Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembentukan karakter


bangsa dan pelaksanaannya. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk menemukan
faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan karakter bangsa peserta didik
di SMA Negeri 1 Purworejo.1

Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dengan pendekatan kualitatif.


Subjek penelitian adalah dua guru mata pelajaran PPKn yaitu guru kelas X dan XI di
SMA Negeri 1 Purworejo. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposive.
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis data induktif, yang tahapannya meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) model yang digunakan guru PPKn
dalam pembentukan karakter bangsa peserta didik di SMA Negeri1 Purworejo
meliputi dua model yaitu pertama model pendidikan karakter melalui kehidupan
sekolah, visi misi sekolah, teladan guru, penegakan aturan-aturan dan disiplin, kedua
model pendidikan karakter dengan menggunakan metode atau model pembelajaran.
Model-model pembentukan karakter tersebut dilaksanaan secara bersama-sama dalam
setiap pertemuan pembelajaran PPKn. (2) Faktor yang mendukung pembentukan
karakter bangsa peserta didik yaitu kompetensi pedagogik dan profesional guru yang
baik, telah dijalankannya peran-peran guru, guru yang memiliki kreativitas dalam
pelaksanaan pembelajaran dan peraturan sekolah yang mendukung. Sedangkan faktor
penghambat yang dialami guru yaitu sikap peserta didik yang tidak mendukung
pelaksanaan model pembentukan karakter bangsa, guru tidak dapat mengawasi
1
http://eprints.uny.ac.id/39332/2/SKRIPSI%20FULL%20%2812401244016%29.pdf
peserta didik di luar sekolah, dan belum dicantumkannya penilaian sikap dalam
sebagian perencanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PPKn.

Dalam membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik pada proses


pembelajaran bukanlah hal yang mudah, karena seorang guru harus dapat menerapkan
metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik, berpusat
pada peserta didik, bermanfaat, demokratis, dan menyenangkan. Hal ini dapat
diwujudkan melalui metode inisiasi debat pada materi ancaman terhadap negara
Indonesia dalam membangun karakter semangat kebangsaan peserta didik.

Dengan adanya pendidikan karakter melalui PPKn diharapkan mampu


mengembalikan semangat kebangsaan dalam bentuk rasa nasionalisme pada diri
peserta didik. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul implementasi
metode inisiasi debat dalam membangun semangat kebangsaan peserta didik pada
materi ancaman terhadap negara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan bukti nyata dan mendeskripsikan proses pembelajaran dengan
menggunakan debat di kelas X sehingga semangat kebangsaan peserta didik semakin
tercermin dalam wujud perilaku peserta didik di lingkungan sekolah.

2.2 Teori

Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang
dikemukakan oleh Kahn dkk. (1964). Teori Peran menekankan sifat individual
sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang
ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat. Teori Peran mencoba untuk
menjelaskan interaksi antar individu dalam organisasi, berfokus pada peran yang
mereka mainkan.2

Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan
perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi perannya. Model ini didasarkan
pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan
bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor

2
http://erepo.unud.ac.id/11429/3/a8ccd6bb94d600b9b364cca064893705.pdf
lainnya. Mereka menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat
mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka.

Harapan tersebut meliputi norma-norma atau tekanan untuk bertindak dalam


cara tertentu. Individu akan menerima pesan tersebut, menginterpretasikannya, dan
merespon dalam berbagai cara. Masalah akan muncul ketika pesan yang dikirim
tersebut tidak jelas, tidak secara langsung, tidak dapat diinterpretasikan dengan
mudah, dan tidak sesuai dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan
tersebut dinilai ambigu atau mengandung unsur konflik. Ketika hal itu terjadi,
individu akan merespon pesan tersebut dalam cara yang tidak diharapkan oleh si
pengirim pesan. Sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi harapan setiap
individu mengenai perilaku peran mereka. Lingkungan organisasi yang berubah-ubah
dan tidak sesuai dengan harapan individu akan cenderung megandung konflik dan
tekanan.

Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur


sosial yang menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin
dilaksanakan. Teori peran juga menyatakan bahwa ketika perilaku yang diharapkan
oleh individu tidak konsisten, maka mereka dapat mengalami stress, depresi, merasa
tidak puas, dan kinerja mereka akan kurang efektif daripada jika pada harapan
tersebut tidak mengandung konflik. Jadi, dapat dikatakan bahwa konflik peran dapat
memberikan pengaruh negatif terhadap cara berpikir seseorang. Kantz dan Kahn
(1978) menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik dalam dirinya apabila
terdapat dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada
diri seseorang.

Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan. Role ambiguity merupakan
kondisi stress yang di sebabkan oleh kebingungan karena ekspektasi peran tidak
dipahami secara jelas dan tidak adanya informasi yang memadai yang di perlukan
seseorang untuk memenuhi peran mereka secara memuaskan (Wiryathi, 2014).

Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran (Keliat, 1992).
Mondy, et al. (1990:490) menyatakan bahwa role overload merupakan tipe konflik
peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan yang dikirimkan pada pemegang
peran dapat digabungkan akan tetapi kinerja mereka melampaui jumlah waktu yang
tersedia bagi orang yang melaksanakan aktivitas yang diharapkan.

Kahn (1964) menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat


mempengaruhi harapan setiap individu mengenai perilaku peran mereka. Jika sering
terjadi perubahan terhadap lingkungan organisasi akan memunculkan rasa yang tidak
aman. Pada akhirnya, jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, siswa dapat menjadi
stress akibat adanya rasa tidak aman dan pasti akan tugasnya sebagai pelajar
(Greenhalgh dan Rosenblatt, 1984). Westman, et al. (2001) menyatakan job
insecurity yang berasal dari kebijakan penting suatu organsinasi, seperti metode
pembelajaran guru di dalam kelas, yang memunculkan masalah dalam pola pikir dan
perilaku siswa dan lainnya.

2.3 Konsep

a. Implementasi

Implementasi Adalah – Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar


Bahasa Indonesia) yaitu pelaksanaan / penerapan. Sedangkan pengertian umum
adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan
rinci (matang). Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement”
artinya mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan
suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga mengacu
pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan. Dalam kalimat lain
implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan sesuatu yang
menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan agar timbul
dampak berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan serta
kebijakan yang telah dibuat oleh lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.3

Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.


Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan
implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman,
2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan

3
http://el-kawaqi.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html?m=1
juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun
Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi
adalah sistem rekayasa.”

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi


bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,
implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu
kurikulum.4

Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan


proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan
harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan. Dalam konteks
implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di atas
memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu
aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-
harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan
sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat
pelaksanaan yang berbeda.

Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman


(2004) menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu
dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam
pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program,
mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran
yang diugunakan.

b. Debat Inisiasi
4
https://www.google.co.id/search?ei=lcjXWoNYyeu-
BP7wgIAO&q=apa+yang+dimaksud+dengan+implementasi&oq=apa+yang+dimaksud+dengan+imp&
gs_l=mobile-gws-
serp.1.2.0i203l5.1072040.1076945..1079887...2....702.8295.0j7j11j2j5j1j1..........1..mobile-gws-wiz-
serp.....3..0j35i39j0i67j0i131j0i131i67.gUWFV9%2FXRcs%3D
Debat inisiasi pada dasarnya merupakan metode pembelajaran berbicara yang
menuntut siswa terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuannya berlogika
dan kemahirannya bertutur santun ketika berdebat. Dalam praktiknya, model ini
sebaiknya melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro)
dan kelompok penyanggah (kontra). Pada proses ini siswa diberikan kesempatan
untuk berani mengemukakan pendapat dan memberikan gagasan baru yang imajinatif
kepada kelompok lain dengan cara yang santun.5

Debat inisiai sangat penting dalam pembelajaran karena mampu menuntut


siswa untuk terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuan berlogika dan
kemahiran dalam bertutur santun ketika debat. Sehingga, mampu meningkatkan
keterampilan berbicara dan berpikir kreatif yang mana mampu menyampaikan pesan-
pesan moral atau ajaran tertentu, sarana pendidikan bahasa, daya pikir, fantasi,
imajinasi dan kreativitas anak didik. Debat inisiasi, dalam praktiknya model ini
melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro) dan
kelompok penyanggah (kontra).

c. Karakter Kebangsaan

Karakter bangsa dalam antropologi ( khususnya masa lampau ) dipandang


sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantah dalam kebudayaan
suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi
orang luar sebagai kepribadian masyarakat tersebut. 6

2.4 Alur Pikir

5
http://repository.upi.edu/17573/5/T_PD_1303241_Chapter1.pdf

6
Implementasi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Karakter_bangsa

Guru-guru Mata
Konteks
Pelajaran PPKN

Anda mungkin juga menyukai