Anda di halaman 1dari 12

1.

Penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil Di Posyandu Garuda Mekar Kelurahan Kadia
Peserta : Ibu hamil/kader posyandu Flamboyan Desa Lombakasih
Waktu : 09 Desember 2020
Latar belakang :
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang
terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Menurut WHO (2008), secara global prevalensi
anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Prevalensi anemia pada ibu
hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1
%.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu
hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang
sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia
pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih
tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat
terbesar di dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada
wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena
interaksi antara keduanya. Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di
Indonesia menderita anemia kekurangan gizi dan kebanyakan anemia yang diderita oleh
masyarakat salah satunya karena kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, ibu
hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah.

Permasalahan :
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child" (potensial membahayakan
ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan pada
kala nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi
puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang. Penyebab terbesar anemia pada ibu hamil
adalah berkurangnya asupan zat gizi yang berhubungan dengan pola makan yang tidak baik
akibat ketidaktahuan dan ketidakmampuan. Adanya permasalahan yang ada di masyarakat,
maka perlu dilakukan penyuluhan yang intensif di setiap kecamatan melalui tingkat
pelayanan primer seperti penyuluhan di Puskesmas.
Permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan penyuluhan dengan materi “Penyuluhan
Anemia Pada Ibu Hamil”. Bertepatan dengan pemeriksaan berkala pada Ibu Hamil.

Perencanaan dan Intervensi :


Penyuluhan dilaksanakan di Posyandu Flamboyan Desa Lombakasih saat diadakannya kelas
ibu hamil pada tanggal 09 Desember 2020. Peserta merupakan ibu hamil dan staf puskesmas.
Materi penyuluhan berupa anemia pada ibu hamil, sehingga diharapkan ibu – ibu hamil sadar
akan bahaya bila terjadi anemia pada kehamilan dan melakukan pencegahan sedini mungkin.

Pelaksaanaan :
Penyuluhan dilaksanakan di Posyandu Flamboyan Desa Lombakasih pada tanggal 09
Desember 2020. Materi dibawakan oleh dr. Nur Rahma Musdalifa. Peserta terdiri dari ibu
hamil dan staf puskesmas. Materi penyuluhan berupa anemia pada kehamilan, diadakan
diskusi interaktif dengan peserta.

Monitoring dan Evaluasi


Peserta yang hadir kurang lebih 15 orang dari warga Desa Lombakasih. Penyuluhan berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Namun tingkat pengetahuan peserta masih kurang mengenai
materi penyuluhan sebelum diadakannya penyuluhan. Hampir sebagian besar warga yang
hadir kurang mengetahui materi penyuluhan yang akan disampaikan. Namun setelah
penyuluhan, warga cukup antusias untuk berdiskusi terkait materi penyuluhan.
2. Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Masyarakat Desa Lantari Jaya
Peserta : Masyarakat Desa Lantari Jaya
Waktu : 14 Desember 2020
Latar belakang :
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat,
penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten, dan upaya
pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian
imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat
anak sakit.
Imunisasi selalu dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian pada bayi. Hal ini
dikarenakan pemberian imunisasi adalah sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Dalam hal ini pemerintah mencanangkan program
imunisasi yang diwajibkan terutama pada bayi usia 0-12 bulan dan perlunya untuk imunisasi
lanjutan pada usia sekolah dasar untuk mecegah penyakit infeksi misal tetanus.

Permasalahan :
Di Indonesia, saat ini, dalam setahun diperkirakan ada 1,7 juta kematian pada anak atau 5%
pada anak balita adalah akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), yaitu
campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, dan tuberkulosis. Khusus untuk
campak, setiap 20 menit satu anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Anak
penderita penyakit campak umumnya meninggal karena komplikasi di paru dalam wujud
pneumonia atau komplikasi di pencernaan yang menyebabkan diare. Imunisasi campak
tambahan pada tahun 2005-2007 di Indonesia masih menyisakan 30-40% anak berisiko
terkena campak. Indonesia termasuk satu dari 47 negara yang mendapat pengawasan WHO
dan UNICEF akibat tingginya kasus campak.
Anak yang sudah divaksin campak tidak 100% terbebas dari campak karena efektivitas
imunisasi campak yang diberikan kepada anak usia 9-59 bulan ini hanya 85%. Namun, resiko
komplikasi pada anak yang sudah diimunisasi lebih ringan daripada jika tidak diimunisasi.

Perencanaan dan Intervensi :


Direncanakan untuk dilakukannya kegiatan bulan imunisasi anak sekolah di desa Lantari Jaya
pada Senin, 14 Desember 2020 pukul 08.00-10.00. BIAS ini ditargetkan untuk siswa-siswi
SD yang ada di desa Lantari Jaya. Sebelum dilakukan penyuntikkan petugas kesehatan
memberikan sosialisasi mengenai BIAS dan pentingnya imunisasi yang dilakukan.

Pelaksaanaan :
Cara pelaksanaan :
1. Melakukan perkenalan
2. Melakukan sosialisisasi mengenai BIAS dan pentingnya BIAS yang dilakukan
3. Memanggil nama-nama masing-masing anak untuk dilakukan penyuntikkan
4. Meminta izin pada peserta didik
5. Melakukan asepsis
6. Melakukan penyuntikan
7. Memberikan penjelasan sedikit tentang vaksin apa yang dimasukkan

Monitoring dan Evaluasi


BIAS ini merupakan program pemerintah untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri. Anak-anak yang imunitas tubuhnya masih sangat rentan terkena
mikroorganisme, adalah target dari imunisasi yang dilakukan. Kegiatan ini sebagai bentuk
peduli terhadap kesehatan anak-anak. Pemberian informasi kepada orang tua tentang manfaat
bias ini akan sangat di butuhkan agar tidak ada larangan kepada anak sekolah yang akan
melakukan BIAS.
3. Penyuluhan Kanker Payudara Di Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya
Peserta : Ibu –ibu/ kader posyandu
Waktu : 11 Januari 2021
Latar belakang :
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel
duktus maupun lobulusnya. Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden
kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan
genetik, riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS,
densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat
(>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal,
obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan. Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1
orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per
100 ribu penduduk.
Pencegahan kanker payudara sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pencegahan primer dan
pencegahan sekunder. Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara.
Pencegahan primer dapat berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang
diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Sedangkan
pencegahan sekunder adalah dengan cara melakukan skrining kanker payudara.

Permasalahan :
Angka kejadian kanker payudara di Indonesia berada di urutan pertama dibandingkan dengan
kanker yang lainnya. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium
yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman
tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya
rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

Perencanaan dan Intervensi :


Upaya untuk memberikan pemahaman mengenai kanker payudara di wilayah Puskesmas
Lombakasih salah satunya dengan melakukan upaya promosi kesehatan. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dalam upaya pencegahan pengobatan kuratif
maupun paliatif pada kejadian kanker payudara.
Berdasarkan permasalahan di atas maka diadakan penyuluhan tentang “Upaya Peningkatan
Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pencegahan Penyakit Kanker payudara”. Penyuluhan
diberikan kepada masyarakat yang hadir di Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya, diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman mengenai cara mencegah penyakit kanker payudara.

Pelaksaanaan :
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan “Kanker payudara” dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Senin, 11 Januari 2021
Tempat : Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya
Pemateri : dr. Nur Rahma Musdalifa
Waktu : 09.00 WITA – selesai
Sasaran : Masyarakat yang datang diposyandu Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya

Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan penyuluhan ditujukan bagi pengunjung Posyandu Angrek Desa Lantari Jaya.
Kegiatan diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh petugas puskesmas, mengenai
himbauan untuk tetap menjaga kebersihan, kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan oleh
narasumber mengenai “Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pencegahan
Penyakit Kanker payudara”. Mulai dari definisi, gejala klinis, faktor resiko yang terkait
insiden kanker payudara serta pencegahan yang dapat dilakukan baik primer maupun
sekunder. Penyuluhan ini lebih ditekankan kepada cara pencegahan dari kanker payudara,
sehingga para pengunjung akan lebih memahami pentingnya pemeriksaan dini terutama
terhadap orang yang beresiko terkena kanker payudara.
4. Penyuluhan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Asoka
Peserta : Masyarakat yang datang ke Posyandu
Waktu : 12 Januari 2021
Latar belakang :
Pelayanan kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk melaksanakan upaya
kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Keberhasilan upaya
kesehatan tersebut akan berdampak terhadap keberhasilan Indonesia untuk mengatasi
berbagai masalah kesehatan. Berdasarkan data pada tahun 2017 dan data pada tahun 2018
yang dibacakan oleh Menteri Kesehatan dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, terkait
dengan penyakit, saat ini Indonesia masih menghadapi triple burden atau 3 beban penyakit
yang masih belum dapat diatasi. Triple burden yang dimaksud adalah pertama,telah
bergesernya penyakit menular ke arah penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit
jantung, gagal ginjal, kanker dan sebagainya, kedua muncul ancaman infeksi baru seperti flu
burung, ebola dan TBC resisten obat, ketiga Indonesia masih dihadapkan pada penyakit
menular yang belum selesai teratasi seperti demam berdarah, TBC, Malaria, HIV/AIDS, dan
Filariasis.
Berdasarkan “triple burden” penyakit di Indonesia tersebut, PTM ( Penyakit Tidak Menular)
seperti diabetes, stroke, PJK, gagal ginjal dan kanker telah menyerap anggaran Jaminan
Kesehatan Nasional paling banyak yang berakibat pada besarnya beban pemerintah karena
penangan PTM tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain menyebabkan
besarnya beban ekonomi, PTM juga mengakibatkan penurunan produktifitas Sumber Daya
Manusia di Indonesia yang apabila dibiarkan akan menurunkan kualitas generasi bangsa.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penting adanya upaya-upaya kesehatan berupa
promotif dan preventif sebagai upaya utama untuk menekan beban ekonomi pemerintah
untuk mendanai pengobatan dan menekan dampak jangka panjang terjadinya penuruan
kualitas SDM generasi bangsa. Hal tersebut menjadikan peran Puskesmas menjadi sangat
penting di masyarakat karena puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif. Promosi kesehatan merupakan
bagian integral dari Pembangunan Kesehatan dan masuk ke dalam salah satu dari enam
program pokok atau “basic six” di puskesmas sehingga menjadi salah satu pilar dalam
pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat.
Upaya promosi kesehatan dilakukan melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Upaya promosi kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaannya dibagi
menjadi kegiatan di dalam dan diluar gedung. Penyuluhan adalah salah satu cara untuk
mengedukasi masyarakat agar dapat mencapai perubahan perilaku individu, keluarga,
dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Sehingga dengan melakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengerti masalah
yang dihadapi dan dapat menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya.

Permasalahan :
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan gula dalam darah.
Ditandai dengan gejala klasik berupa poliuria, poliphagia, polidipsia dan penurunan berat
badan disertai dengan kenaikan gula darah puasa >126mg/dl, gula darah sewaktu >200 mg/dl
dan gula darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl. Diabetes sering disebut sillent killer karena
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi.
Berdasarkan infodatin tahun 2018, diabetes merupakan salah satu dari 4 prioritas Penyakit
Tidak Menular. Berdasarkan data WHO tahun 2014, sebanyak 422 juta dewasa hidup dengan
Diabetes. Prevalensi Diabetes Melitus mengalami kenaikan dari 6,9% pada tahun 2013
menjadi 8.5% pada tahun 2018.Saat ini, indonesia menduduki peringkat 4 jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia. Infodatin tahun 2018 menunjukan penyakit diabetes mengurangi
angka harapan hidup 5-10 tahun. Berdasarkan Infodatin 2018 jumlah terbesar penduduk
dengan diagnosis pasti dan tidak pasti diabetes ada di Jawa Barat, dengan prevalensi 2%. Dan
kemudian Kota Kendari memiliki prevalensi 1% diabetes melitus dengan angka kunjungan
kasus baru di puskesmas sebanyak 9.555 kasus pada tahun 2018.
Berdasarkan permasalahan tersebut, sangat penting meningkatkan pengetahuan mengenai
Diabetes Melitus dari mulai definisi secara umum, gejala, komplikasi, pengobatan dan
pencegahannya.

Perencanaan dan Intervensi :


Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diabetes mellitus
dan pengaturan pola hidup pasien DM. Sasaran penyuluhan adalah masayarakat yang datang
ke Posyandu Lansia Asokadengan usia >60 tahun dengan atau tanpa diabetes.

Pelaksaanaan :
Kegiatan penyuluhan mengenai Diabetes Mellitus telah dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa, 12 Januari 2021
Pemateri : dr. Nur Rahma Musdalifa
Waktu : Pukul 09.00 WITA - selesai
Tempat : Posyandu Lansia Asoka

Monitoring dan Evaluasi


Penyuluhan dibuka dengan memberi salam, perkenalan diri, dan menyapa peserta agar
terjalin keakraban sehingga peserta diharapkan bersedia menerima materi penyuluhan yang
akan diberikan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi penyuluhan tentang:
1. Definisi Diabetes melitus
2. Gejala klasik Diabetes melitus dan kriteria pemeriksaan gula diabetes melitus
3. Pencegahan Diabetes melitus
4. Pengaturan pola makan untuk mencegah Diabetes Melitus
5. Olahraga yang baik untuk Diabetes Melitus
6. Perubahan pola hidup untuk mencegah dan mengobati Diabetes melitus
7. Pengobatan Diabetes melitus
Penyuluhan disampaikan kurang lebih 15 menit dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Jumlah peserta penyuluhan sekitar 10-15 peserta.
Peserta memiliki antusias tinggi dan banyak yang ikut andil dalam bertanya.
5. Penyuluhan DBD di Desa Lombakasih
Peserta : Masyarakat di Desa Lombakasih
Waktu : 18 Januari 2021
Latar belakang :
Penyakit DBD saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia dikarenakan angka kejadiannya yang masih tinggi dan masih menimbulkan
kematian di beberapa wilayah. Pertama kali penyakit DBD ini masuk ke Indonesia pada
tahun 1968 di Surabaya, kini kasus DBD sudah menyebar luas hampir ke seluruh provinsi di
Indonesia. WHO menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang memiliki
angka kejadian penyakit DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Sampai saat ini vaksin untuk pencegahan maupun obat untuk penyembuhan masih dalam
tahap penelitian. Oleh karena itu cara yang dinilai paling efektif adalah melalui pengendalian
vektor yang menularkan penyakit DBD tersebut. Terdapat berbagai metode dalam
mengendalikan vektor nyamuk DBD. Salah satunya adalah dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan di rumah-rumah warga dan tempat
umum melalui gerakan 3M plus. PSN ini merupakan metode yang dinilai paling efektif dan
efisisien karena pada dasarnya metode ini berguna untuk memberantas jentik nyamuk dan
mencegah agar nyamuk tersebut berkembang biak, sehingga berpengaruh besar terhadap
penurunan populasi vektor yang akhirnya dapat menurunkan risiko penularan penyakit.
Pengetahuan merupakan aspek penting dalam membentuk partisipasi masyarakat melakukan
kegiatan PSN. Oleh karena itu, pemberian penyuluhan secara berkesinambungan dan
pemeriksaan jentik secara berkala dapat menjadi penggerak masyarakat agar aktif
melaksanakan kegiatan PSN, karena dengan kegiatan tersebut, diharapkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dapat meningkat sehingga mau dan mampu melakukan kegiatan PSN
dengan benar.

Permasalahan :
Masih rendahnya upaya warga dalam melakukan pemberantasan nyamuk (PSN) dengan 3M
dan tingginya curah hujan sehingga menggenangi barang-barang bekas di luar rumah warga
menambah tempat-tempat perkembang biakan nyamuk penyebab demam berdarah.

Perencanaan dan Intervensi :


Agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran dalam melakukan
pencegahan demam berdarah, masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai penyakit DBD
itu sendiri sehingga diharapkan dapat secara aktif, mau serta mampu melakukan pencegahan
penyakit DBD. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan baik
di dalam maupun di luar gedung. Penyuluhan di dalam gedung bisa dilakukan di wilayah
puskesmas dengan sasaran pasien yang berkunjung ke puskesmas. Sementara penyuluhan di
luar gedung dapat dilakukan di Posyandu, poskesdes, sekolah, maupun saat kunjungan
rumah. Disini pelaksana melakukan penyuluhan di dalam gedung, selain karena mudah
dilaksanakan, juga pesertanya dapat mencakup semua kalangan, baik dewasa, lansia, maupun
anak sekolah.

Pelaksaanaan :
Penyuluhan dilakukan di Desa Lombakasih. Materi yang disampaikan meliputi apa itu DBD,
penyebabnya, bagaimana penularannya, tanda dan gejalanya, bagaimana penanganan
awalnya serta apa saja tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. Kegiatan penyuluhan
mengenai DBD telah dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Senin, 18 Januari 2021
Pemateri : dr. Nur Rahma Musdalifa
Waktu : Pukul 09.30 WITA
Sasaran : Masrayakat Desa Lombakasih

Monitoring dan Evaluasi


Penyuluhan dimulai dengan salam dan perkenalan diri yang dilanjutkan dengan penyampaian
materi. Penyuluhan berlangsung selama 15 menit. Selama penyuluhan berlangsung, peserta
menyimak dengan antusias. Penyampaian materi juga dilakukan secara 2 arah agar
masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin disampaikan dan agar mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta mengenai DBD. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan
diskusi tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta diantaranya apakah penyakit
DBD bisa menyerang dua kali, lalu mengenai pencegahan DBD dengan 3M plus, apa saja
ikan yang dapat memakan jentik. Karena selama ini menanam ikan di tempat penampungan
seperti bak mandi, atau sumur sudah menjadi hal yang biasa dalam masyarakat namun masih
jarang yang mengetahui ikan apa saja yang dapat dipkai untuk memakan jentik. Diharapakan
dengan penyuluhan ini masyarakat dapat lebih memahami bahwa penyakit DBD ini
merupakan penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah bila masyarakat peduli dan
secara bersama-sama aktif melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin.
Keterbatasan dari kegiatan penyuluhan ini adalah penyuluhan ini tidak disediakan media
penyuluhan seperti leaflet atau powerpoint. Diharapkan kedepannya penyuluhan mengenai
DBD ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik dan media penyuluhan visual yang
lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih banyak dari materi yang
disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai