Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

DM GESTASIONAL

PENGAMPU : ANNY FAUZIYAH, S.Kp. Ns. M.Kep

Disusun oleh :

1. Adzina Isna Salsabilla

2. A’isyah Nurul

3. Diana sakila

4. Fitri ulfiyanti

5. Indri Oktviani

6. Imannia putri

7. Nisa agustina

8. Nurofik

9. Reta Dwi Arofah

10. Vina Novita


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-Nyalah serta
ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Diabetes Mellitus
Gestasional”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata
kuliah.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan
dasar ilmu keperawatan medikal bedah yang berkaitan dengan diabetes gestasional. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan sistem endokrin
secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi
positif bagi pengembang wawasan pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan serta
penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis
akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.

Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut memberikan sumbangan
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat
yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin
atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini
merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis
sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG
pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi
glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam
post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test
toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika
didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum
pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan
glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika
kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian
meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan
gangguan toleransi glokusa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.

DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat
mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang, juga saat persalinan.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan  permasalah sebagai berikut :

1.      Apa yang dimaksud dengan Diabetes Meliitus Gestasional?


2.      Apa saja yang menjadi penyebab Diabetes Meliitus Gestasional?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dan patofisiologi Diabetes Meliitus Gestasional?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan Diabetes Meliitus Gestasional?

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan makalah ini anatara lain :

1.      Mengetahui apa dan bagaimana terjadinya Diabetes Melitus Gestasional.


2.      Mengetahui Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Diabetes Diabetes Melitus
Gestasional.

1.4  Manfaat Penulisan

Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka
manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :

Bagi Mahasiswa

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan


pengetahuan mahasiswa memahami Diabetes Melitus Gestasional.

Bagi Perawat

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat agar mengetahui Diabetes Melitus Gestasional dan mampu
menerapkan Asuhan Keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diaplikasikan
pada pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi

Hasil penulisan makalah ini  diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan sebagai bahan masukan
bagi sekolah atau instansi kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus Gestasional

            Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor
yang memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001).

            Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Kehamilan yang disertai diabetes mellitus
merupakan kondisi yang berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin
untuk m

encapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita diabetik
yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal terhadap kehamilan dan perubahan
metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi psikososial kehamilan
diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam perencanaan
pengimplementasian dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.

             Diabetes Melitus Gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu oleh kehamilan,
biasanya menghilang setelah melahirkan ( Murrai et al, 2002 ). Diabetes Melitus Gestasional
didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali
saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
            Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan.
Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes tipe
II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah
melahirkan. Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi  glukosa  yang terjadi sewaktu
hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan.
            Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1
jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:

1.      Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil

2.      Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

a.       Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah
melahirkan.

b.      Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah
hamil.

c.       Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti
retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.

90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II)
dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).

2.3 Etiologi

1.      Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.

2.      Genetik

Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan
dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke
cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi.
Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan
resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon
insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation (OXPHOS) di dalam
sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan
sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat
(ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan.
Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang
terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran
hormon insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis
menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada
gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM menderita
penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara lain tuli sensoris,
epilepsi, dan stroke. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini
terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin
rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.

Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu menderita
penyakit penyerta tadi.

3.      Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang
otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk
proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat
meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.

4.      Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.

5.      Obat-obatan.

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada
pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam
waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun
tidur dipagi hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan
yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat
badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian
membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2
kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.

6.      Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel
beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol” sehingga
insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan
insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.
( Kapita Selekta Jilid III, 2006)

2.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari diabetes melitus gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus
pada umumnya, yaitu :

a.     Poliuria (banyak kencing)


b.      Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)
c.       Pusing, mual dan muntah
d.      Obesitas, TFU > normal
e.       Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva
f.       Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)
g.      Glikosuria(ekskresi glikosa ke dalam urin)

h.      Gula darah 2 jam > 200mg/dl

i.        gula darah sewaktu > 200 mg/dl

j.        Gula darah puasa > 126 mg/dl

2.5 Patofisiologi

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena
Produksi  insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. 
Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab
mentranspor glukosa ke dalam sel . apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi
dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia  menyebabkan hiperosmolaritas dalam
darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan
volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk
mengatur kelebihan volume darah  dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi
seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi).

Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini
menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka
waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama
mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis,
premature, retinopati dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang
disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai
sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes mellitus tidak selalu
berarti bahwa individu akan mengalami intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang
memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau
lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia, periode
perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi
dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan
makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui
plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin
ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti
estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia
yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat
sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam
kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen
ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,
sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana
jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap
efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,
kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia.

2.6 Faktor Risiko

Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :

a.       Riwayat keluarga dengan diabetes melitus

b.      Glukosuria dua kali berturut-turut

c.       Obesitas
d.      Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)

e.       Adanya hidramnion

f.       Kelahiran anak sebelumnya besar

g.      Umur mulai tua

h.      Herediter

2.7 Perubahan Metabolic Selama dan Setelah Masa Kehamilan

Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa
meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa yang
adekuat dan konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalui proses
difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta. Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin
mensekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekuat, yang memungkinnya menggunankan glukosa
yang diperoleh dari ibu.

Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa
tidak hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas
meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama,
penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu, trimester
pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa
ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen plasental
human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui
kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan glukosa
yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat
sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.

Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone plasenta,
kortisol dan insulin yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat kembali peka terhadap insulin
seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui bayi, keseimbangan insulin –
karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa
maternal digunakan sehinggu kebutuhan insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan.
Setelah penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.

2.8  Skrining Diabetes Melitus Gestasional

Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining diabetes pada
umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
1.      American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :

a.       Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam kemudian.Bila
kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam. Tes ini
cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita dengan diabetes gestational

b.      Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa oral,kemudian
diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal :

Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa < 95

Jam 1 < 180

Jam 2 < 155

Jam 3 < 140

               Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)

Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes tersebut dilakukan
pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34 minggu.

2.      World Health Organization (WHO)

Merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g. Diabetes gestasional
didiagnosis bila:

Pemeriksaan Kadar Gula darah (mg/dl)

Puasa > 126

Jam 2 > 140

Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)

Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan
seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah melahirkan. (Metzger dan
Coustan, 1998)

2.9    Komplikasi Pada Ibu dan Bayi

1.      Pada Perinatal :
a.     Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG ) sangat tergantung dari keadaan hiperglikemia
ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian di laporkan 3-5%. Angka kejadian komplikasi BIDMG di
Subbagian Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.

b.      Makrosomia

Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan.
Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sinhdrom aspirasi mekoneum dan hipertensi
pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan
fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus, bahkan kematian janin.

Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24 jam pertama
setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia. 

c.     Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan bayi dengan
BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya perubahan metabolik
ibu selama masa awal persalinan. 

d.     Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling banyak pada
kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester pertama. Lima
puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis
ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, syndrome kolon kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet.
Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%. 

e.  Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl
(kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat terkendalinya kadar
glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya
hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia. 

f.      Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG, akibat pengrusakan
eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran eritrosit. 

g.      Polisitemia hematologis 

h.   Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan oleh makrosomia,
prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterin atau pada bayi yang lahir
dengan seksio sesarea. 

i.   Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan tingkat
pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali menurun pada
ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat nafas ini disebabkan
karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi dilahirkan dengan seksio
sesarea.
2.      Pada ibu :

a.    Hipertensi

Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi selama
kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia,
yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain,
yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.

b.    Preeklampsia

c.    Peningkatan resiko operasi caesar

2.10 Penatalaksanaan

Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3 maksud
utama, yaitu:

1.    Menghindari ketosis dan hipoglikemia.

2.    Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.

3.    Mengoptimalkan gestasi.

Penanganan pada penderita DM meliputi:

1.    Diet

Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah menurun.
Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari
selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila
perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu
dibatasi untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan garam.

2.    Olah raga

Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan
olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.

3. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan
lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi penderita penyakit
DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat
dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat ini memang tidak seluruhnya
boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang
dikandung. Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama paling sukar
dilakukan pengobatan karena adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan tidak
begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering
diperlukan lebih banyak antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.

4. Diuretik

Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak menolong
dapat diberikan deuretik.

5. Steroid-steroid seks

Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus berkurang jika selama
kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis besar.

6. Penatalaksanaan obstetric

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan
darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG
dan kardiotokografi (jika memungkinkan).

Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin.

Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin.

Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :

a.    Pengukuran tinggi fundus uteri

b.    USG serial

c.    Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan
tanda gawat janin.
d.   Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan
secara seksio sesarea.

e.    Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-
42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).

f.     Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.

g.    Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk
memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).

h.    Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti
glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG
dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

i.      Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).

2.11 Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Diagnostik

a.  Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa > 140
mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.

b.    Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.

c.    Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 10-15%
daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi

d. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi dalam
urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode
yang populer: carik celup memakai GOD.

e.  Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi
aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi

f.    Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid),
Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

2.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa darah,
ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia, Hemoglobin glikosida
(HbA1c) yang menunjukkan control diabetik (HbA1c lebih besar dari 8,5% khususnya sebelum
kehamilan, membuat janin berisiko anomaly kongenital).

2.12 Pencegahan

1.    Mengurangi makan-makanan manis

2.  Menjaga jumlah asupan makanan terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar berat badan
tidak bertambah, akan tetapi ibu hamil tidak boleh sampai kekurangan makanan

3.  Berolahraga dengan teratur serta melakukan aktivitas fisik dari mulai yang ringan hingga sedang
sehingga kalori yang tidak diperlukan dalam tubuh akan terbakar dengan sendirinya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM gestasional, sedangkan
bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan DM pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil
dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan
DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya
diabetes Gestasional, tetapi DM.

DM gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan
dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara
professional terhadap ibu hamil dengan DM,  supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi
yang tidak diinginkan

3.2 Saran

Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi pada ibu hamil
yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ikram, Ainal (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu Hamil jilid I. Edisi ketiga,
Jakarta : FKUI, 1996.

Prawiroharjo, Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta: Media Aesculapius.

Arjatmo, Tjokronegoro. (2002). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kedua. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI.

Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Doenges E, Marilynn. (2002) Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC

Mochtar, Rustam. Prof. DR. (1998). Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I. Jakarta : EGC

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika

Purwaningsih Wahyu. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika


http://sumiatiohorella.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-ibu-hamil-dengan.html. (Diakses
pada tanggal 26 juli 2019)

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_4114.html. (Diakses pada tanggal 26 juli 2019)

http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/diabetes-mellitus-gestasional-dmg/. Diakses pada


tanggal 26 juli 2019)

http://octarinimayyasari.blogspot.com/2013/04/diabetes-mellitus-gestasional-dmg.html. Diakses pada


tanggal 26 juli 2019)

Anda mungkin juga menyukai