NIM : 1805113493
Perbedaan alat dan bahan yang digunakan antara video dengan penuntun praktikum:
1. Dalam penuntun praktikum, sampel segar yang digunakan sebanyak 4 gram, sedangkan pada
video, sampel yang digunakan sebanyak 2 gram
2. Pada penuntun praktikum tidak diketahui berapa banyak asam sulfat 2 N yang akan
diteteskan, sedangkan pada video percobaan diketahui penambahan asam sulfat 2 N
sebanyak 10 tetes
3. Pada penuntun praktikum tidak diketahui berapa banyak penambahan Reagen alkaloid
(Mayer dan Wagner), sedangkan pada video percobaan diketahui penambahan Reagen
Mayer sebanyak 2-3 tetes
1. Pada penuntun praktikum, setelah sampel dirajang langsung dimasukkan ke dalam tabung
reaksi besar dan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat 2 N, lalu sampel yang telah
larut diberi pereaksi Mayer dan Wagner, sedangkan pada video percobaan, cara uji fitokimia
alkaloid lebih kompleks dan dapat dipahami, sampel yang telah dirajang dimasukkan ke
dalam lumpang, lalu digerus bersama pasir, kemudian setelah sampel lumat ditambahkan 10
mL kloroform, lalu digerus kembali , kemudian ditambah lagi dengan kloroform-amoniak
sebanyak 10 mL 0,05 N , kemudian digerus perlahan kembali, lalu letakkan kapas di dalam
lumpang, kemudian pipet cairan didalam lumpang dengan pipet teses melalui Kapas, proses
ini sama dengan proses penyaringan, lalu hasil cairan tadi dipindahkan ke dalam tabung
reaksi. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 10 tetes asam sulfat 2 N ke dalam tabung
reaksi, dikocok lalu didiamkan terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah lapisan asam,
sedangkan lapisan bawah adalah kloroform, selanjutnya lapisan asam di pipet dan
dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda. Tabung reaksi yang pertama diberi
reaksi Mayer dan tabung reaksi kedua tidak. Amati endapan yang ada di bawah tabung
reaksi, apabila terdapat endapan putih/krem, maka hal itu menandakan bahwa di dalam
sampel terdapat senyawa alkaloid
2. Pada penuntun praktikum, digunakan Reagen alkaloid Mayer dan Wagner, sedangkan pada
video percobaan hanya digunakan Reagen Mayer
1. Sampel digerus bersama pasir bertujuan untuk mempercepat proses lumatnya sampel
2. Saat memindahkan ekstrak kloroform digunakan alat pipet tetes dengan bantuan kapas.
Cairan dipipet melalui Kapas. Proses ini sama dengan proses penyaringan, dimana kapas
berfungsi sebagai penyaring menggantikan kertas saring.
3. Penambahan kloroform bertujuan sebagai pelarut yang dapat melarutkan senyawa yang ada
pada sampel
4. Penambahan asam sulfat bertujuan untuk mengekstrak alkaloid yang bersifat basa dengan
menggunakan larutan asam
5. Tabung reaksi dikocok, untuk mempercepat reaksi, sehingga terbentuk 2 lapisan.
UJI FITOKIMIA TERPENOID, STEROID, FLAVONOID, FENOLIK DAN SAPONIN
Perbedaan alat dan bahan yang digunakan antara video dengan penuntun praktikum:
Dalam penuntun praktikum, sampel segar yang digunakan sebanyak 4 gram, sedangkan pada
video, sampel yang digunakan sebanyak 2 gram
Pada video percobaan, 2 gr sampel yang telah dirajang dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan dengan etanol hingga sampel terendam (25 mL). Kemudian
dipanaskan di atas hotplate/penangas air selama 15 menit, lalu disaring dalam keadaan
panas ke dalam tabung reaksi. Lalu pelarut yang ada pada filtrat di uapkan dengan bantuan
lampu spiritus, dan didapatlah ekstraknya. Kemudian ekstrak dilarutkan dengan kloroform
sebanyak 5 mL, kemudian ditambah aquades sebanyak 5 mL.Perbandingan kloroform dan air
adalah 1:1. Kemudian campuran yang ada dalam tabung reaksi di kocok perlahan 2-3 menit
dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah lapisan air, sedangkan lapisan
bawah adalah lapisan kloroform. Kemudian masing-masing lapisan dipisahkan sehingga
didapatkan fraksi air dan fraksi kloroform. Fraksi air digunakan untuk uji flavonoid, fenolik
dan saponin. Sedangkan fraksi kloroform digunakan untuk uji terpenoid dan steroid. Pada
penuntun praktikum untuk melakukan uji terpenoid dan steroid tidak melalui proses
penambahan pelarut, sampel yang telah dirajang ditambahkan air sampai terendam di
dalam tabung reaksi besar, kemudian dididihkan dengan bantuan lampu spiritus, lalu selagi
panas dipindahkan ke tabung reaksi lain, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fitokimia.
C. Uji Saponin
Pada video percobaan : Fraksi air dikocok selama 1-2 menit, amati busa yang
terbentuk pada permukaan cairan, apabila terbentuk busa yang stabil (bertahan
selama 5 menit) menunjukkan bahwa sampel mengandung senyawa saponin.
Untuk memastikan dapat ditambah dengan HCl, apabila busa tidak hilang maka
akan memperkuat hasil bahwa sampel mengandung senyawa saponin.
Sedangkan pada penuntun praktikum jika air rebusan dalam tabung reaksi
dikocok kuat menghasilkan busa permanen selama 15 menit dan ketika
dilakukan penambahan 1 tetes HCl pekat, busa masih ada, maka sampel
mengindikasikan senyawa saponin.