dan menyenangkan. Hal ini dapat diwujudkan
melalui metode inisiasi debat pada materi ancaman terhadap negara
Indonesia dalam membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik.

Dengan adanya pendidikan karakter melalui PPKn diharapkan


mampu mengembalikan semangat kebangsaan dalam bentuk rasa
nasionalisme pada diri peserta didik. Maka dari itu peneliti melakukan
penelitian dengan judul implementasi metode inisiasi debat dalam
membangun semangat kebangsaan peserta didik pada materi ancaman
terhadap negara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
bukti nyata dan mendeskripsikan proses pembelajaran dengan
menggunakan debat di kelas X sehingga semangat kebangsaan peserta
didik semakin tercermin dalam wujud perilaku peserta didik di lingkungan
sekolah.

2.2 Teori

Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori


peran) yang dikemukakan oleh Kahn dkk. (1964). Teori Peran
menekankan sifat individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari
perilaku sesuai dengan posisi yang ditempatinya di lingkungan kerja dan
masyarakat. Teori Peran mencoba untuk menjelaskan interaksi antar
individu dalam organisasi, berfokus pada peran yang mereka mainkan.2

Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan,


norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi perannya.
Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan
cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks
tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Mereka menyatakan
bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap
individu mengenai perilaku peran mereka.

Harapan tersebut meliputi norma-norma atau tekanan untuk


bertindak dalam cara tertentu. Individu akan menerima pesan tersebut,
menginterpretasikannya, dan merespon dalam berbagai cara. Masalah akan
muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak jelas, tidak secara
langsung, tidak dapat diinterpretasikan dengan mudah, dan tidak sesuai
dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan tersebut dinilai
ambigu atau mengandung unsur konflik. Ketika hal itu terjadi, individu
akan merespon pesan tersebut dalam cara yang tidak diharapkan oleh si
pengirim pesan. Sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi
harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Lingkungan
organisasi yang berubah-ubah dan tidak sesuai dengan harapan individu
akan cenderung megandung konflik dan tekanan.

Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran


karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi
yang tidak mungkin dilaksanakan. Teori peran juga menyatakan bahwa
ketika perilaku yang diharapkan oleh individu tidak konsisten, maka
mereka dapat mengalami stress, depresi, merasa tidak puas, dan kinerja
mereka akan kurang efektif daripada jika pada harapan tersebut tidak

2
http://erepo.unud.ac.id/11429/3/a8ccd6bb94d600b9b364cca064893705.pdf
mengandung konflik. Jadi, dapat dikatakan bahwa konflik peran dapat
memberikan pengaruh negatif terhadap cara berpikir seseorang. Kantz dan
Kahn (1978) menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik dalam
dirinya apabila terdapat dua tekanan atau lebih yang terjadi secara
bersamaan yang ditujukan pada diri seseorang.

Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang
tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. Role
ambiguity merupakan kondisi stress yang di sebabkan oleh kebingungan
karena ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan tidak adanya
informasi yang memadai yang di perlukan seseorang untuk memenuhi
peran mereka secara memuaskan (Wiryathi, 2014).

Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran


(Keliat, 1992). Mondy, et al. (1990:490) menyatakan bahwa role overload
merupakan tipe konflik peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan
yang dikirimkan pada pemegang peran dapat digabungkan akan tetapi
kinerja mereka melampaui jumlah waktu yang tersedia bagi orang yang
melaksanakan aktivitas yang diharapkan.

Kahn (1964) menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi


dapat mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran
mereka. Jika sering terjadi perubahan terhadap lingkungan organisasi akan
memunculkan rasa yang tidak aman. Pada akhirnya, jika hal ini dibiarkan
berlangsung lama, siswa dapat menjadi stress akibat adanya rasa tidak
aman dan pasti akan tugasnya sebagai pelajar (Greenhalgh dan Rosenblatt,
1984). Westman, et al. (2001) menyatakan job insecurity yang berasal dari
kebijakan penting suatu organsinasi, seperti metode pembelajaran guru di
dalam kelas, yang memunculkan masalah dalam pola pikir dan perilaku
siswa dan lainnya.

2.3 Konsep
a. Implementasi

Implementasi Adalah – Arti implementasi menurut KBBI (Kamus


Besar Bahasa Indonesia) yaitu pelaksanaan / penerapan. Sedangkan
pengertian umum adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah
disusun secara cermat dan rinci (matang). Kata implementasi sendiri
berasal dari bahasa Inggris “to implement” artinya mengimplementasikan.
Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan suatu kegiatan yang
direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga mengacu pada norma-
norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan. Dalam kalimat lain
implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan sesuatu
yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan
agar timbul dampak berupa undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan peradilan serta kebijakan yang telah dibuat oleh lembaga
pemerintah dalam kehidupan bernegara.3

Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau


penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002),
mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
(dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa
”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga
dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun
Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa
”implementasi adalah sistem rekayasa.”

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata


implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu

3
http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-
para.html?m=1
untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.4

Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan


merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat
aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
perubahan. Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-
pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada
proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang
digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan
yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar
dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu
mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.

Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan


Usman (2004) menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan
implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum
desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan
dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru
dan mendemosntrasikan metode pengajaran yang diugunakan.

b. Debat Inisiasi

Debat inisiasi pada dasarnya merupakan metode pembelajaran


berbicara yang menuntut siswa terampil berbicara dengan mengandalkan
kemampuannya berlogika dan kemahirannya bertutur santun ketika
berdebat. Dalam praktiknya, model ini sebaiknya melibatkan dua
kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro) dan kelompok
4
https://www.google.co.id/search?ei=lcjXWoNYyeu-
BP7wgIAO&q=apa+yang+dimaksud+dengan+implementasi&oq=apa+yang+dim
aksud+dengan+imp&gs_l=mobile-gws-
serp.1.2.0i203l5.1072040.1076945..1079887...2....702.8295.0j7j11j2j5j1j1..........1
..mobile-gws-wiz-serp.....3..0j35i39j0i67j0i131j0i131i67.gUWFV9%2FXRcs
%3D
penyanggah (kontra). Pada proses ini siswa diberikan kesempatan untuk
berani mengemukakan pendapat dan memberikan gagasan baru yang
imajinatif kepada kelompok lain dengan cara yang santun.5

Debat inisiai sangat penting dalam pembelajaran karena mampu


menuntut siswa untuk terampil berbicara dengan mengandalkan
kemampuan berlogika dan kemahiran dalam bertutur santun ketika debat.
Sehingga, mampu meningkatkan keterampilan berbicara dan berpikir
kreatif yang mana mampu menyampaikan pesan-pesan moral atau ajaran
tertentu, sarana pendidikan bahasa, daya pikir, fantasi, imajinasi dan
kreativitas anak didik. Debat inisiasi, dalam praktiknya model ini
melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro)
dan kelompok penyanggah (kontra).

c. Karakter Kebangsaan

Karakter bangsa dalam antropologi ( khususnya masa lampau )


dipandang sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantah
dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas
keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian
masyarakat tersebut. 6

BAB III

METODE PENELITIAN

5
http://repository.upi.edu/17573/5/T_PD_1303241_Chapter1.pdf
6
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Karakter_bangsa
3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam


melaksanakan penelitian, termasuk alat-alat apa yang dipergunakan untuk
mengukur maupun mengumpulkan data serta bagaimana melakukan
penelitian di lapangan (Nasir,1998: 5). Tipe penelitian yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Nawawi
(1993:208) berpendapat bahwa objek dari penelitian kualitatif adalah
manusia atau segala sesuatau yang dipengaruhi manusia. Objek itu diteliti
dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya atau
secara naturalistik (natural setting). Dalam proses penelitian kualitatif, data
yang didapatkan catatan berisi tentang perilaku dan keadaan individu
secara keseluruhan. Penelitian kualitatif menunjukkan pada prosedur riset
yang menghasilkan data kualitatif, ungkapan atau catatan orang itu sendiri
atau tingkah lakunya.7

Karena pendapat tersebut di atas sesuai dengan apa yang


diinginkan oleh penulis untuk memaparkan tentang implementasi metode
inisiasi debat pada materi ancaman terhadap negara Indonesia dalam
membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik pada mata
pelajaran PPKn di kelas X SMA Negeri 1 Pamekasan, maka tipe penelitian
kualitatif penulis rasa tepat digunakan sebagai tipe penelitian pada
penelitian ini.dengan mengunakan tipe penelitian kualitatif, penulis
berusaha mengetahui secara mendetail para guru menerapkan metode
inisiasi debat ini sebagai sarana pembentukkan karakter siswa. Untuk
mendapatkan informasi tersebut, penulis juga menggunakan pendekatan
kualitatif dengan maksud penulis dapat menjajaki secara lebih mendalam
objek yang akan diteliti yaitu metode inisiasi debat.

Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa


penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Studi
kasus termasuk dalam penelitiant analisis deskriptif, yaitu penelitian yang
7
http://digilib.unila.ac.id/272/9/Bab%20III.pdf
dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan di analisis
secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa tunggal
atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok. Di sini perlu
dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai faktor yang terkait
dengan kasus tersebut sehingga akhirnya akan di peroleh kesimpulan yang
akurat. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek
tertentu yanng mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat
diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data
dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.8

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian


kualitatif metode studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk memahami implementasi metode inisiasi debat pada
materi ancaman terhadap negara Indonesia dalam membangun karakter
semangat kebangsaan peserta didik pada mata pelajaran PPKn di kelas X
SMA Negeri 1 Pamekasan. Dengan demikian penelitian ini signifikan
diteliti dengan metode studi kasus, mengingat program tersebut merupakan
program rencana dalam membentuk karakter pada diri siswa SMAN 1
PAMEKASAN khususnya kelas X.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek


penelitian yang diangkat. Manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak
terjebak pada banyaknya data yang diperoleh dilapangan. Penentuan fokus
penelitian lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan
diperoleh dari implementasi metode inisiasi debat pada mata pelajaran
PPKN di kelas X, ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif
sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan
data yang tidak relevan (Moleong, 2007:127). Pembatasan dalam
penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan dan urgensi
masalah yang akan dipecahkan. Penelitian ini difokuskan pada
implementasi metode inisiasi debat pada materi ancaman terhadap negara

8
http://repository.upi.edu/2066/6/T_BJPG_1102675_Chapter3.pdf
Indonesia dalam membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik
pada mata pelajaran PPKn di kelas X SMA Negeri 1 Pamekasan.9

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan


penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang
sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan
data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan Lokasi penelitian,
Moleong (2007:132) menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan
jalan mempertimbangkan teori peran dan menjajaki lapangan dan mencari
kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara itu
keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga
dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang
diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), yang
dilakukan di SMA NEGERI 1, Jl. Pramuka 2 Kota Pamekasan, Provinsi
Jawa Timur.

3.4 Teknik Pemilihan Informasi

Menurut pendapat Spradley dalam Faisal (1990:45) informan harus


memiliki beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu10 :

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini
biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala
tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan
kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

9
http://digilib.unila.ac.id/11543/18/BAB%20III.pdf
10
http://digilib.unila.ac.id/272/9Bab%20III.pdf
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan unuk dimintai
informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau


dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan
informasi.

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik


purposive sampling, di mana pemilihan dilakukan secara sengaja
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Maryadi dkk (2010:14), Teknik pengumpulan data yang


digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan
diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama. Menurut Sugiyono
(2005:62), “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data”. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan data yang diperlukan dari narasumber dengan
menggunakan banyak waktu. Penggumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah.11

Sesuai dengan penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang


digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Teknik Observasi. Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “Observsi


adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-
unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek
penelitian”. Adanya observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan

11
http://eprints.ums.ac.id/34000/8/BAB%20III.pdf
penerapan implementasi metode inisiasi pada mata pelajaran PPKN di
SMA NEGERI 1 PAMEKASAN. Berdasarkan pemaparan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna
menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.

b. Teknik Wawancara. Menurut Sugiyono (2010:194), Pengertian


wawan-cara sebagai berikut:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila


peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari res-ponden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan


mengajukan pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena peneliti
menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis
dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari. Wawancara pada
penelitian ini dilakukan pada guru-guru pengajar mata pelajaran
PPKN di SMA NEGERI 1 PAMEKASAN. Metode wawancara yang
digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang diperoleh
yaitu data tentang profil guru-guru pengajar mata pelajaran PPKN di
SMA NEGERI 1 PAMEKASAN. Wawancara merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan langsung oleh peneliti dan mengharuskan
antara peneliti serta narasumber bertatap muka sehingga dapat
melakukan tanya jawab secara langsung dengan menggunakan
pedoman wawancara.

c. Dokumentasi. Menurut Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi


adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga
atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini
merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil
penelitian. Menurut Sugiyono (2013:240), dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monu-mentel dari
seseorang.

Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti


dengan cara meng-umpulkan dokumen-dokumen dari sumber
terpercaya yang mengetahui tentang narasumber. Metode dokumentasi
menurut Arikunto (2006:231) yaitu mencari data mengenai variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan sebagainya. Berdasarkan kedua pendapat
para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pengumpulan data dengan
cara dokumentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh peneliti guna
mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak membahas
mengenai narasumber yang akan diteleti. Penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi untuk mencari data tentang profil disertai dengan
foto.

3.6 Sistematika Pembahasan

Implementasi pembelajaran memfukuskan metode debat inisiasi


dalam konteks pembentukan karakter pada siswa dalam mata pelajaran
PPKN. Dalam hal ini guru berperan besar dalam menerapkan
implementasi metode debat inisiasi maka pelajaran PPKN. Siswa
diharapkan dapat menerima dengan baik implementasi ini untuk
perkembangan daya piker dan gaya berbicara maupun berbahasa
mereka lebih baik lagi dan mengalami peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai