BAB V
REVITALISASI SISTEM SERTIFIKASI
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor yang telah mengubah
berbagai aspek kehidupan manusia saat ini, khususnya dalam dunia pendidikan
Tahun 2018
Ada 827 SMK se indonesia yang telah terlesensi LSP P1. Sedangkan di Jawa Barat ( Data
BNSP per 31 Januari 2019 ) ada 105 SMK Negeri dan Swasta yang telah terlisensi menjadi
LSP P1 tesebar di beberapa kota / kabupaten. Berikut ini disajikan grafik data sebaran SMK
Negeri dan Swasta yang sudah terlisensi LSP-P1 di Jawa Barat
DATA SEBARAN SMK TERLISENSI P 1 JAWA BARAT
100
Jumlah SMK Negeri dan Swasta
80
60
40
20
0
r t g r i si a u n si g g t g is k a g n a r a n n i i r
ogo aru dun nju bum eka alay ay ebo eka an ban ara dun iam epo ngk dan nga kart ogo alay ara ebo bum mah anja
B G n ia a B am ir B aw u B n C D le e i a B d ir a i B
ab. ab. . Ba b. C Suk ab. sikmndr . C ota Kar b. S ung Ba ab. ota aja um Kun urw ota sikm gan a C Suk ta C ota
K K ab Ka b. K Ta . I ab K b. Ka nd ota K K . M . S b. . P K Ta an ot ta Ko K
K Ka b. ab K Ka Ba K b ab Ka ab ta . P K Ko
Ka K b. Ka K K Ko Kab
K a
Tabel 1.1 Grafik Sebaran SMK Negeri dan Swasta terlisensi LSP-P1 di Jawa Barat ( Data BNSP per 31 Januari
2019
DATA TAHUN 2020 LSP P1 SMK SE JAWA BARAT
No Bidang Keahlian JUMLAH LSP-P1
1. Teknologi dan Rekayasa
2. Energi dan Pertambangan
3. Teknologi infor.& Komunikasi
4. Kesehatan dan Pekerjaan Sosial
5. Agribisnis dan Agroteknologi
6. Kemaritiman
7. Bisnis dan Manajemen
8. Pariwisata
9. Seni dan Industri Kreatif
JUMLAH 180
SERTIFIKASI
6. Kemaritiman 1.930
8. Pariwisata 5.062
JUMLAH 33.913
6. Kemaritiman
8. Pariwisata
JUMLAH 3.835
ASESOR
Tahun 2019
SKEMA
SKEMA SKEMA YG
JUMLAH KOMPETENSI
BIDANG KEAHLIAN KOMPETENSI BELUM
LSP KEAHLIAN
TERLISENSI TERLISENSI
TUK
Tempat Uji Kompetensi (TUK) adalah
Tempat kerja atau tempat lainnya yang memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai tempat pelaksanaan uji kompetensi oleh LSP.
Klasifikasi TUK :
TUK di tempat Kerja : TUK yang merupakan bagian dari industri dimana
proses produksi dilakukan
TUK sewaktu : TUK bukan di tempat kerja yang digunakan sebagai
tempat uji secara insidentil
TUK Mandiri : TUK bukan ditempat kerja yang bermitra dengan
LSP untuk digunakan sebagai tempat uji secara
keberlanjutan
5.2 Permasalahan
Berdasarkan data pada gambar 5.2.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat
tertulis 18,75% lulusan SMK penyumbang terbesar dari pengangguran di Jawa Barat hal ini
merupakan permasalahan yang mendasar dikarenakan pademi covid-19 dengan
tertutupnya aktivitas akses dunia kerja selama satu tahun lebih 2019-2020 dan 2021 mulai
bergerak lagi aktivitas DUDI walau belum normal. Pada masa normal salah satu
permasalahan belum semua industri menerima tenaga kerja lulusan SMK yang sudah
mempunyai Sertifikat Kompetensi Kerja, masih banyak lulusan SMK yang belum dapat
mengikuti Uji Kumpetensi dan mempunyai Sertifikat Kompetensi. Maka untuk upaya
peningkatan kompetensi lulusan SMK salah satunya dengan program pemberian sertifikat
kompetensi lulusan SMK. Sertifikat kompetensi untuk menjamin bahwa lulusan SMK
mempunyai kompetensi sesuai standar dengan kebutuhan industri. Sertfikat kompetensi
juga sebagai sarana branding lulusan SMK. Siswa yang mendapatkan sertifikat kompetensi
diharapkan akan lebih mudah diterima bekerja di industri. Agar bisa mendapatkam sertifikat
kompetensi siswa mengikuti uji kompetensi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu
(LSP-P1), Pihak 2, Pihak 3 dan asosiasi dari DIDUKA, kementrian serta Lembaga lainnya
seperti Kementrian Perhubungan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan dengan
standarisasi Internasionalnya (IMO untuk bidang kemaritiman).
Pendirian Lembaga Sertifikasi atau pembentukan LSP-P1 di Jawa Barat, dimulai pada tahun
2013 dengan dilakukan awareness / bimtek kepada calon ketua LSP diberikan materi
pemahaman, dilanjutkan dengan pelatihan penyusunan dokumen dan pelatihan asesor.
Kegiatan tersebut kurang direspon oleh Kepala Sekolah sehingga dari 200 sekolah peserta
yang terlisensi hanya 27 LSP-P1 di tahun 2015. Tahun 2016, DIT Vokasi merubah strategi
bimtek dengan mengundang peserta bimteknya kepala sekolah dan calon ketua LSP. Out
put dari bimtek tersebut dilakukan pengumpulan dokumen awal, dan bagi yang sudah
mengumpulkan dokumen awal di undang kembali Ketua dan bidang Mutu LSP dari 2016-
2017 untuk penyusunan dokumen lanjutan. Hasil bimtek dari target 1650 SMK terlisensi
LSP di tahun 2019, sudah mencapai 827 SMK terlisensi LSP di tahun 2018, 923 SMK
terlisensi LSP di tahun 2019. dan tahun 2021 lebih dari 1200 LSPP1 SMK di Indonesia.
Untuk pertumbuhan LSP di Jawa Barat , tahun 2018 sebanyak 105 LSP, tahun 2019
sebanyak 119 LSP, tahun 2020 sebanyak 186 LSP.
Pembiayaan Kegiatan LSP di Jawa Barat untuk lisensi LSP SMK mendapat bantuan dari
Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan ( DIT PSMK ) dan mandiri. Pada tahun
2017 dilakukan pendampingan pada 33 SMK Jawa Barat, yang terlisensi 20 SMK sedang
200 SMK seluruh Indonesia hanya 70 yang telah terlisensi.
Jika dipetakan data antara jumlah SMK, jumlah LSP dan Jumlah asesor akan terlihat
seperti pada tabel lampiran 1. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah SMK dan
jumlah LSP belum sebanding pada beberapa kabupaten / kota di Jawa Barat. Begitu juga
dengan jumlah asesor. Sebanyak 75% LSP P1 masih membutuhkan asesor dari luar.
Jika dipetakan data antara jumlah kompetensi keahlian, jumlah LSP dan jumlah SMK
jejaring akan terlihat seperti pada tabel lampiran 2. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
jumlah kompetensi keahlian belum sebanding dengan jumlah LSP P1 pada beberapa
kabupaten / kota di Jawa Barat, bahkan pada kabupaten / kota dengan kompetensi keahlian
yang banyak, belum memiliki LSP. Sedangkan LSP P1 yang telah terlisensi pun masih
ditemukan baru memiliki SMK Jejaring 1 atau 2 sekolah. Sementara berdasarkan ketentuan
BNSP, jumlah SMK jejaring pada LSP P1 minimal 5 sekolah. Hal inilah yang memicu
kendala pelaksanaan sertifikasi profesi.
Adapun permasalahan yang dihadapi SMK untuk mendapatkan lisensi LSP-P1 oleh BNSP
adalah sebagai berikut :
1. Belum adanya payung hukum atau kebijakan dari Pemerintah Provinsi yang
mendorong sekolah untuk menjadi LSP P1
2. Masih ada kurangnya kesadaran dari top manajemen sekolah untuk pendirian LSP
3. Kurangnya pemahaman sumber daya manusia di tim LSP,
4. Keterbatasan jumlah asesor yang di sekolah
5. Skema Sertifikasi KKNI Level II-III pada setiap kompetensi keahlian jumlah unit
kompetensi pada setiap cluster terlalu banyak sehingga menyulitkan pelaksanaan
asesmen, besarnya biaya asesmen dan di khawatiran jaminan mutu yang kompeten.
6. Rendahnya komitmen warga sekolah tentang LSP
7. Adanya perbedaan cara penyampaian materi dari master asesor.
8. Sarana dan prasarana Tempat Uji Kompetensi yang masih belum standar
9. Belum maksimal anggaran yang ada dalam RKAS
Permasalahan yang dihadapi sekolah dalam memperoleh SMK Jejaring adalah sebagai
berikut :
1. Kurang adanya pemahaman akan manfaat menjadi SMK Jejaring
2. Layanan LSP P1 masih kurang optimal dalam mendorong pertumbuhan LSP
terlisensi pada SMK Jejaring
3. Pembiayaan penyelenggaraan sertifikasi profesi memerlukan biayayang besar ,
sehingga belum banyak yang terselenggara secara mandiri
4. Kurang adanya penghargaan dari dunia industri terhadap sertifikat profesi
5.3 Sasaran
1. Target Pengembangan LSP-P1 di Jawa Barat Tahun 2021 – 2025
TAHUN
NO JUMLAH
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
1 SMK Terlisensi LSP P1 105 119 186 260 364 509 712 1.000
2 Skema Kompetensi Keahlian 83 99 119 278 389 544 761 1065
LSP P1
3 Asesor Jejaring LSP P1 629 943 1.414 1979 2770 3878 5429 7600
4 SMK Jejaring LSP P1 700 840 1.007 1409 1972 2760 3864 5409
5 Target Asesi SMK LSP P 1 2003 50.1 180.306 252.428 353.399 494.758 692.661 969.725
6 Pencapaian Sertikat 1675 5009 150.255 210.357 294.499 412.298 577.217 808.103
Kompetensi LSP P1
Tabel 5.2 Target Pengembangan LSP-P1 di Jawa Barat Tahun 2021 – 2025
Analisis Keefektifan Target Pencapaian
a. LSP Terlisensi, Data ditahun 2018 sebanyak 105 yang terlisesni sebagai
dasar dari peningkatan pencapain target 40% ke tahun 2019 sampai 2025.
b. Asesor , Data ditahun 2018 sebanyak 629 yang mempunyai Sertifikasi
sebagai dasar dari peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021
sampai 2025.
c. SMK Jejaring LSP , Data ditahun 2018 sebanyak 700 yang Sertifikasi sebagai
dasar dari peningkatan pencapaian target 40% dari tahun 2021 sampai 2025.
d. Kompetensi Keahlian , Data ditahun 2018 sebanyak 83 kompetensi Keahlian
sebagai dasar dari peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021
sampai 2025.
e. Asesi , Data ditahun 2018 sebanyak 2003 peserta sebagai dasar dari
peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021 sampai 2025. Diharapkan
pada tahun 2025 seluruh siswa SMK tersertifikasi LSP.
f. Sertifikat , Data ditahun 2018 sebanyak 1675 peserta sebagai dasar dari
peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021 sampai 2025.
g. Memperhatikan data SMK di Provinsi Jawa Barat sejumlah 1.000 target
pencapian LSP yang terlisensi tahun 2025 maka ada kesenjangan 824 SMK
menjadi dasar pembentukan LSP P2 di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat.
5.4 Strategi
N JADWA
KEGIATAN RINCIAN SATUAN JUMLAH
o. L
Awarenes
Warga Makan 10 Rp Rp
1 Sekolah Minum 0 org 60,000 6,000,000
10 Rp Rp
Transpor 0 org 50,000 5,000,000
Nara
sumber Rp1,000,0 Rp
Nasional 5 jp 00 5,000,000
Transpor
Nara
sumber
(Bandung - Rp1,500,0 Rp
Jakarta) 1 keg 00 1,500,000
Rp Rp
Akomodasi 1 keg 700,000 700,000
Komitmen Pembuatan
Manajemen Spanduk 5 Rp Rp
2 x2m 2 buah 300,000 600,000
Transpot
pembuatan Rp Rp
spanduk 1 org 100,000 100,000
Pembuatan Makan
Dokumen Minum (3 Rp Rp
3 hari) 35 org 180,000 6,300,000
Transpor (3 Rp Rp
hari) 35 org 150,000 5,250,000
Rp1,500,0 Rp
Fasilitator 2 org 00 3,000,000
Transpor Rp Rp
Fasilitator 2 org 500,000 1,000,000
Akomodasi Rp1,400,0 Rp
(2 orang) 3 hari 00 4,200,000
Rp
-
7 Pelatihan 3 kk 6 org Rp
Asesor Rp4,500,0 27,000,00
00 0
Pembuatan Rp
MUK 3 Skema Rp1,000,0 15,000,00
8 Sertifikasi 15 klaster 00 0
Rp Rp
Mamin 30 org 60,000 1,800,000
Rp Rp
Transpor 15 org 100,000 1,500,000
Uji Coba Honor klaster/ Rp Rp
9 Dokumen asesor 15 org 100,000 1,500,000
Transport Rp Rp
Asesor 15 org 50,000 750,000
Honor Rp Rp
Panitia 5 org 250,000 1,250,000
Rp Rp
Bahan 15 klaster 200,000 3,000,000
Perangkat Rp Rp
Uji 15 klaster 30,000 450,000
Rp Rp
ATK 15 klaster 25,000 375,000
Full Honor
Asessment Lead Rp1,700,0 Rp
10 Asesor 2 hari 00 3,400,000
Honor
Asesor Rp1,500,0 Rp
Anggota 2 hari 00 3,000,000
Tranport
Tim Asesor
Jakarta-
Bandung Rp Rp
PP 2 org 800,000 1,600,000
Uang
Harian (2 Rp Rp
orang) 2 hari 860,000 1,720,000
Taxi dalam Rp Rp
kota 2 hari 800,000 1,600,000
Honor Rp Rp
Panitia 5 org 150,000 750,000
Honor Rp Rp
Peserta 15 org 100,000 1,500,000
Transpor
panitia dan Rp Rp
Peserta 20 org 100,000 2,000,000
Rp Rp
Mamin 25 org 60,000 1,500,000
11 Witness Honor 2 hari Rp
(Penyaksian Lead Rp1,700,0 3,400,000
Uji
Kompetensi
dari BNSP) Asesor 00
Honor
Asesor Rp1,500,0 Rp
Anggota 2 hari 00 3,000,000
Tranport
Tim Asesor
Jakarta-
Bandung Rp Rp
PP 2 org 800,000 1,600,000
Uang
Harian (2 Rp Rp
orang) 2 hari 860,000 1,720,000
Taxi dalam Rp Rp
kota 2 hari 800,000 1,600,000
Honor Rp Rp
Panitia 5 org 150,000 750,000
Honor Rp Rp
Peserta 15 org 100,000 1,500,000
Transpor
panitia dan Rp Rp
Peserta 20 org 100,000 2,000,000
Rp Rp
Mamin 25 org 60,000 1,500,000
Koordinasi
dan Laporan ke BNSP Rp1,500,0 Rp
12 Jakarta 2 keg 00 3,000,000
Pendampinga
n oleh Transport Rp Rp
13 Fasilitator Dalam Kota 2 keg 250,000 500,000
Transport Rp Rp
luar kota 2 keg 600,000 1,200,000
Honor
Pendampin Rp Rp
g 2 keg 750,000 1,500,000
Rp Rp
Akomodasi 2 keg 750,000 1,500,000
Rp
JUMLAH 133,115,0
00