Anda di halaman 1dari 19

BAB V : REVITALISASI SISTEM SERTIFIKASI

5.1 Kondisi saat ini: menguraikan kondisi sistem sertifikasi di SMK


saat ini
5.2 Permasalahan: menguraikan kesenjangan antara kondisi
sistem sertifikasi di SMK saat ini dengan yang ideal sesuai yang
dibutuhkan
5.3 Sasaran: menguraikan arah dan output/outcome revitalisasi
sistem sertifikasi yang ingin dicapai hingga tahun 2025
5.4. Strategi: menguraikan arah, strategi, kegiatan prioritas dan
tahapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran revitalisasi
yang diinginkan

BAB V
REVITALISASI SISTEM SERTIFIKASI

5.1 Kondisi saat ini

Memperhatikan gambaran umum Jawa Barat dengan jumlah populasi tertinggi di


Indonesia sebesar 48,27% juta jiwa di tahun 2020, dengan kategori 70,68%
penduduk termasuk kategori usia produktif (15-64 Th), dan Arah Kebijakan Bidang
Pendidikan pada point 2 yaitu meningkatkan kesejahteraan kompetensi dan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan menengah melalui
sertifikasi kompetensi, hal ini peluang untuk peningkatan penyelenggaraan
merupakan babak baru dukungan Pemerintah Daerah pada revitalisasi sistem
sertifikasi yang di perkuat oleh Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi SMK
yang selanjutnya oleh Kemendikbud dituangkan dalam sepuluh langkah revitalisasi
SMK. Reorientasi revitalisasi SMK ini sangat penting dalam beberapa aspek,
dengan tujuan agar sekolah menengah kejuruan dapat menyediakan tenaga kerja
terampil yang siap kerja di berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, industri,
pariwisata, bahkan ekonomi kreatif. Diharapkan keberhasilan revitalisasi SMK ini juga
dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja Indonesia serta dapat mengurangi
permasalahan pengangguran usia produktif. Sepuluh langkah revitalisasi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Revitalisasi sumber daya manusia
2. Membangun SAS berbasis SIM
3. Link and match dengan industri
4. Kurikulum berbasis industri
5. Teaching factory
6. Penggunaan Media Video Tutorial dan Portofolio Berbasis Video e-Report Skill
7. Uji Sertifikasi Profesi
8. Pemenuhan sarana dan prasarana
9. Mengembangkan Kearifan Lokal
10. Peran SMK Sebagai Penggerak Ekonomi Lokal

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor yang telah mengubah
berbagai aspek kehidupan manusia saat ini, khususnya dalam dunia pendidikan

Jumlah LSP SMK

Tahun 2018

Ada 827 SMK se indonesia yang telah terlesensi LSP P1. Sedangkan di Jawa Barat ( Data
BNSP per 31 Januari 2019 ) ada 105 SMK Negeri dan Swasta yang telah terlisensi menjadi
LSP P1 tesebar di beberapa kota / kabupaten. Berikut ini disajikan grafik data sebaran SMK
Negeri dan Swasta yang sudah terlisensi LSP-P1 di Jawa Barat
DATA SEBARAN SMK TERLISENSI P 1 JAWA BARAT
100
Jumlah SMK Negeri dan Swasta

80
60
40
20
0
r t g r i si a u n si g g t g is k a g n a r a n n i i r
ogo aru dun nju bum eka alay ay ebo eka an ban ara dun iam epo ngk dan nga kart ogo alay ara ebo bum mah anja
B G n ia a B am ir B aw u B n C D le e i a B d ir a i B
ab. ab. . Ba b. C Suk ab. sikmndr . C ota Kar b. S ung Ba ab. ota aja um Kun urw ota sikm gan a C Suk ta C ota
K K ab Ka b. K Ta . I ab K b. Ka nd ota K K . M . S b. . P K Ta an ot ta Ko K
K Ka b. ab K Ka Ba K b ab Ka ab ta . P K Ko
Ka K b. Ka K K Ko Kab
K a

Tabel 1.1 Grafik Sebaran SMK Negeri dan Swasta terlisensi LSP-P1 di Jawa Barat ( Data BNSP per 31 Januari
2019
DATA TAHUN 2020 LSP P1 SMK SE JAWA BARAT
No Bidang Keahlian JUMLAH LSP-P1
1. Teknologi dan Rekayasa
2. Energi dan Pertambangan
3. Teknologi infor.& Komunikasi
4. Kesehatan dan Pekerjaan Sosial
5. Agribisnis dan Agroteknologi
6. Kemaritiman
7. Bisnis dan Manajemen
8. Pariwisata
9. Seni dan Industri Kreatif
  JUMLAH 180

SERTIFIKASI

Jumlah siswa yang tersertifikasi

SISWA BERSERTIFIKAT 2019


No Bdang Keahlian Jumlah Siswa

1. Teknologi dan Rekayasa 9.526

2. Energi dan Pertambangan

3. Teknologi infor.& Komunikasi 5.526

4. Kesehatan dan Pekerjaan Sosial 4.673

5. Agribisnis dan Agroteknologi 1.529

6. Kemaritiman 1.930

7. Bisnis dan Manajemen 5.667

8. Pariwisata 5.062

9. Seni dan Industri Kreatif

  JUMLAH 33.913

SISWA BERSERTIFIKAT 2020

No Bdang Keahlian Jumlah Siswa

1. Teknologi dan Rekayasa

2. Energi dan Pertambangan

3. Teknologi infor.& Komunikasi

4. Kesehatan dan Pekerjaan Sosial

5. Agribisnis dan Agroteknologi

6. Kemaritiman

7. Bisnis dan Manajemen

8. Pariwisata

9. Seni dan Industri Kreatif

  JUMLAH 3.835
ASESOR

Tahun 2019

Jumlah Asesor Tahun 2020 Berjumlah 2.062 Orang

SKEMA

SKEMA SKEMA YG
JUMLAH KOMPETENSI
BIDANG KEAHLIAN KOMPETENSI BELUM
LSP KEAHLIAN
TERLISENSI TERLISENSI

180 68 634 616 136

TUK
Tempat Uji Kompetensi (TUK) adalah
Tempat kerja atau tempat lainnya yang memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai tempat pelaksanaan uji kompetensi oleh LSP.
Klasifikasi TUK :
TUK di tempat Kerja : TUK yang merupakan bagian dari industri dimana
proses produksi dilakukan
TUK sewaktu : TUK bukan di tempat kerja yang digunakan sebagai
tempat uji secara insidentil
TUK Mandiri : TUK bukan ditempat kerja yang bermitra dengan
LSP untuk digunakan sebagai tempat uji secara
keberlanjutan

5.2 Permasalahan

Gambar 5.2.1Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan data pada gambar 5.2.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Barat
tertulis 18,75% lulusan SMK penyumbang terbesar dari pengangguran di Jawa Barat hal ini
merupakan permasalahan yang mendasar dikarenakan pademi covid-19 dengan
tertutupnya aktivitas akses dunia kerja selama satu tahun lebih 2019-2020 dan 2021 mulai
bergerak lagi aktivitas DUDI walau belum normal. Pada masa normal salah satu
permasalahan belum semua industri menerima tenaga kerja lulusan SMK yang sudah
mempunyai Sertifikat Kompetensi Kerja, masih banyak lulusan SMK yang belum dapat
mengikuti Uji Kumpetensi dan mempunyai Sertifikat Kompetensi. Maka untuk upaya
peningkatan kompetensi lulusan SMK salah satunya dengan program pemberian sertifikat
kompetensi lulusan SMK. Sertifikat kompetensi untuk menjamin bahwa lulusan SMK
mempunyai kompetensi sesuai standar dengan kebutuhan industri. Sertfikat kompetensi
juga sebagai sarana branding lulusan SMK. Siswa yang mendapatkan sertifikat kompetensi
diharapkan akan lebih mudah diterima bekerja di industri. Agar bisa mendapatkam sertifikat
kompetensi siswa mengikuti uji kompetensi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu
(LSP-P1), Pihak 2, Pihak 3 dan asosiasi dari DIDUKA, kementrian serta Lembaga lainnya
seperti Kementrian Perhubungan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan dengan
standarisasi Internasionalnya (IMO untuk bidang kemaritiman).
Pendirian Lembaga Sertifikasi atau pembentukan LSP-P1 di Jawa Barat, dimulai pada tahun
2013 dengan dilakukan awareness / bimtek kepada calon ketua LSP diberikan materi
pemahaman, dilanjutkan dengan pelatihan penyusunan dokumen dan pelatihan asesor.
Kegiatan tersebut kurang direspon oleh Kepala Sekolah sehingga dari 200 sekolah peserta
yang terlisensi hanya 27 LSP-P1 di tahun 2015. Tahun 2016, DIT Vokasi merubah strategi
bimtek dengan mengundang peserta bimteknya kepala sekolah dan calon ketua LSP. Out
put dari bimtek tersebut dilakukan pengumpulan dokumen awal, dan bagi yang sudah
mengumpulkan dokumen awal di undang kembali Ketua dan bidang Mutu LSP dari 2016-
2017 untuk penyusunan dokumen lanjutan. Hasil bimtek dari target 1650 SMK terlisensi
LSP di tahun 2019, sudah mencapai 827 SMK terlisensi LSP di tahun 2018, 923 SMK
terlisensi LSP di tahun 2019. dan tahun 2021 lebih dari 1200 LSPP1 SMK di Indonesia.
Untuk pertumbuhan LSP di Jawa Barat , tahun 2018 sebanyak 105 LSP, tahun 2019
sebanyak 119 LSP, tahun 2020 sebanyak 186 LSP.
Pembiayaan Kegiatan LSP di Jawa Barat untuk lisensi LSP SMK mendapat bantuan dari
Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan ( DIT PSMK ) dan mandiri. Pada tahun
2017 dilakukan pendampingan pada 33 SMK Jawa Barat, yang terlisensi 20 SMK sedang
200 SMK seluruh Indonesia hanya 70 yang telah terlisensi.
Jika dipetakan data antara jumlah SMK, jumlah LSP dan Jumlah asesor akan terlihat
seperti pada tabel lampiran 1. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah SMK dan
jumlah LSP belum sebanding pada beberapa kabupaten / kota di Jawa Barat. Begitu juga
dengan jumlah asesor. Sebanyak 75% LSP P1 masih membutuhkan asesor dari luar.

Jika dipetakan data antara jumlah kompetensi keahlian, jumlah LSP dan jumlah SMK
jejaring akan terlihat seperti pada tabel lampiran 2. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
jumlah kompetensi keahlian belum sebanding dengan jumlah LSP P1 pada beberapa
kabupaten / kota di Jawa Barat, bahkan pada kabupaten / kota dengan kompetensi keahlian
yang banyak, belum memiliki LSP. Sedangkan LSP P1 yang telah terlisensi pun masih
ditemukan baru memiliki SMK Jejaring 1 atau 2 sekolah. Sementara berdasarkan ketentuan
BNSP, jumlah SMK jejaring pada LSP P1 minimal 5 sekolah. Hal inilah yang memicu
kendala pelaksanaan sertifikasi profesi.

Adapun permasalahan yang dihadapi SMK untuk mendapatkan lisensi LSP-P1 oleh BNSP
adalah sebagai berikut :
1. Belum adanya payung hukum atau kebijakan dari Pemerintah Provinsi yang
mendorong sekolah untuk menjadi LSP P1
2. Masih ada kurangnya kesadaran dari top manajemen sekolah untuk pendirian LSP
3. Kurangnya pemahaman sumber daya manusia di tim LSP,
4. Keterbatasan jumlah asesor yang di sekolah
5. Skema Sertifikasi KKNI Level II-III pada setiap kompetensi keahlian jumlah unit
kompetensi pada setiap cluster terlalu banyak sehingga menyulitkan pelaksanaan
asesmen, besarnya biaya asesmen dan di khawatiran jaminan mutu yang kompeten.
6. Rendahnya komitmen warga sekolah tentang LSP
7. Adanya perbedaan cara penyampaian materi dari master asesor.
8. Sarana dan prasarana Tempat Uji Kompetensi yang masih belum standar
9. Belum maksimal anggaran yang ada dalam RKAS

Permasalahan yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi profesi


sebagai berikut :
1. Masih belum maksimal dukungan keuangan dari pemerintah
2. Pemahaman tentang sertifikasi profesi masih kurang pada masyarakat sekolah
3. Pembiayaan penyelenggaraan sertifikasi profesi memerlukan biaya yang besar ,
sehingga belum banyak yang terselenggara secara mandiri
4. Jumlah asesor yang belum memadai
5. Kurang adanya penghargaan dari dunia industri terhadap sertifikat profesi

Permasalahan yang dihadapi sekolah dalam memperoleh SMK Jejaring adalah sebagai
berikut :
1. Kurang adanya pemahaman akan manfaat menjadi SMK Jejaring
2. Layanan LSP P1 masih kurang optimal dalam mendorong pertumbuhan LSP
terlisensi pada SMK Jejaring
3. Pembiayaan penyelenggaraan sertifikasi profesi memerlukan biayayang besar ,
sehingga belum banyak yang terselenggara secara mandiri
4. Kurang adanya penghargaan dari dunia industri terhadap sertifikat profesi
5.3 Sasaran
1. Target Pengembangan LSP-P1 di Jawa Barat Tahun 2021 – 2025

TAHUN
NO JUMLAH
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
1 SMK Terlisensi LSP P1 105 119 186 260 364 509 712 1.000
2 Skema Kompetensi Keahlian 83 99 119 278 389 544 761 1065
LSP P1
3 Asesor Jejaring LSP P1 629 943 1.414 1979 2770 3878 5429 7600
4 SMK Jejaring LSP P1 700 840 1.007 1409 1972 2760 3864 5409
5 Target Asesi SMK LSP P 1 2003 50.1 180.306 252.428 353.399 494.758 692.661 969.725
6 Pencapaian Sertikat 1675 5009 150.255 210.357 294.499 412.298 577.217 808.103
Kompetensi LSP P1

Tabel 5.2 Target Pengembangan LSP-P1 di Jawa Barat Tahun 2021 – 2025
Analisis Keefektifan Target Pencapaian
a. LSP Terlisensi, Data ditahun 2018 sebanyak 105 yang terlisesni sebagai
dasar dari peningkatan pencapain target 40% ke tahun 2019 sampai 2025.
b. Asesor , Data ditahun 2018 sebanyak 629 yang mempunyai Sertifikasi
sebagai dasar dari peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021
sampai 2025.
c. SMK Jejaring LSP , Data ditahun 2018 sebanyak 700 yang Sertifikasi sebagai
dasar dari peningkatan pencapaian target 40% dari tahun 2021 sampai 2025.
d. Kompetensi Keahlian , Data ditahun 2018 sebanyak 83 kompetensi Keahlian
sebagai dasar dari peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021
sampai 2025.
e. Asesi , Data ditahun 2018 sebanyak 2003 peserta sebagai dasar dari
peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021 sampai 2025. Diharapkan
pada tahun 2025 seluruh siswa SMK tersertifikasi LSP.
f. Sertifikat , Data ditahun 2018 sebanyak 1675 peserta sebagai dasar dari
peningkatan pencapain target 40% dari tahun 2021 sampai 2025.
g. Memperhatikan data SMK di Provinsi Jawa Barat sejumlah 1.000 target
pencapian LSP yang terlisensi tahun 2025 maka ada kesenjangan 824 SMK
menjadi dasar pembentukan LSP P2 di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat.

5.4 Strategi

1. Pengembangan LSP P1 di Jawa Barat


Strategi yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi dalam melaksanakan revitalisasi
sertifikasi kompetensi kerja adalah sebagai berikut :
a. Penambahan LSP P1, P2 ataupun P3
1) Penambahan LSP P1
Mengingat jumlah LSP di Jawa Barat sebanyak 105 dari sejumlah 2.926 SMK
Negeri dan Swasta, maka perlu dilakukan penambahan LSP P1. Penambahan
LSP P1 diprioritaskan untuk beberapa kabupaten/kota yang memiliki
kompetensi keahlian banyak namun belum terdapat LSP P1, yaitu :

a) Kabupaten Bogor , kompetensi keahlian : Teknik Komputer dan Jaringan,


Otomisasi dan Tata Kelola Perkantoran, Farmasi Klinis dan Komunitas,
Asisten Keperawatan , Usaha Perjalalanan Wisata.
b) Kota Bogor / Kota Depok , kompetensi keahlian : Teknik dan Bisnis Sepeda
Motor, Akutansi dan Keuangan Lembaga, Bisnis Daring dan pemasaran,
Rekayasa Perangkat Lunak
c) Kabupaten Bandung, kompetensi keahlian : Teknik Komputer dan
Jaringan, Teknik Bodi Otomotif
d) Kota Cirebon, kompetensi keahlian : Teknik Kendaraan Ringan Bermotor,
Teknik Jaringan Akses Komunikasi
e) Kabupaten Ciamis , kompetensi Keahlian : Teknik Komputer dan Jaringan,
Akutansi dan Keuangan Lembaga, Multimedia
f) Kota Banjar , kompetensi keahlian : Bisnis Daring dan Pemasaran
g) Kota Pangandaran, kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Bermotor, Teknik dan Bisnis Sepeda Motor

2) Pembentukan LSP P2 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


a) LSP P2 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat adalah lembaga sertifikasi
profesi yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan sertifikasi
kompetensi bagi peserta didik SMK yang berada di wilayah Jawa Barat.
b) Tim Terdiri dari Struktural Dinas Pendidikan Provinsi, Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Barat, Pengawas, Kepala Sekolah, Ketua/Pengurus LSP
SMK, Asesor Kompetensi dan Asesor Lisensi.
c) Pembuatan dokumen sesuai persyaratan BNSP.
d) Tahapan pembentukan LSP P2 dilaksanakan oleh tim panitia
e) Asesor untuk proses Asesment diambil dari LSP dan Asesor industri.
f) Pembuatan Materi Uji Kompetensi (MUK) oleh Asesor LSP dan Asesor
industri.
g) Pelaksanaan asesmen dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi (TUK)
sewaktu sesuai persyaratan (SMK ) di tunjuk oleh Dinas Pendidikan
Provinsi

3) Kerjasama dengan LSP P3


Untuk bidang keahlian yang tidak dapat disertifikasi oleh LSP P1, maka harus
melakukan kerjasama dalam pelaksanaan sertifikasi profesi dengan LSP P3.
Bidang keahlian tersebut diantaranya adalah Kemaritiman, Teknologi Pesawat
Udara, Agribisnis dan Agro Teknologi
2. Peningkatan jumlah asesor kompetensi
Jumlah asesor kompetensi dari tiap kompetensi keahlian masih kurang, sehingga
proses uji sertifikasi akan mengalami kendala karena perbandingan jumlah
asesor dan asesi dalam satu paket adalah 1:10.

3. Terlaksananya kerjasama antara Dinas Pendidikan dengan Departemen


Perindustrian, BNSP beserta DU/DI dalam upaya pengakuan sertifikat profesi
lulusan yang dikeluarkan BNSP

4. Terlaksananya kerjasama antara Dinas Pendidikan dengan Direktorat


Pembinaan SMK Kemendikbud dalam pendanaan sertifikasi komptensi profesi
siswa sebanyak 50.000 siswa pada tahun 2019.

5. Terlaksananya penambahan ruang lingkup sertifikasi profesi untuk LSP yang


sudah terlisensi

6. Mendorong SMK di provinsi Jawa Barat yang belum memungkinkan terlisensi


LSP untuk menjadi SMK jejaring pada LSP P1 yang telah ada.

7. Adanya pengganggaran khusus di Dinas Pendidikan dalam upaya peningkatan


lisensi LSP, keterlaksanaan sertifikasi profesi, penambahan ruang lingkup dan
peningkatan kompetensi tim LSP serta asesor.
5.4 Strategi

Strategi yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi dalam menambah jumlah


SMK terlisensi , jumlah siswa yang terlisensi sebagai berikut ;
1.Bagi SMK yang belum terlisensi LSP P 1
a) Melakukan Awareness Pentingnya SMK memiliki lisensi LSP P1
b) Pendampingan dari Ketua LSP P 1
c) Pendampingan Dana dari Provinsi
2.Bagi SMK yang terlisensi LSP P1
a) Menjadi Disiminator LSP
b) Mencari 3 SMK untuk didampingi menjadi SMK LSP P1
c) Menambah jejaring SMK
d) Penambahan ruang lingkup

3. Rasio Jumlah siswa SMK yang terlisensi P 1


a) Adanya Awareness Pentingnya siswa SMK terlisensi P1
b) Perluasan jejaring bagi SMK yang sudah terlisensi
c) Pendampingan Pendanaan dari Provinsi Jawa Barat

4. Pembentukan LSP P2 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


a) LSP P2 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat adalah lembaga sertifikasi
profesi yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan sertifikasi
kompetensi bagi peserta didik SMK yang berada di wilayah Jawa Barat.
b) Tim Terdiri dari Struktural Dinas Pendidikan Provinsi, Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Barat, Pengawas, Kepala Sekolah, Ketua/Pengurus LSP
SMK, Asesor Kompetensi dan Asesor Lisensi.
c) Pembuatan dokumen sesuai persyaratan PBNSP.
d) Tahapan pembentukan LSP P2 dilaksanakan oleh tim panitia
e) Asesor untuk proses Asesment diambil dari LSP dan Asesor industri.
f) Pembuatan Materi Uji Kompetensi (MUK) oleh Asesor LSP dan Asesor
industri.
Pelaksanaan asesmen dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi (TUK) sewaktu
sesuai persyaratan (SMK ) di tunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Lampiran
1.PEMBIAYAAN PROGRAM LSP P1 DI JAWA BARAT

ANGGARAN PEMBENTUKAN LSP SAMPAI MENDAPAT LISENSI

N JADWA
KEGIATAN RINCIAN SATUAN JUMLAH
o. L
Awarenes
Warga Makan 10 Rp Rp
1 Sekolah   Minum 0 org 60,000 6,000,000
  10 Rp Rp
    Transpor 0 org 50,000 5,000,000
  Nara
sumber Rp1,000,0 Rp
    Nasional 5 jp 00 5,000,000
  Transpor
Nara
sumber
(Bandung - Rp1,500,0 Rp
    Jakarta) 1 keg 00 1,500,000
  Rp Rp
    Akomodasi 1 keg 700,000 700,000
               
Komitmen Pembuatan
Manajemen Spanduk 5 Rp Rp
2   x2m 2 buah 300,000 600,000
  Transpot
pembuatan Rp Rp
    spanduk 1 org 100,000 100,000
               
Pembuatan Makan
Dokumen Minum (3 Rp Rp
3   hari) 35 org 180,000 6,300,000
  Transpor (3 Rp Rp
    hari) 35 org 150,000 5,250,000
 
Rp1,500,0 Rp
    Fasilitator 2 org 00 3,000,000
  Transpor Rp Rp
    Fasilitator 2 org 500,000 1,000,000
 
Akomodasi Rp1,400,0 Rp
    (2 orang) 3 hari 00 4,200,000
  Rp
            -
7 Pelatihan   3 kk 6 org Rp
Asesor Rp4,500,0 27,000,00
00 0
Pembuatan Rp
MUK 3 Skema Rp1,000,0 15,000,00
8   Sertifikasi 15 klaster 00 0
  Rp Rp
    Mamin 30 org 60,000 1,800,000
  Rp Rp
    Transpor 15 org 100,000 1,500,000
Uji Coba Honor klaster/ Rp Rp
9 Dokumen   asesor 15 org 100,000 1,500,000
  Transport Rp Rp
    Asesor 15 org 50,000 750,000
  Honor Rp Rp
    Panitia 5 org 250,000 1,250,000
  Rp Rp
    Bahan 15 klaster 200,000 3,000,000
  Perangkat Rp Rp
    Uji 15 klaster 30,000 450,000
  Rp Rp
    ATK 15 klaster 25,000 375,000
               
Full Honor
Asessment Lead Rp1,700,0 Rp
10   Asesor 2 hari 00 3,400,000
  Honor
Asesor Rp1,500,0 Rp
    Anggota 2 hari 00 3,000,000
  Tranport
Tim Asesor
Jakarta-
Bandung Rp Rp
    PP 2 org 800,000 1,600,000
  Uang
Harian (2 Rp Rp
    orang) 2 hari 860,000 1,720,000
  Taxi dalam Rp Rp
    kota 2 hari 800,000 1,600,000
  Honor Rp Rp
    Panitia 5 org 150,000 750,000
  Honor Rp Rp
    Peserta 15 org 100,000 1,500,000
  Transpor
panitia dan Rp Rp
    Peserta 20 org 100,000 2,000,000
  Rp Rp
    Mamin 25 org 60,000 1,500,000
               
11 Witness   Honor 2 hari Rp
(Penyaksian Lead Rp1,700,0 3,400,000
Uji
Kompetensi
dari BNSP) Asesor 00
  Honor
Asesor Rp1,500,0 Rp
    Anggota 2 hari 00 3,000,000
  Tranport
Tim Asesor
Jakarta-
Bandung Rp Rp
    PP 2 org 800,000 1,600,000
  Uang
Harian (2 Rp Rp
    orang) 2 hari 860,000 1,720,000
  Taxi dalam Rp Rp
    kota 2 hari 800,000 1,600,000
  Honor Rp Rp
    Panitia 5 org 150,000 750,000
  Honor Rp Rp
    Peserta 15 org 100,000 1,500,000
  Transpor
panitia dan Rp Rp
    Peserta 20 org 100,000 2,000,000
  Rp Rp
    Mamin 25 org 60,000 1,500,000
Koordinasi
dan Laporan ke BNSP Rp1,500,0 Rp
12   Jakarta 2 keg 00 3,000,000
               
Pendampinga
n oleh Transport Rp Rp
13 Fasilitator   Dalam Kota 2 keg 250,000 500,000
  Transport Rp Rp
    luar kota 2 keg 600,000 1,200,000
  Honor
Pendampin Rp Rp
    g 2 keg 750,000 1,500,000
  Rp Rp
    Akomodasi 2 keg 750,000 1,500,000
Rp
  JUMLAH           133,115,0
00

2.Tim Pendamping dari Forum Ketua LSP Jawa Barat.

Daftar Tim Fasilitator :


No Nama LSP Propinsi
1 SMKN 2 GARUT Jawa Barat
2 SMKN 9 BANDUNG Jawa Barat
3 SMKN 3 SUKABUMI Jawa Barat
4 SMKN 3 BOGOR Jawa Barat
5 SMK WIKRAMA BOGOR Jawa Barat
6 SMKN 7 BANDUNG Jawa Barat
7 SMKN 11 BANDUNG Jawa Barat
8 SMKN 2 CIKARANG BARAT Jawa Barat
9 SMKN 2 SUMEDANG Jawa Barat
10 SMKN 1 CIANJUR Jawa Barat
11 SMKN 2 SUBANG Jawa Barat
12 SMKN 13 BANDUNG Jawa Barat
13 SMKN 2 KOTA CIREBON Jawa Barat
14 SMKN 6 BANDUNG Jawa Barat
15 SMKN 1 SUKABUMI Jawa Barat
16 SMKN 1 KATAPANG Jawa Barat
17 SMKN 2 TASIKMALAYA Jawa Barat
18 SMKN 1 MUNDU CIREBON Jawa Barat
19 SMKN 1 CIBINONG Jawa Barat
20 SMKN 1 LOSARANG INDRAMYU Jawa Barat
21 SMKN 1 MAJALENGKA Jawa Barat
22 SMKN 1 CIMAHI Jawa Barat
23 SMKN 2 DEPOK Jawa Barat
24 SMKN 2 BOGOR Jawa Barat
25 SMKN 8 BANDUNG Jawa Barat
26 SMKN 1 BANDUNG Jawa Barat
27 SMKN 2 KARAWANG Jawa Barat
28 SMKN 1 SUBANG Jawa Barat
29 SMKN 1 KUNINGAN Jawa Barat
30 SMKN 1 LELEA INDRAMAYU Jawa Barat
31 SMKN 2 SUKABUMI Jawa Barat
32 SMKN 3 BANDUNG Jawa Barat
33 SMK PU NEGERI BANDUNG Jawa Barat
34 SMKN 1 PURWAKARTA Jawa Barat
35 SMK BHAKTI KENCANA SUBANG Jawa Barat
36 SMKN 1 CIBATU Jawa Barat
37 SMKN 1 KAWALI Jawa Barat
38 SMK WAHIDIN CIREBON Jawa Barat
39 SMKN 3 CIMAHI Jawa Barat
SMK MITRA INDUSTRI MM2100
40
BEKASI Jawa Barat
SMK ULIL ALBAB KABUPATEN
41
CIREBON Jawa Barat
42 SMK PERTIWI KUNINGAN Jawa Barat
43 SMKN 4 PADALARANG Jawa Barat
44 SMKN 4 SUKABUMI Jawa Barat
45 SMK NURUL ISLAM CIANJUR Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai