Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Studi
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam
kepada H. Muh. Basri, S.Sit, M.Kes selaku pembimbing I dan Hj. Saenab
Kesehatan Makassar.
3. Hj. Hartati, S.Pd, S.Kep, Ns., M.Kes, selaku Ketua Prodi Keperawatan
4. H. Muh. Basri, S.Sit, M.Kes, dan Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep selaku
vii
masukan – masukan inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
5. Alfi Syahar Yakub, S.Kp, M.Kes, selaku dosen penguji yang dengan cermat
7. Dosen dan staf program studi keperawatan Makassar yang telah sangat berjasa
mengikuti pendidikan.
8. Kedua orang tuaku tercinta dan sembah sujudku kepada Ayahhanda tercinta
ayahanda sayang tanpa mengenal panas demi anaknya agar dapat meraih
keluarga dan orang lain yang membutuhkan, Ibunda tercinta Norma yang
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah mengasuh dari kecil hingga
sahabat dalam hidup dan tempat mengadu disaat aku sedih bahagia serta
semangat doa yang tulus dan tak henti-hentinya agar penulis menjadi lebih
baik. Serta Adikku Danur Ahyar dan Aditya yang telah banyak memberikan
viii
Karena keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran, dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat.
Penulis
Musdalifah M
ix
ABSTRAK
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengkajian ................................................................................ 5
3. Perencanaan.............................................................................. 8
4. Pelaksanaan .............................................................................. 15
5. Evaluasi .................................................................................... 16
xii
B. Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Tuberkulosisi Paru (TBC)
1. Pengertian................................................................................. 16
Paru .......................................................................................... 17
Paru .......................................................................................... 19
B. Pembahasan ......................................................................................... 38
B. Saran ..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah berterbangan di udara
dan terhisap oleh orang sehat sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang
2014).
mortalitas 107 ribu kasus. Jumlah ini membuat Indonesia berada di urutan
paru di dunia setelah india. Layaknya fenomena “gunug es”, dari hasil
1
bersama dalam menanggulanginya, karena 1 pasien TB berpotensi
dengan tahun 2013 sebesar 0,4 %. Sedangkan target renstra pada tahun
Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota
Rumah Sakit tahun 2016 yaitu sebanyak 1.874 penderita dari 2.373
Tuberculosis Paru BTA (+) yaitu 78,97 %. Angka ini meningkat dari tahun
2
kaitannya dengan ventilasi pulmonary, difusi gas dan tranfortasi gas
(Harmoko, 2015)
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
jalan napas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas.
Bersihan jalan nafas yang disebabkan oleh produksi secret yang berlebihan
Tuberkulosis Paru.”
B. Rumusan Masalah
3
Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
Tuberkulosis Paru ?
2. Penulis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
5
(ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru
pada sisi yang sakit. Pada pasien dengan TB paru minimal dan
2) Palpasi
yang luas.
3) Perkusi
efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi
6
hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yang
4) Auskultasi
c. Pemeriksaan Diagnostik
2) Pemeriksaan CT-scan
7
berkas bronkhovaskular, bronkhiektasis, serta emfisema
perisikal-trisial.
3) Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosis Keperawatan
ventilasi-perfusi.
napas.
3. Perencanaan Keperawatan
(PPNI,2018).
8
Tabel 4.1 perencanaan keperawatan pada pasien Tuberkulosis paru
meliputi :
9
3. Bunyi napas
menurun I. 01011 Manajemen Jalan
4. Frekuensi napas
Napas
berubah
5. Pola napas berubah Observasi
1. Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan (misalnya
gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
10
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes,
biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
11
2. Gangguan pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
gas berhubungan Ekspektasi : Meningkat Observasi
dengan:
Kriteria Hasil 1. Monitor frekuensi, irama,
1. Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi 1. Tingkat kesadaran kedalaman dan upaya
2. Perubahan meningkat napas
membrane alveolus- 2. Dispnea menurun 2. Monitor pola napas
kapiler 3. Bunyu napas (seperti bradipnea,
Gejala dan Tanda Mayor tambahan menurun takipnea, hiperventilasi,
Subjektif: 4. Pusing menurun kussmaul, cheyne-stokes,
1. Dispnea 5. Penglihatan kabur biot, ataksik)
Objektif: menurun 3. Monitor kemampuan
1. PCO₂
6. Diaforesis menurun batuk efektif
meningkat/menurun
2. PO₂ menurun 7. Gelisah menurun 4. Monitor adanya produksi
3. Takikardia 8. Napas cuping hidung sputum
4. pH arteri menurun 5. Monitor adanya sumbatan
meningkat/menurun 9. PCO₂ membaik jalan napas
5. Bunyi napas
tambahan 10. PO₂ membaik 6. Palpasi kesimetrisan
11. Takikardia membaik ekspansi paru
Gejala dan Tanda Minor 12. pH arteri membaik 7. Auskultasi bunyi napas
Subjektif: 13. sianosis 8. Monitor saturasi oksigen
1. Pusing
14. pola napas membaik 9. Monitor nilai AGD
2. Penglihatan kabur
Objektif: 15. warna kulit membaik 10. Monitor x-ray toraks
1. Sianosis Terapeutik
2. Diaforesis 1. Atur interval pemantauan
3. Gelisah respirasi sesuai kondisi
4. Napas cuping
pasien
hidung
5. Pola napas abnormal 2. Dokumentasikan hasil
(cepat/lambat, pemantauan
regular/ireguler, Edukasi
dalam/dangkal)
1. Jelaskan tujuan dan
6. Warna kulit
abnormal (misalnya prosedur pemantauan
pucat, kebiruan) 2. Informasikan hasil
7. Kesadaran menurun pemantauan, jika perlu
12
oksigen (misalnya
oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
2. Pertahankan kepatenan
jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
5. Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
6. Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
3. Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan napas
berhubungan dengan : Ekspektasi : Membaik Observasi
1. Depresi pusat Kriteria hasil :
13
pernapasan 1. Ventilasi semenit 1. Monitor pola napas
2. Hambatan meningkat ( frekuensi,
upaya napas ( 2. Kapasitas vital
kedalaman, usaha
mis, nyeri saat meningkat
bernapas, 3. Diameter thoraks napas)
kelemahan otot anterior-posterior 2. Monitor bunyi napas
pernapasan) meningkat tambahan (mis,
3. Deformitas 4. Tekanan ekspirasi gurgling, mengi,
dinding dada meningkat wheezing, ronkhi
4. Deformitas 5. Tekanan inspirasi
kering)
tulang dada meningkat
5. Gangguan 6. Dispnea menurun 3. Monitor sputum
neuromuskular 7. Penggunaan otot (jumlah, warna,
6. Gangguan bantu napas menurun aroma)
neurologis 8. Pemanjangan fase Terapeutik
7. Imaturitas ekspirasi menurun 1. Pertahankan
neurologis 9. Ortopnea menurun
kepatenan jalan
8. Penurunan 10. Pernapasan pursed-tip
energi 11. Pernapasan cuping napas dengan head-
9. Obesitas hidung tilt dan chin-lift
10. Posisi tubuh 12. Frekuensi napas (jaw-thrust jika
yang membaik curiga trauma
menghambat 13. Kedalaman napas servikal)
ekspansi paru membaik
2. Posisikan semi-
11. Sidrom 14. Ekskursi dada
hipoventilasi fowler atau fowler
membaik
12. Kerusakan 3. Berikan minum
inervasi hangat
diafragma 4. Lakukan fisioterapi
(kerusakan dada, jika perlu
saraf C5 ke
5. Lakukan
atas)
13. Cedera pada penghisapan lendir
medula spinalis kurang dari 15 detik
14. Efek agen 6. Lakukan
farmakologis hiperoksigenasi
15. Kecemasan sebelum
penghisapan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : endotrakeal
1. Dispnea 7. Keluarkan sumbatan
Objektif : benda padat dengan
1. Penggunaan forsep McGill
otot bantu 8. Berikan oksigen, jika
pernapasan
perlu
2. Fase ekspirasi
memajang Edukasi
3. Pola nafas 1. Anjurkan asupan
abnormal (mis, cairan 2000 ml/hari,
takipnea, jika tidak
bradipnea, kontraindikasi
hiperventilasi,
2. Ajarkan teknik batuk
kussmaul,
cheyne-stokes) efektif
Kolaborasi
14
Gejala dan Tanda Minor 1. Kolaborasi
Subjektif : pemberian
1. Ortopnea
bronkodilator,
Objektif :
1. Pernapasan ekspektoran,
pursed-lip mukolitik, jika perlu.
2. Pernapasan
cuping hidung
3. Diameter
thoraks
anterior-
posterior
meningkat
4. Ventilasi
semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan
ekspresi
menurun
7. Tekanan
inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
4. Implementasi Keperawatan
15
5. Evaluasi
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai (1) tujuan tercapai jika
ditentukan, (2) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses
kriteria yang telah ditetapkan, (3) Tujuan tidak tercapai jika klien
1. Pengertian Oksigen
Paru
16
pada saluran pernapasan dan menyebabkan gangguan pernapsan pada
tuberculosis paru.
a. Ventilasi
thorak dan paru, jalan napas, reflek batuk dan muntah, peran mucus
ciliaris.
b. Difusi gas
17
darah secara berdifusi) dan PCO2 dalam arteri pulmonalis juga
c. Transportasi gas
adalah :
3. Terjadi demam
18
4. Pada penderita TB paru terjadinya sesak nafas karena
(sianosis).
Tuberkulosis paru
19
a. Pengaturan posisi semi fowler
b. Pemberian oksigen
dilakukan yaitu :
1. Kanula nasal
20
Sungkup muka dengan kantong rebreathing merupakan
PaCO2.
lebih katup.
c. Inhalasi Uap
menjadi lebih lega, selaput lender pada saluran nafas menjadi tetap
21
memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas,
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
hasil penelitian yang satu dengan yang lain. Tujuan penelitian ini adalah
B. Fokus Studi
C. Sumber Data
diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa
buku, catatan,bukti yang telah ada atau arsip baik yang dipublikasikan
D. Kriteria Literatur
1) Kriteria Inklusi :
23
a) Jurnal yang dipublikasikan pada tahun 2015-2020
2) Kriteria Ekslusi :
data akan menjadi lebih jelas. Analisa data dalam dalam penelitian ini
24
kemudian dikumpulkan menjadi satu buah folder dan diurutkan agar
adalah isi dari jurnal yang tersurat, tampak, bukan dari makna yang
25
BAB IV
A. Hasil
subjektif yaitu pasien mengatakan batuk darah, sesak dan nyeri dada saat
26
tambahan tidak ada dan pasien mampu melakukan batuk efektif tanpa
cuping hidung, suara napas ronchi pada lapang kiri dan kanan. Pada klien
dengan darah. Klien mengatakan memiliki riwayat TBC pada tahun 2003.
efektif dan sputum berlebih disertai dengan suara nafas tambahan ronchi.
kental. Adapun hasil yang didapatkan dari responden pada pasien TB paru
27
TABEL 4.1 SINTESIS GRID
Peneliti (tahun) Tujuan Penelitian Desain Responden Pengumpulan Data Hasil Penelitian
No dan Judul Penelitian
Muhaimin Bertujuan untuk Peneliti ini Responden yaitu Pengumpulan data Hasil penelitian :
1 Saranani, Dian melaksanakan menggunakan pasien dilakukan dengan Pengkajian, pada tanggal 4
Yuniar Syanti asuhan penelitian Tuberculosis Paru wawancara dan Mei 2019 pukul 08.00 WITA,
Rahayu, dan keperawatan pada deskriptif yaitu yang mengalami observasi. dengan melakukan
Ketrin (2019), pasien tuberculosis dengan studi masalah wawancara pada keluarga dan
Asuhan paru dalam kasus pemenuhan pasien, Hasil pengkajian
Keperawatan pemenuhan kebutuhan didapatkan Data subjektif
pada pasien kebutuhan oksigenasi. yaitu pasien mengatakan
Tuberkulosis Paru oksigenasi di batuk darah, sesak dan nyeri
dalam Ruang Lavender dada saat batuk. Data objektif
Pemenuhan RSUD Kota yaitu keadaan umum pasien
Kebutuhan Kendari lemah, kesadaran
Oksigenasi. composmentis, pada
auskultasi terdapat suara
napas tambahan ronchi,
pernapasan irreguler, dengan
frekuensi napas 28 x/menit,
suhu badan 37 C dan
frekuensi nadi 70 x/menit.
Diagnosa keperawatan yaitu
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan mucus berlebihan.
28
Data yang menunjang
diagnosa keperawatan
tersebut adalah pasien batuk
darah, ada suara nafas
tambahan dan sesak dengan
frekuensi nafas 28 x/menit.
Intervensi keperawatan yang
direncanakan adalah monitor
status pernapasan dan
oksigen, posisikan pasien
semifowler untuk
memaksimalkan ventilasi,
auskultasi suara nafas dan
adanya suara nafas tambahan
serta latih pasien untuk batuk
efektif.
Implementasi keperawatan
yang diberikan adalah
memonitor status pernapasan
dan oksigen, memberikan
posisi semi fowler,
mengauskultasi suara nafas
tambahan serta melatih pasien
untuk batuk efektif.
Evaluasi keperawatan dari
pemberian tindakan selama 3
hari dari tanggal 4 Mei
sampai 6 Mei 2019. Dari
29
evaluasi tersebut
memperlihatkan pasien tidak
mengalami sesak, pernapasan
20 x/menit, suara napas
tambahan tidak ada dan
pasien mampu melakukan
batuk efektif tanpa bantuan
instruksi perawat.
Resa Novita Tujuan dari Penelitian ini Responden pada Pengumpulan data Hasil studi kasus :
2 Anggraeni, penelitian ini untuk menggunakan 2 klien yang sejak tanggal 18 Pengkajian, pada tangal 18
Wisoedhanie melaksanakan metode studi mengalami Maret s.d 28 Mei Maret 2019, pada klien 1
Widi Asuhan kasus pada 2 masalah 2019 dilakukan didapatkan data klien masuk
Anugrahanti, dan Keperawatan pada klien yang ketidakefektifan dengan cara rumah sakit pada 17 maret
Wibowo (2019), klien dewasa TBC mengalami bersihan jalan observasi dan 2019, dengan keluhan batuk
Asuhan Pada dengan masalah masalah nafas. wawancara berdahak dan dahak tidak bisa
Klien Dewasa TB Ketidakkefektifan ketidakefektifan dikeluarkan batuk +-2 bulan,
Dengan Masalah bersihan Jalan bersihan jalan mengalami penurunan nafsu
Ketidakefektifan Nafas di Rumah nafas makan dan demam sejak
Bersihan Jalan Sakit Panti Waluya lama, terdapat pernafasan
Nafas Di RS Panti Malang cuping hidung, suara nafas
Waluya Sawahan ronchi pada lapang paru kiri
Malang dan kanan.
Pengkajian, pada tanggal 28
Mei 2019, pada klien 2
didapatkan data klien masuk
rumah sakit pada tanggal 27
Mei 2019 dengan keluhan
30
batuk berdahak dan susah
dikeluarkan disertai dengan
darah. Klien mengatakan
memiliki riwayat TBC pada
tahun 2003. Terdapat suara
nafas tambahan ronchi pada
lapang paru kanan bawah.
Diagnosa keperawatan yang
ditetapkan yaitu
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan hipersekresi jalan
nafas ditandai dengan batuk
efektif dan sputum berlebih
disertai dengan suara napas
tambahan ronchi.
Intervensi keperawatan yang
akan dilakukan pada klien 1
(1) Kaji pernapasan (2)
berikan posisi semi fowler,
(3) anjurkan intake cairan
adekuat 2500 L/hari, (4)
berikan minum hangat (5)
Ajarkan teknik napas dalam
dan batuk efektif (6)
Kolaborasi pemberian obat
indikasi OAT.
Pada klien 2 lebih dianjurkan
31
untuk lebih banyak minum
hangat dan intake cairan
+2500 cc/hari untuk
membantu proses
pengenceran dahak.
Tindakan keperawatan,
peneliti memberikan
implementasi sesuai dengan
rencana keperawatan yang
telah ditetapkan, yaitu pada
klien 1, mengkaji pernapasan,
memberikan posisi semi
fowler, menganjurkan intake
cairan adekuat 2500 L/ hari,
memberikan minum hangat,
mengajarkan teknik nafas
dalam dan batuk efektif dan
kolaborasi pemberian obay
indikasi OAT. sedangkan
pada klien 2 tidak dapat
dilakukan karena batuk yang
disertai darah, pada klien 2
lebih dianjurkan untuk
memperbanyak minum +
2500 Ml/hari untuk
membantu mengencerkan
dahak.
Evaluasi keperawatan Pada
32
klien 1 dan 2 dengan masalah
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dapat teratasi
sebagian sesuai dengan
kriteria hasil yang ditentukan
terbukti pada saat
implementasi hari ke-2
dahak mampu dikeluarkan,
tetapi saat dilakukan
auskultasi masih terdengar
suara napas tambahan yaitu
ronchi.
Deni Susyanti, Tujuan untuk Penelitian ini Responden yaitu Pengumpulan data Hasil penelitian :
3 Mompang Tua mengetahui adalah pada pasien TB diambil dari Pengkajian, pada tanggal 11
Parlagutan, dan gambaran Deskriptif Paru yang Rumah Sakit TK II Juli 2018, pada kasus 1
Susiana Marbun pemenuhan dengan memiliki masalah Putri Hijau dengan mengatakan sesak napas dan
(2018) bersihan jalan rancangan studi dalam menggunakan batuk berdahak serta riwayat
Pemenuhan nafas pada pasien kasus. pemenuhan instrument studi sakit sebelumnya adalah
Bersihan Jalan Tuberkulosis Paru bersihan jalan kasus yang tuberculosis paru + 1 tahun
Nafas pada pasien di Rumah Sakit TK nafas meliputi data yang lalu. Hasil observasi (
TB Paru Di II Hijau. primer dan data pemeriksaan fisik ) keadaan
Rumah Sakit TK sekunder. umum lemah, kesadran
II Putri Hijau composmentis, posisi pasien
head up 400 dan posisi semi
fowler, terpasang infus RL 20
gtt/m, terpasang oksigen
nasal kanul 3 L/m, bentuk
thorak : simetris, pergerakan
33
pernapasan : thorakal
abdominal, pola nafas :
irregular, RR : 26 x/m, vocal
premitus : tidak merata pada
kedua lapangan paru, perkusi
lapangan paru : resonan,
suara abnormal paru : ada
ronchi, batuk : ada, klien
mengatakan batuk berdahak
+- 1 bulan yang lalu.
Pengkajian pada tangal 18
Juli 2018 pada kasus 2
mengatakan sesak napas,
batuk berdahak, dan
bercampur darah serta
riwayat sakit sebelumnya
adalah Tuberculosis paru + 1
tahun yang lalu. Hasil
observasi (pemeriksaan fisik)
keadaan umum klien lemah,
kesadaran composmentis,
posisi pasien head up 300 dan
posisi semi fowler, terpasang
infus RL 20 gtt/m, terpasang
oksigen nasal kanul 2 L/m,
bentuk thorak : simetris,
pergerakan pernapasan :
thorakal abdominal, pola
34
nafas : irregular, RR : 28 x/m,
vocal premitus : tidak merata
pada kedua lapangan paru,
perkusi lapangan paru :
resonan, suara abnormal paru
: ada ronchi, batuk : ada,
klien mengatakan batuk
berdahak +- 1,5 bulan dan
disertai sesak nafas dan
bercampur darah.
Diagnosa keperawatan pada
kasus 1 dan kasus 2 yaitu
bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret kental
atau berdarah. Dimana data
yang yang digunakan dalam
menegakkan diagnosa
keperawatan lebih difokuskan
pada pemeriksaan frekuensi
pernapasan dan pemberian
oksigen melalui nasal kanul
yang ditandai dengan adanya
sesak saat bernapas, bunyi
nafas, kecepatan pernapasan,
irama dan kedalaman, serta
adanya suara ronkhi.
Intervensi keperawatan
35
adalah mengkaji frekuensi
pernapasan,kedalaman
pernafasan,dorong
pengeluaran sputum, irama
dan kedalaman, auskultasi
bunyi napas, tinggikan kepala
tempat tidur, awasi tanda-
tanda vital, beri oksigen
tambahan.
Implementasi keperawatan
dialkukan sesuai dengan
rencana tindakan yaitu
mengkaji frekuensi
pernapasan, kedalaman
pernapasan, dorong
pengeluaran sputum, irama
dan kedalaman,
mengauskultasi bunyi napas,
meninggikan kepala tempat
tidur, mengawasi tanda-tanda
vital, memberi oksigen
tambahan.
Evaluasi antara kedua
partisipan didapatkan hasil
yang berbeda. Pada kasus I
didapatkan pada perawatan
hari ke 3 tidak mengalami
sesak nafas dengan RR : 24
36
x/m, tidak terdengar sura
ronchi, dan menggunakan
oksigen apabila sesak saja.
sedangkan pada kasus 2 pada
perawatan hari ke 3 sudah
tidak menggunakan oksigen
dan RR : 23 x/m.
37
B. Pembahasan
Maret s.d 28 Mei 2019 dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.
38
L/ hari, memberikan minum hangat, mengajarkan teknik nafas dalam dan
pada klien 2 tidak dapat dilakukan karena batuk yang disertai darah, pada
menggunakan instrument studi kasus yang meliputi data primer dan data
sekunder.
Pada pembahasan ini hasil studi literatur dari ketiga jurnal yang
berbeda. Peneliti berasumsi bahwa hasil studi literatur dari ketiga jurnal
atur posisi pasien dengan dengan posisi semi fowler. Pengaturan posisi
39
semi fowler pada pasien Tuberkulosis Paru untuk memaksimalkan
ventilasi udara, Pengaturan posisi yang tepat dan nyaman pada pasien
sangat penting terutama pasien yang mengalami sesak napas (Zahroh dan
batuk secar efektif dengan tujuan untuk memberikan laring, trakea dan
bronchiolis dari secret atau benda asing dijalan napas (Hidayat dan Uliyah,
2012 ). Berikan terapi O2 agar pasokan dalam oksigen dalam tubuh tetap
Uliyah, 2012). Dan Pada pasien batuk bercampur darah tidak dapat
40
BAB V
A. Kesimpulan
hangat.
B. Saran
lebih memadai dan bervariasi agar topic yang diangkat dapat dibahas
2. Bagi Institusi
41
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, R. N., Anugrahanti, W.W., & Wibowo. (2019). Asuhan Pada Klien
Dewasa TBC Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di
RS Panti Waluya Sawahan Malang.
Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2016). Profil Kesehatan Indonesia (online).
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2016.pdf.
42
http: //diglib.roro.ac.id/2075/16/Manfaat.pdf.
Saminan. (2013). Pertukaran O2 dan CO2 dalam Sel (online).
Salama, Ngabila (2017). Indonesia Darurat Tuberkulosis (Online).
http://dinkes. Jakarta.go.id/Indonesia-darurat-tuberkulosis/.
Suciati, D. K. (2014). Ilmu Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Upaya penanganan gangguan bersihan jalan nafas pada pasien
tuberculosis di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro(online).(2016).
http://eprints.ums.ac.id/44553/6/NASKAH%20WIWIB%20FIXS.pdf.
Saranani, M., RH, D. Y., & Ketrin. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Pada Pasien Tuberculosis Paru.
Susyanti, D., Parlagutan, M. T., & Marbun, S. (2018). Pemenuhan Bersihan Jalan
Nafas Pada Pasien TB Paru Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Triyana, Y. F. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan. Yogyakarta : D-Medika
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1. Yogyakarta : Nuha Medika.
Zulkarnain.(2018). ASUHAN KEPERWATAN (ASKEP) TB PARU (online).
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35527-
Kep%20Respirasi-Askep%20TB%20Paru.html#popup.
Zahroh, R. & Susanto, R. S. (2017). Efektifitas Posisi Semi Fowler dan Posisi
Orthopnea terhadap Penurunan Sesak Napas Pasien TB Paru. Jouenal of
Ners Community, 8(1), 37-44.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/284
43