Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan

tekanan, perubahan, ketegangan emosi (Sunaryo, 2004). Stres adalah

suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh,

berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan Swarth (2004).

Ada beberapa defenisi tentang stres tergantung pada pendekatan

yang digunakan, ada pendekatan medic-fisiologik dan pendekatan

psikologis (Ambo Dalle, 2002).

a) Pendekatan medik-fisiologik

Selye (1982) dikutip dalam Ambo Dalle (2002)

mendefenisikan stres sebagai “in biology, the non specific response

of the body to any demand made upon in the common result of

exposure to any stimulus”. Stres sebagai respon non spesifik dari

tubuh terhadap dari setiap tuntutan. Bila seseorang dihadapkan

pada situasi yang dapat menimbulkan stress, maka terjadi suatu

rspon, ada reaksi kimia dalam tubuh, hormone meningkat dan

mengalir kedalam darah, emosi meninggi dan ketegangan

bertambah, respon tersebut merupakan respon otomatik terhadap

setiap ancaman, fisikal atau emosianal terhadap kesejahteraan

keadaan organism yang dikenal dengan istilah konsep General


Adaptation Syndrome (GAS). Respon ini dapat dibagi dalam tiga

tahapan : reaksi alarm, melawan dan keletihan.

b) Pendekatan psikologik

Pendekatan ini di kenal sebagai model penilaian/pengukuran

atau penafsiran stres (Apraisal Model). Pada pendekatan ini stres

dirumuskan sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan

representasi dari transaksi khas dan problematik antara seseorang

dengan lingkungannya. Jadi sumber stres dalam pendekatan

psikologik adalah semua situasi atau kondisi yang ada dalam

sehari- hari, yang mana akan terjadi penghayatan subyektif pada

masing- masing individu.

2. Sumber Stres

Menurut Hidayat (2004), sumber stres terdiri dari tiga (3) aspek

antara lain :

a) Diri sendiri, yaitu umumnya dikarenakan konflik yang terjadi

antara keinginan dan kenyatan yang berbeda, dalam hal ini

adalah berbagai permasalahan yang tidak sesuai dengan dirinya

dan tidak mampu diatasi maka akan dapat menimbulkan stres.

b) Keluarga, stres ini bersumber dari masalah keluarga yang

ditandai dengan adanya perselisihan antara keluarga, serta

adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga.

c) Masyarakat dan lingkungan, sumber stres ini dapat terjadi di

masyarakat dan lingkungan seperti lingkungan pekerjaan, secara


umum sebagai stres

pekerja karena kurangnya hubungan interpersonal serta

kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak

berkembang.

3. Faktor predisposisi stress

Menurut suliswati (2005) menjelaskan berdasarkan faktor

predisposisi dimana berbagai jenis unsur mempengaruhi bagaimana

seseorang individu merasakan dan merespon suatu peristiwa yang

menimbulkan stres. Faktor predisposisi ini sangat berperan dalam

menentukan apakah suatu respon adaptif atau maladaptif. Jenis faktor

predisposisi adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan

kondisi saat ini.

Pengaruh genetik adalah keadaan kehidupan seseorang yang

diperoleh dari keturunan. Sebagai contoh, termasuk riwayat kondisi

psikologis dan fisik keluatrga serta tempramen (karakteristik tingkah

laku pada saat lahir dan masa pertumbuhan). Pengalaman masa lalu

adalah kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu pola

pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian pada

tekanan lainnya, mempelajari respon penanggulangan dan tingkat

penyesuaian pada tekanan stres sebelumnya. Kondisi saat ini

meliputi faktor kerentanan yang mempengaruhi kesiapan fisik,

psikologis, dan sumber- sumber sosial individu untuk menghadapi

tuntutan penyesuaian diri.


4. Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Hawari (2008), menyatakan bahwa stress dapat mengenai hampir

seluruh sistem tubuh, seperti hal- hal sebagai berikut; gangguan

penglihatan, pendengaran berdenging, daya mengingat, konsentrasi

dan berfikir menurun wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum,

dan kedutan pada kulut wajah, bibir dan mulut terasa kering,

tenggorokan terasa terkcekik, lambung mual, kembung dan pedih,

mulas, sulit defikasi atau diare, sering berkemih, otot sakit seperti

tertusuk-tusuk, pegal dan tegang, kadar gula meninggi, libido bisa

menurun dan bisa juga meninggi

5. Tanda dan gejala stress

Cary Cooper dan Alison Straw (1995 dikutip dari Novitasari 2006)

mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:

1) Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering,

tangan lembab, merasa panas, otot tegang, sakit kepala dan

tegang.

2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, mudah

marah tanpa sebab, salah paham, tidak mampu berbuat apa-apa,

mudah tersinggung, kehilangan semangat, menarik diri,

hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat

terhadap orang lain.

3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati- hati menjadi cermat

yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurangnya


percaya diri menjadi rawan, menjadi meledak- ledak.

6. Tahapan stres

Menurut Amberg (1979 dalam Hidayat 2004) tahapan stres

dapat terbagi menjadi enam tahap yaitu:

1. Tahap I

Stres yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar

dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi

tajam.

2. Tahap II

Stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar

dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, cepat lelah

sesudah makan, tidak santai, lambung atau perut tidak nyaman,

jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal tersebut karena

cadangan tenaga tidak memadai.

3. Tahap III

Tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak

teratur, tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit

tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh

pingsan.

4. Tahap IV

Tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja


sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan

menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu,

gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan

daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

5. Tahap V

Tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan

mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang

sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat,

meningkatnya rasa takut dan cemas.

6. Tahap VI

Tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar-

debar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingi, dan banyak

keluar keringat, loyo, serta pingsan.

7. Tingkatan Stres

Menurut Potter dan Perry (2005) stres terbagi menjadi 3

tingkat, yakni:

a) Stres ringan

Situasi pada tingkat ini yakni stressor yang dihadapi secara

teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas dan

kritikan dari atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung

beberapa menit atau jam.

b) Stres sedang
Berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa

hari. Seperti perselisihan yang tida terselesaikan dengan rekan

kerja.

c) Stres berat

Situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu

sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus

menerus dan kesulitan finansial yang berkepanjangan.

8. Jenis stress

Menurut Potter dan Perry (2005), ditinjau dari penyebabnya, stres

dapat dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:

a) Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik,

seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising.

b) Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh

senyawa kimia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun

asam dan basa.

c) Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh

kuman, seperti virus, bakteri dan parasit.

d) Stres fisiolgis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan

fungsi organ tubuh, antara lain gangguan striktur tubuh, fungsi

jaringan, organ.

e) Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan

oleh proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas,

pernikahan dan pertambahan usia.


f) Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang

disebabkan oleh gangguan situasi psikologis atau

ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuakan diri,

misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya, atau

keagamaan.

9. Tipe kepribadian berhubungan dengan stress

Saat kita menjalani kehidupan kita sehari- hari sambil mengatur

pikiran dan tubuh dengan tugas yang kita miliki, sejumlah stres tidak

dapat dihindari. Hal ini tergantung pada tipe kepribadian kita (Hager,

1999).

Hawari (2006) mengemukakan bahwa tidak semua orang yang

mengalami stressor psikososial yang sama akan mengalami stres.

Ternyata pada seseorang yang mempunyai tipe kepribadian “A”

(Type “A” type personality) atau disebut pula sebagai pola prilaku

tipe “A” (Type “A” Behavior Pattern) lebih rentan terkena stres.

Sedangkan orang dengan tipe kepribadian “B” (“B” type personality

or type “B” Behavior Pattern) lebih kebal (immune) terhadap stres.

Meskipun demikian tidak berarti orang dengan tipe kepribadian di

luar kategori di atas tidak akan mengalami stres, atau dengan kata

lain orang dengan kepribadian tipe “A” tadi risiko mengalami stres

lebih besar daripada tipe kepribadian lain.

Dalam kaitannya dengan tipe kepribadian yang beresiko tinggi

terkena stres (yaitu tipe “A”), Rosenmen dan Chesney (dikutip


dalam Hawari, 2006) serta Friedman dan Rosenmen (dikutip dalam

Alimul, 2006) menggambarkan antara lain dengan ciri-ciri sebagai

berikut

a. Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan)

b. Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah

(emosional)

c.Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat dan percaya diri

berlebihan (over confidence)

d. Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat

diam

e. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)

f. Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter)

g. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan

h. Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba

tergesa-gesa

i. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati

dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan

j. Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel)

k. Bila berlibur pikirannya ke pekerjaan, tidak dapat santai

l. Berusaha keras untuk dapat segala sesuatu terkendali.

Sedangkan orang dengan kepribadian tipe “B” atau pola tipe

“B” adalah kebalikan dari tipe “A”, antara lain lebih santai,

penyabar, tenang, tidak mudah marah/ tersinggung, jarang


kekurangan waktu untuk melakukan hal- hal yang disukai,

fleksibel, mudah bergaul dan lain- lain. Rasmun (2004)

menjelaskan bahwa orang-orang dengan tipe B adalah orang yang

mempunyai tipe lebih rileks dan tidak suka menghadapi

“masalah”, mereka menerima situasi yang ada dan menerima ia

berada di dalamnya, serta tidak suka bersaing. Umumnya mereka

rileks dalam tekanan waktu, sehingga mereka lebih kecil

kemungkinannya untuk menghadapi masalah- masalah stres.

10. Dampak Stres

Beberapa dampak yang ditimbulkan ketika orang mengalami stress

yakni:

a. Fisik

Menurut Wilkinson (2002) dan Prawono (2008), reaksi

fisik yang ditimbulkan ketika mengalami stres berupa tangan

berkeringat, muka pucat dan tangan sangat dingin, sakit kepala,

sariawan , asma dan masalah paru- paru lain bisa diperburuk

oleh stres, stres bisa menyebabkan atau memicu gangguan

pencernaan, beberapa orang terkena radang kandung kemih,

meningkatnya tekanan darah dan resiko serangan jantung dan

kerontokan rambut.

b. Mental dan emosional

Menurut Rasmun (2004) stres dapat menimbulkan perasaan

negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain.


Prawono (2008) menyampaikan bahwa gejala-gejala dari

reaksi emosional seperti jadi mudah tersinggung, perubahan

pola makan (bisa jadi tidak nafsu makan atau bisa jadi tambah

nafsu makan), serta menurunnya kepercayaan diri.

c. Intelektual

Prawono (2008) dan Rasmun (2004) mengemukakan bahwa

dampak dari stres berupa stres intelektual yang akan

mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam

menyelesaikan masalah, terjadi penurunan konsentrasi dan

rentang perhatian, kemunduran memori baik jangka panjang

maupun jangka pendek, keadaan ini akan menyebabkan orang

menjadi pelupa, tidak dapat berpikir jernih, lebih banyak

kesalahan dalam aktivitas problem solving dan penurunan

kemampun membuat rencana tindakan.

d. Sosial dan spiritual

Menurut Rasmun (2004) stres sosial akan mengganggu

hubungan individu terhadap kehidupan

e. Terganggunya keseimbangan fisiologis

Fortana (dikutip dalam Abraham dan Shanley, 1997)

menambahkan bahwa pengaruh pada kognitif dan emosi

menyokong terjadinya perubahan perilaku pada orang yang

mengalami stres berkepanjangan. Penurunan minat dan

aktivitas; penurunan energi; tidak masuk atau terlambat kerja;


cendrung mengekspresikan pandangan sinis pada pasien atau

teman kerja; cendrung melemahkan tanggung jawab terhadap

kekurangannya pada orang lain; serta mengalami gangguan

pola tidur.

B. Faktor yang mempengaruhi stress

    1. Mata kuliah yang tertinggal

a. Definisi mata kuliah wajib

mata kuliah wajib adalah mata kuliah yang harus diambil oleh

mahasiswa di program studi tersebut yang menjadi dasar dari

program studi tersebut. Setiap program studi dapat memiliki mata

kuliah yang berbeda-beda karena standar kompetensi lulusanya

memang berbeda.

Mata kuliah wajib memegang SKS terbanyak di antara mata

kuliah lainya karena berisi standar minimal yang perlu dimiliki

seseorang lulusan dari program studi yang bersangkutan. Seperti

yang disebutkan diatas bahwa mata kuliah wajib terdiri dari mata

kuliah keahlian (MKK) dan mata kuliah profesi (MKP). Mata

kuliah keahlian adalah kelompok mata kuliah yang bertujuan

untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam penguasaan

keahlian bidang studi atau bidang ilmu yang terkait dengan subjek

yang di pelajari. MKK dapat terdiri atas MKK fakultas dan MKK

program studi, dmana MKK fakultas berarti menggunakan


perluasan antar program studi di fakultas tertentu atau untuk

MKK program studi akan spesifik pada program studi tersebut

saja. Beberapa perguruan tinggi juga memiliki mata kuliah profesi

(MKP) yang merupakan kelompok mata kuliah pada dengan

tujuan untuk mengembangkan kemampuan profesi.

b. Definsi mata kuliah umum

mata kuliah umum (MKU) adalah kelompok mata kuliah yang

dimaksudkan dalam rangka untuk mengembangkan aspek

kepribadian mahasiswa sebagai individu dan warga masyarakat

sehingga diharapkan memiliki pengetahuan yang mumpuni.

Dalam pengertian lain bahwa mata kuliah umum adalah mata

kuliah yang diperoleh oleh semua mahasiswa pada jenjang

pendidikan tinggi yang sifatnya diwajibkan oleh perguruan tinggi

masing-masing. Secara umum ada empat mata kuliah yang

diwajibkan yaitu bahasa Indonesia, pendidikan pancasila,

kewarganegaraan dan agama.

Dibeberapa perguruan tinggi bahasa inggris untuk tujuan

akademik dan kewirausahaan juga telah masuk dalam daftar mata

kuliah umum bagi mahasiswa untuk menjadi pekerja saja.

c. Mata kuliah pilihan

mata kuliah pilihan adalah kuliah yang boleh dipilih oleh

mahasiswa dari daftar yang disediakan perguruan tinggi. Ada


perguruan tinggi yang mengizinkan mata kuliah pilihan dari

program studi berbeda ada pula yang justru mewajibkan.

Tujuanya adalah agar mahasiswa memiliki bekal yang layak

ketika menerapkan ilmunya dalam dunia kerja nantinya. Ada

beberapa macam mata kuliah pilihan yaitu mata kuliah pilihan

bebas, mata kuliah perluasan dan pendalaman, dan mata kuliah

kemampuan tambahan.

Mata kuliah pilihan bebas yaitu mata kuliah yang diambil dari

program studi lain dan mahasiswa bebas menentukan mata kuliah

pilihanya. Sementara itu mata kuliah perluasan dan pendalaman

merupakan suatu mata kuliah yang bersifat pilihan yang diambil

dari program studi masing-masing dan bertujuan untuk

memperluas atau memperdalam materi oleh mahasiswa. Adapun

yang dimaksud dengan mata kuliah kemampuan tambahan adalah

mata kuliah yang juga bersifat pilihan yang disediakan oelh

program studi namun boleh diambil oleh mahasiswa di luar

program studi yang bersangkutan dengan tujuan menambah

pengetahuan dan mendukung kompetensi bidang keilmuan yang

di tekuni.

Ada beberapa yang dapat dicermati apabila ingin memilih mata

kuliah pilihan tertentu :

1) Lakukan mini-riset tentang daftar mata kuliah yang


disediakan oleh perguruan tinggi masing-masing dari daftar

tersebut beri tanda pada mata kuliah yang kira-kira menarik

perhatiandan berkaitan dengan bidang tertentu yang kamu

ingin tekuni dengan lebih mendalam.

2) Konsiltasikan dengan teman di fakultas atau program studi

lain jika mata kuliah tersebut sifatnya litas ilmu sehingga

kamu bisa manila apakah ekspektasimu pada kuliah

tersebut sesuai dengan yang ditawarkan oleh fakultas yang

bersangkutan.

3) Komunikasi dengan senior untuk menanyakan pengalaman

yang bersangkutan ketika menyelesaikan mata kuliah

tersebut sebelumnya.

4) Mempertimbangkan faktor dosen pengampu mata kuliah

pilihan yang ditawarkan beberapa dosen memiliki rekam

jejak yang baik dimata mahasiswa karena mampu

mengemas pembelajaran dengan menyenangkan sehingga

mahasiswa tidak mudah bosan dan semakin tertantang

untuk menyelesaikan perkuliahan dengan sebaik-baiknya

masuk ke dalam kelas dosen yang memiliki etos kerja yang

baik akan menginspirasimu untuk berusaha manjadi lebih

baik lagi.

5) Mencocokan jadwal dengan mata kuliah lainnya yang ingin

kamu programkan. Mata kuliah pilihan karena tidak wajib


jadwalnya bisa jadi berbenturan dengan mata kuliah yang

lain. Untuk itu pastiakn plihanmu dan cek apakah

jadwalnya bisa diatur dengan baik.

6) Berkonsultasi dengan pembibing akademik. Biasanya setiap

kali menyusun kartu rencana studi sebelum semester baru

di mulai, mahasiswa akan memilih mata kuliah apa yang

ingin diprogramkan pada semester tersebut.

2. Pembimbing yang kurang responsif

a. Definisi Peran Pembimbing

Peran menurut Soekanto (2009) adalah proses dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan

suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan

adalah utuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat

dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan

sebaliknya.

Menurut soerjono (2003), suatu peran dari individu atau

kelompok dapat dijabarkan dalam beberapa bagian, yaitu:

a. Peran yang ideal yaitu peran yang di jalankan oleh individu

atau kelompok sesuai dengan ketentuan.

b. Peran yang seharusnya yaitu peran yang memang seharusnya

dijalankan oleh individu atau kelompok sesuai dengan


kedudukannya.

c. Peran yang dianggap diri sendiri yaitu peran yang di jalankan

oleh diri sendiri karena kedudukannya dilakukan untuk

kepentingannya.

d. Peran yang di sebenarnya di lakukan yaitu peran dimana

individu mempunyai kedudukan dan benar telah menjalankan

peran sesuai dengan kedudukannya.

b. Hal-hal Penting Terkait Peran

Menurut Alimul (2002), hal penting yang terkait dengan peran

yaitu:

a. Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.

b. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan ideal diri

menghasilkan harga diri yang tinggi dan sebaliknya.

c. Stres peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan

kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin     dilaksanakan

individu.

d. Stres peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak sesuai

dan      peran yang terlalu banyak.

c. Faktor yang Mempengaruhi Peran.

Menurut Keliat dalam Nursalam dan Pariani (2010) individu

dalam melakukan peran akan dipengaruhi oleh beberapa faktor


antara lain:

a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan

peran.

b. Respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan

c. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan.

d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap peran

e. Situasi yang dapat menciptakan ketidaksesuaian peran

d. Permasalahan Peran Dosen Pembimbing

Permasalahan peranan dosen pembimbing skripsi berhubungan

erat dengan persepsi mahasiswa. Seberapa baik peranan dosen

pembimbing sangat tergantung pada persepsi mahasiswa. Persepsi

sangat dipengaruhi sosok tubuh, gerak-gerik, sikap, bahasa tubuh,

bahasa verbal; dan dalam interaksi komunikas. Interaksi kita

dengan orang lain sehari-harinya, maka persepsi kita tentang diri

orang lain banyak ditentukan oleh penampilan tubuh yang

sifatnya non-verbal. Jadi, peranan dosen pembimbing bisa dalam

arti ril dosen melakukan tugas pokok sebagai pembimbing skripsi

sebagaimana mestinya, tetapi juga bisa peranan dosen menurut

persepsi mahasiswa (Zulkifli, 2011).

e. Peran Pembimbing Skripsi

Peranan dosen pembimbing skripsi secara garis besarnya,

sebagai organisator, sebagai fasilitator, sebagai innovator, sebagai


penemu, sebagai teladan, sebagai evaluator, sebagai pemandu,

sebagai penyemangat, sebegai konselor, dan sebagai motivator.

Peranan pembimbing skripsi tersebut harus dimanifestasikan

dalam penulisan skripsi oleh mahasiswa, mulai dari penyusunan

proposal skripsi, penelitian lapangan, penyajian dan pembahasan

serta pelaporan hasil penelitian skripsi, sehingga ketika

mahasiswa siding ujian skripsi dan perbaikan akhir setelah ujian s

kripsi (zulkifli, 2011)

f. Permasalahan kualitas bantuan pembimbing

Kualitas bantuan dosen pembimbing skripsi dilihat dalam hal,

membuat judul penelitian, merumuskan masalah, dan tujuan

penelitian, megnkaji teori dan kerangka konseptual, merancang

prosedur penelitian, pengembangan instrument penelitian,

megumpulkan dan menganalisis data, menyajikan dan membahas

hasil penelitian, membuat kesimpulan memberi saran perbaikan,

dan meminjamkan buku sumber. Dari sisi kualitas bantuan

langsung dari dosen pembimbing skripsi, walau angkanya relative

kecil, tetapi perlu mendapat perhatian serius dosen pembimbing,

karena kemampuan akademik mahasiswa tidak sama dan bantuan

langsung semestinya diberikan secara merata dan terutama kepada

mahasiswa yang meminta bantuan langsung kepada dosen

pembimbingnya.Jika tidak, maka mahasiswa mempersepsi negati

ve terhadap dosen pembimbingya (zulkifli, 2011)
C. Tinjauan empiris

1. Dhicky zakaria, Dewasa ini terdapat fenomena yang terjadi

dikalangan mahasiswa di Indonesia, salah satu penyebabnya terjadi

adalah stres ketika mengerjakan skripsi. Stres merupakan suatu

keadaan yang dirasakan oleh individu yang dapat berupa ketegangan

dan beban mental yang diakibatkan oleh tuntutan-tuntutan yang

berasal dari lingkungan luar baik secara fisik maupun psikis yang

dikarenakan ketidakmampuan individu dalam mengatasinya.

Mahasiswa dapat mengalami stres ketika mengerjakan skripsi

disebabkan oleh beberapa faktor seperti, kesulitan menuang pikiran

dalam bentuk tulisan, tekanan dari orang tua agar cepat lulus dan

prokrastinasi atau malas dalam mengerjakan skripsi. Tujuan dari

penelitian ini, adalah mengetahui seberapa besar tingkat stres yang

dirasakan mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Jumlah subjek

penelitian ini sebanyak 200 mahasiswa UMM yang sedang

mengerjakan skripsi dengan menggunakan teknik pengambilan data

proporsional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa

yang mengalami stres dalam mengerjakan skripsi dengan kategori

ringan sebesar 8,5%, kemudian dengan kategori sedang sebesar

86,5%, dan kategori berat 5%. Hal ini menunjukkan bahwa skripsi

cukup menjadikan stresor pada mahasiswa UMM.

2. Witrin Gamayanti, Mahasiswa seringkali mengalami stres yang

bersumber dari aktivitas akademiknya. Bagi mahasiswa tingkat akhir,


yang sering menjadi stressor adalah menyelesaikan skripsi. Gejala

stress pada mahasiswa yaitu merasa lelah, cemas, tidak bersemangat

atau ingin berhenti mengerjakan skripsi. Dampaknya adalah

pengerjaan skripsi ditunda-tunda dan memilih melupakannya,

menghindari dosen pembimbing, mengeluh di media sosial mengenai

kesulitan yang dihadapi dan pada akhirnya tertundanya masa studi.

Ketika mengalami stres mahasiswa suka berbagi permasalahan

kepada orang terdekat untuk mendapatkan solusi atau sekedar untuk

melegakan perasaannya, yang disebut dengan self disclosure yang

artinya membagi informasi tentang diri sendiri kepada orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self disclosure

terhadap tingkat stres pada mahasiswa. Penelitian menggunakan

metode korelasional dengan analisis regresi linier sederhana. Alat

ukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale dan Student-Life

Stress Inventory. Jumlah subjek 49 mahasiswa Fakultas Psikologi

UIN SGD Bandung yang sedang mengerjakan skripsi. Hasil

penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh self disclosure

terhadap tingkat stres.

3. Dwi Retnaningsih, Pada tingkat akhir S1 Ilmu Keperawatan, banyak

mahasiswa mengalami stres. Faktor yang menyebabkan stres, seperti

faktor pribadi, faktor keluarga dan faktor akademik. Studi

pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016,

didapatkan 80 % mahasiswa mengalami stres yang ditandai dengan


nafsu makan menurun, sakit kepala, insomnia dan mudah sakit. 76

responden diambil dari mahasiswa tingkat akhir S1 Ilmu

Keperawatan dengan teknik Total Sampling serta memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi. Uji hubungan variabel menggunakan uji Rank

Spearman. Terdapat 50% mahasiswa mengalami stres karena faktor

pribadi, 6,6% mahasiswa mengalami stres karena faktor keluarga,

73,7% mengalami stres karena faktor akademik dan 87,4%

mahasiswa mengalami stres dengan rentang ringan sampai sedang.

Ada hubungan antara faktor pribadi, faktor keluarga, faktor akademik

dengan stres pada mahasiswa tingkat akhir.

4. Giur hargiana, Pada perkembangan era digital saat ini istilah

kecanduan sudah memiliki perkembangan yang sangat dinamis,

bukan hanya kecanduan narkoba namun kecanduan gawai merupakan

bentuk kecanduan yang berbahaya dan memiliki efek yang luas

dimasyarakat. Generasi Z, merupakan populasi usia dewasa muda

saat ini, generasi ini berkembang di era digital, sehingga

pembentukan kopingnya pun terpengaruh oleh hal tersebut. Pada usia

dewasa muda, biasanya orang sedang dalam fase pendidikan tinggi

sebagai mahasiswa, mahasiswa disibukkan oleh berbagai kesibukan

baik akademik maupun non akademik. Hal ini membuat mahasiswa

rentan mengalami stres. Salah satu stresor yang mahasiswa rasakan

selama perkuliahannya yaitu berkaitan dengan stres akademik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat


ketergantungan gawai dan tingkat stres akademik pada mahasiswa di

FIK UI dan untuk mencari hubungan keduanya menggunakan

kuesioner Academic Stress Scale (ASS) dan Test for Gadget

Dependency. Desain penelitian ini adalah cross sectional, teknik

sampel menggunakan proportional stratified random sampling

dengan melibatkan 229 mahasiswa. Hasil analisis uji statistik chi-

square didapatkan p= 0,000 dan nilai p < a = 0,05 yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara ketergantungan terhadap

gawai dengan stres akademik pada mahasiswa. Hasil penelitian ini

juga menemukan mahasiswa mengalami stres akademik sedang

sebanyak 66,4% dan mahasiswa mengalami ketergantungan terhadap

gawai pada kategori sedang sebanyak 69,9%. Ketergantungan

terhadap gawai dan stress akademik memiliki hubungan yang saling

memengaruhi, seseorang dengan ketergantungan gawai yang tinggi

akan memiliki stress akademik yang tinggi pula dan sebaliknya.

Rekomendasi dari penelitian ini mahasiswa perlu aware dengan

perilaku dalam menggunakan gawai.

5. Syifa aulia, Mahasiswa dihadapkan pada berbagai macam hambatan

dalam proses mengerjakan skripsi sehingga menyebabkan mahasiswa

menjadi stress. Tingkat stres mahasiswa erat kaitannya dengan

kondisi kesejahteraan psikologis yang dialaminya di kehidupan

kampus.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan

antara kesejahteraan psikologis dan tingkat stres pada mahasiswa


tingkat akhir. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif

korelasi dengan pendekatan cross sectional terhadap 108 mahasiswa

tingkat akhir FIK UI yang sedang mengerjakan skripsi dengan

menggunakan metode pengampilan sampel total sampling. Instrumen

yang digunakan yaitu Ryff’s Scale of Psychological Well-being dan

Student Nurse Stress Index (SNSI).Analisis uji statistik menggunakan

uji korelasigamma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang kuat antara kesejahteraan psikologis dengan tingkat

stres dengan korelasi negatif (r= -0,649; p= 0.000). Pendidikan

kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan psikologis perlu

dilakukan sebagai cara untuk menurunkan tingkat stres yang dialami

mahasiswa  tingkat  akhir.

Anda mungkin juga menyukai