Disusun oleh :
P1337421018084
3B
T.A 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah Manajemen Cairan Pada Keperawatan Paliatif.
Dalam menyelesaikan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari dari beberapa
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil terutama
kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Paliatif Fatchurrozak Himawan,
S.Kep,Ns,M.Kep
Saya selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung
kekurangan karena keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kepentingan
makalah ini dimasa mendatang.
Akhirnya saya selaku penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada saya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar ............................................................................................5
2.1.1 Pengertian .......................................................................................5
2.1.2 Klasifikasi .......................................................................................5
2.1.3 Etiologi ...........................................................................................6
2.1.4 Manifestasi Klinis ...........................................................................6
2.1.5 Pohon Masalah ...............................................................................8
2.1.6 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia ........................................9
2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi ...........................................................9
2.1.8 Penatalaksanaan .............................................................................11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................13
2.2.1 Pengkajian .....................................................................................13
2.2.2 Perencanaan ...................................................................................13
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................................16
3.2 Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut (Hidayat
& Uliyah, 2015:34).
A. Dehidrasi berat
1. Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2. Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3. Hipotensi.
4. Turgor kulit buruk.
5. Oliguria.
6. Nadi dan pernapasan meningkat.
7. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
8. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
B. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
5
2. Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3. Mata cekung.
C. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau
1,5-2 liter.
2.1.3 Etiologi
Faktor - faktor penyebab dehidrasi pada pasien paliatif yaitu :
a. Berkeringat terlalu banyak.
b. Muntah hebat.
c. Diare hebat.
d. Diuresis (jumlah air kemih berlebihan).
e. Air mata
f. Berkemih
g. Adanya penyakit kronis atau penyakit tertentu seperti : diabetes, gagal ginjal,
penyakit jantung, anoreksia nervosa, cystic fibrosis, luka bakar, dan heat
stroke (sengatan panas).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
a. Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1. Haus, gelisah
2. Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal
3. Turgor kulit normal
4. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5. Kesadaran baik
6. Denyut jantung meningkat
b. Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )
1. Haus meningkat
2. Nadi cepat dan lemah
6
3. Turgor kulit kering, membran mukosa kering
4. Pengeluaran urine berkurang
5. Suhu tubuh meningkat
c. Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
1. Penurunan kesadaran
2. Lemah, lesu
3. Takikardi
4. Mata cekung
5. Pengeluaran urine tidak ada
6. Hipotensi
7. Nadi cepat dan halus
8. Ekstremitas dingin
7
2.1.5 Pohon Masalah
Berkeringat terlalu
banyak
Muntah hebat
1. a. Pusing
a. Penurunan berat Diare hebat
Diuresis (jumlah air b. Lemah
badan akut c. Letih
b. Mata cekung kemih berlebihan).
d. Anoreksia
c. Pengosongan vena e. Mual muntah
jugularis f. Rasa haus
d. Pada bayi dan anak- g. Gangguan mental
anak adanya h. Konstipasi dan oliguri
Dehidrasi Gejala
penurunan jumlah air Tanda i. Penurunan tekanan
mata darah
e. Pada pasien syok j. HR meningkat
tampak pucat, HR k. Suhu meningkat
cepat dan halus l. Turgor menurun
f. Hipotensi dan oliguri Klasifikasi Dehidrasi m. Lidah kering dan kasar
n. Mukosa mulut kering
1) Pengeluaran / kehilangan
cairan sebanyak 4-6 liter. 1) Kehilangan kehilangan cairan
2) Serum natrium mencapai cairan 2-4 liter mencapai 5% BB
159-166 mEq/liter. atau antara 5- atau 1,5-2 liter.
3) Hipotensi. 10% BB.
4) Turgor kulit buruk. 2) Serum natrium
5) Oliguria. mencapai 152-
6) Nadi dan pernapasan 158 mEq/liter.
meningkat. 3) Mata cekung.
7) Kehilangan cairan 8
mencapai > 10% BB.
2.1.6 Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia
secara fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh, sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara
keseluruhan, persentase tubuh dapat dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi
baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria dewasa 57 % dari total BB, wanita
dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB, persentase Jumlah cairan
tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan jenis
kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
9
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapi Intravena
10
Pemberian cairan intravena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh.Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan
ekstrasel secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intravena adalah untuk
memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengonsumsi cairan
oral, menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit,
menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolism,
memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk vemberian
obat melalui vena. Lebih khusus,terapi intravena diberikan pada pasien yang
mengalami syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pascabedah, atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu.
1. Cairan Intravena
Jenis cairan intravena yang biasa digunakanmeliputi :
a) Larutan nutrient
Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis.Dekstrosa dan
glukosa) dan air. Larutan nutrient yang umum digunakan adalah
5%dekstrosa dalam air (D5W); 3,3% glukosa dalam 0,3%NaCl; dan
5% glukosa alam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter cairan Dextrose 5%
mengandung 170-200 kalori ; mengandung asam amino (Amigen,
Anunosol, Travamin) atau lemak (Lipomul dan Lyposyn).
b) Larutan Elektrolit
Larutan ini meliputi larutan saline baik isotonik, hipotonik, maupun
hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan
adalah normal salin (isotonic), yaitu NaCl 0,9%. Contoh larutan
elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na + , K+, Cl-, Ca2+) dan cairan
Butler (Na+, K+, Mg2+,Cl-,HCO3-).
c) Cairan asam-basa
11
Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat
dan natrium bikarbonat.Laktat merupakan sejenis garam yang dapat
mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi keasaman
lingkungan.
d) Volume ekspander
Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volumepembuluh darah
atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat.
Volume ekspander yang umum digunakan antara lain dekstran,
plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan
meningkatkan tekanan osmotik darah.
2. Area Pemasangan Infus
Secara umum, penginfusan dapat dilakukan pada vena lengan (vena
sefalika, basilika, dan mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau vena
di daerah kepala (vena temporalis frontalis).Pada individu dewasa, infus
biasanya dipasang di daerah lengan atas, tangan dan kaki.Sedangkan pada
bayi, infus dipasang pada daerah kepala.Untuk penginfusan jangka panjang,
pembuluh darah yang sebaiknya digunakan pertama kali adalah pembuluh
darah distal.Ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan saat melakukan
penusukan vena.Jika pembuluh darah distal rusak akibat penusukan pertama,
pembuluh darah proksimal dapat digunakan untuk penusukan
berikutnya.Akan tetapi, jika pembuluh darah proksimal telah rusak,
penusukan tidak bisa dialihkan ke pembuluh darah distal.
3. Cara Menghitung Tetesan Infus
a. Dewasa
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit
lamanya infus ( jam ) x 3
b. Anak
12
Jumlah cairan yang masuk
Tetesan/Menit
lamanya infus ( jam )
2.2 Konsep Asuhan Keperwatan
2.2.1 Pengkajian
1. Pantau Warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan.
2. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit.
3. Pantau perdarahan.
4. Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi.
5. Pantau hasil laboraturium yang relevan dengan keseimbangan cairan.
6. Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural.
7. Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
8. Cek arahan lanjut klien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada
pasien sakit terminal tepat dilakukan.
9. Manajemen cairan (NIC )
a) Pantau status hidrasi.
b) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecendrungannya.
c) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran
2.2.2 Perencanaan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
a) Haluaran urine yang berlebihan (misalnya diabetes melitus)
b) Pengeluaran cairan sekunder akibat demam, drainase yang abnormal,
peritonitis, diare
c) Mual/muntah
d) Kesulitan menelan atau minum sendiri, sekunder akibat sakit
tenggorokan, kelelahan
e) Asupan cairan yang kurang saat berolahraga atau karena kondisi cuaca
f) Penggunaan laksatif dan diuretik berlebihan
13
2. Kriteia Hasil
Klien akan mempertahankan berat jenis urine dalam rentang normal
Indikator :
a) Meningkatkan asupan cairan hingga jumlah tertentu, sesuai dengan
usia dan kebutuhan metabolik.
b) Mengidentifikasi faktor risiko defisit cairan dan menjelaskan
perlunya meningkatkan asupan cairan sesuai indikasi
c) Tidak memperlihatkan tanda dan gejala dehidrasi
3. Intervensi
a) Kaji faktor penyebab (misalnya ketidakmampuan untuk minum sendiri,
gangguan menelan, sakit tenggorokan, asupan cairan yang kurang
sebelum berolahraga, kurang pengetahuan, atau tidak suka dengan
minuman tersedia).
b) Kaji pemahaman klien tentang perlunya mempertahankan hidrasi yang
kuat serta metode untuk memenuhi asupan cairan.
c) Kaji minuman yang disukai dan tidak disukai klien dan rencanakan
pemberian asupan secara bertahap (misalnya 1000 ml di siang hari, 800
ml di sore hari, dan 300 ml di di malam hari).
d) Bila klien mengalami sakit tenggorokan, tawarkan minuman yang
hangat atau dingin ; pertimbangkan pemberian es.
e) Bila klien sangat lelah atau lemah, anjurkan klien untuk istirahat
sebelum makan dan berikan cairan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
f) Anjurkan klien membuat buku catatan yang berisi asupan cairan,
haluaran urine, dan berat badan harian.
g) Pantau asupan cairan klien (minimal 2000 ml cairan oral per hari)
14
h) Pantau haluaran urine klien ( minimal 1000-1500 ml per hari)
i) Timbang berat badan setiap hari di waktu yang sama dan dengan
pakaian yang sama. Penurunan berat badan 2%-4% (dehidrasi ringan),
5%-9% (dehidrasi sedang).
j) Pantau BUN, osmolalitas, dan elektrolit serum dan urine, kadar
kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin.
k) Jelaskan bahwa kopi, teh, dan jus merupakan diuretik yang bisa
menyebabkan kehilangan cairan.
l) Pertimbangkan jenis obat-obatan serta kondisi lain yang bisa
menyebabkan kehilangan cairan berlebih (misalnya pemberian cairan
diuretik, muntah, diare, demam).
m) Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi.
n) Bagi para olahragawan, tekankan pentingnya hidrasi yang kuat
sebelumdan selama olahraga. ( kaloborasikan dengan pemberian
intravena )
4. Rasional
a) Kondisi dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi gomerulus. Akibatnya,
haluaran urine tidak dapat membersihkan limbah secara kuat sehingga
kadar BUN dan elektrolit meningkat.
b) Pengukuran berat badan yang akurat dapat mendeteksi kehilangan cairan
c) Untuk memantau berat badan secara efektif , penimbangan harus
dilakukan di saat yang sama dengan mengenakan pakaian yang beratnya
hampir sama.
d) Konsumsi gula, alkohol, dan kafein dalam jumlah besar dapat
meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan.Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis.Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”.
3.2 Saran
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun
petugas medis harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan
keperawatan agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit
maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori &Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta:
EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
17