Disusun Oleh:
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN KELOMPOK
GERONTIK
A. Definisi
Lanjut usia merupakan bagian dan proses tumbuh kembang manusia. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anakanak, dewasa, dan
akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang pads umumnya akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
b. Menurut Prof DR. Ny sumiati Ahmad Mohammad (alm). Guru Besar Universitas
Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis perkembangan manusia dibagi
sebagai berikut :
1. Usia 0 – 1 tahun (Masa bayi)
2. Usia 1 – 6 tahun (Masa pra sekolah)
3. Usia 6 – 10 tahun (Masa sekolah)
4. Usia 10 – 20 tahun (Masa pubertas)
5. Usia 40 – 65 tahun (Masa setengah umur, prasenium)
6. Usia 65 tahtm keatas (Masa lanjut usia, senium)
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia). Lanjut usia
merupakan kelanjutan usia dewasakedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun
2. Fase verilitas, antara usia 40 – 50 tahun
3. Fase praesennun, antara usia 55 – 65 tahun
4. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
C. Teori Penuaan
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan
secara biologi dan teori penuaan psikososial (Siti Bandiyah, 2009).
a. Teori Biologi
1. Teori genetic dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
a. Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk
spesises-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubaban biokimia, yang di program oleh molekul-molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menytebabkan
sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya Pigmen
Lipofuchine, di sel otot jantung usia yang mengakibatkan
mengganggu ftingsi sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah Kolagen dalam Jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan
gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses Metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus.Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia
dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem Iminun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
h. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel biasa digunakan tubuh
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertaliankan kestabilan
lingkungan internal, kelebilian usaha dan stes menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal bebas
Radikal Bebas dapat terbentuk di datam bebas, tidak stabilnya
radikat bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenrasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat,khususnya jaringan kolagen,ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastic, kekacauan dan hilangnya, fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan Organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori Psikososial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity Theory)
1. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3.Teori Sosial
1. Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
social
2. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi
kehilangan ganda yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol sosial
c) Berkurangnya komitmen
3. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih
peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
4. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954),
Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial
didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain
Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk
melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan
mengeluarkan biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
5. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia
secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut,
dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas
maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun. Pada
wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak
menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.
b) Lansia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
1) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2) Proses tak dapat dihindari
3) Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
6. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia
merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
7. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori
Freud, Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa
dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan
menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan
(ego integrity versus despair).
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu;
a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c) Menemukan makna kehidupan
d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g) Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi
dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang
baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,
ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
8. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban,
serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi
usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.
4. Teori Psikologi
1) Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan
yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah
terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai
urutan yang paling tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini
sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak
paling bawah/di dasar.
2) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa
dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari
Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau
ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
3) Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah
mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase
proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata
lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara
jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan
kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk
tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga
tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam
kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan
memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun
seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif
diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau
70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai
tujuan hidup.
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap
gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut
akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia,
jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.
Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi Duka
cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi.
Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
PRINSIP :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi, jagung,
kentang > lemak > gula, garam
OLAHRAGA
Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi komponan sebagai
berikut:
1. Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit
2. Latihan initi 15 – 60 menit
3. Pendinginan 10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM
2. DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
3. Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40 = 180 x / mnt
i. Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt
ii. Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
4. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu
5. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu
pemanasan dan pendinginan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada
beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang
berlebihan dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan menerima
makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan
hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan
makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan
bergizi, makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera
makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang
dianjurkan.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang
diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan
tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab
keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan
ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat
sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan
( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka.
A. Pengertian
Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahyang
mungkin terjadi pada lanjut usia. Geriatri nursing adalah spesiali keperawatan lanjut usia
yang dapat menjalankan perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsioptimal
lanjut usia secara komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita
penyakit dan dirawat di RS merupakan bagian dari gerontic nursing.
A. Pengkajian
Distribusi Lansia berdasarkan Usia
No. Rentang Usia Jumlah Presentase
1. 50-60 tahun 1 25%
2. 61-80 tahun 2 50%
3. 81-90 tahun 1 25%
Jumlah 100%
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Data Penunjang
.
1. Nyeri Akut Ny. A
DS :
Px mengeluh nyeri sendi pada bagian kaki
DO :
- TTV
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 90 ˟/menit
RR : 22 ˟/menit
S : 36,7˚C
- BB : 54 kg
- TB : 153 cm
- KU : Lemah
- KES : CM
P : Nyeri ketika sedang beraktivitas maupun tidak
beraktivitas
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri sendi pada bagian kaki
S:5
T : Hilang timbul
Ny. W
Ds :
Ny. W mengatakan nyeri pada punggung dan sendi
Do :
Klien tampak meringis nyeri
Pengkajian nyeri
P : Adanya pergerakan fragmen tulang
Q : Seperti dihantam benda tumpul
R : Punggung
S:5
T : Hilang timbul
Ny. M
DS :
Klien mengatakan sering pusing dan sakit pada kepala
bagian belakang jika digunakan aktivitas terlalu berat
DO :
Pengkajian nyeri yang didapatkan :
P : Saat digunakan untuk beraktivitas
Q : Berdenyut
R : Kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 6
T : Berulang
klien tampak menahan pusing, dan lemah.
Pemeriksaan TTV :
TD : 132/91 mmhg
N : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,4oC
2. Gangguan Mobilitas Ny. A
Fisik DS :
Px mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas dan
mengeluh nyeri saat bergerak
DO :
- TTV
TD: 150/90 mmHg
Nadi: 90 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 36,7 0c
- Kekuatan otot menurun
- Sendi kaku
- Gerakan terbatas
Ny. W
Ds :
Ny. W mengatakan kaku dibagian kaki dan mengeluh
nyeri pada punggung jika terlalu banyak beraktifitas
berat
Do :
Klien tampak lemah
Kekuatan otot klien 3
3. Disfungsi Pankreas Ny. R
DS :
Pasien mengatakan sering haus dan lapar, sering
lemah dan lemas.
DO :
Pasien terlihat lesu, sering minum air putih dan makan
banyak.
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36◦C
BB : 55 Kg
TB : 159 cm
GDA : 227 g/dL.
4. Gangguan Ny. R
Biokimiawi (Diabetic) DS :
Pasien mengatakan sering mual muntah jika kambuh,
Sensasi panas/dingin.
DO :
Pasien terlihat pucat, tampak lemah dan lesu.
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36◦C
BB : 55 Kg
TB : 159 cm
GDA : 227 g/dL.
5. Kondisi Fisiologis Ny. R
(penyakit kronis) DS :
Pasien mengatakan sering lemah dan letih serta lesu.
DO :
Pasien terlihat lemas dan terlihat mengantuk terus.
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36◦C
BB : 55 Kg
TB : 159 cm
GDA : 227 g/dL
C. Intervensi Keperawatan
Ny. W
Setelah dilakukan 2 kali 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, - Untuk mengetahui lokasi
kunjungan diharapkan nyeri frekuaensi, kualitas dan intensitas nyeri
akut dapat teratasi, dengan nyeri - Untuk mengetahui berapa
kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang dapat skala nyeri yang dirasakan oleh
memperingan nyeri klien
1. Skala nyeri turun 3. Memberikan teknik nonfarmakologi
2. Mampu mengontrol nyeri - Untuk mengidentifikasi
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik
Mampu mengenali nyeri nafas dalam, kompres hangat) respon nyeri non verbal
4. Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
menerapkan terapi relaksasi
nafas dalam
- Untuk menganjurkan
memonitor nyeri secara mandiri
Ny. M
Setelah dilakukan tindakan - Kaji karakteristik nyeri. - Mengetahui tingkat nyeri
keperawatan 1x24 jam, - Managemant lingkungan yang klien.
diharapkan nyeri klien nyaman. - Lingkungan yang nyaman
teratasi dengan kriteria - Kaji TTV dapat memberikan
hasil: - Observasi reaksi non verbal klien - Mengetahui kondisi px
- Ajarkan teknik non farmakologi - Melihat respon secara
- Skala nyeri 0 untuk mengurangi nyeri (teknik objecktif
Ekspresi tenang relaksasi otot progresif) - Supaya tidak menggunakan
- Kolaborasi pemberian analgetik obat kimia
sesuai indikasi - Kolaborasi dengan bidan
desa untuk pemberian obat
2. Gangguan mobilitas Ny. A
fisik Setelah dilakukan tndakan -Identifikasi adanya nyeri atau keluhan - Untuk mengetahui adanya nyeri
keperawatan selama 3x24 jam fisik lainya atau aktifitas fisik yang lain
diharapkan mobilitas fisik - Monitor kondisi umum selama -Untuk memonitor kondisi umum
meningkat. melakukan ambulasi selama melakukan ambulasi
Dengan kriteria hasil: -Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, -Fasilitasi melakukan mobilisasi
1. Pergerakan ekstermitas jika perlu ,jika perlu
meningkat -Ajarkan ambulasi sederhana yang harus -Ajarkan ambulasi sederhana yang
2. Rentang gerak meningkat bisa dilakukan dirumah
dilakukan
3. Nyeri menurun
4. Kaku sendi menurun
Ny. W
Setelah dilakukan 2 kali 1. Monitoring vital sign - Untuk mengetahui adanya nyeri
kunjungan diharapkan 2. Anjurkan rutin konsultasi pada ahli atau aktifitas fisik yang lain
mobolitas fisik dapat teratasi, terapi fisik -Untuk memonitor kondisi umum
dengan kriteria hasil : Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi selama melakukan ambulasi
-Fasilitasi melakukan mobilisasi
1. Aktivitas klien meningkat ,jika perlu
-Ajarkan ambulasi sederhana yang
bisa dilakukan dirumah
3. Disfungsi Pankreas Ny. R