Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KELOMPOK GERONTIK 8B

Disusun Oleh:

1. Rinda Saviera (P17220184058)

2. Sindy Wahyuarista M (P17220184059)

3. Cahyo Dwi Rachmawan (P17220184061)

4. Nia Fadilatul Azizah (P17220184062)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN KELOMPOK
GERONTIK

A. Definisi
Lanjut usia merupakan bagian dan proses tumbuh kembang manusia. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anakanak, dewasa, dan
akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang pads umumnya akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

B. Batas-batas Lanjut Usia


Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60 - 65. Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batasan
umur :
a. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO ada 4 tahap yaitu,
1. Usia pertengahan (Middle age) (45 – 59 tahun)
2. Lanjut usia (elderly) (60 – 74 tahun)
3. Lanjut usia tua (old) (75 – 90 tahun)
4. Usia sangat tua (Very old) (diatas 90 tahun)

b. Menurut Prof DR. Ny sumiati Ahmad Mohammad (alm). Guru Besar Universitas
Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis perkembangan manusia dibagi
sebagai berikut :
1. Usia 0 – 1 tahun (Masa bayi)
2. Usia 1 – 6 tahun (Masa pra sekolah)
3. Usia 6 – 10 tahun (Masa sekolah)
4. Usia 10 – 20 tahun (Masa pubertas)
5. Usia 40 – 65 tahun (Masa setengah umur, prasenium)
6. Usia 65 tahtm keatas (Masa lanjut usia, senium)
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia). Lanjut usia
merupakan kelanjutan usia dewasakedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun
2. Fase verilitas, antara usia 40 – 50 tahun
3. Fase praesennun, antara usia 55 – 65 tahun
4. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia

C. Teori Penuaan
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan
secara biologi dan teori penuaan psikososial (Siti Bandiyah, 2009).

a. Teori Biologi
1. Teori genetic dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
a. Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk
spesises-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubaban biokimia, yang di program oleh molekul-molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menytebabkan
sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya Pigmen
Lipofuchine, di sel otot jantung usia yang mengakibatkan
mengganggu ftingsi sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah Kolagen dalam Jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan
gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses Metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus.Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia
dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem Iminun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
h. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel biasa digunakan tubuh
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertaliankan kestabilan
lingkungan internal, kelebilian usaha dan stes menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal bebas
Radikal Bebas dapat terbentuk di datam bebas, tidak stabilnya
radikat bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenrasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat,khususnya jaringan kolagen,ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastic, kekacauan dan hilangnya, fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan Organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori Psikososial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity Theory)
1. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b. Kepribadian berlanjut ( CountinuitY Theory )


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seiring lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimilikinya.

c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)


Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu
oleh Cumming dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Los),
yaitu:
1. Kehilangan peran (Loos of Role).
2. Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships).
3. Berkurangnya komitmen (Reused commitment to Social Mores and Values).

3.Teori Sosial
1. Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
social
2. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi
kehilangan ganda yakni :
a)      Kehilangan peran
b)      Hambatan kontrol sosial
c)      Berkurangnya komitmen
3. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a)   Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih
peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b)      Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c)      Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
4. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954),
Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial
didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain
Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya untuk
melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a)   Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
b)   Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c)   Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan
mengeluarkan biaya.
d)  Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
e)      Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
5. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang lansia
secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut,
dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas
maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a)   Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun. Pada
wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya saat anak
menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.
b)  Lansia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
c)    Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
1)      Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2)      Proses tak dapat dihindari
3)      Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
6. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia
merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b)    Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
7. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori
Freud, Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa
dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan
menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan
(ego integrity versus despair).
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu;
a)      Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b)      Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c)      Menemukan makna kehidupan
d)      Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e)      Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f)       Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g)      Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi
dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
a)   Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
b)   Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang
baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c)  Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,
ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
8. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran, kewajiban,
serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi
usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a)   Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b)   Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c)    Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

4. Teori Psikologi
1)      Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan
yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah
terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai
urutan yang paling tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini
sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak
paling bawah/di dasar.
2)    Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa
dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari
Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau
ke arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
3)    Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah
mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase
proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata
lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara
jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan
kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk
tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga
tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam
kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan
memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur 25 tahun
seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif
diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau
70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai
tujuan hidup.

1. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexual (Azizah dan Lilik M, 2011, 2011).

a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap
gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut
akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia,
jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi

c. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :


1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.
Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi Duka
cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi.
Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :


1. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis.
5. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh
darah kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan
posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi, karena
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat (menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhi yang sering ditemukan adalah temperatur
tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi aktifitas otot rendah.
7. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat,
mengakibatkan menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas menurun pula. Selain itu, kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
dan CO2 arteri tidak berganti.
8. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.
9. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan
frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron.
11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi
dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah
kram dan tremor.

D. Tugas Perawat dalam Setiap Teori Penuaan


a. Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
1. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
2. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan
dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut
dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat
tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke
kursi atau sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan
membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan
menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu
berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan
menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. Dari
hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995)
ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :
 GIZI
a.       Pengamatan
D = disease
E = eating poorly
T = tooth loss
E = economic hardship
R = reduced social contact
M = Multiple medicine
I = involuntary weight loss and gains
N = need assistance in self care
E = elder years
b.      Pendidikan gizi dan konseling diet
c.       Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :
1)      Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
2)      Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
3)      Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
4)      Hidrat arang, gula murni dikurangi
5)      Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam folat,
kalsium dan Fe

PRINSIP :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi, jagung,
kentang > lemak > gula, garam

 OLAHRAGA
Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi komponan sebagai
berikut:
1.      Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit
2.      Latihan initi 15 – 60 menit
3.      Pendinginan 10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM
2. DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
3. Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40 = 180 x / mnt
i. Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt
ii. Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
4. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu
5. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu
pemanasan dan pendinginan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar pada
beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak badan yang
berlebihan dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan menerima
makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan
hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan
makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan
bergizi, makanan yang serasi, serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera
makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang
dianjurkan.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien lansia yang
diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila terdapat kelainan
tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang tinggal di panti Werda ).
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji penyebab
keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan sabar dan
ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat
sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dan sebagainya. Sentuhan
( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti bagi mereka.

b. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial


Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi
dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia,
yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk
sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial
antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau
hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat
disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan
upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan :
tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya
hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau
kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan
menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada
mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada
hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara mereka (terutama bagi yang
tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu
mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa
kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban
bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama
mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien
lansia di panti werda.

c. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi


Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa
puas.
Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus
menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan
dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam
memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai
akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan
karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-
perubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang
baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan
pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan
mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan.
Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku mereka dan kemunduran
ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka
tetap merasa puas dan bahagia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KELOMPOK GERONTIK

A. Pengertian
Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalahyang
mungkin terjadi pada lanjut usia. Geriatri nursing adalah spesiali keperawatan lanjut usia
yang dapat menjalankan perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsioptimal
lanjut usia secara komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita
penyakit dan dirawat di RS merupakan bagian dari gerontic nursing.

B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu
b e r g e r a k t a n p a  bantuan orang lain.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang
mengalamikelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagaisupporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab.
3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia untuk menciptakan sosialisasimereka.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin
d a l a m hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia melalui perawatan dengan
pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup /
s e m a n g a t hidup lansia. 
4. Menolong dan merawat klien yang menderita sakit
5. Merangsang petugas kesehatan agar dapat mengenal dan
m e n e g a k k a n diagnosa secara dini.
6. Mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan pada lansia.

D. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

E. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Pengkajian:
Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah keprawatan meliputi aspek:
a. Fisik : wawancara
b. Pemeriksaan fisik : Head to tea, sistem tubuh
c. Psikologi
d. Social ekonomi
e. Spiritual
Pengkajian dasar meliputi : Temperatur, nadi, pernafasan, tekanan darah, berat
badan, tingkat orientasi, memori, pola tidur, penyesuaian psikososial.
Sistem tubuh: sistem persyarafan, kardiovaskuler,gastrointestinal, genitovrinarius,
sistem kulit, sistem musculoskeletal.
2. Perencanaan
Untuk menentukan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien
dan pemilihan intervensi keperawatan yang tepat
3. Pelaksanaan
Tahap dimana perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
d e n g a n intervensi / perencanaan yang telah ditentukan.
4. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan
danmengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai
yangtelah ditetapkan
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK
GERONTIK

A. Pengkajian
 Distribusi Lansia berdasarkan Usia
No. Rentang Usia Jumlah Presentase
1. 50-60 tahun 1 25%
2. 61-80 tahun 2 50%
3. 81-90 tahun 1 25%
Jumlah 100%

 Distribusi Lansia berdasarkan Jenis Kelamin


No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1. Laki-laki - -
2. Perempuan 4 100%
Jumlah 100%

 Distribusi Lansia berdasarkan Keluhan atau Penyakit Sekarang


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Hipertensi 1 25%
2. Diabetes Mellitus 1 25%
3. Osteoporosis 1 25%
4. Asam Urat 1 25%
Jumlah 100%

 Distribusi Lansia berdasarkan Riwayat Penyakit Lalu


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Hipertensi 1 25%
2. Diabetes Mellitus 1 25%
3. TBC
4. Lain-lain

 Distribusi Lansia berdasarkan Perilaku terhadap Kesehatan


No. Kebiasaan Jumlah Presentase
1. Merokok 0 -
2. Minum Kopi 2 50%
3. Suka makan asin 4 100%
4. Suka makan manis 3 75%
5. Makan tinggi purin 3 75%
6. Makanan berlemak 3 75%
7. Pantanan makanan 2 50%
8. Alkohol 0 -
9. Konsumsi obat-obatan 2 50%
10. Alergi 2 50%

 Distribusi Lansia berdasarkan Tingkat Kemandirian


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Memerlukan bantuan penuh 0 -
Memerlukan bantuan
2. 2 50%
minimal/ringan
3. Mandiri 2 50%
Jumlah 100%

 Distribusi Lansia berdasarkan Penggunaan Alat Bantu


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Kursi roda 0 -
2. Tongkat 0 -
3. Bedrest 0 -
4. Tanpa bantuan 4 100%
Jumlah 100%

 Distribusi Lansia berdasarkan Nutrisi dan Metabolik


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Ada pantangan makanan 2 50%
2. Melaksanakan program diit 0 -
3. Nafsu makan baik 3 75%
4. Kesukaran menelan 0 -
5. Memakai gigi palsu 0 -
6. Gigi ompong 3 75%
7. Mengonsumsi air 1-2 L 3 75%
Riwayat masalah penyembuhan
8. 0 -
penyakit

 Distribusi Lansia berdasarkan Determinan Nutrisi


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Good 3 75%
2. Moderate Nutritional Risk 1 25%
3. High Nutritional Risk

 Distribusi Lansia berdasarkan Eliminasi


No. Kategori Jumlah Presentase
Kebiasaan BAB dalam batas
1. 4 100%
normal
2. Pola BAB dalam batas normal 4 100%
3. Menggunakan kolostomi 0 -
Kebiasaan BAK dalam batas
4. 4 100%
normal
5. Warna urin dalam batas normal 4 100%
6. Menggunakan alat bantu BAK 0 -

 Distribusi Lansia berdasarkan Tidur Istirahat


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Kebiasaan tidur baik 4 100%
2. Masalah tidur 0 -

 Distribusi Lansia berdasarkan Kognitif/Perseptual


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Keadaan mental baik 4 100%
2. Emosional baik 3 100%
3. Berbicara normal 4 100%
4. Kemampuan memahami 4 100%
5. Fungsi Intelektual utuh 4 100%
6. Terdapat gangguan kognitif 0 -
7. Kecemasan ringan 4 100%
8. Kecemasan sedang 0 -
9. Kecemasan berat 0 -
10. Depresi 0 -

 Distribusi Lansia berdasarkan Toleransi Koping Stres/Persepsi Diri/Konsep


Diri
No. Kategori Jumlah Presentase
Ada ancaman perubahan
1. penampilan/kehilangan anggota 0 -
badan
2. Penurunan harga diri 0 -
3. Ancaman kematian 0 -
Ancaman terhadap kesembuhan
4. 1 25%
penyakit
5. Ada masalah keuangan 0 -
Pola koping individual
6. 4 100%
konstruktif

 Distribusi Lansia berdasarkan Seksualitas/Reproduksi


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Memiliki masalah 0 -
menstruasi/hormonal
Melakukan pemeriksaan
2. 1 25%
payudara/testis sendiri
3. Memiliki gangguan seksual 0 -

 Distribusi Lansia berdasarkan Peran Hubungan


No. Kategori Jumlah Presentase
Interaksi dengan orang lain
1. 4 100%
baik
2. Menutup diri 0 -
3. Mengisolasi diri 0 -
4. Pengkajian fungsi sosial baik 4 100%
5. Pengkajian fungsi sosial sedang 0 -
6. Pengkajian fungsi sosial berat 0 -

 Distribusi Lansia berdasarkan Agama yang dianut


No. Agama Jumlah Presentase
1. Islam 4 100%
2. Kristen 0 -
3. Hindu 0 -
4. Budha 0 -
5. Konghucu 0 -
6. Lain-lain 0 -
Jumlah 100%

 Distribusi Lansia berdasarkan Nilai Keyakinan


No. Kategori Jumlah Presentase
1. Pantangan menurut agama 0 -
Meminta dikunjungi
2. 0 -
rohaniawan
Nilai/keyakinan terhadap
3. 4 100%
penyakit yang diderita
4. Distress spiritual 0 -

B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Data Penunjang
.
1. Nyeri Akut Ny. A
DS :
Px mengeluh nyeri sendi pada bagian kaki
DO :
- TTV
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 90 ˟/menit
RR : 22 ˟/menit
S : 36,7˚C
- BB : 54 kg
- TB : 153 cm
- KU : Lemah
- KES : CM
P : Nyeri ketika sedang beraktivitas maupun tidak
beraktivitas
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri sendi pada bagian kaki
S:5
T : Hilang timbul
Ny. W
Ds :
Ny. W mengatakan nyeri pada punggung dan sendi
Do :
 Klien tampak meringis nyeri
 Pengkajian nyeri
P : Adanya pergerakan fragmen tulang
Q : Seperti dihantam benda tumpul
R : Punggung
S:5
T : Hilang timbul
Ny. M
DS :
Klien mengatakan sering pusing dan sakit pada kepala
bagian belakang jika digunakan aktivitas terlalu berat
DO :
Pengkajian nyeri yang didapatkan :
P : Saat digunakan untuk beraktivitas
Q : Berdenyut
R : Kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 6
T : Berulang
klien tampak menahan pusing, dan lemah.
Pemeriksaan TTV :
TD : 132/91 mmhg
N   : 83 x/menit
RR : 23 x/menit
S    : 36,4oC
2. Gangguan Mobilitas Ny. A
Fisik DS :
Px mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas dan
mengeluh nyeri saat bergerak
DO :
- TTV
TD: 150/90 mmHg
Nadi: 90 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 36,7 0c
- Kekuatan otot menurun
- Sendi kaku
- Gerakan terbatas
Ny. W
Ds :
Ny. W mengatakan kaku dibagian kaki dan mengeluh
nyeri pada punggung jika terlalu banyak beraktifitas
berat
Do :
 Klien tampak lemah
 Kekuatan otot klien 3
3. Disfungsi Pankreas Ny. R
DS :
Pasien mengatakan sering haus dan lapar, sering
lemah dan lemas.
DO :
Pasien terlihat lesu, sering minum air putih dan makan
banyak.
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36◦C
BB : 55 Kg
TB : 159 cm
GDA : 227 g/dL.
4. Gangguan Ny. R
Biokimiawi (Diabetic) DS :
Pasien mengatakan sering mual muntah jika kambuh,
Sensasi panas/dingin.
DO :
Pasien terlihat pucat, tampak lemah dan lesu.
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36◦C
BB : 55 Kg
TB : 159 cm
GDA : 227 g/dL.
5. Kondisi Fisiologis Ny. R
(penyakit kronis) DS :
Pasien mengatakan sering lemah dan letih serta lesu.
DO :
Pasien terlihat lemas dan terlihat mengantuk terus.
TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36◦C
BB : 55 Kg
TB : 159 cm
GDA : 227 g/dL
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut Ny. A
Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi nyeri - Untuk mengetahui lokasi
keperawatan selama 3x24 - Identifikasi skala nyeri nyeri
jam diharapkan nyeri akut - Identifiksi respon nyeri non verbal - Untuk mengetahui berapa
menurun. - Berikan teknik nonfarmakologis skala nyeri yang dirasakan oleh
Dengan kriteria hasil: untuk mengurangi rasa nyeri dengan klien
1. Keluhan nyeri menurun memberikan terapi relaksasi nafas - Untuk mengidentifikasi
2. Meringis menurun dalam respon nyeri non verbal
3. Gelisah menurun - Anjurkan memonitor nyeri secara - Untuk memberikan teknik
4. Sulit tidur menurun mandiri nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
menerapkan terapi relaksasi
nafas dalam
- Untuk menganjurkan
memonitor nyeri secara mandiri

Ny. W
Setelah dilakukan 2 kali 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, - Untuk mengetahui lokasi
kunjungan diharapkan nyeri frekuaensi, kualitas dan intensitas nyeri
akut dapat teratasi, dengan nyeri - Untuk mengetahui berapa
kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang dapat skala nyeri yang dirasakan oleh
memperingan nyeri klien
1. Skala nyeri turun 3. Memberikan teknik nonfarmakologi
2. Mampu mengontrol nyeri - Untuk mengidentifikasi
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik
Mampu mengenali nyeri nafas dalam, kompres hangat) respon nyeri non verbal
4. Jelaskan strategi meredakan nyeri - Untuk memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
menerapkan terapi relaksasi
nafas dalam
- Untuk menganjurkan
memonitor nyeri secara mandiri
Ny. M
Setelah dilakukan tindakan - Kaji karakteristik nyeri. - Mengetahui tingkat nyeri
keperawatan 1x24 jam, - Managemant lingkungan yang klien.
diharapkan nyeri klien nyaman. - Lingkungan yang nyaman
teratasi dengan kriteria - Kaji TTV dapat memberikan
hasil: - Observasi reaksi non verbal klien - Mengetahui kondisi px
- Ajarkan teknik non farmakologi - Melihat respon secara
- Skala nyeri 0 untuk mengurangi nyeri (teknik objecktif
Ekspresi tenang relaksasi otot progresif) - Supaya tidak menggunakan
- Kolaborasi pemberian analgetik obat kimia
sesuai indikasi - Kolaborasi dengan bidan
desa untuk pemberian obat
2. Gangguan mobilitas Ny. A
fisik Setelah dilakukan tndakan -Identifikasi adanya nyeri atau keluhan - Untuk mengetahui adanya nyeri
keperawatan selama 3x24 jam fisik lainya atau aktifitas fisik yang lain
diharapkan mobilitas fisik - Monitor kondisi umum selama -Untuk memonitor kondisi umum
meningkat. melakukan ambulasi selama melakukan ambulasi
Dengan kriteria hasil: -Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, -Fasilitasi melakukan mobilisasi
1. Pergerakan ekstermitas jika perlu ,jika perlu
meningkat -Ajarkan ambulasi sederhana yang harus -Ajarkan ambulasi sederhana yang
2. Rentang gerak meningkat bisa dilakukan dirumah
dilakukan
3. Nyeri menurun
4. Kaku sendi menurun
Ny. W
Setelah dilakukan 2 kali 1. Monitoring vital sign - Untuk mengetahui adanya nyeri
kunjungan diharapkan 2. Anjurkan rutin konsultasi pada ahli atau aktifitas fisik yang lain
mobolitas fisik dapat teratasi, terapi fisik -Untuk memonitor kondisi umum
dengan kriteria hasil : Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi selama melakukan ambulasi
-Fasilitasi melakukan mobilisasi
1. Aktivitas klien meningkat ,jika perlu
-Ajarkan ambulasi sederhana yang
bisa dilakukan dirumah
3. Disfungsi Pankreas Ny. R

Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi kemungkinan penyebab -untuk mengetahui penyebab


hiperglikemia hiperglikemia.
keperawatan 2x24 jam
-Berikan asupan cairan oral. -untuk memberikan asupan cairan
diharapkan gula darah stabil -Anjurkan monitor kadar gula darah oral supaya terkontrol.
dg: secara mandiri -untuk memonitor kadar gula
Kriteria hasil : -Kolaborasi pemberian obat dokter darah secara mandiri.
-Mengantuk menurun -bekerja sama dengan tim dokter
-Pusing menurun berkolaborasi pemberian obat
-Lelah/lesu menurun hiperglikemia
-Keluhan lapar menurun
4. Gangguan Ny. R
Biokimiawi (Diabetic) Setelah dilakukan asuhan -Identifikasi pengalaman mual -Untuk mengidentifikasi
keperawatan 2x24 jam -Kendalikan factor lingkungan penyebab pengalaman mual
diharapkan mual muntah mual (mis. Bau tak sedap) -Untuk mengendalikan factor
-Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup lingkungan yang menyebabkan
menurun dg:
-Kolaborasi pemberian antimetik. pasien mual
Kriteria hasil : -Menganjurkan pasien untuk
-Keluhan mual muntah istirahat yang cukup
menurun -Berkolaborasi dengan tim dokter
-Perasaan ingin muntah
menurun pemberian antimetik.
-Pucat membaik
5. Kondisi Fisiologis Ny. R
(penyakit kronis) Setelah dilakukan asuhan -Identifikasi kesiapan dan kemampuan -Untuk mengidentifikasi kesiapan
keperawatan 2x24 jam menerima informasi dan kemampuan menerima
diharapkan keletihan -Sediakan materi dan media pengaturan informasi.
aktivitas dan istirahat. -Menyediakan materi dan media
menurun dg:
-Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas pengaturan aktivitas dan istirahat.
Kriteria hasil : -Menjelaskan pentingnya
-Verbaliasi kepulihan energy fisik atau olahraga secara rutin.
melakukan aktivitas fisik atau
meningkat olahraga secara rutin
-Tenaga meningkat
-Kemampuan melakukan
aktivitas rutin meningkat
-Lesu menurun

Anda mungkin juga menyukai