Anda di halaman 1dari 63

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala Rahmat dan Karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Studi

Literatur Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Tuberkulosis Paru “.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Kesehatan Makassar Program Studi

Diploma Tiga Keperawatan Makassar.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada H. Muh. Basri, S.Sit, M.Kes selaku pembimbing I dan Hj. Saenab

Dasong, SKM.,M.Kep selaku pembimbing II tak lupa juga penulis mengucapkan

banyak terimah kasih yang setinggi-tingginya atas segala bantuan bimbingan

saran dan dorongan dari :

1. Ir H. Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Makassar.

2. Hj. Harliani, SKp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar.

3. Hj. Hartati, S.Pd, S.Kep, Ns., M.Kes, selaku Ketua Prodi Keperawatan

Makassar Politeknik Kesehatan Makassar yang telah memberikan segala

bentuk masukan maupun arahannya.

4. H. Muh. Basri, S.Sit, M.Kes, dan Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep selaku

dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

vii
masukan – masukan inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Alfi Syahar Yakub, S.Kp, M.Kes, selaku dosen penguji yang dengan cermat

memberikan pengarahan dan koreksi serta masukan – masukan demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Hj. Harliani, SKp.,M.Kes selaku dosen penguji yang dengan cermat

memberikan pengarahan dan koreksi serta masukan-masukan demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

7. Dosen dan staf program studi keperawatan Makassar yang telah sangat berjasa

membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu dan perhatian selama

mengikuti pendidikan.

8. Kedua orang tuaku tercinta dan sembah sujudku kepada Ayahhanda tercinta

Mustafa yang telah berjuang menghidupi keluarga untuk mengumpulkan

materi demi anaknya dibawah terik matahari dengan bercucuran keringat

ayahanda sayang tanpa mengenal panas demi anaknya agar dapat meraih

pendidikan tinggi dan ingin melihat anaknya sukses untuk membahagiakan

keluarga dan orang lain yang membutuhkan, Ibunda tercinta Norma yang

dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah mengasuh dari kecil hingga

sekarang, mendidik, memberikan dorongan moril, maupun material sebagai

sahabat dalam hidup dan tempat mengadu disaat aku sedih bahagia serta

semangat doa yang tulus dan tak henti-hentinya agar penulis menjadi lebih

baik. Serta Adikku Danur Ahyar dan Aditya yang telah banyak memberikan

semangat kepada penulis.

viii
Karena keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Karya Tulis

Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran, dan kritik yang sifatnya membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat.

Makassar, 8 Juli 2020

Penulis

Musdalifah M

ix
ABSTRAK

Studi Literatur Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Tuberkulosis paru.


(Musdalifah M, 2020)

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar. Dibimbing oleh : H. Muh. Basri dan
Hj. Saenab Dasong.

Kata kunci : Oksigenasi, Tuberkulosis paru.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaran ludah
atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita
batuk, butir-butir air ludah berterbangan di udara dan terhisap oleh orang sehat
sehingga masuk kedalam paru-parunya. Tujuan penulisan studi literatur ini adalah
untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
Tuberkulosis. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan
mengumpulkan data berupa data sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur
buku-buku dan hasil penelitian sebelumnya yang mengkaji pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien Tuberculosis Paru. Hasil penelitian dari tiga literatur
menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberculosis
paru dapat terpenuhi jika diberi posisi semi fowler, O2, teknik nafas dalam dan
teknik batuk efektif dalam mengurangi sesak napas pada pasien Tuberkulosis
Paru.

x
ABSTRACT

Literature Study of Fulfiment Of Oxygenation Needs In Pulmonary Tuberculosis


patients.
(Musdalifah M, 2020)
Program Study Diploma of Nursing Departement of Nursing Polytechnic of
Health Ministry pf Health of Makassar. Supervised by : H. Muh. Basri and Hj.
Saenab Dasong.

Keywords : Oxygenation, Pulmonary Tuberculosis

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium


tuberculosis. Transmission of this disease through the delivery of saliva or phlegm
of patients containing pulmonary bacilli at the time of the cough sufferer, grains
of saliva flew in the air and were sucked by healthy people so that it entered his
lungs. The purpose of writing this literature study is to identify the fulfillment of
oxygenation needs in tuberculosis patients. The method used is a literature study
by collecting data in the from the literature of books and the result of oxygenation
needs in pulmonary tuberculosis patients. The results of research from three
literatur shows that the fulfillment of oxygenation needs in pulmonary
tuberculosis patients can be fulfilled well if given the position of semi-fowler, O2,,
deep breathing techniques and cough techniques effective in reducing shortness of
breath in pulmonary tuberculosis patients.

xi
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ........................................................................................... i

SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Studi Literatur .......................................................................... 4

D. Manfaat Studi Literatur ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

1. Pengkajian ................................................................................ 5

2. Diagnosis Keperawatan ............................................................ 8

3. Perencanaan.............................................................................. 8

4. Pelaksanaan .............................................................................. 15

5. Evaluasi .................................................................................... 16

xii
B. Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Tuberkulosisi Paru (TBC)

1. Pengertian................................................................................. 16

2. Proses Terjadinya Gangguan Kebutuhan Oksigenasi pada TB

Paru .......................................................................................... 17

3. Proses Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Dalam Tubuh ............ 18

4. Tanda dan Gejala...................................................................... 18

5. Gangguan Oksigenasi Pada Tuborculosis Paru........................ 19

6. Penatalaksananan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada TB

Paru .......................................................................................... 19

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Jenis penelitian ..................................................................................... 23

B. Fokus studi ........................................................................................... 23

C. Sumber data .......................................................................................... 23

D. Kriteria literatur .................................................................................... 23

E. Metode pengumpulan data ................................................................... 24

F. Analisa data dan penyajian data ........................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil .................................................................................................... 26

B. Pembahasan ......................................................................................... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................... 41

B. Saran ..................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan………………………………………. 9

Tabel 4.1 Sintesis GRID 28

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan


Lampiran 2 : Lembar Proses Bimbingan

xv
DAFTAR SINGKATAN

No Istilah Singkatan dari


1. BE Base Excess
2. BTA Bakteri Tahan Asam
3. CNR Case Notification Rate
4. DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse
Chemotherapy
5. H Hidrogen
6. HCO3 Hidrogen Bicarbonat
7. ICS Intercostals Space
8. ISPA Infeksi Saluran Penafasan Atas
9. NRBM Non Rebreathing Mask
10. OAT Obat Anti TB
11. PaCO2 Tekanan Parsial Carbondioksida
12. PH Potensial Hidrogen
13. PLT Platelet
14. RBC Red Blood Cell
15. WBC White Blood Cell
16. WHO World Health Organization

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit

infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk ( basil ) yang di kenal dengan

nama Mycobacterium Tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui

perantaran ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis

paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah berterbangan di udara

dan terhisap oleh orang sehat sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang

kemudian menyebabkan penyakit Tuberkulosis Paru ( Sholeh S. Naga,

2014).

Berdasarkan WHO Global Tuberculosis Report 2018, diperkirakan

insiden TBC di Indonesia mencapai 842 ribu kasus dengan angka

mortalitas 107 ribu kasus. Jumlah ini membuat Indonesia berada di urutan

ketiga tertinggi untuk kasus Tuberculosis setelah india dan cina.

Indonesia adalah peringkat ke-2 terbanyak pengidap Tuberkulosis

paru di dunia setelah india. Layaknya fenomena “gunug es”, dari hasil

studi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Kemenkes) tahun

2015 di dapatkan bahwahanya 32% kasus TB yang ternotifikasi, yaitu

sekitar 1.000.000 penderita TB barudan 1.600.000 penderita TB yang

diobatiper tahun di Indonesia ada 336 kasus TB dalam 100.000 penduduk.

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang di tularkan lewat udara,

merupakan permasalahan besar dunia kesehatan dan membutuhkan usaha

1
bersama dalam menanggulanginya, karena 1 pasien TB berpotensi

menularkan 10-15 orang di sekitarnya (Salama, 2017).

Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi (seluruh kasus )

penyakit TB paru di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013-2018

berdasarkan diagnosa dokter, pada tahun 2018 terdapat 0,5 % dari

penduduk Sulawesi Selatan terjangkit TB Paru. Dalam hal ini prevalensi

TB Paru di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dibandingkan

dengan tahun 2013 sebesar 0,4 %. Sedangkan target renstra pada tahun

2019 prevalensi TB menjadi 245 per 100.000 penduduk ( Kemenkes,2018)

Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota

Makassar, kasus baru penderita TB Paru BTA ( + ) di Puskesmas dan

Rumah Sakit tahun 2016 yaitu sebanyak 1.874 penderita dari 2.373

perkiraan sasaran sehingga didapatkan Angka Penemuan Kasus Baru

Tuberculosis Paru BTA (+) yaitu 78,97 %. Angka ini meningkat dari tahun

2015 yaitu 1.918 penderita dari 2.600 perkiraan sasaran sehingga

didapatkan Angka Penemuan Kasus Baru Tuberkulosis Paru BTA (+)

yaitu 74,15 %. ( Dinkes Kota Makassar, 2016 ).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses

metabolisme sel tubuh (Bakhtiar, 2015). Oksigen dibutuhkan tubuh untuk

mempertahankan kehidupan fungsi dari sistem pernafasan dan menyuplai

kebutuhan oksigen dalam tubuh, serta seseorang dapat mengalami

gangguan oksigenasi jika proses ekspirasi tidak sempurna, dalam

2
kaitannya dengan ventilasi pulmonary, difusi gas dan tranfortasi gas

(Harmoko, 2015)

Kekurangan oksigen akan berdampak yang bermakna bagi tubuh,

salah satunya adalah sesak napas hingga kematian. Karenanya, berbagai

upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen

tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan

kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu

setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan

oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang

terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan

oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi

tubuh (Bakhtiar, 2015).

Masalah yang sering muncul pada pasien Tuberkulosis Paru yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bersihan

jalan napas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas.

Bersihan jalan nafas yang disebabkan oleh produksi secret yang berlebihan

akibat infeksi Mycobacterium Tuberculosis.

Berdasarkan data di atas maka penulis mengangkat kasus TB ini

dikarenakan melihat dari data penderita TB mengalami peningkatan yang

tinggi sehingga penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Pemenuhan kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien

Tuberkulosis Paru.”

B. Rumusan Masalah

3
Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien

Tuberkulosis Paru ?

C. Tujuan Studi Literatur

Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengidentifikasi

pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien tuberculosis paru.

D. Manfaat Studi Literatur

Studi literatur ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Pengembangan Ilmu Teknologi dan Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi pedoman dan referensi bagi peneliti

selanjutnya dibidang kesehatan khususnya dalam pemenuhan

kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberkulosis Paru.

2. Penulis

Menambah ilmu pengetahuan, khususnya dalam pemenuhan

kebutuhan oksigenasi pada pasien Tuberkulosis Paru dan menambah

wawasan dalam penelitian.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien harus

mencakup data yang dikumpulkan dari berbagai sumber berikut :

a. Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan pasien

dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi. Riwayat keperawatan

meliputi pengkajian adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,

demam, hemoptysis, masalah pernapasan yang lalu, riwayat

merokok, dan penggunaan obat-obatan saat ini.

b. Pemeriksaan Fisik

Menurut Zulkarnain (2018) terdapat langkah pemeriksaan

fisik pada pasien Tuberkulosis paru sebagai berikut :

1) Inspeksi

Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang pasien

dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya

penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior

dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari

TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat

adanya ketidaksimetrian rongga dada, pelebar intercostals space

5
(ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru

membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat

penderitanya mengalami penyempitan intercostals space (ICS)

pada sisi yang sakit. Pada pasien dengan TB paru minimal dan

tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami

perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang

melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya klien

akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi

napas, dan menggunakan otot bantu napas.

2) Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru

tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat

bernapas biasanya normal seimbang antara bagian kanan dan kiri.

Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya

ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru

yang luas.

3) Perkusi

Pada pasien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya

akan didapatkan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.

Pada pasien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti

efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi

yang sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura.

Apabila disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi

6
hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yang

mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.

4) Auskultasi

Pada pasien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan

(ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa

untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana

didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui

stetoskop ketika pasien berbicara disebut sebagai resonan vokal.

Pasien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi

pleura dan pneumopthoraks akan didapatkan penurunan resonan

vocal pada sisi yang sakit.

c. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ardiansyah (2012) pemeriksaan diagnostik pada

pasien Tuberkulosis paru terdiri dari :

1) Pemeriksaan Rontgen Toraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan

adanya suatu lesi dimana terdapat suatu kelaianan pada paru.

2) Pemeriksaan CT-scan

Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan

kasus TB inaktif/stabil yang ditujukkan dengan adanya

gambaran garis-garis fibrotic ireguler, pita oarenkimal,

klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan

7
berkas bronkhovaskular, bronkhiektasis, serta emfisema

perisikal-trisial.

3) Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laju endapan darah (LED). Adanya

peningkatan LED biasanya disebabkan peningkan

immunoglobulin, terutama IgG dan IgA.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis

mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan baik yang

berlangsung actual maupun potensial (PPNI,2017). Adapun

diagnose keperawatan yang muncul pada pasien Tuberkulosis Paru

dengan masalah oksigenasi yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan

sekresi yang tertahan.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi.

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas.

3. Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan

(PPNI,2018).

8
Tabel 4.1 perencanaan keperawatan pada pasien Tuberkulosis paru

meliputi :

Diagnosis Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SDKI) Hasil (SLKI)
1. Bersihan jalan tidak Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif
efektif berhubungan Ekspektasi : Meningkat Observasi
dengan:
Kriteria Hasil 1. Identifikasi kemampuan
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan 1. Batuk efektif batuk
napas meningkat 2. Monitor adanya retensi
3. Disfungsi 2. Produksi sputum sputum
neuromuskuler menurun 3. Monitor adanya tanda dan
4. Benda asing dalam
jalan napas 3. Mengi menurun gejala infeksi saluran napas
5. Adanya jalan napas 4. Wheezing menurun 4. Monitor input dan output
buatan 5. Mekonium (pada cairan (misalnya jumlah
6. Sekresi yang neonatus) menurun dan karakteristik)
tertahan
6. Dispnea menurun Terapeutik
7. Hiperplasia dinding
jalan napas 7. Orthopnea menurun 1. Atur posisi semi fowler
8. Proses infeksi 8. Sulit bicara menurun atau fowler
9. Respon alergi 9. Sianosis menurun 2. Pasang perlak dan bengkok
10. Efek agen 10. Gelisah menurun di pangkuan pasien
farmakologis
(misalnya anastesi) 11. Frekuensi napas 3. Buang sekret pada tembat
11. Merokok aktif membaik sputum
12. Merokok pasif 12. Pola napas membaik Edukasi
13. Terpajan polutan 1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif: 2. Anjurkan tarik napas dalam
1. Batuk tidak efektif melalui hidung selama 4
2. Tidak mampu batuk detik, ditahan selama 2
3. Sputum berlebih detik, kemudian keluarkan
4. Mengi
dari mulut dengan bibir
5. Wheezing dan/atau
ronkhi muncucu (dibulatkan)
6. Mekonium di jalan selama 8 detik
napas (pada 3. Anjurkan mengulangi tarik
neonatus)
napas dalam hingga 3 kali
Gejala dan Tanda Minor 4. Anjurkan batuk dengan
Subjektif: kuat langsung setelah tarik
1. Dispnea napas dalam yang ke-3
2. Sulit bicara Observasi
3. Ortopnea
1. Kolaborasi pemberian
Objektif:
1. Gelisah mukolitik atau
2. Sianosis ekspektoran, jika perlu

9
3. Bunyi napas
menurun I. 01011 Manajemen Jalan
4. Frekuensi napas
Napas
berubah
5. Pola napas berubah Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (misalnya
gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

I.01014 Pemantauan Respirasi

10
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes,
biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

11
2. Gangguan pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
gas berhubungan Ekspektasi : Meningkat Observasi
dengan:
Kriteria Hasil 1. Monitor frekuensi, irama,
1. Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi 1. Tingkat kesadaran kedalaman dan upaya
2. Perubahan meningkat napas
membrane alveolus- 2. Dispnea menurun 2. Monitor pola napas
kapiler 3. Bunyu napas (seperti bradipnea,
Gejala dan Tanda Mayor tambahan menurun takipnea, hiperventilasi,
Subjektif: 4. Pusing menurun kussmaul, cheyne-stokes,
1. Dispnea 5. Penglihatan kabur biot, ataksik)
Objektif: menurun 3. Monitor kemampuan
1. PCO₂
6. Diaforesis menurun batuk efektif
meningkat/menurun
2. PO₂ menurun 7. Gelisah menurun 4. Monitor adanya produksi
3. Takikardia 8. Napas cuping hidung sputum
4. pH arteri menurun 5. Monitor adanya sumbatan
meningkat/menurun 9. PCO₂ membaik jalan napas
5. Bunyi napas
tambahan 10. PO₂ membaik 6. Palpasi kesimetrisan
11. Takikardia membaik ekspansi paru
Gejala dan Tanda Minor 12. pH arteri membaik 7. Auskultasi bunyi napas
Subjektif: 13. sianosis 8. Monitor saturasi oksigen
1. Pusing
14. pola napas membaik 9. Monitor nilai AGD
2. Penglihatan kabur
Objektif: 15. warna kulit membaik 10. Monitor x-ray toraks
1. Sianosis Terapeutik
2. Diaforesis 1. Atur interval pemantauan
3. Gelisah respirasi sesuai kondisi
4. Napas cuping
pasien
hidung
5. Pola napas abnormal 2. Dokumentasikan hasil
(cepat/lambat, pemantauan
regular/ireguler, Edukasi
dalam/dangkal)
1. Jelaskan tujuan dan
6. Warna kulit
abnormal (misalnya prosedur pemantauan
pucat, kebiruan) 2. Informasikan hasil
7. Kesadaran menurun pemantauan, jika perlu

I. 01011 Terapi Oksigen


Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor aliran oksigen
secara periodic dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Monitor efektifitas terapi

12
oksigen (misalnya
oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
2. Pertahankan kepatenan
jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
5. Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
6. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
3. Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan napas
berhubungan dengan : Ekspektasi : Membaik Observasi
1. Depresi pusat Kriteria hasil :

13
pernapasan 1. Ventilasi semenit 1. Monitor pola napas
2. Hambatan meningkat ( frekuensi,
upaya napas ( 2. Kapasitas vital
kedalaman, usaha
mis, nyeri saat meningkat
bernapas, 3. Diameter thoraks napas)
kelemahan otot anterior-posterior 2. Monitor bunyi napas
pernapasan) meningkat tambahan (mis,
3. Deformitas 4. Tekanan ekspirasi gurgling, mengi,
dinding dada meningkat wheezing, ronkhi
4. Deformitas 5. Tekanan inspirasi
kering)
tulang dada meningkat
5. Gangguan 6. Dispnea menurun 3. Monitor sputum
neuromuskular 7. Penggunaan otot (jumlah, warna,
6. Gangguan bantu napas menurun aroma)
neurologis 8. Pemanjangan fase Terapeutik
7. Imaturitas ekspirasi menurun 1. Pertahankan
neurologis 9. Ortopnea menurun
kepatenan jalan
8. Penurunan 10. Pernapasan pursed-tip
energi 11. Pernapasan cuping napas dengan head-
9. Obesitas hidung tilt dan chin-lift
10. Posisi tubuh 12. Frekuensi napas (jaw-thrust jika
yang membaik curiga trauma
menghambat 13. Kedalaman napas servikal)
ekspansi paru membaik
2. Posisikan semi-
11. Sidrom 14. Ekskursi dada
hipoventilasi fowler atau fowler
membaik
12. Kerusakan 3. Berikan minum
inervasi hangat
diafragma 4. Lakukan fisioterapi
(kerusakan dada, jika perlu
saraf C5 ke
5. Lakukan
atas)
13. Cedera pada penghisapan lendir
medula spinalis kurang dari 15 detik
14. Efek agen 6. Lakukan
farmakologis hiperoksigenasi
15. Kecemasan sebelum
penghisapan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : endotrakeal
1. Dispnea 7. Keluarkan sumbatan
Objektif : benda padat dengan
1. Penggunaan forsep McGill
otot bantu 8. Berikan oksigen, jika
pernapasan
perlu
2. Fase ekspirasi
memajang Edukasi
3. Pola nafas 1. Anjurkan asupan
abnormal (mis, cairan 2000 ml/hari,
takipnea, jika tidak
bradipnea, kontraindikasi
hiperventilasi,
2. Ajarkan teknik batuk
kussmaul,
cheyne-stokes) efektif
Kolaborasi

14
Gejala dan Tanda Minor 1. Kolaborasi
Subjektif : pemberian
1. Ortopnea
bronkodilator,
Objektif :
1. Pernapasan ekspektoran,
pursed-lip mukolitik, jika perlu.
2. Pernapasan
cuping hidung
3. Diameter
thoraks
anterior-
posterior
meningkat
4. Ventilasi
semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan
ekspresi
menurun
7. Tekanan
inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Triyana (2013) implementasi serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik,

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapakan. Implementasi

keperawatan yang diberikan kepada pasien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari.

15
5. Evaluasi

Menurut Herdian (2016) evaluasi adalah proses keperawatan yang

mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan

klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mempunyai tiga alternative

dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai (1) tujuan tercapai jika

klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah

ditentukan, (2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses

pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian

kriteria yang telah ditetapkan, (3) Tujuan tidak tercapai jika klien

hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama

sekali serta dapat timbul masalah baru.

B. Oksigenasi Pada Tuberkulosis Paru

1. Pengertian Oksigen

Kebutuhan oksigen merupakaan kebutuhan dasar manusia yang

sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel tubuh secara terus

menerus (Mubarak& Chayatin, 2014).

2. Proses Terjadinya Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada TB

Paru

Gangguan oksigen pada penyakit paru yang disebabkan oleh

mycobacterium Tuberculosis masuk kedalam saluran pernapasan.

Kebanyakan infeksi tuberculosis paru terjadi melalui inhalasi droplet

yang mengandung kuman-kuman tuberkel yang berasal dari orang

yang terinfeksi. Basil tuberkel ini menimbulkan reaksi peradangan

16
pada saluran pernapasan dan menyebabkan gangguan pernapsan pada

tuberculosis paru.

3. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh

Menurut Hidayat dan Uliyah (2012) dalam proses pemenuhan

kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdapat tiga tahapan yakni :

a. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau alveoli ke atmosfer. Dalam proses

ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya

diantaranya perbedaan tekanan atmosfer dengan paru, kemampuan

thorak dan paru, jalan napas, reflek batuk dan muntah, peran mucus

ciliaris.

b. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan

kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses

pertukaran ini terdapat beberapa factor yang dapat

mempengaruhinya diantaranya, pertama luasnya permukaan paru,

kedua tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri dari

epitel alveoli dan interstitial keduanya ini dapat mempengaruhi

proses difusi apabila terjadi penebalan, ketiga perbedaan tekanan

dan konsentrasi O2 hal ini terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke

dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih

tinggi dari tekanan O2 dalam darah arteri pulmonalis (masuk dalam

17
darah secara berdifusi) dan PCO2 dalam arteri pulmonalis juga

akan berdifusi ke dalam alveoli, keempat afinitas gas yaitu

kemampuan untuk menembus dang saling mengikat Hb.

c. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan transpotasi antar O2 kapiler ke

jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2 akan

berkaitan dengan Hb membentuk Oxyhemoglobin (97%) dan larut

dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan

berkaitan dengan Hb membentuk carbominohemoglobine (30%),

dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3

berada dalam darah (65%).

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala yang sering muncul pada gangguan

pernafasan adalah batuk yang tidak spesifik. Keluhan yang muncul

adalah :

1. Batuk, gejala batuk timbul paling dini dan merupakan

gangguan yang paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk

ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok.

Proses ini menyebabkan secret yang akan bertumpuk.

2. Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit TB

Paru yang sudah lanjut, dimana infiltrsai radang sampai ke

pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

3. Terjadi demam

18
4. Pada penderita TB paru terjadinya sesak nafas karena

adanya kerusakan parenkim paru yang sudah meluas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

anemia dan lain-lain (Ardiansyah, 2012).

5. Gangguan oksigen pada Tuberkulosis paru

a. Hiperventilasi adalah peningkatan jumlah udara yang memasuki

paru. Kondisi ini tejadi saat kecepatan ventilasi melebihi

kebutuhan metabolic untuk pembuangan CO2. Biasanya,

hiperventilasi disebabkan oleh asidosis, infeksi, dan kecemasan.

Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan alkalosis akibat

pengeluaran CO2 yang berlebihan (Mubarak&Chayatin, 2014).

b. Hipoventilasi adalah penurunan jumlah udara yang memasuki

paru-paru. Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat

untuk memenuhi kebutuhan metabolic untuk penyaluran O2 dan

pembuangan CO2. Biasanya ini disebabakan oleh penyakit otot

pernafasan, obat-obatan, anastesia (Iqbal &Chayatin, 2014).

c. Hipoksia merupakan kondisi kurangnya kebutuhan oksigen dalam

tubuh atau tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen

dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan

penggunaan oksigen dalam tingkat sel, seperti terjadi kebiruan

(sianosis).

6. Penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan oksigen pada

Tuberkulosis paru

19
a. Pengaturan posisi semi fowler

Pemberian posisi semi fowler pada pasien Tuberkulosis paru

dapat efektif mengurangi sesak nafas pasien Tuberkulosis paru.

Pengaturan posisi yang tepat dan nyaman pada pasien adalah

sangat penting terutama pasien yang mengalami sesak napas, posisi

semi fowler menunjukkan bahwa posisi semi fowler lebih nyaman

dan lebih mudah dipahami oleh pasien (Zahroh &Susanto, 2017)

b. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan

dengan cara memberikan oksigen kedalam paru melalui pernapasan

dengan menggunkan alat bantu oksigen (Hidayat dan Uliyah,2012).

Dalam memenuhi kebutuhan oksigen ada beberapa cara yang dapat

dilakukan yaitu :

1. Kanula nasal

Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana untuk pemberian

oksigen kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit dengan

konsentrasi oksigen 24%-44%.

2) Sungkup muka sederhana

Sungkup muka sederhana merupakan pemberia oksigen untuk

konsentrasi oksigen rendah sampai sedang, dengan aliran 5-8

liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%.

3) Sungkup muka dengan kantong rebreathing

20
Sungkup muka dengan kantong rebreathing merupakan

pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 36-60%

dengan aliran 6-15 liter/menit, serta dapat meningkatkan nilai

PaCO2.

4) Sungkup dengan kantong non rebreathing

Sungkup dengan kantong non rebreathing merupakan

pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi

mencapai 90% dengan aliran 6-15 liter/menit dengan prinsip

udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara

ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau

lebih katup.

c. Inhalasi Uap

Inhalasi uap dengan obat/tanpa obat adalah menghidup uap

dengan/tanpa obat melalui pernafasan bagian atas, bertujuan untuk

mengencerkan secret dan mudah untuk dikeluarkan, pernafasan

menjadi lebih lega, selaput lender pada saluran nafas menjadi tetap

lembab dan mengobati peradangan pada saluran pernafasan bagian

atas (Sucianti, 2014)

d. Teknik relaksasi nafas

Teknik relaksasi nafas dalam adalah tindakan keperawatan

dengan mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan

nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

bagaimana cara menghembuskan secara perlahan, teknik ini dapat

21
memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas,

mecengah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk serta dapat

digunkan untuk mengurangi stress (Hidayat dan Uliyah,2012).

e. Teknik batuk efektif

Teknik batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien

yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan

untuk memebersihkan laring, trakea dan bronchioles dari secret

atau benda asing di jalan nafas (Hidayat &Uliyah, 2012).

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi literatur. Penelitian studi

literatur adalah sebuah proses atau aktivitas mengumpulkan data dari

berbagai literatur seperti buku dan jurnal untuk membandingkan hasil-

hasil penelitian yang satu dengan yang lain. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mendapatkan landasan teori yang bisa mendukung pemecahan

masalah yang sedang diteliti dan mengungkapkan berbagai teori-teori yang

relevan dengan kasus yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien Tuberkulosis Paru.

B. Fokus Studi

Fokus studi literatur pada penelitian adalah penerapan prosedur

pemenuhan kebutuhan Oksigenasi pada pasien Tuberkulosis paru.

C. Sumber Data

Sumber data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa

buku, catatan,bukti yang telah ada atau arsip baik yang dipublikasikan

maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

D. Kriteria Literatur

Kriteria literatur pada pasien tuberkulosis paru yang mengalami

gangguan kebutuhan oksigenasi dengan kriteria :

1) Kriteria Inklusi :

23
a) Jurnal yang dipublikasikan pada tahun 2015-2020

b) Dipublikasikan pada jurnal terakreditasi ( Sinta, Scopus, Dian )

2) Kriteria Ekslusi :

Artikel literatur review

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dengan

cara melakukan penelusuran hasil publikasi ilmiah rentang tahun 2015-

2020 dengan menggunakan google scholar. Hasil penelusuran kemudian

dianalisis dan disimpulkan.

F. Analisa Data dan Penyajian Data

Penyajian data untuk studi literatur disajikan secara tekstural/narasi

dan dibuat dalam sintesis GRID.

Analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diimplementasikan yang bertujuan agar informasi

data akan menjadi lebih jelas. Analisa data dalam dalam penelitian ini

menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu merangkum sekumpulan

data dalam memberikan informasi yang disajikan dalam bentuk table.

Tahapan analisa data yaitu:

1. Data Colettion ( Pengumpulan Data )

Data yang didapatkan dari hasil penelusuran menggunakan internet

pada google scholar dengan kata kunci tuberculosis paru, askep

kebutuhan oksigenasi didapatkan 3 jurnal. 3 jurnal tersebut

24
kemudian dikumpulkan menjadi satu buah folder dan diurutkan agar

mempermudah dalam menganalisis.

2. Data Reduction ( Reduksi Data )

Reduksi data merupakan proses pemfokusan, penyederhanaan, dan

abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan membuat ringkasan

uraian singkat, menggolongkan ke dalam pola-pola dengan membuat

table penelitian untuk mempertegas, membuang yang tidak penting,

dan mempermudah mengambil kesimpulan.

3. Data Display (Penyajian Data )

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun sehingga

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan agar sajian data tidak menyimpang dari pokok

permasalahan. Penelitian studi literatur ini disajikan secara

tekstural/narasi dan dibuat sistesi GRID yang berisikan peneliti

(tahun) dan judul, tujuan penelitian, desain penelitian, responden,

pengumpulan data, serta hasil penelitian.

4. Conclusions/Verifying ( Penarikan Kesimpulan )

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna, keteraturan pola-pola penjelasan. Kesimpulan di analisa

adalah isi dari jurnal yang tersurat, tampak, bukan dari makna yang

dirasakan oleh peneliti guna menjawab jawaban dari rumusan

masalah dan tujuan penelitian.

25
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Studi literatur ini melalui penelusuran hasil publikasi ilmiah

dengan rentang tahun 2015-2020 dengan menggunakan Google Scholar.

Key word yang digunakan adalah Tuberkulosis Paru, askep pemenuhan

kebutuhan oksigenasi. Berdasarkan hasil pencarian menggunakan google

scholar didapatkan beberapa artikel, namun peneliti fokus pada 3 artikel

yang memenuhi kriteria inklusi.

Penelitian oleh Muhaimin Saranani, Dian Yuniar Syanti Rahayu,

dan Ketrin (2019) , dengan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien

Tuberkulosis Paru di RSUD Kota Kendari. Pengkajian pada Ny. R yang

dilakukan pada tanggal 4 Mei 2019 dengan melakukan wawancara pada

keluarga dan pasien, observasi pemeriksaan fisik pada pasien. Data

subjektif yaitu pasien mengatakan batuk darah, sesak dan nyeri dada saat

batuk. Data objektif yaitu keadaan umum pasien lemah, kesadaran

composmentis, pada auskultasi terdapat suara napas tambahan ronchi,

pernapasan irreguler, dengan frekuensi napas 28 x/menit, suhu badan 37 C

dan frekuensi nadi 70 x/menit. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan

yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus

berlebihan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam didapatkan

hasil: pasien tidak mengalami sesak, pernapasan 20 kali/menit, suara napas

26
tambahan tidak ada dan pasien mampu melakukan batuk efektif tanpa

bantuan instruksi perawat.

Penelitian oleh Reza Novita Anggraeni, Wisoedhanie Widi

Anugrahanti, dan Wibowo (2019), dengan Asuhan Pada Klien Dewasa

TBC dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di RS. Panti

Waluya Sawahan Malang. Didapatkan data pada klien 1 dengan keluhan

batuk berdahak dan tidak bisa dikeluarkan, batuk +_ 2 bulan, mengalami

penurunan nafsu makan dan demam sejak lama, terdapat pernapasan

cuping hidung, suara napas ronchi pada lapang kiri dan kanan. Pada klien

2 dengan keluhan batuk berdahak dan dahak susah dikeluarkan disertai

dengan darah. Klien mengatakan memiliki riwayat TBC pada tahun 2003.

Menurut penelitian pada klien 1 dan klien 2 ditetapkan diagnose

keperawatan yang sama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas ditandai dengan batuk tidak

efektif dan sputum berlebih disertai dengan suara nafas tambahan ronchi.

Penelitian oleh Deni Susyanti, Mompang Tua Parlagutan, dan

Susiana Marbun (2018), dengan Pemenuhan Bersihan Jalan Nafas Pada

Pasien TB Paru di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. Keluhan utama

pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak. Diagnosa keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

kental. Adapun hasil yang didapatkan dari responden pada pasien TB paru

yaitu pemenuhan bersihan jalan nafas terpenuhi namun waktunya yang

berbeda karena beda usia dari kedua responden.

27
TABEL 4.1 SINTESIS GRID

Peneliti (tahun) Tujuan Penelitian Desain Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
No dan Judul Penelitian
Muhaimin Bertujuan untuk Peneliti ini Responden yaitu Pengumpulan data Hasil penelitian :
1 Saranani, Dian melaksanakan menggunakan pasien dilakukan dengan Pengkajian, pada tanggal 4
Yuniar Syanti asuhan penelitian Tuberculosis Paru wawancara dan Mei 2019 pukul 08.00 WITA,
Rahayu, dan keperawatan pada deskriptif yaitu yang mengalami observasi. dengan melakukan
Ketrin (2019), pasien tuberculosis dengan studi masalah wawancara pada keluarga dan
Asuhan paru dalam kasus pemenuhan pasien, Hasil pengkajian
Keperawatan pemenuhan kebutuhan didapatkan Data subjektif
pada pasien kebutuhan oksigenasi. yaitu pasien mengatakan
Tuberkulosis Paru oksigenasi di batuk darah, sesak dan nyeri
dalam Ruang Lavender dada saat batuk. Data objektif
Pemenuhan RSUD Kota yaitu keadaan umum pasien
Kebutuhan Kendari lemah, kesadaran
Oksigenasi. composmentis, pada
auskultasi terdapat suara
napas tambahan ronchi,
pernapasan irreguler, dengan
frekuensi napas 28 x/menit,
suhu badan 37 C dan
frekuensi nadi 70 x/menit.
Diagnosa keperawatan yaitu
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan mucus berlebihan.

28
Data yang menunjang
diagnosa keperawatan
tersebut adalah pasien batuk
darah, ada suara nafas
tambahan dan sesak dengan
frekuensi nafas 28 x/menit.
Intervensi keperawatan yang
direncanakan adalah monitor
status pernapasan dan
oksigen, posisikan pasien
semifowler untuk
memaksimalkan ventilasi,
auskultasi suara nafas dan
adanya suara nafas tambahan
serta latih pasien untuk batuk
efektif.
Implementasi keperawatan
yang diberikan adalah
memonitor status pernapasan
dan oksigen, memberikan
posisi semi fowler,
mengauskultasi suara nafas
tambahan serta melatih pasien
untuk batuk efektif.
Evaluasi keperawatan dari
pemberian tindakan selama 3
hari dari tanggal 4 Mei
sampai 6 Mei 2019. Dari

29
evaluasi tersebut
memperlihatkan pasien tidak
mengalami sesak, pernapasan
20 x/menit, suara napas
tambahan tidak ada dan
pasien mampu melakukan
batuk efektif tanpa bantuan
instruksi perawat.

Resa Novita Tujuan dari Penelitian ini Responden pada Pengumpulan data Hasil studi kasus :
2 Anggraeni, penelitian ini untuk menggunakan 2 klien yang sejak tanggal 18 Pengkajian, pada tangal 18
Wisoedhanie melaksanakan metode studi mengalami Maret s.d 28 Mei Maret 2019, pada klien 1
Widi Asuhan kasus pada 2 masalah 2019 dilakukan didapatkan data klien masuk
Anugrahanti, dan Keperawatan pada klien yang ketidakefektifan dengan cara rumah sakit pada 17 maret
Wibowo (2019), klien dewasa TBC mengalami bersihan jalan observasi dan 2019, dengan keluhan batuk
Asuhan Pada dengan masalah masalah nafas. wawancara berdahak dan dahak tidak bisa
Klien Dewasa TB Ketidakkefektifan ketidakefektifan dikeluarkan batuk +-2 bulan,
Dengan Masalah bersihan Jalan bersihan jalan mengalami penurunan nafsu
Ketidakefektifan Nafas di Rumah nafas makan dan demam sejak
Bersihan Jalan Sakit Panti Waluya lama, terdapat pernafasan
Nafas Di RS Panti Malang cuping hidung, suara nafas
Waluya Sawahan ronchi pada lapang paru kiri
Malang dan kanan.
Pengkajian, pada tanggal 28
Mei 2019, pada klien 2
didapatkan data klien masuk
rumah sakit pada tanggal 27
Mei 2019 dengan keluhan

30
batuk berdahak dan susah
dikeluarkan disertai dengan
darah. Klien mengatakan
memiliki riwayat TBC pada
tahun 2003. Terdapat suara
nafas tambahan ronchi pada
lapang paru kanan bawah.
Diagnosa keperawatan yang
ditetapkan yaitu
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan hipersekresi jalan
nafas ditandai dengan batuk
efektif dan sputum berlebih
disertai dengan suara napas
tambahan ronchi.
Intervensi keperawatan yang
akan dilakukan pada klien 1
(1) Kaji pernapasan (2)
berikan posisi semi fowler,
(3) anjurkan intake cairan
adekuat 2500 L/hari, (4)
berikan minum hangat (5)
Ajarkan teknik napas dalam
dan batuk efektif (6)
Kolaborasi pemberian obat
indikasi OAT.
Pada klien 2 lebih dianjurkan

31
untuk lebih banyak minum
hangat dan intake cairan
+2500 cc/hari untuk
membantu proses
pengenceran dahak.
Tindakan keperawatan,
peneliti memberikan
implementasi sesuai dengan
rencana keperawatan yang
telah ditetapkan, yaitu pada
klien 1, mengkaji pernapasan,
memberikan posisi semi
fowler, menganjurkan intake
cairan adekuat 2500 L/ hari,
memberikan minum hangat,
mengajarkan teknik nafas
dalam dan batuk efektif dan
kolaborasi pemberian obay
indikasi OAT. sedangkan
pada klien 2 tidak dapat
dilakukan karena batuk yang
disertai darah, pada klien 2
lebih dianjurkan untuk
memperbanyak minum +
2500 Ml/hari untuk
membantu mengencerkan
dahak.
Evaluasi keperawatan Pada

32
klien 1 dan 2 dengan masalah
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat teratasi
sebagian sesuai dengan
kriteria hasil yang ditentukan
terbukti pada saat
implementasi hari ke-2
dahak mampu dikeluarkan,
tetapi saat dilakukan
auskultasi masih terdengar
suara napas tambahan yaitu
ronchi.
Deni Susyanti, Tujuan untuk Penelitian ini Responden yaitu Pengumpulan data Hasil penelitian :
3 Mompang Tua mengetahui adalah pada pasien TB diambil dari Pengkajian, pada tanggal 11
Parlagutan, dan gambaran Deskriptif Paru yang Rumah Sakit TK II Juli 2018, pada kasus 1
Susiana Marbun pemenuhan dengan memiliki masalah Putri Hijau dengan mengatakan sesak napas dan
(2018) bersihan jalan rancangan studi dalam menggunakan batuk berdahak serta riwayat
Pemenuhan nafas pada pasien kasus. pemenuhan instrument studi sakit sebelumnya adalah
Bersihan Jalan Tuberkulosis Paru bersihan jalan kasus yang tuberculosis paru + 1 tahun
Nafas pada pasien di Rumah Sakit TK nafas meliputi data yang lalu. Hasil observasi (
TB Paru Di II Hijau. primer dan data pemeriksaan fisik ) keadaan
Rumah Sakit TK sekunder. umum lemah, kesadran
II Putri Hijau composmentis, posisi pasien
head up 400 dan posisi semi
fowler, terpasang infus RL 20
gtt/m, terpasang oksigen
nasal kanul 3 L/m, bentuk
thorak : simetris, pergerakan

33
pernapasan : thorakal
abdominal, pola nafas :
irregular, RR : 26 x/m, vocal
premitus : tidak merata pada
kedua lapangan paru, perkusi
lapangan paru : resonan,
suara abnormal paru : ada
ronchi, batuk : ada, klien
mengatakan batuk berdahak
+- 1 bulan yang lalu.
Pengkajian pada tangal 18
Juli 2018 pada kasus 2
mengatakan sesak napas,
batuk berdahak, dan
bercampur darah serta
riwayat sakit sebelumnya
adalah Tuberculosis paru + 1
tahun yang lalu. Hasil
observasi (pemeriksaan fisik)
keadaan umum klien lemah,
kesadaran composmentis,
posisi pasien head up 300 dan
posisi semi fowler, terpasang
infus RL 20 gtt/m, terpasang
oksigen nasal kanul 2 L/m,
bentuk thorak : simetris,
pergerakan pernapasan :
thorakal abdominal, pola

34
nafas : irregular, RR : 28 x/m,
vocal premitus : tidak merata
pada kedua lapangan paru,
perkusi lapangan paru :
resonan, suara abnormal paru
: ada ronchi, batuk : ada,
klien mengatakan batuk
berdahak +- 1,5 bulan dan
disertai sesak nafas dan
bercampur darah.
Diagnosa keperawatan pada
kasus 1 dan kasus 2 yaitu
bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret kental
atau berdarah. Dimana data
yang yang digunakan dalam
menegakkan diagnosa
keperawatan lebih difokuskan
pada pemeriksaan frekuensi
pernapasan dan pemberian
oksigen melalui nasal kanul
yang ditandai dengan adanya
sesak saat bernapas, bunyi
nafas, kecepatan pernapasan,
irama dan kedalaman, serta
adanya suara ronkhi.
Intervensi keperawatan

35
adalah mengkaji frekuensi
pernapasan,kedalaman
pernafasan,dorong
pengeluaran sputum, irama
dan kedalaman, auskultasi
bunyi napas, tinggikan kepala
tempat tidur, awasi tanda-
tanda vital, beri oksigen
tambahan.
Implementasi keperawatan
dialkukan sesuai dengan
rencana tindakan yaitu
mengkaji frekuensi
pernapasan, kedalaman
pernapasan, dorong
pengeluaran sputum, irama
dan kedalaman,
mengauskultasi bunyi napas,
meninggikan kepala tempat
tidur, mengawasi tanda-tanda
vital, memberi oksigen
tambahan.
Evaluasi antara kedua
partisipan didapatkan hasil
yang berbeda. Pada kasus I
didapatkan pada perawatan
hari ke 3 tidak mengalami
sesak nafas dengan RR : 24

36
x/m, tidak terdengar sura
ronchi, dan menggunakan
oksigen apabila sesak saja.
sedangkan pada kasus 2 pada
perawatan hari ke 3 sudah
tidak menggunakan oksigen
dan RR : 23 x/m.

37
B. Pembahasan

Menurut penelitian Muhaimin Saranani, Dian Yuniar Syanti

Rahayu, dan Ketrin (2019), telah melakukan penelitian yang Bertujuan

untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis paru

dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Ruang Lavender RSUD Kota

Kendari Peneliti ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan studi

kasus. Responden yaitu pasien Tuberculosis Paru yang mengalami

masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara dan observasi.

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor status

pernapasan dan oksigen, memberikan posisi semi fowler, mengauskultasi

suara nafas tambahan serta melatih pasien untuk batuk efektif.

Kemudian penelitian menurut Resa Novita Anggraeni,

Wisoedhanie Widi Anugrahanti, dan Wibowo (2019), telah melakukan

penelitian ini untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien

dewasa TBC dengan masalah Ketidakkefektifan bersihan Jalan Nafas di

Rumah Sakit Panti Waluya Malang, penelitian ini menggunakan studi

kasus pada 2 klien yang mengalami masalah ketidakefektifan bersihan

jalan nafas. Penelitian ini menggunakan 2 klien yang mengalami masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pengumpulan data sejak tanggal 18

Maret s.d 28 Mei 2019 dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.

Tindakan keperawatan yaitu pada klien 1, mengkaji pernapasan,

memberikan posisi semi fowler, menganjurkan intake cairan adekuat 2500

38
L/ hari, memberikan minum hangat, mengajarkan teknik nafas dalam dan

batuk efektif dan kolaborasi pemberian obat indikasi OAT. sedangkan

pada klien 2 tidak dapat dilakukan karena batuk yang disertai darah, pada

klien 2 lebih dianjurkan untuk memperbanyak minum + 2500 Ml/hari

untuk membantu mengencerkan dahak.

Selain itu penelitian oleh Deni Susyanti, Mompang Tua Parlagutan,

dan Susiana Marbun (2018), telah melakukan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran pemenuhan bersihan jalan nafas pada pasien

Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit TK II Hijau. Penelitian ini adalah

Deskriptif dengan rancangan studi kasus. Responden yaitu pada pasien TB

Paru yang memiliki masalah dalam pemenuhan bersihan jalan nafas

Pengumpulan data diambil dari Rumah Sakit TK II Putri Hijau dengan

menggunakan instrument studi kasus yang meliputi data primer dan data

sekunder.

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengkaji frekuensi

pernapasan, kedalaman pernapasan, dorong pengeluaran sputum, irama

dan kedalaman, mengauskultasi bunyi napas, meninggikan kepala tempat

tidur, mengawasi tanda-tanda vital, memberi oksigen tambahan.

Pada pembahasan ini hasil studi literatur dari ketiga jurnal yang

berbeda. Peneliti berasumsi bahwa hasil studi literatur dari ketiga jurnal

didapatkan bahwa antara konsep dasar teori maupun penelitian terdahulu,

peneliti menemukan intervensi yaitu mengkaji pernapasan, observasi TTV,

atur posisi pasien dengan dengan posisi semi fowler. Pengaturan posisi

39
semi fowler pada pasien Tuberkulosis Paru untuk memaksimalkan

ventilasi udara, Pengaturan posisi yang tepat dan nyaman pada pasien

sangat penting terutama pasien yang mengalami sesak napas (Zahroh dan

Susanto, 2017). Ajarkan teknik batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

yang menumpuk dan menyumbat jalan napas. Teknik batuk efektif

merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memilki kemampuan

batuk secar efektif dengan tujuan untuk memberikan laring, trakea dan

bronchiolis dari secret atau benda asing dijalan napas (Hidayat dan Uliyah,

2012 ). Berikan terapi O2 agar pasokan dalam oksigen dalam tubuh tetap

terpenuhi. Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan

cara memberikan oksigen kedalam paru melalui pernapasan dengan

menggunakan alat bantu oksigen ( Hidayat dan Uliyah, 2012). Ajarkan

teknik relaksasi napas dalam karena dengan melakukan latihan napas

dalam dapat melebarkan paru sehingga meningkatkan pertukaran gas.

Teknik relaksasi napas dalam adalah tindakan keperawatan dengan

mengajarakan pasien bagaimana cara melakukan napas dalam, nafas

lambat dan bagaimana cara menghembuskan secara perlahan ( Hidayat dan

Uliyah, 2012). Dan Pada pasien batuk bercampur darah tidak dapat

dilakukan batuk efektif, lebih dianjurkan untuk memperbanyak minum

untuk membantu mengencerkan dahak.

40
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien Tuberkulosis Paru yaitu : mengkaji pernapasan,

observasi tanda-tanda vital, memberikan posisi semi fowler, berikan terapi

O2, mengajarkan teknik batuk efektif, mengajarkan teknik relaksasi napas,

mengauskultasi bunyi nafas dan Menganjurkan pasien untuk minum air

hangat.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Lanjutan

Bagi penelitian studi literature selanjutnya, mempersiapakan literature

lebih memadai dan bervariasi agar topic yang diangkat dapat dibahas

lebih mendalam. Serta peneliti menyiapakan kondisi fisik dan mental

dalam melakukan pengerjaan studi literature karena menghabiskan waktu

lama di depan monitor, terutama menjaga kesehatan mata.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam

kegiatan pembelajaran terutama mengenai pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien tuberkulosis paru.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva


Press.

Bachtiar, A. Hidayah, N. & Ajeng, A. (2015). Pelaksanaan Pemberian Terapi


Oksigen pada Pasien Gangguan Sistem Pernafasan. Jurnal Keperawatan
Terapan. Volume 1, No.2

Anggraeni, R. N., Anugrahanti, W.W., & Wibowo. (2019). Asuhan Pada Klien
Dewasa TBC Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di
RS Panti Waluya Sawahan Malang.
Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2016). Profil Kesehatan Indonesia (online).
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2016.pdf.

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. (2018). Profil Kesehatan Sulawesi Selatan


(online).
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI2015/27_Sulsel_2018.pdf.
Herdian. (2016). Teknik Penyusunan Askep (online).
http://dosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp
content/uploads/sites/19/2016/02/jhptump-a-dhianwahyu-879-2-babii-1.pdf
Hidayat, A. A., & Uliyah. M. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya : Health Books Publishing.
Hidayat, A. A., & Uliyah. M. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya :
Health Books Publishing.
ISO. (2012). ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat Volume 46. Jakarta :
PT.ISFI
Juliardiansyah. (2013). Askep Kebutuhan Oksigenasi (online).
http://juliardisyah.blogspot.co.id/2013/11/askep-kebutuhan-
oksigenasi_16.html.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.
Mubarak, W. I. & Chayatin, N. (2014). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. (2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardivaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Mulyadiali, M. dkk. (2016). Aspek Hukum Penyelenggaraan Praktik Kedokteran:
Suatu Tinjauan Berdasarkan Undang-Undang No. 9/2004 Tentang
Praktik Kedokteran (online).
http://digilib.unila.ac.id/10574/16/BAB%20II.pdf.
Naga, Sholeh. S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
Yogyakarta: DIVA Press.
Roro. (2016). Jenis dan Manfaat Obat-Obat Mukolitik (online).

42
http: //diglib.roro.ac.id/2075/16/Manfaat.pdf.
Saminan. (2013). Pertukaran O2 dan CO2 dalam Sel (online).
Salama, Ngabila (2017). Indonesia Darurat Tuberkulosis (Online).
http://dinkes. Jakarta.go.id/Indonesia-darurat-tuberkulosis/.
Suciati, D. K. (2014). Ilmu Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Upaya penanganan gangguan bersihan jalan nafas pada pasien
tuberculosis di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro(online).(2016).
http://eprints.ums.ac.id/44553/6/NASKAH%20WIWIB%20FIXS.pdf.
Saranani, M., RH, D. Y., & Ketrin. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Pada Pasien Tuberculosis Paru.
Susyanti, D., Parlagutan, M. T., & Marbun, S. (2018). Pemenuhan Bersihan Jalan
Nafas Pada Pasien TB Paru Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Triyana, Y. F. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan. Yogyakarta : D-Medika
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1. Yogyakarta : Nuha Medika.
Zulkarnain.(2018). ASUHAN KEPERWATAN (ASKEP) TB PARU (online).
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35527-
Kep%20Respirasi-Askep%20TB%20Paru.html#popup.
Zahroh, R. & Susanto, R. S. (2017). Efektifitas Posisi Semi Fowler dan Posisi
Orthopnea terhadap Penurunan Sesak Napas Pasien TB Paru. Jouenal of
Ners Community, 8(1), 37-44.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/284

43

Anda mungkin juga menyukai