Anda di halaman 1dari 4

A.

Biografi Jamaluddin al-Afgani


Nama lengkap Jamaluddin al-Afghani ialah Muhammad Jamaluddin al-
Afghani al-Husaini. Beliau dilahirkan pada tahun 1838 M / 1254 H, tentang
tempat lahirnya terdapat dua versi, yakni dia dilahirkan di As’adaba, Provinsi
Kanar, wilayah Kabul, Afganistan. Tetapi ada yang juga mengatakan bahwa ia
lahir di As’asabad, dekat Hamadan, Persia. (Munawir Sadzali,1993:117)
Jamaluddin al-Afghani, selanjutnya disebut Afghani, dikenal sebagai
seorang pemimpin pembaharuan politik di dunia islam pada abad ke-19. Ia
menguasai bahasa-bahasa Afghan, Arab, Turki, Persia, Perancis, dan Rusia.
(J.Suyuthi.Pulungan,1997:27). Ayahnya bernama Shafdar Al-Husaini, seorang
bangsawan terhormat dan mempuyai nasab sampai ke Ali bin Abi Thalib dari
jalur At-Tirmidzi, seorang perawi hadits yang termasyhur sehingga beliau
digelar dengan “sayyid”. Madzhab yang dianut Afgani adalah Hanafi.
Sejak umurnya 12 tahun ia telah hafal al-Qur`an, kemudian saat usianya
menginjak 18 tahun ia sudah mendalami berbagai bidang ilmu keislaman dan
ilmu umum. Al-Afgani juga melakukan perjalanan seperti ke India, Mesir,
Turki, Iran, dan lain-lain.
Di samping mendirikan surat kabar Al-Urwatul Wustsqo, Al-Misr dan
At-Tijarahi, al-Afghani juga membuat menyusun beberapa buku antara lain
Tatimuta Al-Bayan, Ar-raddu ‘Ala ad-Dahriyyin, Hakekat Madhabi Naysarifa
bayani hali naysariyah, Ta’liqot ala shr Al Dawanni lil aqoid al adudiyah,
Risalat Al waridat fi sirr at-tajaliyat, Khatirot Jamaladdin Al-Afghani Al-
Husaini. 
Al-Afghani wafat di Istambul (Turki) pada tanggal 9 Maret 1897 M, karena
kanker yang berawal dari dagunya. Terdapat kecurigaan bahwa penyakitnya
tersebut berasal dari makanan beracun yang berhasil dimasukkan ke tempat
tinggalnya oleh komplotan seorang pejabat sultan. (Munawir
Sadzali,1993:120). Pada lewat tahun 1944, jenazah Sayid Jamaluddin al-
Afghani dibawa ke Afghanistan atas permintaan kerajaan Afghanistan.
Jenazahnya dikebumikan di Kabul di dalam Universiti Kabul. 
Pemikiran Al Afgani:
1. Bentuk negara dan pemerintahan Islam menghendaki bahwa bentuk
pemerintahan adalah republik Pemunculan ide Al-Afghani tersebut
sebagai reaksi  kepada salah satu sebab kemunduran  politis yaitu
pemerintah absulot.
2. Sistem Demokrasi dalam pemerintahan yang absulot dan otokratis tidak
ada kebebasan berpendapat, kebebasan hanya ada pada raja/kepala gegara 
untuk bertindak  yan tidak diatur oleh Undang-undang. Karena itu Al-
Afghani menghendaki agar corak pemerintahan absulot diganti dengan
dengan corak pemerintahan demokrasi.
3. Pan Islamisme / Solidaritas Islam terjalinnya kerjasama antara negara-
negara Islam dalam masalah keagamaan, kerjasama antara kepala negara
Islam. Kerjasama itu menuntut adanya rasa tanggungjawab bersama dari
tiap negara terhadap umat Islam dimana saja mereka berada, dan
menumbuhkan keinginan hidup bersama dalam suatu komunitas serta
mewujudkan kesejahteraan umat Islam.

B. Peran Jamaluddin al-Afgani dalam bidang politik


Peran politik Afghani adalah melakukan reformasi dan pembaharuan
politik atau yang lebih dikenal dengan perjuangan salafiyah. Menurut Munawir
Sadzali (1993:125), Salafiyah adalah suatu aliran keagamaan yang
berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaan, umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan
oleh generasi pertama islam. Dimensi salafiyah dari Afghani menurut Munawir
Sadzali (1993:122) secara umum adalah membangun kembali ajaran Islam
yang masih murni, seperti dimasa Sahabat Nabi, khususnya Khulafa al-
Rasyidin, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, dan
memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat untuk kejayaan dunia Islam. Salafiyah
ini mempunyai dimensi yang luas daripada aliran-aliran salafiyah sebelumnya
yang dikenal dengan salafiyah (baru).
Al-Afghani juga mengajukan konsep negara republik yang demokratis
bagi negeri-negeri Islam. Al-Afghani banyak mencela sistem pemerintahan
umat Islam yang bercorak otokratis monarki absolute (tidak adanya kebebasan
berpendapat).( http://muhammadzulifan.multiply.com/journal/item/35).
Bahwasanya dalah pemerintahan yang inginkan oleh al-Afghani adalah
pemerintahan yang demokrasi, yakin adanya penegasan tentang keharusan
kepala Negara mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat
yang banyak pegalaman.
Menurut Afghani, cara yang terbaik dan paling efektif untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut adalah melalui revolusi yang didasarkan atas kekuasaan
rakyat. (Munawir Sadzali,1993:127). Adapun perjuangan politik dihendak
diperjuangkan oleh al-Afghani adalah: adanya pelaksanaan ajaran islam
tentang musyawarah melalui dewan-dewan konstitusi dan undang-undang,
serta kewenangan pemerintah untuk membebaskan dunia islam dari penjajahan
dan dominasi Barat. (Munawir Sadzali,1993:127).

C. Konsep khilafah (pan-islamisme) Jamaluddin al-Afgani


Pan Islamisme awalnya adalah paham politik yang lahir pada saat
Perang Dunia II (April 1936) mengingkuti paham yang tertulis dalam al-
a'mal al-Kamilah dari Jamalaluddin al-Afghani Kemudian berkembang
menjadi gerakan memperjuangkan untuk mempersatukan umat Islam di
bawah satu negara Islam yang umumnya disebut kekhalifahan. Menurut
Munawir Sjadzali (1993127) Pan Islamisme Afghani ialah suatu ikatan (rasa
solidaritas) politik yang mempersatukan umat islam yang dalam bahasa arab
disebut Al-jami’iyyah Al-Islamiyyah. Bahwasanya Solidaristas seperti itu
sudah ada dan diajarkan sejak Nabi SAW, baik dalam menghadapi kafir
Quraisy ataupun dalam kegiatan-kegiatan sebagai upaya menciptakan
kesejahteraan umat. 
Setidaknya ada lima poin penting yang menjadi pemicu utama
munculnya pemikiran pan-Islamisme, yaitu:
a. Dunia Kristen akan selalu menggalang pemersatuan kekuatan untuk
menghadapi dunia Islam. Walaupun terpisah secara geografis, budaya,
dan nasab mereka akan terus berupaya menghancurkan islam.
b. Adanya semangat dan ideologi yang tetap hidup di kalangan umat
Kristen. Hal ini bisa dibuktikan melalui perlakuan diskriminatif umat
Kristen kepada umat Islam di beberapa tempat.
c. Adanya kebencian umat Kristen terhadap Umat Islam 
Kebencian umat Kristen menurut al-Afghani terhadap Umat Islam
bukan hanya datang dari sebagian umat Kristen tetapi semua lapisan
masyarakat.
d. Islam berbeda dengan agama lain
Akibatnya banyak pihak dari agama yang lain merasa terusik dengan
islam, sehingga banyak cara yang dilakukan untuk membeci islam.
e. Kurangnya aspresiasi dunia kepada umat Islam
Khususnya umat Kristen pada beberapa ideologi vital agama Islam,
yang menyebabkan terjadi persilihan dipihak islam dan kristen
Dengan berbagai pertimbangan yang diantaranya telah disebutkan di
atas, maka Al-Afghani menggulirkan pemikiran tentang perlunya
pemersatuan umat Islam yang selanjutnya dikenal dengan nama pan-
Islamisme. Tujuan pasti al-Afghani adalah melakukan filter dini kepada
gejala perpecahan yang telah kelihatan pada zaman itu.

Anda mungkin juga menyukai