Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

PEMBUATAN FORMULASI SEDIAAN TETES MATA HIDROKORTISON


ASETAT SEBAGAI ANTI INFLAMASI
Cahyani Putri Ngulwiyah, Ina Suci Pratiwi, Iwan Santoso

Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sriwijaya Indralaya
email: farmasiunsri2015@gmail.com

ABSTRAK

Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus memiliki
sifat-sifat seperti larutan harus steril, bebas partikel asing, bebas dari efek mengiritasi, harus
mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah pertumbuhan dari mikroorganisme yang
dapat berbahaya yang di hasilkan selama penggunaan. Sediaan untuk mata adalah bentuk
sediaan topical yang di gunakan untuk efek lokal dan karena itu tidak di perlukan untuk bebas
dari pirogen pada larutan sediaan mata. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan
air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak
boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena penggunaan dengan
tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi dengan bebas . Sediaan ini dibuat dengan
volume 10ml dengan pengemas berbahan plastik tipe PVC , tetes mata ini menggunakan
Hidrokortison Asetat yang berindikasi sebagai anti inflamasi. Dengan pelarut yang di
gunakan WFI dan dapar phospat yang berfungsi untuk menjaga ph larutan. Pengujian
sediaan ini dilakukan dengan uji kejernihan, uji ph, uji kebocoran, uji baret, sterilitas, uji
stabilitas, uji ketahanan jatuh, uji keseragaman volume, dan uji keseragaman bobot .

Kata kunci :Tetes mata, Hidrokortison Asetat, Analisis Sediaan

Tetes Mata, WFI

1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

BAB I karena kecelakaan atau pembedahan dapat


PENDAHULUAN menyebabkan kehilangan penglihatan.
Tetes mata adalah sediaan steril yang Tetes mata adalah sedian steril berupa
berupa larutan atau suspensi yang di cairan atau suspense atau larutan
gunakan dengan cara meneteskan obat berminyak yang di tujukan untuk di
pada selaput lender mata disekitar kelopak masukkan kedalam saccus conjungtival
mata dari bola mata. Tetes mata sering kali (Turco,1970)
di masukan ke dalam mata yang terluka Tetes mata dapat mengandung
atau kecelakaan atau pembedahan dan bahan-bahan antimikroba seperti anti
mereka kemudian secara porensial lebih biotik, bahan anti inflamasi seperti
berbahaya dari pada inveksi intervena. kortikosteroid obat meotik seperti
Larutan mata merupakan cairan steril fisostigmin sulfat atau obat midriatik
larutan berminyak dari alkoloid seperti arropin sulfat. Dengan definisi
garam-garam alkaloid,anti biotik atau resmi larutan untuk mata adalah larutan
bahan-bahan lain yang ditujukan untuk stent yang di campur dan di kemas untuk
dimasukan kedalam mata. Ketika cairan dimasukkan dalam mata. Selain steril
larutan harus isotonic, larutan mata prefarat tersebut melakukan pertimbangan
digunakan untuk anti bacterial, anstetik, yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi
midriatikum, miotik atau maksud seperti keburuhan bahan antimikroba,
diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes isotonisitas, dapar, viskostas, dan
mata dan collyria (Parrot,1971) pengemasan yang cocok (Ditjen
Obat yang dimasukan kedalam mata Pom,1979)
harus di formulasi dan disiapkan dengan Syarat-syarat tetes mata yang
pertimbangan yang diberikan untuk sangat penting dalam sediaan larutan mata
tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan yakni antara lain: ketelitian dan kebersihan
sterelisasi. Sterilisasi ini digunakan karena dalam penyiapan larutan, sterilitas akhir
kornea dan jaringan bening anterior adalah dari collyrium dan kehadiran bahan
media yang bagus untuk mikroorganisme antimikroba yang efektif untuk
dan masuknya larutan mata yang menghambat pertumbuhan dari banyak
terkontaminasi ke dalam mata yang trauma mikro organisme selama penggunaan dari

2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

sediaan isotonisitas dari larutan pH yang gunakan untuk efek lokal dan karena itu
pantas dalam pembawa untuk tidak di perlukan untuk bebas dari pirogen
menghasilkan stabilitas yang optimum. pada larutan sediaan mata (Parfitt,1994)
Tetes mata adalah larutan berair atau
larutan berminyak yang idealnya harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Larutan harus steril, bebas partikel asing,
bebas dari efek mengiritasi, harus
mengandung pengawet yang cocok untuk
mencegah pertumbuhan dari
miktoorgnisme yang dapat berbahaya yang
di hasilkan selama penggunaan
(Lachman,1986)
Jika di mungkinkan larutan berair
seharusnya isotonis dengan sekresi
lakrimal konsentrasi ion hidrogen
sebaiknya cocok dengan untuk obat
khusus, dan idealnya tidak terlalu jauh dari
netral dan larutan harus stabil secara
kimia. Sediaan untuk mata terdiri dari
bermacam-macam tipe produk yang
berbeda. Sediaan ini bisa berupa larutan
(tetes mata / pencuci mata), kadang
suspensi atau salep. Kadang-kadang
sediaan larut mata di gunakan dalam kasus
yang khusus. Sediaan mata sama dengan BAB II

sediaan steril dan bebas dari bahan METODELOGI PENELITIAN

partikulat. Dengan pengecualian jumlah 2.1 Waktu dan Tempat

tertentu dari reaksi mata. Sediaan untuk Penelitian ini dilakukan di

mata adalah bentuk sediaan topical yang di Laboratorium Teknologi Farmasi

3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

Universitas Sriwijaya pada 17 Oktober dalam sediaan, catat berapa Ph yg tertera.


2017 pukul 10.00 sampai 13.00 WIB. Dengan syarat ph yang baik 7,4.
2.2 Alat dan Bahan 4. Uji keseragaman Volume
Alat yang digunakan dalam Sediaan tetes mata timbang botol
penelitian ini yaitu autoklaf, lumpang dan botol kosong, lalu timbang volume sediaan
alu, cawan porselen, kaca arloji, sendok dengan pengemas tetes mata, lalu amati.
spatel, kertas saring, gelas ukur, erlemeyer, 5. Uji Keseragaman Bobot
pengemas botol 10ml, pinset, dan spuit Sediaan tetes mata yang sudah
injeksi. dihilangkan etiketnya dicuci dengan air
Bahan yang digunakan dalam bersih yang mengalir, dikeringkan dengan
penelitian ini yaitu Hidrokortison Asetat, tisu hingga benar-benar kering ditimbang
dapar phospat, NaOH , NaCl 0,9% dan sedian dengan neraca analitik, dikeluarkan
water for injection. isi dari dalam pengemas, dicuci dengan
2.3 Prosedur Penelitian aquadest dan etanol 95% dikeringkan
1. Uji Kebocoran dengan oven suhu 105C sampai bobot
Uji ini dilakukan dengan konstan.
merendam botol sedian dengan larutan 6. Uji Sterilisasi
metilen blue selama 15-30 menit, amati Bakteri disuspensikan, dibuat
sediaan bila tidak berubah warna maka kontrol positif dan kontrol negatif,
tidak bocor. digunakan medium agar yaitu Nutrien
2. Uji Kejernihan Agar yang dimasukkan kedalam cawan
Uji ini dilakukan dengan cara petri lalu ditambahkan sediaan Tetes mata
meletakan sediaan dibawah sinar lampu 20 kedalam medium agar, lalu diinkubasi
watt yang diberi latar gelap dan terang, pada suhu 37 derajat celcius selama 24
lalu amati partikel besar yang ada. jam, kemudian amati.
3. Uji Ph 7. Uji Pengemas
Uji ini dilakukan dengan a. Uji baret
menggunakan pH meter dan juga bisa
dengan kertas Ph, celupkan kertas Ph ke

4 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

Goreskan pada permukaan Sediaan infus disentrifus selama 10


pengemas amati adanya goresan pada menit dengan kecepatan 5000rpm, amati
pengemas. larutan terpisah atau tidak.
b. Uji Celup 1. Uji Kebocoran
ambil sediaan diamsukan pada
Resep Keterangan
wadah yang berisi air, amati apakah
1 Tidak ada perubahan warna
tenggelam atau tidak.
2 Tidak ada perubahan warna
c. Burning Test
Ambil pengemas tetes mata lalu
dibakar dengan bunsen dan amati, jika
pengemas jenis PE akan berwarna kuning
biru atau kuning bau seperti parafin. Jika
pengemas PP akan berwarna kuning / biru
2. Uji Keseragaman Bobot
dan ada lelehan / tetesan plastik dan bau
diesel. Resep Bobot Bobot Isi
kosong
d. Uji Ketahanan Jatuh
1 4.17 11.97
Ambil 2 sediaan dijatuhkan satu
2 4.17 11.98
persatu ( h=75cm) diamati, jika tidak ada
yang rusak dianggap lulus.
3. Uji Keseragaman Volume
9. Uji Stabilitas
a. heating cooling Resep Volume (mL)
tetes mata disimpan dalam kulkas 1 5,6
suhu 4 derajat celcius selama 3x12 jam. 2 5,5

Pindahkan keinkubasi suhu 40 derajat


celcius selama 3x12 jam, lalu ukur Ph 4. Uji pH
sediaan.
Resep pH
b. Sentrifugal
1 6
2 7,5

5 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

Suhu awal 35,3°C 36,0°C


Suhu akhir 35,9°C 36,3°C
ΔTf 0,4°C 0,3°C

7. Uji Sterilitas
a. Tetes mata
5. Uji Kejernihan
Resep Media
Resep Keterangan
PDA NA
1 Tidak ada partikel melayang
1 - -
2 Tidak ada partikel melayang
2 - -

6. Uji Pirogenitas

Pengamatan Resep 1 Resep 2

8. Uji Baret

Resep Keterangan
1 Tidak ada goresan
2 Tidak ada goresan

9. Uji Celup

Resep Keterangan
1 Mengapung
2 Mengapung

6 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

10. Uji Ketahanan Jatuh

Resep Keterangan
1 Sediaan tidak rusak pada saat di
jatuhkan dengan ketinggian 75
cm
2 Sediaan tidak rusak pada saat di
jatuhkan dengan ketinggian 75
cm

11. Uji Burning test

Resep Sebelum Sesudah


1 Tidak Penyok setelah di
meleleh bakar
2 Tidak Penyok setelah di
meleleh bakar

ANALISIS SPSS
1. Tes Normalitas

Tests of Normalityb,c,d,e,f
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Resep Statistic df Sig. Statistic df Sig.
uji_keseragaman_bobot 1 .430 2 . .619 2 .001
2 .430 2 . .619 2 .001
uji_kejernihan 1 .201 2 . .635 2 .025
2 .102 2 . .635 2 .022
uji_kebocoran 1 .909 2 . .367 2 .000
2 .108 2 . .231 2 .001
uji_pirogenitas 1 .101 2 . .250 2 .005

7 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

2 .102 2 . .121 2 .003


uji_kualitatif 1 .342 2 . .329 2 .000
2 .293 2 . .128 2 .000
uji_keseragaman_volume 1 .307 2 . .729 2 .020
2 .441 2 . .630 2 .000
uji_pH 1 .441 2 . .630 2 .002
2 .221 2 . .130 2 .001
uji_sterilitas 1 .430 2 . .619 2 .001
2 .430 2 . .619 2 .001
uji_kuantitatif 1 .231 2 . .936 2 .029
2 .170 2 . .988 2 .048

Dilakukan analisis data dengan SPSS pada uji nilai sig dibawah 0,05. Maka dapat
keseragaman bobot, uji kejernihan, uji disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi
kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji normal.
keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, dan
uji kuantitatif. Dari hasil analisis, didapatkan

b. Uji Korelasi

Correlations
uji_keserag uji_kese
uji_pirog aman_bobo ragaman uji_steril uji_kuan uji_kejer uji_kebo uji_ku
enitas t _volume uji_ph itas titatif nihan coran alitatif
sediaan Pearson
1 -1.000** -1.000** .775* -.898** -.254 .775* -.898** -.254
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .002 .044 .024 .002 .044
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_kese Pearson
-1.000** 1 1.000** -.774* .801** .254 -.774* .898** .254
ragaman Correlation
_bobot Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .002 .044 .024 .002 .044
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2

8 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

uji_kese Pearson
-1.000** 1.000** 1 -.775* .802** .257 -.775* .897** .257
ragaman Correlation
_volume Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .003 .039 .024 .003 .039
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_ph Pearson
.775* -.774* -.775* 1 -.616 -.301 1 -.696 -.301
Correlation
Sig. (2-tailed) .024 .024 .024 .055 .018 .055 .018
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_steril Pearson
-.898** .898** .897** -.696 1 -.042 -.696 1 -.042
itas Correlation
Sig. (2-tailed) .002 .002 .003 .055 .022 .055 .022
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_kuan Pearson
-.254 .254 .257 -.301 -.042 1 -.301 -.042 1
titatif Correlation
Sig. (2-tailed) .044 .044 .039 .008 .022 .468 .922
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_kejer Pearson
-1.000** 1 1.000** -.774* .898** .254 -.774* .898** .254
nihan Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .002 .044 .024 .002 .044
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_kebo Pearson
-1.000** 1.000** 1 -.775* .897** .257 -.775* .897** .257
coran Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .003 .039 .024 .003 .039
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
uji_ Pearson
.775* -.774* -.775* 1 -.696 -.301 1 -.696 -.301
kualitatif Correlation
Sig. (2-tailed) .024 .024 .024 .055 .018 .055 .018
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Setelah dilakukan uji nilai normalitas, uji kuantitatif. Dari nilai signifikannya dapat
dilakukan analisa korelasi antara pada uji disimpulkan bahwa pada uji keseragaman
keseragaman bobot, uji kejernihan, uji bobot, uji kejernihan, uji kebocoran, uji
kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji keseragaman
keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, dan volume, uji pH, uji sterilitas, dan uji kuantitatif
memiliki korelasi.

9 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

c. Uji T-Test

One-Sample Test
Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed)
sediaan 7.937 2 .010
uji_keseragaman_bo 2
3.017 .009
bot
uji_keseragaman_vol
3.025 2 .019
ume
uji_ph 18.445 2 .020
uji_sterilitas 2.376 2 .049
uji_kuantitatif 5.641 2 .511
uji_pirogenitas 13.229 2 .004
uji_kebocoran 3.135 2 .012
uji_kualitatif 3.137 2 .001
uji_kejernihan 3.217 2 .016

10 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

Didapatkan nilai signifikan dibawah 0,05 pada kedua sediaan didapatkan pH 7, hal
keculai pada uji kuantitatif. Maka dapat tersebut masih dalam rentang pH sediaan
disimpulkan bahwa uji keseragaman bobot, uji
yang akan dibuat dan dalam rentang sediaan
kejernihan, uji kebocoran, uji pirogenitas, uji
kualitatif, uji keseragaman volume, uji pH, dan parenteral dengan pH 4-7,5. Uji sterilitas
uji sterilitas tidak terdapat perbedaan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kesterilan
signifikan terkecuali pada uji kuantitatif.
sediaan hingga dapat terjaga saat ditribusi dan
penyimpanan sediaan. Didapatkan dari hasil
uji sterilitas terhadap kedua sediaan, tidak
PEMBAHASAN
terdapat bakteri pada media NA dan jamur
Telah dilakukan sediaan tetes mata
pada media PDA.
hidrokortison dengan konsentrasi 100 mg dan
Uji kuantitatif dilakukan untuk
volume 10 ml. Digunakan hidrokortison,
mengetahui kadar obaat dalam sediaan. Uji ini
Na2Hpo4, NaH2po4, Nacl dan wfi ad 10 ml.
dilakukan dengan menggunakan metode
Alasan pemilihan eksipien seperti NaCl
nitrimetri karena zat aktif yang digunakan
sebagai agen pengisotonis agar sediaan infus
mengandung gugus nitrogen. Kadar
tetap isotonis terhadap cairan tubuh. Pada
Hidrokortison pada resep 1 sebesar 58,8%
praktikum ini di gunakan Buffer Phospat
sedangkan untuk resep kedua sebesar 31,9%.
sebagai penjaga kestabilan pH dikarenakan pH
Kadar tersebut tidak memenuhi uji syarat
sediaan tetes mata harus isohidris terhadap
keseragaman kadar yang harus berada pada
cairan mata. pH cairan mata 7,4 sehingga arus
rentang 90-110%.........................................
dijaga kestabilan pH sediaan. WFI bebas CO2
Uji kualitatif dilakukan untuk
sebagai pelarut.
mengetahui keberadaan zat di dalam sediaan
Sedian tetes mata dilakukan beberapa
tersebut, dilakukan dengan beberapa pereaksi
pengujian agar menjami kualitasnya hingga
berupa NaOH terbentuk warna kuning, zat
digunakan konsumen. Pengujian terhadap
ditambah pereaksi Cu terbentuk endapan
sediaan dilakukan dengan uji keseragaman
merah bata. Zat ditambah KmnO4 dan NaOH
bobot dengan bobot kosong pengemas 4,17
terbentuk warna hijau.
gram sedangkan berat sediaan dengan
Uji kejernihan dilakukan utnuk
pengemas 11,97 gram untuk formula 1 dan
mengetahui ada tidaknya partikel melayang
untuk formula kedua didapatkan sebesar
didalan sediaan, partikel tersebut akan
11,97 gram.Maka dapat disimpulkan bahwa
menyumbat pembuluh darah. Didapatkan
sediaan tetes mata yang dihasilkan memenuhi
sediaan tidak terdapat partikel melayang dan
uji keseragaman bobot. Dilakukan uji pH
dikategorikan baik. Uji pirogenitas dilakukan
terhadap kedua sediaan tetes mata. Uji pH

11 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

dengan menyuntikan secara iv pada ekor bakar


tikus. Untuk resep 1, suhu awal tubuh tikus Kemudian dilakukan uji normalitas
35,3°C, suhu tubuh tikus setelah disuntikan menggunakan SPSS. Didapatkan nilai
35,9°C sehingga didaptkan nilai ΔTf sebesar normalitas dari seluruh uji sebesar >0,05.
0,4°C. Sedangkan untuk resep 2, suhu awal Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tubuh tikus 36°C, suhu tubuh tikus setelah terdistribusi normal. Setelah dilakukan uji nilai
disuntikan 36,2°C sehingga didaptkan nilai ΔTf normalitas, dilakukan analisa korelasi antara
sebesar 0,3°C. Uji keseragaman volum pada uji keseragaman bobot, uji kejernihan,
dilakukan untuk memastikan volume di dalam uji kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji
pengemas sesuai dengan etiket sebesar 10 keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, uji
mL. kuantitatif, dan uji kebocoran. Dari nilai
Kemudian dilakukan uji pada signifikannya dapat disimpulkan bahwa uji
pengemas. Uji kebocoran dilakukan untuk keseragaman bobot, uji kejernihan, uji
mengetahui kebocoran pengemas untuk kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji
melindungi sediaan,uji ini dilakukan dengan keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, uji
merendam sediaan dalam pengemas di dalam kuantitatif, dan uji kebocoran memiliki
bejana yang berisi air dan metilen blue dan di korelasi. Pengujian selanjutnya dilakukan uji
amati 30 menit . Hasil yang didapat sediaan One Sample T-Test, didapatkan nilai signifikan
tidak mengalami perubahan warna menjadi > 0,05 pada uji kuantitatif sedangkan pada uji
biru yang berati pengemas tidak mengalami uji keseragaman bobot, uji kejernihan, uji
kebocoran. Kemudian dilakukan uji baret kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji
dengan melakukan beretan pada pengemas keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, dan
dan setelah itu dilihat apakah pengemas rusak uji kebocoran berada dibawah 0,05. Maka
atau tidak. Setelah itu dilakukan uji celup dapat disimpulkan bahwa pada uji kuantitatif
apakah sediaan mengapung atau tidak setalah terdapat perbedaan dari kriteria yang
dilihat hasilnya sediaan mengapung saat di ditentukan sedangkan pada uji uji
celupkan. Terdapat pula uji ketahanan jatuh keseragaman bobot, uji kejernihan, uji
dimana uji ini dilakukan dengan menjatuhkan kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji
sediian dengan ketinggikan 75 cm, dari hsil keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, dan
sediaan tidak mengalami kerusakan yang uji kebocoran tidak memiliki perbedaan yang
terakhir adalah uj burning tes, uji ini dilakukan signifikan dari kriteria yang telah ditentukan.
dengan cara membakar sediaan, dari hasil uji KESIMPULAN
coba sediian mengalami penyok setelah di Telah dilakukan pembuatan sediaan tetes

12 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya


Jurnal Teknologi farmasi steril universitas sriwijaya 2017

mata Hidrokortison sebagai anti inflamasi . kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji
Hasilnya dapat disimpulkan bahwa sediaan keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, dan
tetes mata yang dihasilkan memenuhi syarat uji kebocoran tidak memiliki perbedaan yang
kecuali pada uji kualitatif dengan kadar 58,8% signifikan dari kriteria yang telah ditenttukan
dan 31,9% dimana seharusnya didapatkan
rentang kadar sekitar 90-110%. Dilakukan juga DAFTAR PUSTAKA
analisis data menggunakan program statistika
Ditjen POM . 1979 , Farmakope
berupa SPSS. Didapatkan nilai normalitas dari
Indonesia, Edisis III, Depkes RI , Jakarta
seluruh uji >0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi normal.Untuk uji
Lachman , L, et all. 1986, The Theory and

korelasi, nilai signifikan yang didapat dibawah Practise of Industrial Pharmacy ,


0,05. Maka uji keseragaman bobot, uji Third Edition , Lea and Febiger ,
kejernihan, uji kebocoran, uji pirogenitas, uji Philadelphia
kualitatif, uji keseragaman volume, uji pH, uji Parfitt, K,. 1994 , Martindale The
sterilitas, uji kuantitatif, dan uji kebocoran
Complate Drug Reference , 32 nd
memiliki korelasi. Sedangkan pada uji T-Test
Edition , Pharmacy Press.
didapatkan nilai signifikan > 0,05 pada uji
Parrot, L.E,. 1971, Pharmaceutical
kuantitatif sedangkan pada uji uji
keseragaman bobot, uji kejernihan, uji
Technology Fundamental

kebocoran, uji pirogenitas, uji kualitatif, uji Pharmaceutics , Burgess Publishing


keseragaman volume, uji pH, uji sterilitas, dan Co, USA
uji kebocoran berada dibawah 0,05. Maka Turco, S., dkk ,. 1970 , Sterile Dosage
dapat disimpulkan bahwa pada uji kuantitatif Forms , Lea and Febiger ,
terdapat perbedaan dari kriteria yang
Philadelphia
ditentukan sedangkan pada uji uji
keseragaman bobot, uji kejernihan, uji

13 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai