Anda di halaman 1dari 10

ASMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Dosen Mata Ajar : Linda Widyarani, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

1. Anastasia Lintang Anjani P (3020193525)


2. Anta Restu Yuniar (3020193527)
3. Diah Purnamasari (3020193536)
4. Doni Evianto (3020193538)
5. Hefiana Yustika Pratiwi (3020193540)
6. Isna Sri Wardatun (3020193543)
7. Laily Salsa R (3020193549)
8. Luthfi novi Antoro S (3020193550)
9. Meyka Wulandari (3020193553)
10. Ratih Handayani (3020193562)
11. Reza Wahyuika C (3020193564)
12. Rosa Elinda K (3020193567)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anatomi fisiologi pernapasan merupakan dasar dari penyakit paru,
baik perubahan yang didapat pada histopatologi maupun akibatnya pada faal
paru.salah satu penyakit pernafasan yaitu asma. Asma merupakan salah satu
penyakit saluran pernafsan yang banyak dijumpai, baik pada anak anak
maupun dewasa. Kata asma (asthma) berasal dari bahasa yunani yang berarti
``terengah-engah``.
Lebih dari 200 tahun yang lalu , hippocartes menggunakan istilah
asma untuk menggambarkan gangguan apa saja yang terkait dengan kesulitan
bernapas, termasuk ada istilah asma kardiak dan asma bronkial. Asma
merupakan penyakit yang mainfestasinya sangat bervariasu. Sekelompok
pasien mungkin bebas dari serangan dalam jangka waktu lama dan hanya
mengalami gejala jika mereka berolahraga atau terpapar alergen atau
terinfeksi virus pada saluran pernafasannya. Pola gejala juga berbeda antar
satu pasien dengan pasien lainya.
Asma merupakan penyakit kronik yang sering terjadi pada anak di
negara maju. Prevalensi asma pada anak dan dewasa meningkat beberapa
dekade terakhir. Prevalensi asma di dunia diperkirakan 7,2% yaitu 6% pada
dewasa dan 10% pada anak. Berdasarkan RISKESDAS 2013, prevalensi asma
di Indonesia didapatkan 4,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Asma
menduduki peringkat pertama dari kategori prevalensi penyakit kronik tidak
menular. Apabila diproyeksikan dengan jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2013 yang berjumlah lebih dari 248 juta jiwa, maka jumlah pasien asma
di Indonsia lebih dari 11 juta jiwa.5 Angka tersebut merupakan jumlah yang
sangat banyak untuk ditangani oleh dokter, khususnya spesialis terkait yang
kebanyakan terdistribusi di kota-kota besar.
Dalam perawatan primer, pasien asma akut atau berat yang
mengancam jiwa harus diberikan pengobatan yang akurat, termauk menilai
kegawatan penderita dan sesegera mungkin mereferal penderitan ke pelayanan
kegawatan yang lebih tinggi. Tujuan pengobatan asma dilayanan primer
adalah untuk cepat meringankan obstruksi aliran udara dan hipoksemia,
mengatasi inflamasi yang mendasari, dan mencegah kekambuhan.
Untuk mengetahui lebih jelasnya, maka kami menyusun makalah yang
berjudul “Asma” yang didalamnya memaparkan hal-hal yang berhubungann
dengan Asma itu sendiri.
B. Tujuan
Tujuan umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah patofisiologi dan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang penyakit asma.
Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mengerti, memahami dan menyusun makalah
asma yang terdiri dari :
1. Pengertian penyakit Asma
2. Tanda dan gejala penyakit Asma pada usia Dewasa
3. Faktor risiko serangan Asma
4. Patofisiologi penyakit serangan Asma pada usia Dewasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran napas
dengan berbagai sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit
T. Pada individu yang rentan inflamasi, mengakibatkan gejala episode mengi
yang berulang, sesak napas, dada terasa tertekan, dan batuk khususnya pada
malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas dan bervariasi dengan sifat sebagian reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan
hipereaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan (GINA,2015). Asma
sering dikenali dari muculnbya gejala gangguan pernapasan seperti suara
wheezing (mengi), sesak nafas, rasa tertekan di dada dan batuk (Suryadinanta
et all., 2017)
B. Tanda dan Gejala Penyakit Asma
Tanda-tanda peringatan awal dialami penderita asma sebelum
munculnya suatu episode serangan asma. Tanda-tanda ini sifatnya unik untuk
setiap individu. Selain itu, pada individu yang sama pun, tanda-tanda
peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap
episode serangan. Beberapa tanda peringatan awal mungkin dideteksi hanya
oleh yang bersangkutan. Sedang tanda peringatan awal yang lain lebih
mungkin terlihat oleh orang lain. Tapi yang paling bisa diandalkan sebagai
tanda peringatan awal adalah penurunan dari angka prestasi penggunaan
“Peak Flow Meter”.
Tanda-tanda peringatan awal :
1. Perubahan dalam pola pernafasan
2. Bersin-bersin
3. Perubahan suasana hati
4. Hidung mampat atau hidung gocor
5. Batuk
6. Gatal-gatal pada tenggorokan
7. Merasa capai
8. Lingkatan hitam dibawah mata
9. Susah tidur
10. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olah raga
11. Kecenderungan penurunan prestasi penggunaan Peak Flow Meter
Gejala-gejala Asma memberi indikasi bahwa suatu serangan asma
sedang terjadi. Gejala-gejala tersebut meliputi :
1. Napas berat yang berbunyi “ngik-ngik”.
2. Batuk-batuk Napas pendek tersengal-sengal.
3. Sesak dada.
4. Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan rating yang
termasuk “hati-hati“ atau “bahaya” (biasanya antara 50% sampai 80% dari
penunjuk performa terbaik individu).
Gejala-gejala yang mengindikasi suatu tekanan yang sangat berat pada
system pernapasan penderita. Gejala-gejala asma berat meliputi :
1. Serangan batuk yang hebat, napas berat ”ngik-ngik”, tersengal-sengat,
sesak dada.
2. Susah berbicara dan berkonsentrasi.
3. Jalan sedikit menyebabkan nafas tersengal-sengal.
4. Napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat disbanding biasanya.
5. Pundak membungkuk.
6. Lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan napas.
7. Daerah leher dan diantara atau di bawah tulang rusuk melesak ke dalam,
bersama tarikan napas.
8. Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar
mulut (sianosis).
9. Angka performa penggunaan Peak Flow Meter dalam wilayah berbahaya
(biasanya dibawah 50% dari performa terbaik individu).
C. Faktor Risiko Serangan Asma
Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu faktor
genetic dan faktor lingkungan.
1. Faktor Genetik
a. Hipereaktivitas
b. Atopi/alergi bronkus
c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetic
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
2. Faktor Lingkungan
a. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur, dll)
b. Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
c. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,
makanan laut, telur, susu sapi)
d. Bahan-bahan obat tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β
bloker, dll)
e. Bahan yang mengiritasi (misalnya parhum, household spray, dll)
f. Ekspresi emosi berlebih
g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h. Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
i. Exercise induced asthema, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas tertentu
j. Perubahan cuaca
D. Patofisiologi Penyakit Serangan Asma
Penyakit asma disebabkan karena penyempitan bronkus sehingga
terapi utama dengan suatu bronkodilator seperti beta agonis dan golongan
metil ksatin. Asma juga merupakan penyakit penyakit inflamasi pada saluran
nafas, yang ditandai dengan bronkokontriksi, inflamasi dan respon respon
yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperresponsiveness) dan terdapat
penghambatan pada aliran udara serta penurunan kecepatan aliran udara
akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal, perubahan
mekanisme paru-paru, dan meningkatnya kesulitan bernafas. Selain itu terjadi
peningkatan sekresi mucus yang berlebihan.

Sumber : Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor:


1023/MENKES/SK/XI/2008
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh jumlah faktor antara
lain alergan, virs, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut
yang terdiri atas reaksi asma dini (early asthma reaction=EAR) dan reaksi
asma lambat (late asthma reaction=LAR). Setelah reaksi asma awal dan
reaksi asma lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-
akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya,
berupa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinophil dan monosit dalam
jumlah besar ke dinding dan lumen bronkus.
Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada asma merupakan suatu
hal yang kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast
yang banyak ditemukan dipermukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan
di bawah membrane basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sel
mast. Selain sel mas, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel
makrofag alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, netrofil, platetel, limfosit
dan monosit
Inhalasi alergan akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag
alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan
fagal menyebabkan reflex bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang
dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih
permeable dan memudahkan alergen masuk ke dalam sukmukosa, sehingga
memperbesar reaksi yang terjadi.
Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung
menyebabkan serangan asma, melalui sel efektor sekunder seperti eosinophil,
netrofil, platelet dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan
mediator yang kuat seperti lekotriens. Tromboksan, PAF dan protein
sitotoksin yang menperkuat reaksi asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi
yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus.
Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai
berikut

Sumber : Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor:


1023/MENKES/SK/XI/2008
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMER 1023/MENKES/SK/


XI/2008
Lorensia, Amelia, dll. 2019. ‘Gambaran Persepsi Penyakit Terhadap
Kesehatan Fungsi Sistem Paru Pada Pasien Asma Di Surabaya’.
Public Health: vol 14 no 2

Anda mungkin juga menyukai