1.1. Potret Kondisi Ekonomi serta Kinerja Sektor Industri Pendukungnya dalam 3 tahun
terakhir
Jawa Barat selama tiga dekade yaitu di tahun 2018 ada penigkatan pertumbuhan Ekonomi
namun di tahun 2019 terjadi melemah, dan di tahun 2020 menurun dengan kondisi Pandemi.
Terlepas dari adanya krisis ekonomi, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil
modern dan garmen nasional. Jawa Barat menyumbangkan hampir seperempat dari nilai total
hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45 % dari total
ekspor Jawa Barat, sementara produk eksport lainnya adalah besi baja, alas kaki, furnitur,
rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.
Untuk melihat potret perkembangan ekonomi serta kinerja sektor industri di Provinsi Jawa
Barat setidaknya dapat dilihat dari analisis/kajian data dan informasi Perkembangan Ekonomi.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
1.1.1. Perkembangan Ekonomi
a) Perkembangan Ekonomi Tahun 2018
Ekonomi Jawa Barat tahun 2018 tumbuh 5,64 persen meningkat dibanding tahun
2017 sebesar 5,35 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Real Estate sebesar 9,64 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT
sebesar 16,38 persen.
Sumber : https://jabar.bps.go.id/
b) Perkembangan Ekonomi Tahun 2019
Ekonomi Jawa Barat tahun 2019 tumbuh 5,07 persen melambat dibanding
tahun 2018 sebesar 5,66 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Real Estate sebesar 9,54 persen.
Sumber : https://jabarprov.go.id
c) Perkembangan Ekonomi Tahun 2020
Perekonomian Jawa Barat berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2020 mencapai Rp530,79 triliun dan
atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp371,22 triliun. Ekonomi Jawa Barat
triwulan I-2020 terhadap triwulan I-2019 tumbuh 2,73 persen (y-on-y) melambat
dibanding capaian triwulan I-2019 sebesar 5,39 persen.
Dari data di Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat di atas, akan di banding
kan dengan data Laju Pertumbuhan Ekonomi secara Nasional, dapat di lihat dari grafik
di bawah :
5) Angka Kemiskinan
September 2020, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per
bulan di bawah garis kemiskinan) di Jawa Barat mengalami kenaikan yaitu sekitar 268,29
ribu jiwa, dari 3,92 juta jiwa (7,88 persen) pada Maret 2020 menjadi 4,19 juta jiwa (8,43
persen) pada September 2020. Garis Kemiskinan (GK) Jawa Barat mengalami peningkatan
sebesar 1,14 persen dari Rp. 410.988,- per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp.
415,682,- per kapita per bulan. Nilai Gini Ratio mengalami penurunan yakni dari 0,403
menjadi 0,398. Jika dilihat berdasarkan wilayah, nilai Gini Ratio di perkotaan menunjukkan
kecenderungan penurunan namun nilai Gini Ratio di perdesaan menunjukkan
kecenderungan meningkat. Gini Ratio di perkotaan menurun menjadi 0,409 dari 0,412 pada
periode sebelumnya; di perdesaan Gini Ratio pada September 2020 mengalami peningkatan
dari 0,325 menjadi 0,326.
6) Jumlah Industri Besar Sedang Di Provinsi Jawa Barat
Data jumlah industri besar dan sedang selama periode tiga tahun terakhir
menunjukan tren yang positif dari tahun ke tahun. Secara lebih rinci
berdasarkan golongan industrinya meliputi industri tekstil, industri
pencetakan dan reproduksi media rekaman, industri kimia dan barang dari
bahan kimia, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional,
industri karet logam dasar, industri mesin dan peralatannya, industri
kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer, serta jasa reparasi dan
pemasangan mesin dan peralatan yang terus meningkat.
Tabel 1.6.
Jumlah Industri Besar Sedang di Provinsi Jawa Barat
Gambar 1.1.
Peta Sebaran Jumlah Unit Usaha, Industri Besar di Jawa Barat
Menurut Kabupaten dan Kota Tahun 2010
Berdasarkan Proyeksi Penduduk 2015–2045, jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun
2020 adalah sebanyak 49,6 juta jiwa, dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 25,1
juta jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 24,5 juta jiwa dengan asumsi
Total Fertility Rate pada tahun 2020 adalah 2,07. Penduduk produktif pada tahun 2020
diproyeksi sebesar 69,2% sehingga rasio ketergantungan Jawa Barat diproyeksi pada
angka 44,6 yang menunjukan bahwa Jawa Barat berada dalam kondisi bonus
demografi. Angka 44,6 menunjukan bahwa tiap 100 orang penduduk produktif harus
menanggung 45 orang penduduk yang tidak produktif.
1.2.4. Peluang Pengembangan dan Pertumbuhan Ekonomi
Mulai Maret 2020 terjadi Pandemi COVID-19 menyebabkan kinerja perekonomian
selama tahun 2020 baik Nasional maupun JawaBarat TERKONTRAKSI, maka sampai
saat ini belum kembali pulih.
Pelaksanaan Vaksinasi Covid19 secara menyeluruh(40 jutaMasyarakatJabar)
sampai dengan akhir tahun; Masyarakat terkonfirmasi Covid 19 akan terkendali;
Pertumbuhan Ekonomi diprediksi positif 3,33% s/d 4,49% dengan inflasi yang
terkendali; Kegiatan Pariwisata akan berlanjut dengan beradaptasi dengan protokol
kesehatan; Kegiatan Investasi akan meningkat terutama pada Kawasan
Metropolitan Rebana; Kegiatan Perdagangan akan meningkatkan terutama ekspor
sejalan dengan pulihnya ekonomi global; Kegiatan Pembangunan Infrastruktur
akan terus berlanjut,baik Pemerintah Pusat maupun Provinsi (multi years dan
pinjaman PEN Daerah) dan Kabupaten/Kota;
Program Pemerintah Pusat untuk PEN tetap berlanjut; Program Bantuan Sosial
(JPS) oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi tetap berlanjut; Kegiatan Kerjasama
antar daerah dan pentahelix akan menjadi penguat pertumbuhan;Dengan kondisi
tersebut Jawa barat masih ada peluang untukpengembangan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Khusus untuk Pendidikan Vokasi melalui Kegiatan Vokasi
akan tumbuhdan bertransformasi ke link and match dengan dunia usaha.
Pendidikan kejuruan berperan dalam pencapaian Misi 1 dengan mengoptimalkan peserta didik
sebagai wujud profil manusa pancasila.
Arah Pembangunan Jawa Barat menghasilkan kebijakan pengembangan wilayah yang bertujuan
untuk Meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antarwilayah
kabupaten/ kota maupun kawasan perkotaan dan perdesaan.Strategi pengembangan wilayah ini
dilakukan dengan:
1. Pembagian 6 (enam) Wilayah Pengembangan untuk (1) Penjabaran dari Kawasan Strategis
Nasional dan Kawasan Andalan pada Sistem Nasional, dan (2) Strategi untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaan pembangunan, seperti ditunjukan pada gambar berikut.