Penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil Di Posyandu Garuda Mekar Kelurahan Kadia
Peserta : Ibu hamil/kader posyandu Flamboyan Desa Lombakasih
Waktu : 09 Desember 2020
Latar belakang :
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang
terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Menurut WHO (2008), secara global prevalensi
anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi anemia pada ibu
hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1
%.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu
hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang
sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia
pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih
tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat
terbesar di dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada
wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena
interaksi antara keduanya. Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di
Indonesia menderita anemia kekurangan gizi dan kebanyakan anemia yang diderita oleh
masyarakat salah satunya karena kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, ibu
hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah.
Permasalahan :
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child" (potensial membahayakan
ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan pada
kala nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi
puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang. Penyebab terbesar anemia pada ibu hamil
adalah berkurangnya asupan zat gizi yang berhubungan dengan pola makan yang tidak baik
akibat ketidaktahuan dan ketidakmampuan. Adanya permasalahan yang ada di masyarakat,
maka perlu dilakukan penyuluhan yang intensif di setiap kecamatan melalui tingkat
pelayanan primer seperti penyuluhan di Puskesmas.
Permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan penyuluhan dengan materi “Penyuluhan
Anemia Pada Ibu Hamil”. Bertepatan dengan pemeriksaan berkala pada Ibu Hamil.
Pelaksaanaan :
Penyuluhan dilaksanakan di Posyandu Flamboyan Desa Lombakasih pada tanggal 09
Desember 2020. Materi dibawakan oleh dr. Nur Rahma Musdalifa. Peserta terdiri dari ibu
hamil dan staf puskesmas. Materi penyuluhan berupa anemia pada kehamilan, diadakan
diskusi interaktif dengan peserta.
Permasalahan :
Di Indonesia, saat ini, dalam setahun diperkirakan ada 1,7 juta kematian pada anak atau 5%
pada anak balita adalah akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), yaitu
campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, dan tuberkulosis. Khusus untuk
campak, setiap 20 menit satu anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Anak
penderita penyakit campak umumnya meninggal karena komplikasi di paru dalam wujud
pneumonia atau komplikasi di pencernaan yang menyebabkan diare. Imunisasi campak
tambahan pada tahun 2005-2007 di Indonesia masih menyisakan 30-40% anak berisiko
terkena campak. Indonesia termasuk satu dari 47 negara yang mendapat pengawasan WHO
dan UNICEF akibat tingginya kasus campak.
Anak yang sudah divaksin campak tidak 100% terbebas dari campak karena efektivitas
imunisasi campak yang diberikan kepada anak usia 9-59 bulan ini hanya 85%. Namun, resiko
komplikasi pada anak yang sudah diimunisasi lebih ringan daripada jika tidak diimunisasi.
Pelaksaanaan :
Cara pelaksanaan :
1. Melakukan perkenalan
2. Melakukan sosialisisasi mengenai BIAS dan pentingnya BIAS yang dilakukan
3. Memanggil nama-nama masing-masing anak untuk dilakukan penyuntikkan
4. Meminta izin pada peserta didik
5. Melakukan asepsis
6. Melakukan penyuntikan
7. Memberikan penjelasan sedikit tentang vaksin apa yang dimasukkan
Permasalahan :
Angka kejadian kanker payudara di Indonesia berada di urutan pertama dibandingkan dengan
kanker yang lainnya. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium
yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman
tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya
rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.
Pelaksaanaan :
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Kanker payudara” dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Senin, 11 Januari 2021
Tempat : Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya
Pemateri : dr. Nur Rahma Musdalifa
Waktu : 09.00 WITA – selesai
Sasaran : Masyarakat yang datang diposyandu Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya
Permasalahan :
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan gula dalam darah.
Ditandai dengan gejala klasik berupa poliuria, poliphagia, polidipsia dan penurunan berat
badan disertai dengan kenaikan gula darah puasa >126mg/dl, gula darah sewaktu >200 mg/dl
dan gula darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl. Diabetes sering disebut sillent killer karena
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi.
Berdasarkan infodatin tahun 2018, diabetes merupakan salah satu dari 4 prioritas Penyakit
Tidak Menular. Berdasarkan data WHO tahun 2014, sebanyak 422 juta dewasa hidup dengan
Diabetes. Prevalensi Diabetes Melitus mengalami kenaikan dari 6,9% pada tahun 2013
menjadi 8.5% pada tahun 2018.Saat ini, indonesia menduduki peringkat 4 jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia. Infodatin tahun 2018 menunjukan penyakit diabetes mengurangi
angka harapan hidup 5-10 tahun. Berdasarkan Infodatin 2018 jumlah terbesar penduduk
dengan diagnosis pasti dan tidak pasti diabetes ada di Jawa Barat, dengan prevalensi 2%. Dan
kemudian Kota Kendari memiliki prevalensi 1% diabetes melitus dengan angka kunjungan
kasus baru di puskesmas sebanyak 9.555 kasus pada tahun 2018.
Berdasarkan permasalahan tersebut, sangat penting meningkatkan pengetahuan mengenai
Diabetes Melitus dari mulai definisi secara umum, gejala, komplikasi, pengobatan dan
pencegahannya.
Pelaksaanaan :
Kegiatan penyuluhan mengenai Diabetes Mellitus telah dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa, 12 Januari 2021
Pemateri : dr. Nur Rahma Musdalifa
Waktu : Pukul 09.00 WITA - selesai
Tempat : Posyandu Lansia Asoka
Permasalahan :
Masih rendahnya upaya warga dalam melakukan pemberantasan nyamuk (PSN) dengan 3M
dan tingginya curah hujan sehingga menggenangi barang-barang bekas di luar rumah warga
menambah tempat-tempat perkembang biakan nyamuk penyebab demam berdarah.
Pelaksaanaan :
Penyuluhan dilakukan di Desa Lombakasih. Materi yang disampaikan meliputi apa itu DBD,
penyebabnya, bagaimana penularannya, tanda dan gejalanya, bagaimana penanganan
awalnya serta apa saja tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. Kegiatan penyuluhan
mengenai DBD telah dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Senin, 18 Januari 2021
Pemateri : dr. Nur Rahma Musdalifa
Waktu : Pukul 09.30 WITA
Sasaran : Masrayakat Desa Lombakasih