Anda di halaman 1dari 18

PROSES KEPERAWATAN JIWA

“Konsep Stress, Rentang Sehat Sakit Jiwa, Dan Koping”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan " Keperawatan Kesehatan

Jiwa I”

Dosen Pengampu : Ns. Feri Fernandes, M.kep. Sp.Kep.J

Windi Febrina D 1911311018 Bunga Anggraini A. 1911312045

Haiyun Pitria 1911311036 Umniatul Azizah 1911313017

Wulandari Pratiwi 1911312009 Mahya Rodhiyah 1911313038

Naila Zahra Iman 1911312027 Salsabila Juwita 1911312066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas penulisan makalah ini
dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang.

Dengan adanya penulisan tugas makalah ini semoga dapat membantu dalam
pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam
ruang lingkup ilmu keperawatan. Disamping itu penulis menyadari bahwa mungkin
terdapat banyak kesalahan baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya yang tidak
penulis ketahui.

Penulispun menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai


hasil yang sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
dapat membantu pembaca dalam memahami konsep stress, rentang sehat sakit jiwa, dan
koping.

Padang, 27 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Manfaat..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
2.1 Konsep Stress....................................................................................................6
2.2 Rentang Sehat-Sakit Jiwa................................................................................6
2.1.1 Pengertian Sehat Jiwa...............................................................................6
2.1.2 Kriteria Sehat Jiwa....................................................................................7
2.1.3 Rentang Sehat-Sakit Jiwa.........................................................................8
2.3 Koping................................................................................................................9
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa menurut undang – undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 merupakan
suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikaan kontribusi untuk
komunitasnya. Menurut Riyadi dan Purwanto (2013), kesehatan jiwa suatu kondisi
perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup
aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian diri.

Kesehatan jiwa seseorang dipengaruhi oleh keseimbangan dan ketidakseimbangan


antar sistem. Sistem tersebut berfungsi sebagai salah satu kesatuan yang holistik dan
bukan semata-mata merupakan penjumlahan elemen-elemenya. Sehingga kesehatan
jiwa merupakan kondisi seseorang yang merasa sehat dan bahagia, mampu menerima
orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.

Menurut World Health Organization (WHO), 25 % dari penduduk dunia pernah


mengalami masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya merupakan gangguan jiwa berat. Di
Indonesia rata-rata gangguan jiwa berat seperti halusinasi, ilusi, waham, kemampuan
berpikir, gangguan proses pikir serta tingkah laku yang aneh, misal nya agrevitas atau
katonik di setiap provinsi sebesar 14,3 % sedangkan di jawa tengah penderita gangguan
berat sebesar 2,3 % (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Center for Mental Health Services (CMHS) secara resmi mengakui keperawatan
jiwa salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik, teori kepribadian dan perilaku manusia
untuk mendapatkan kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktek keperawatan
(Suart dalam Prabowo, 2014). Upaya kesehatan jiwa tentunya tidak terlepas dari peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan berkolaborasi
bersama keluarga dalam merawat pasien. Keluarga merupakan lingkungan terdekat
yang mempengaruhi kesembuhan pasien, terutama dukungan keluarga selama di rumah

4
sangat dibutuhkan agar pasien termotivasi untuk sembuh dan tidak kambuh lagi. Peran
perawat juga sangat dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien skizofrenia
baik dirumah sakit maupun dirumah (Keliat, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa konsep stress dalam kesehatan jiwa ?
b) Apa itu rentang sehat sakit jiwa ?
c) Apa koping yang digunakan dalam keperawatan kesehatan jiwa ?

1.3 Manfaat
a) Memahami konsep stress dalam keperawaran kesehatan jiwa
b) Memahami rentang sehat sakit jiwa dalam keperawatan kesehatan jiwa
c) Memahami koping dalam mengatas permasalahan kesehatan jiwa

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Stress


Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia.
Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah
sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup
yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau
dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang. Stres juga bisa menimpa siapapun
termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut usia. Dengan kata lain,
stres pasti terjadi pada siapapun dan dimanapun. Yang menjadi masalah adalah apabila
jumlah stres itu begitu banyak dialami seseorang. Dampaknya adalah stres itu
membahayakan kondisi fisik dan 1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan
melalui: nasibgaol.jo@gmail.com mentalnya. Lin dan Huang (2014) menyatakan bahwa
stres yang jumlahnya begitu banyak bisa membahayakan kepada setiap orang, termasuk
siswa. Dalam lingkungan akademik, stres merupakan pengalaman yang paling sering
dialami oleh para siswa, baik yang sedang belajar di tingkat sekolah ataupun di
perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tuntutan akademik yang harus
dihadapi, misalnya ujian, tugas-tugas, dan lain sebagainya.

Cannon merupakan peneliti pertama yang mengembangkan konsep stres yang


dikenal dengan “fight-or-flight response” pada tahun 1914 (Bartlett, 1998). Berdasarkan
konsep yang diperkenalkan Cannon tersebut, “the fight-or-flight response”, stres
diartikan sebagai respons tubuh terhadap sesuatu hal. Cannon menyatakan bahwa stres
adalah sebagai ganguan homeostasis yang menyebabkan perubahan pada keseimbangan
fisiologis yang dihasilkan dari adanya rangsangan terhadap fisik maupun psikologis.
Namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahun dan bertambahnya penelitian di
bidang stres, berbagai teori tentang stres pun bermunculan.

2.2 Rentang Sehat-Sakit Jiwa


2.1.1 Pengertian Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi
jiwa dan sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri.

6
Orang yang sehat jiwa berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri
dari bio, psiko, social, dan spiritual yang saling berinteraksi satu dengan
yang lain dan saling mempengaruhi. World Health Organization (WHO)
merumuskan sehat dalam arti kata yang luas, yaitu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat.
Hubungan antara kesehatan fisik dengan mental dapat dibuktikan oleh
Hall dan Goldberg tahun 1984 (Notosoedirjo, 2005), bahwa pasien yang
sakit secara fisik menunjukkan adanya gangguan mental seperti depresi,
kecemasan, sindroma otak organic, dan lain-lain. Terdapat tiga kemungkinan
hubungan antara sakit secara fisik dan mental, pertama orang yang
mengalami sakit mental karena sakit fisiknya. Karena kondisi fisik tidak
sehat, sehingga tertekan dan menimbulkan gangguan mental. Kedua, sakit
fisik yang diderita itu sebenarnya gejala dari adanya gangguan mental.
Ketiga, antara gangguan mental dan fisik saling menopang, artinya orang
menderita secara fisik menimbulkan gangguan secara mental, dan gangguan
mental turut memperparah sakit fisiknya.
2.1.2 Kriteria Sehat Jiwa
Ada berbagai pendapat tentang jiwa yang sehat, yaitu karena tidak sakit,
tidak jatuh sakit akibat stressor, sesuai dengan kapasitasnya dan selaras
dengan lingkungan, dan mampu tumbuh berkembang secara positif
(Notosoedirjo dan Latipun, 2005). Seseorang yang sehat mental menurut
WHO mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan
b. Memperoleh kepuasan dari usahanya
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Saling tolong menolong dan saling memuaskan
e. Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan dating
f. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif
g. Mempunyai kasih sayang.

7
Kriteria sehat jiwa menurut M. Jahoda, diantaranya adalah :
a. Sikap positif terhadap diri
Menerima diri apa adanya, sadar diri, obyektif, dan merasa berarti.
b. Tumbuh, kembang dan aktualisasi
Berfungsi optimal dan adaptif
c. Integrasi
Keseimbangan antara ekspresi dan represi, ego yang kuat (Stress dan
koping) dan mampu menyeimbangkan konflik dan dorongan.
d. Otonomi
Tergantung dan mandiri seimbang, tanggung jawab terhadap diri sendiri,
menghargai otonomi oranglain, persepsi reality, mau berubah sesuai
dengan pengetahuan baru, empati dan menghargai sikap dan perasaan
oranglain.
e. Environment Mastery
Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat mengatasi
kesepian, agresi dan frustasi.
2.1.3 Rentang Sehat-Sakit Jiwa
Selain individu memiliki rentang sehat sakit, individu juga memiliki
rentang sehat dan sakit jiwa. Rentang sehat dan sakit jiwa terdiri dari konsep
sehat jiwa, psikososial, dan gangguan jiwa.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Sehat  Jiwa Masalah psikososial Gangguan jiwa


Pikiran logis Pikiran kadang Waham
menyimpang
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidak mampuan
mengendalikan emosi
Prilaku sesuai Perilaku kadang tidak Ketidak teraturan
sesuai
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
memuaskan

8
Sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Masalah
psikososial yaitu masalah-masalah bersifat psikologis ataupun sosial yang
timbul akibat perubahan dalam kehidupan individu. Masalah psikososial
dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya
gangguan jiwa. Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi kehidupan dan
menimbulkan penderitaan pada individu serta hambatan dalam
melaksanakan peran sosial.
2.3 Koping
Koping adalah upaya individu digambarkan melalui pikiran dan tindakan dalam
mengatasi situasi yang dirasakan menekan, menantang, atau mengancam. Koping
merupakan strategi penyesuaian diri dalam mengatasi ancaman untuk keseimbangan
diri yang merupakan suatu proses. Koping adalah aktifitas kognisi dalam bentuk
penilaian kognisi terhadap kejadian dan reaksi, kemudian menetapkan respon-
respon yang didasarkan pada proses penilaian tersebut (Kozier, 2004). Folkman dan
Lazarus (1985), mendefinisikan koping sebagai usaha kognitif dan perilaku secara
konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang
melelahkan atau melebihi sumber individu. Koping berorientasi pada proses, yang
berarti bahwa koping berfokus pada apa yang sebenarnya dipikirkan dan dilakukan
seseorang dalam situasi stress, dan berubah seiring berkembangnya situasi stress.
Koping merupakan cara menangani perasaan tidak nyaman seperti kecemasan,
takut, sedih dan perasaan bersalah karena berkaitan dengan situasi yang
menimbulkan ancaman bagi individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa koping adalah
proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang mengancam
dirinya baik fisik maupun psikologik. Respon koping sangat berbeda antar individu
dan sering berhubungan dengan persepsi individu dari kejadian yang penuh stres.
Usaha koping sangat bervariasi dan pada dasarnya tidak selalu mengarah pada solusi
suatu masalah.

9
Lazarus dan Folkman (1985), mengemukakan bahwa proses strategi koping ada dua,
yaitu
a. Problem focused coping, yaitu usaha untuk melakukan sesuatu yang berguna
dengan tindakan langsung dan konstruktif, stress dipandang sebagai suatu
masalah yang harus diselesaikan dengan strategi problem solving untuk
menurunkan atau menghilangkan sumber stress.
b. Emotional focused coping, menekankan pada konsekuensi emosional dari
kejadian yang menimbulkan stress, meskipun cara ini belum tentu dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada dasarnya strategi ini mengacu
pada perubahan dalam persepsi individu tentang situasi yang menimbulkan
stress.
Strategi koping dikelompokan menjadi delapan menurut Folkman dan Lazarus
(1985), Kozier (2004), Glanz (2008):
a. Confrontative coping
Individu berpegang teguh pada pendiriannya dan memperjuangkan apa yang
diinginkannya, menggambarkan usaha-usaha agresif untuk mengubah situasi,
dan mengambil resiko dalam situasi stress.
b. Planful problem solving
Usaha memikirkan rencana tindakan untuk memecahkan situasi, dan usaha
problem solving yang sengaja untuk mengubah situasi.
c. Seeking social support
Usaha individu mencari kenyamanan dan nasehat dari orang lain untuk
mengatasi masalah melalui informasi seperti berbicara pada seseorang untuk
mengetahui lebih banyak tentang situasi, dukungan nyata dan emosional untuk
menerima simpati dan pengertian dari orang lain.
d. Self control
Usaha individu untuk menabahkan hati dan tidak membiarkan perasaan
terlihat dengan usaha mengontrol perasaan dan tindakannya.
e. Distancing
Usaha individu untuk melepaskan diri dengan menciptakan pandangan positif
dan menenggelamkan diri dalam kegiatan dan aktifitas untuk melepaskan
pikiran dari permasalahan yang dihadapi.

10
f. Positive reappraisal
Usaha individu untuk menciptakan arti positif dengan memfokuskan pada
pertumbuhan pribadi dengan mengubah pemikiran diri secara positif dan
mengandung nilai religious.
g. Accepting responbility
Individu mengakui bahwa diri sendiri yang mengakibatkan masalah dan
mencoba belajar dari pengalaman. Bentuk koping ini menekankan aspek
pengenalan peran diri dalam suatu masalah dengan melakukan hal yang benar.
h. Escape avoidance
Individu berharap situasi akan berlalu dan bagaimanapun akan berakhir
dengan menunjukan usaha tingkah laku untuk melarikan diri dari masalah atau
menghindar secara nyata dari situasi stress melalui obat-obatan, minuman
keras, merokok, atau makan berlebihan.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi koping stress individu yaitu:


a. Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena dalam usaha mengatasi stres
individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (eksternal focus of control) yang mengarahkan individu
pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan
kemampuan strategi koping tipe problem-solving focused coping.
c. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan
dengan hasil yang ingin dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana
dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d. Keterampilan social

11
Kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat mampu
mempenagruhi pemilihan koping individu.
e. Dukungan social
Meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional yang diberikan
orang tua, anggota keluarga lain, teman dan lingkungan masyarakat .
f. Kemampuan ekonomi
Meliputi sumber daya berupa uang, barang atau layanan yang dapat dibeli.
Penelitian Jennifer (2008) menemukan bahwa status social ekonomi yang
rendah akan menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis dan
menolak.
g. Jenis kelamin
Menurut Penelitian Jennifer (2008), ditemukan bahwa laki-laki maupun
wanita menggunakan kedua bentuk koping yaitu problem-solving focused
coping dan emotion-focused coping secara bersama-sama, namun wanita lebih
cenderung berorientasi pada emosi, sedangkan laki-laki berorientasi pada
mengatasi masalah

Sumber koping untuk memilih guna menetapkan apa yang dapat dilakukan
menurut Lazarus dan Folkman (1985) ada lima sumber koping yang dapat
membantu individu beradaptasi dengan stresor yaitu ekonomi, keterampilan, teknik
pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Kemampuan menyelesaikan masalah
termasuk kemampuan untuk mencari informasi, identifikasi masalah,
mempertimbangkan alternatif dan melaksanakan rencana. Social skill memudahkan
penyelesaian masalah, meningkatkan kemungkinan memperoleh kerjasama dan
dukungan dari orang lain.
Model transaksional stress and adaptive coping adalah suatu kerangka kerja
untuk mengevaluasi proses dari koping untuk mengatasi peristiwa stress.
Pengalaman stress ditafsirkan sebagai transaksi orang dan lingkungan, di mana
dampak dari stressor eksternal, dimediasi oleh penilaian orang terhadap stressor dan
sumberdaya psikologis, sosial, dan budaya dimilikinya Lazarus and Folkman, 1985).
Ketika dihadapkan dengan stressor, seseorang mengevaluasi potensi ancaman atau

12
bahaya, serta kemampuannya untuk mengubah situasi dan mengelola reaksi emosi
negatif. Upaya koping aktual ditujukan untuk pengelolaan masalah atau manajemen
koping dan regulasi emosional, menimbulkan hasil dari proses koping (misalnya
kesejahteraan psikologis, status fungsional, dan perilaku sehat).
Model transaksional stress and adaptive coping dikembangkan oleh Stuart and
Sundeen (1998) dalam teorinya tentang stress dan adaptasi, yaitu membahas
hubungan antara factor predisposisi (factor penyebab), stressor precipitasi (factor
pencetus), penilaian pertama terhadap stressor, penilaian kedua terhadap sumber
(penggalian koping), serta mekanisme penyesuaian terhadap keadaan sehat dan
sakit.
Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan untuk penyelesaian
masalah secara langsung maupun dengan pertahanan. Ada 2 macam respon
mekanisme koping yaitu konstruktif dan destruktif. Mekanisme koping dalam teori
model stress adaptasi Stuart (1998) ini bersifat kontinum, dinamis, bisa berpindah
dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dan tidak berhenti pada satu titik, tergantung
factor yang mempengaruhinya. Glanz et al. (2008) mengembangkan model
konseptual stress dan adaptasi dengan menekankan bahwa pengalaman stress
ditafsirkan sebagai transaksi individu dan lingkungan yang dikenal dengan Model
Transaksional Stress dan Coping
a. Primary Appraisal
Primary appraisal atau penilaian pertama terhadap stressor adalah suatu
evaluasi.tingkat kemaknaan stressor bagi seseorang dimana stressor
mempunyai arti, intensitas dan kepentingannya. Dasar penilaian pertama ini
adalah persepsi seseorang tentang kerentanan terhadap ancaman penyebab
stress, dan persepsi tentang keparahan dari ancaman tersebut.
b. Secondary Appraisal
Secondary appraisal merupakan ketetapan seseorang dalam mengatasi masalah
dengan menggunakan sumber daya dan pilihan. Secondary appraisal sebagai
penilaian kemampuan untuk mengubah situasi (misalnya pengendalian yang
dirasakan terhadap ancaman), kemampuan yang dirasakan untuk mengelola
suatu reaksi emosional seseorang terhadap ancaman (misalnya, pengendalian

13
atas perasaan), dan harapan tentang efektivitas sumber daya seseorang dalam
mengatasi masalah (misalnya, keyakinan terhadap kemampuan diri).
c. Upaya mengatasi masalah (Coping effort)
Upaya mengatasi masalah ada dua dimensi:
1) Koping Pemecahan Masalah (Problem Solving/Task Oriented)
Individu menggunakan kemampuannya secara realitis untuk penjajagan
situasi stress dan kebutuhan-kebutuhan untuk meningkatkan keyakinan diri
dan kemampuan menghadapi dan memecahkan masalah.
Penyelesaian masalah berorientasi pada tugas seperti:
 Kompromi, Cara konstruktif yang digunakan individu dengan
melakukan pendekatan negosiasi atau musyawarah (win-win solution)
 Menarik diri, Penyelesaian masalah sementara dengan menarik diri
secara fisik atau psikologis.Reaksi fisik seperti menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, dan lain - lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, tidak
berminat,.disertai rasa takut.
 Perilaku menyerang (Fight), Reaksi yang ditampilkan individu dalam
menghadapi masalah dengan menyerang konstruktif, yaitu tehnik asertif
seperti mengatakan terus terang ketidaksukaan terhadap perilaku yang
tidak menyenangkan.
Strategi koping (Pemecahan masalah) untuk mengatasi stress yang bisa
digunakan seperti berikut:

 Bicarakan dengan orang lain yg dapat memberi ketenangan.


 Menganggap semua masalah dapat diselesaikan.
 Mengekspresikan perasaan secara kuat.
 Mencari tahu lebih banyak tentang situasi
 Memikirkan kekuatan dan kelemahan pribadi untuk mengatasi stress.
 Mengerjakan sesuatu/alternative tindakan.
 Berhubungan dengan kekuatan supernatural.
 Latihan penanganan stress; meditasi, pernafasan dll.
 Belajar dari pengalaman yang lalu dan tidak mengulangi kesalahan.

14
Koping keluarga dalam menghadapi masalah menurut Mc. Cubbin, 1979;
Stuart and Sundeen, 2001 adalah:

 Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga,


teman, atau keluarga jauh
 Reframing, yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat
menangani dan menerima kejadian.
 Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama, atau
aktif dalam pertemuan ibadah.
 Menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan
 Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang dialami, seperti
menonton TV, atau diam saja.
2) Mekanisme Pertahanan Ego (Deffance Mechanism)
Macam-macam mekanisme pertahanan jiwa:
a) Represi, Menekan keinginan, pikiran, perasaan yang tidak
menyenangkan ke alam tidak sadar dan sengaja dilupakan.
b) Reaksi formasi, Tingkah laku yang berlawanan dengan perasaan yang
mendasari tingkah laku tersebut.
c) Kompensasi, Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan
yang lain.
d) Rasionalisasi, Alasan/tingkah laku yang dapat diterima sebagai hasil
pemikiran vang logis, bukan karena tidak disadari.
e) Restitusi, Tingkah laku mengurangi rasa bersalah dengan tingkah laku
pengganti.
f) Displacement, Memindahkan perasaan emosional pada objek pengganti
yang tidak bisa diterima norma.
g) Proyeksi, Memproyeksikan keinginan., perasaan diri terhadap
ketidakberdayaan. pada orang lain/objek lain untuk mengingkari.
h) Simbolisasi, Menggunakan obiek untuk mewakili ide/emosi yang
menyakitkan untuk diekspresikan
i) Regresi, Kemunduran tingkah laku, pikiran, perasaan pada tingkat
perkembangan sebelumnya.

15
j) Denial, Mengingkari perasaan, pikiran dan fakta yang tidak dapat
ditoleransi.
k) Sublimasi, Memindahkan perasaan dan tingkah laku yang tidak
menyenangkan pada tujuan yang dapat diterima oleh norma.
l) Konversi, Pemindahan stress mental pada fisik.
m) Fantasi, Harapan atau keinginan seolah-olah terpenuhi yang diciptakan
sendiri.

16
BAB III
KESIMPULAN

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional


(mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang
menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, tetapi apabila
berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan kita. Berdasarkan konsep yang
diperkenalkan Cannon, “the fight-or-flight response”, stres diartikan sebagai respons
tubuh terhadap sesuatu hal. Cannon menyatakan bahwa stres adalah sebagai ganguan
homeostasis yang menyebabkan perubahan pada keseimbangan fisiologis yang
dihasilkan dari adanya rangsangan terhadap fisik maupun psikologis.

Rentang sehat dan sakit jiwa terdiri dari konsep sehat jiwa, psikososial, dan
gangguan jiwa Sehat jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Masalah psikososial yaitu
masalah-masalah bersifat psikologis ataupun sosial yang timbul akibat perubahan dalam
kehidupan individu. Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi kehidupan dan menimbulkan penderitaan
pada individu serta hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi
yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis. Strategi koping ada dua yaitu
problem focused coping dan emotional focused coping. Problem focused coping
merupakan usaha untuk melakukan sesuatu dengan tindakan langsung dan konstruktif,
stress dipandang sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan dengan strategi problem
solving untuk menurunkan atau menghilangkan sumber stress. Sedangkan emotional
focused coping, menekankan pada konsekuensi emosional dari kejadian yang
menimbulkan stress.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul dkk. (2016) .Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa:.Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka

Lumban Gaol, N. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin


Psikologi, 24(1), 1. doi: 10.22146/bpsi.11224

Makrifatul, Lilik. Zainuri, Imam. Akbar, Amar.(2016). Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Indomedia
Pustaka

Mohr, W.K (2003). Psychiatric mental health nursing. (5th ed.). USA: Lippincott

18

Anda mungkin juga menyukai