PAPER
ORGANISASI DAN STAKEHOLDER PROYEK KONSTRUKSI
OLEH:
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan ini dengan lancar serta tepat pada waktunya. Laporan ini
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Konstruksi pada semester
genap Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana tahun
akademik 2020/2021.
Dalam penyusuanan Laporan ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan arahan dari berbagai pihak, segala
hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik, Dalam kesempatan ini, kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
memberikan perhatian serta bimbingan, baik langsung maupun tidak langsung,
antara lain:
1. Bapak Dr. Ir I Nym Yudha Astana, MT selaku dosen mata kuliah Manajemen
Konstruksi yang telah memberikan bimbingan dan memfasilitasi kami dalam
penyusunan Laporan ini.
2. Semua pihak yang telah memberikan informasi serta bantuan kepada penulis.
Kami menyadari bahwa dalam Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan Laporan
ini. Semoga Laporan yang sederhana ini mampu memberi manfaat bagi penulis dan
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.5 Hubungan Kerja Dalam Proyek Konstruksi ................................................. 28
2.5.1 Sistem Hubungan Kerja Pelaksana Proyek ......................................... 29
2.5.2 Rapat Koordinasi pada Proyek Konstruksi ......................................... 30
2.6 Manajemen Stakeholder ............................................................................... 32
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 34
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 34
3.2 Saran ............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam Laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan proyek konstruksi?
2. Bagaimana bentuk-bentuk organisasi dalam proyek konstruksi?
3. Bagaimana hubungan kerja antar pihak-pihak yang terkait (stakeholder) dalam
proyek konstruksi?
1.3 Tujuan
Secara umum penyusunan Laporan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk
organisasi dan hubungan kerja pihak-pihak yang terkait (stakeholder) dalam proyek
konstruksi. Sedangkan secara khusus, tujuan Laporanj ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi proyek konstruksi.
2. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk organisasi dalam proyek konstruksi.
3. Dapat menerangkan hubungan kerja antara pihak-pihak terkait (stakeholder)
dalam proyek konstruksi.
1.4 Manfaat
Penyusunan Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
konstruksi, khususnya mengenai organisasi dan pihak-pihak yang terkait
(stakeholder) dalam proyek konstruksi.
2
BAB 2II
PEMBAHASAN
3
4. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung
menyebabkan proyek memiliki sifat nonrepetitif atau tidak berulang.
4
Gambar 2.2 Organisasi Fungsional (PMBOK)
5
2.2.3 Organisasi Matriks
Organisasi matriks merupakan bentukan baru dari organisasi fungsional dan
organisasi proyek. Bentukan organisasi baru yang beranggotakan staf dari setiap
fungsi yang ada disebut organisasi matrik lemah. organisasi matrik lemah mengatur
banyak karakteristik dari organisasi fungsional dan manajer proyek lebih bersifat
sebagai koordinator daripada sebagai manajer. Bentukan baru ini nantinya akan
menjadi sebuah tim proyek yang ditugaskan untuk mengelola proyek konstruksi di
lapangan. Kelemahan bentuk organisasi ini adalah tim yang dibentuk semuanya
memiliki kualifikasi staff bukan manajer sehingga kemampuan manajerialnya
sangat terbatas. Sebagai kebalikan dari organisasi matrik lemah, maka organisasi
matrik kuat memiliki banyak karakteristik dari organisasi proyek dan dapat
memiliki manajer proyek secara penuh dengan otoritas yang dapat dipertimbangkan
dan juga memiliki staf administrasi proyek sendiri.
6
2.3 Organisasi pada Proyek Konstruksi
Organisasi proyek perlu dibentuk misalnya oleh pemilik, konsultan atau
kontraktor. Pada umumnya owner menentukan dalam menyusun serangkaian
kebijaksanaan dan memilih bentuk organisasi proyek yang tepat untuk mengelola
proyek. Hal yang perlu diidentifikasikan saat pembentukan organisasi proyek yaitu:
1. Tahapan proyek yang diberlakukan pada organisasi atau proyek.
2. Penetapan pihak- pihak yang terlibat secara fungsional dalam organisasi proyek,
yaitu bagaimana hubungan antar pihak-pihak yang terlibat dan kapan (bilamana)
keterlibatan pihak-pihak tersebut.
3. Disamping penetapan organisasi proyek, manajemen puncak juga akan
mempengaruhi bentuk organisasi manajemen proyek yang digunakan
Organisasi pada proyek sendiri merupakan alat untuk mencapai tujuan
dengan mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material,
peralatan dan modal dan metode secara efektif dan efisien dengan menerapkan
sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek.
Pada proyek konstruksi, khususnya, bentuk organisasi dikaitkan dengan
jenis kontrak yang berlaku pada pelaksanaan proyek antara pemberi tugas dengan
pemberi jasa konstruksi atau kontraktor. Struktur organisasi berdasarkan hubungan
kontrak/ perjanjian kerjasamanya mengatur hubungan pihak-pihak yang terlibat
dalam proyek misalnya hubungan antara owner, konsultan, dan kontraktor. Pada
hakikatnya bentuk-bentuk organisasi proyek konstruksi ini dikelompokkan menjadi
empat jenis (Barrie, dkk. 1995), yaitu sebagai berikut:
1. Organisasi Tradisional (Classical Organization)
2. Organisasi Pembangun-Pemilik/Swakelola (Owner-Builder)
3. Organisasi Proyek Putar Kunci (Turnkey Project)
4. Organisasi Manajemen Konstruksi (Construction Management)
Hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam satu bagan
organisasi dapat terdiri dari 2 hubungan kerja yaitu:
1. Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan sesuai fungsi masing-masing pihak
yang terlibat dalam proyek, seperti hubungan antara konsultan perencana dan
kontraktor. Misalnya ada tahap disain dimana konsultan perencana berfungsi
7
sebagai perencana, kontraktor belum berfungsi. Demikian pula sebaliknya pada saat
kontraktor berfungsi sebagai pelaksana konstruksi konsultan perencana sudah tidak
berfungsi. Bila pada saat pelaksanaan konstruksi terdapat masalah yang berkaitan
dengan perencanaan, penyelesaian masalah tergantung hubungan kerjasama
(kontrak) antara pemilik dengan konsultan perencana dan kontraktor.
2. Hubungan Kontrak
Hubungan kerjasama (kontrak) adalah hubungan berdasarkan kontrak
antara 2 pihak atau lebih yang terlibat kerjasama. Kontrak merupakan kesepakatan
(perjanjian) secara sukarela antara 2 pihak yang mempunyai kekuatan hukum.
Kesepakatan ini dicapai setelah satu pihak penerima penawaran yang diajukan oleh
pihak lain untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang tercantum dalam
penawaran.
8
utama (kontraktor utama tidak berpengalaman), kontraktor utama tidak memiliki
sumber daya, baik tenaga kerja maupun peralatan.
9
2.3.2 Organisasi Pembangun-Pemilik/Swakelola
Bentuk organisasi ini merupakan turunan dari organisasi tradisional. Dalam
organisasi ini, pemilik bekerja dengan kemampuan sendiri, baik di bidang
perencanaan atau desain maupun pelaksanaan konstruksinya sehingga tugas
pemilik adalah sebagai desainer dan kontraktor. Meskipun pemilik juga bertindak
sebagai kontraktor, beberapa pekerjaan konstnrksi dapat diberikan kepada
kontraktor/subkontraklor, dan biasanya jenis kontrak yang mengikat adalah harga
tetap, harga satuan, atau kontrak tertentu yang dinegosiasikan.
Dalam bentuk organisasi swakelola, tenaga kerja dan pengadaan bahan serta
peralatan dapat dikontrakkan kepada pemasok (supplier). Untuk proyek-proyek
pemerintah bentuk organisasi swakelola hanya dilakukan untuk proyek kecil atau
proyek darurat (misalnya proyek penanggulangan bencana alam).
Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaan tahapan kegiatan proyek
pada organisasi semcam ini dapat dilakukan secara overlapping karena pemilik
proyek berfungsi sekaligus sebagai konsultan dan kontraktor.
Adapun ciri-ciri organisasi swakelola yaitu:
1. Pemilik proyek bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan proyek
(bertindak juga sebagai konsultan perencana dan kontraktor. Pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan kemampuan sendiri secara fakultatif atau dilaksanakan
kontraktor/subkontraktor.
2. Jenis kontrak yang diterapkan biasanya hacaga tetap, haraga satuan, atau kontrak
konstruksi yang dinegosiasikan.
10
Gambar 2.9 Skema Hubungan Organisasi Pembangun-Pemilik
11
2. Ada keterlibatan subkontraktor-subkontraktor spesialis (specialty
subcontractors)
3. Jenis kontrak yang diterapkan pada bentuk organisasi seperti ini adalah harga
tetap, harga maximum bergaransi, atau kontrak konstruksi disain dengan biaya
tambah upah tetap (fixed price, guaranteed maximum price, or cost plus a fee
design-construction contract).
12
membantu dalam menggelola proyek yang disebut dengan pihak manajemen
konstruksi.
Organisasi manajeman konstruksi berkaitan dengan tim manajemen proyek
terdiri dan manajer proyek (professional construction management) dan pihakpihak
lain (kontraktor, konsultan disain, dan sebagainya), yang mempunyai tugas
mengelola proyek secara terpadu dari perencanaan proyek (project planning),
disain, dan pelaksanaan konstruksi. Hubungan kontrak antara pihak yang terlibat
dalam tim manajemen provek bertujuan meminimalkan hubungan timbal balik di
dalam tim manajemen proyek.
Pelaksanaan tahapan pada organisasi semacam ini memungkinkan
dilaksanakan secara overlapping karena pelaksanaan proyek seperti desain dan
pelaksanaan konstruksinva sudah terpadu di bawah koordinasi manajemen
konsruksi. Dengan keterlibatan beberapa kontraktor spesialis, pihak manajemen
konstruksi mengkoordinasikan agar desain pekerjaan yang satu dapat langsung
dikerjakan oleh kontraktor spesialis yang satu tanpa menunggu keseluruhan desain
selesai. Pelaksanaan semacam ini melakukan satu kali pengadaan konsultan dan
beberapa kali pengadaan kontraktor spesialis. Cara pengadaan konsultan dan
kontraktor semacam ini disebut dengan pendekatan paket pekerjaan.
Manajemen konstruksi merupakan suatu perusahaan atau organisasi khusus
yang melaksanakan praktek manajemen konstruksi, yaitu:
1. Bekerja bersama-sama pemilik proyek dan konsultan disain mulai awal provek
dan membuat rekomendasi penyempurnaan disain (agar benarbenar
memenenuhi kebutuhan/ mutu pemilik), pemilikan teknologi dan metoda
konstruksi, membuat jadwal konstruksi dan studi ekonomi pelaksanaan dan
seterusnya).
2. Mengusulkan alternatif disain dan metoda pelaksanaan konstruksi yang tepat dan
membuat analisa dampak altenatif tersebut terhadap biaya dan jadwal konstruksi.
3. Memantau perkembangan proyek sedemikian rupa sehingga tidak melampui
target yang telah ditetapkan pemilik proyek.
4. Koordinasi pengadaan peralatan dan bahan dan seluruh kegiatan kontraktor.
Koordinasi hal-hal yang berkaitan dengan pembayaran angsuran, perubahan,
tuntutan (datms) dan pemeriksaan agar sesuai dengan persyaratan disain.
13
5. Melaksanakan dukungan/ pelayanan yang berkaitan dengan proyek dan
dibutuhkan pemilik proyek. Misalnya koordinasi permohonan izin-izin seperti
IMB.
Adapun ciri-ciri organisasi manajemen konstruksi yaitu:
1. Manager konstruksi umumnya bertindak sebagai wakil dari pemilik.
(constructon manager usually acting as agent for owner).
2. Tim meliputi kelompok yang terdiri dari pemilik dan manajer konstruksi,
perencana dan kontraktor.
14
2.4 Stakeholder dalam Proyek Konstruksi
Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide
hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari
fase perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
pihak, yaitu pihak pemilik proyek, pihak perencana dan pihak kontraktor.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan melaksanakan bangunan
tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur
tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai
dengan posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan
bangunan, masing-masing pihak sesuai dengan posisinya saling berinteraksi satu
sama lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan (Ervianto, 2005).
Hubungan keda dalam proyek konstruksi merupakan pengaitan antara siklus
atau tahapan proyek dengan orang-orang atau instansi yang terlibat dalam proyek
konstruksi. Orang-orang atau instansi yang terlibat disebut dengan Pemangku
Kepentingan Proyek atau Stake Holders Proyek. Pemangku Kepentingan ini adalah
para individu dan organisasi yang secara aktif 'terlibat di dalam proyek atau terkena
dampak dari pelaksanaan atau hasil proyek. Stakeholders, bisa berpengaruh positif
maupun negatif terhadap proyek. Berikut diperlihatkan gambar hubungan di antara
stakeholders.
Ketika terlibat pada suatu proyek, pemangku Kepentingan konstruksi
memiliki tanggung jawab dan wewenang beragam yang dapat mengubah siklus
hidup proyek. Tanggung jawab dan wewenang tersebut mencakup kontribusi dari
tahapan survei dan pembicaraan awal di tahap konseptual, hingga sampai ke
pendukungan proyek secara penuh, termasuk penyediaan biaya dan dukungan
politik. Pemangku Kepentingan yang mengabaikan hal ini dapat mengganggu
tujuan proyek. Dalam hubungannya dengan tahapan atau siklus proyek, para
pemangku kepentingan dapat digambarkan sebagai berikut:
15
Tabel 2.1 Stakeholder dalam Siklus Proyek
TAHAP KONSEPTUAL TAHAP DESAIN TAHAP IMPLEMENTASI
PEMILIK
1. Formulasi Gagasan 1. Menentukan Strategi
2. Evaluasi Hasil Studi 1. Mengelola
2. Menetapkan Sasaran
Kelayakan Implementasi Fisik:
3. Tujuan Dasar 3. Rencana Sumber Daya Monitoring, Review
4. Menyiapkan Perangkat Laporan, Koordinasi
4. Indikasi Lingkup Kerja, Peserta (Paket Lelang, Peserta, Change Order,
Jadwal, Biaya, Mutu MIS, Kontraktor, Inspeksi, dan Tes
Konsultan)
5. Mengkaji Proposal 2. Mengelola
Administrasi Keuangan
(Administrasi Kontrak,
Akuntansi Kontrak,
5. Pendanaan 6. Negosiasi dan
Administrasi Pinjaman,
Tandatangan Kontrak
Kontrol Pembayaran,
Asset Record, Persiapan
Audit.
KONSULTAN
1. Studi Kelayakan 1. AMDAL 1. Engineering
2. Arsitektur 2. Arsitektur
3. Engineering
2. AMDAL
4. Rekayasa Nilai 3. Inspeksi
5. Pendanaan
KONTRAKTOR
1. Mengelola Pekerjaan
Fisik (Mobilisasi Sumber
Daya, Perencanaan,
1. Membuat Proposal Pelaksanaan, Controling,
Pembelian, Fabrikasi,
Konstruksi, Tes, Inspeksi,
Uji Coba)
2. Negosiasi dan Tanda 2. Administrasi Kontrak
Tangan Kontrak dan Keuangan.
16
2.4.1 Pemilik (Owner)
Pemberi tugas atau lebih dikenal dengan istilah owner adalah badan
hukum/instansi atau perseorangan yang berkeinginan mewujudkan suatu proyek
dan memberikan pekerjaan bangunan serta membayar biaya pekerjaan bangunan.
Adapun tugas dan wewenang owner yaitu:
1. Mempunyai ide/gagasan sesuai denagn rencana-rencananya
2. Menyediakan dana dan lahannya
3. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek.
4. Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat perjanjian dengan
pelaksana proyek.
5. Bersama-sama manajemen konstruksi ikut mengawasi pelaksanaan pekerjaan,
berhak memberi instruksi-instruksi kepada pelaksana proyek secara langsung
maupun tidak langsung (melalui manajemen konstruksi)
6. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran yang harus
diberikan kepada pelaksana proyek.
7. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga berhak
menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan serta pekerjaan tambah dan
pekerjaan kurang.
8. Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan gambar rencana,
bilamana perlu mencabut tugas pelaksana proyek tersebut bila dianggap tidak
mampu melaksanakan pekerjaan.
9. Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait sebelum masa
pemeliharaan habis bila terjadi kerusakan, sebagaimana ditetapkan bersama.
Adapun tanggung jawab owner yaitu:
1. Memelihara hubungan kerja secara professional.
2. Membuat keputusan yang tepat sesuai dengan waktunya.
3. Memberikan dana yang dibutuhkan proyek.
17
hal tersebut, maka dibutuhkan suatu badan yang berisi ahli-ahli dalam proses
produksi konstruksi, yaitu konsultan perencana. Konsultan perencana diharapkan
menghasilkan perencanaan rancangan bangunan dan estimasi biaya yang akurat dan
tepercaya. Biaya yang dibutuhkan untuk konsultan perencana pada umumnya
adalah sekitar l,6 % - 7% dari biaya total proyek.
Konsultan perencana adalah perseroan atau badan hukum yang bergerak
pada jasa konstruksi bidang perencanaan pekerjaan pembangunan. Konsultan
perencana menerima pendelegasian/penyerahan pekerjaan dari pemilik
proyek/owner dengan dua tahapan, yaitu:
1. Rekayasa dan desain awal meliputi:
Konsep arsitektur
Pengevaluasian alternatif-alternatif proses teknologi
Keputusan-keputusan mengenai ukuran serta kapasitas
Tahapan konsep dan kelayakan
Aspek fungsional
Aspek teknis
Aspek kinerja bangunan (building performance)
Aspek ekonomis
2. Rekayasa dan Detail Desain/Perincian
Melibatkan suatu proses analisis dan perencanaan struktur serta
komponennya secara berurutan sehingga sesuai dengan standar konstruksi,
keamanan maupun peraturan-peraturannya meliputi:
Perencanaan anggaran dan biaya pekerjaan
Gambar-gambar detail, maket desain
Rencana kerja dan spesifikasi pelaksanaan pekerjaan
Adapun tugas dan wewenang perencana yaitu:
1. Perencana berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak proyek pada tahap
perencanaan dan menyusun dokumen proyek.
2. Membuat gambar perencanaan proyek secara keseluruhan yang meliputi
gambar struktur, arsitektur serta mekanikal dan elektrikal sesuai dengan
permintaan pemberi tugas dengan mempertimbangkan segi kekuatan,
keindahan dan ekonomis serta peraturan daerah setempat.
18
3. Perencana berkewajiban pula untuk mengadakan pengawasan berkala dalam
bidang arsitektur dan struktur.
4. Membuat estimasi/perhitungan biaya pembangunan secara garis besar yang
akan menjadi acuan dalam penentuan biaya selama pelaksanaan pekerjaaan
(bila terjadi perubahan rencana).
5. Bertanggung jawab penuh terhadap hasil perencanaan sehingga perencanaan
tersebut terlaksana.
6. Bertugas menghadapi kontraktor/pelaksana dalam hal memberikan
penjelasan/konsultasi dalam bidang arsitektur, struktur konstruksi serta
mekanikal dan elektrikal.
7. Merencanakan setiap perubahan dari rencana semula
8. Mempertanggung jawabkan hasil perencanaan kepada pemilik proyek.
9. Mengadakan pengawasan secara berkala untuk melihat kemajuan pekerjaan
maupun untuk membantu mengatasi permasalahan yang terkait dengan
perencanaan.
10. Berperan pula sebagai konsultan pengawas dan berhak menegur
kontraktor/pelaksana secara langsung maupun tertulis apabila ternyata
pelaksanaan tidak sesuai dengan bestek.
11. Meminta pemeriksaan pekerjaan secara khusus apabila diperlukan untuk
menjamin pelaksanaan sesuai dengan isi dokumen kontrak.
12. Menghadiri maupun menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi pengelolaan
proyek.
Supaya mendapatkan hasil perencanaan yang berkualitas dan sesuai dengan
tujuannya, maka perencana harus mempunyai tenaga ahli dari berbagai disiplin
ilmu dengan kemampuan dan pengalaman yang cukup memadai dalam bidangnya
masing-masing.
19
Kegiatan Konsultan Pengawas dipusatkan pada tahap pelaksanaan
konstruksi dan tidak dilibatkan dalam proses perencanaan serta dituntut pula agar
dapat memberikan masukan kepada pemilik apabila terjadi perubahan-perubahan
ataupun penyimpangan pelaksanaan. Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk
membayar konsultan pengawas bagi proyek-proyek pemerintah biasanya
dianggarkan l% - 4% dari pembiayaan total.
1. Adapun tugas dari konsultan pengawas yaitu:
2. Mengawasi dan memeriksa mutu pekerjaan kontraktor agar memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
3. Mengawasi dan menguji kualitas atau mutu bahan bangunan.
4. Menyiapkan dan menghitung kemungkinan terjadinya adanya pekerjaan
tambahan atau pekerjaan yang kurang.
5. Memberi teguran kepada kontraktor jika pelaksanaan pekerjaan di luar dari
spesifikasi gambar-gambar revisi.
6. Memeriksa gambar-gambar revisi.
7. Menyusun laporan harian, mingguan, dan bulanan terhadap hasil pekerjaan yang
dilakukan selama pengawasan.
20
2. Mengadakan konsultasi dengan divisi perencana serta mendapatkan bimbingan
maupun pengarahan dari divisi pengawas mengenai pelaksanaan pekerjaan.
3. Menyusun rencana kerja proyek.
4. Menyiapkan tenaga kerja, peralatan bahan-bahan, dan segala sesuatu yang
digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
5. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan keahlian dan pengalaman yang dimiliki
sesuai dengan gambar rencana yang dibuat oleh konsultan perencana dan tidak
keluar darispesifikasi kerja yang telah disetujui.
6. Membuat detail pelaksanaan (shop drawing) dan membuat gambar akhir
pekerjaan (as built drawing)
7. Menjamin keamanan dan keselamatan kerja
8. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan.
9. Mengadakan pengujian terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
10. Mengadakan perbaikan, perubahan, rekonstruksi dan perbaikan terhadap semua
kesalahan selama masa pemeliharaan.
11. Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan
kepada owner.
21
konsultan manajemen konstruksi adalah lembaga yang memberikan jasa untuk
bertanggung jawab atas pengelolaan proses konstruksi secara keseluruhannya dari
tahap penyusunan TOR, Perencanaan, hingga selesainya tahap pemeliharaan
(Dipohusodo, 1996). Guna melibatkan Konsultan Manajemen Konstruksi pada
proyek-proyek pemerintah, dianggarkan biaya Konstruksi pada sekitar l,3% - 5%
dari pembiayaan total.
Manajemen Konstruksi diharapkan menjadi mediator dalam komunikasi,
konsultasi, kontrol dan mengendalikan dari apa yang mungkin timbul di lapangan
pada saat tahapan pelaksanaan konstruksi berkaitan dengan adanya perbedaan
antara perencanaan dan pelaksanaan sehingga bisa terselesaikan. Maksud
keberadaan Konsultan Manajemen Konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencapai penyelesaian kegiatan pembangunan mulai dari perencanaan,
pembangunan dan pemeliharaan dalam waktu yang telah disepakati dalam
rangka penghematan waktu, dengan biaya serendah-rendahnya dalam rangka
penghematan biaya dengan mutu yang setinggi-tingginya.
2. Membentuk faktor-faktor sistem agar terbentuk pengelolaan kegiatan yang dapat
melaksanakan fungsi dengan baik
3. Mengendalikan aliran informasi antara berbagai tahap pelaksanaan untuk
mendapatkan kesatuan bahasa dan gerak serta kelancaran pelaksanaan.
4. Mengendalikan pengaruh timbal balik antara proyek/kegiatan dengan
lingkungan agar didapat (a) koordinasi yang baik dengan instansi yang terkait,
(b) arah perkembangan proyek yang lebih baik, (c) penerapan teknologi yang
tepat (d) pendokumentasian dan administrasi proyek yang baik.
5. Menyelaraskan disain produk dan pelaksanaannya sesuai dengan yang
diharapkan.
Sedangkan tujuan akhir dari dilibatkannya Konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) adalah untuk mendapatkan hasil akhir pembangunan dengan
mutu yang maksimal, hemat biaya, hemat waktu dan tertib administrasi, untuk itu
tujuan diadakannya Konsultan Manajemen Konstruksi adalah untuk pengendalian
sebagai berikut:
22
1. Pengendalian Mutu
Menyediakan dan memberikan layanan konsultasi pada tahap perencanaan
sehingga hasil perencanaan bisa mencapai sasaran mutu yang diinginkan
Mengawasi dan menyetujui pemakaian bahan, peralatan dan metode
pelaksanaan konstruksi termasuk merekomendasi perubahan/subtitusi
material apabila diperlukan tanpa merubah nilai kontrak pemborongan.
Menyelenggarakan dan memimpin rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
(pre-operation meetign / kick off meeting). Rapat berkala dan rapat-rapat
khusus dalam rangka pengendalian mutu pelaksanaan konstruksi dilapangan.
Meneliti, memeriksa dan mnyetujui gambar kerja/shop drawing yang dibuat
oleh kontraktor sebelum pekerjaan dimulai dilaksanaka dilapangan.
Menyusun daftar cacat (defect list) sebelum serah terima pertama pekerjaan
dan mengawasi/mengontrol pelaksanaan perbaikannya selama masa
pemeliharaan.
Meneliti dan memeriksa gambar (as built drawing) yang dibuat oleh
kontraktor sebelum serah terima pertama.
2. Pengendalian Waktu
Menyetujui dan merekomendasi pekerjaan tambah kurang disetai dengan
pertimbangan teknis dan harga kepada pengguna anggaran sebelum
dilaksanakan dilapangan.
Menyusun berita acara persetujuan kemajuan/progres prestasi pekerjaan
untuk pembayaran angsuran/termijn.
3. Administrasi Pelaksanaan Pekerjaan
Membantu kontraktor dalam menyusun laporan harian, mingguan, bulanan
dan laporan pekerjaan berdasarkan pemantauan progres pelaksanaan
konstruksi.
Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran
angsuran, pemeliharan pekerjaan serta serah terima pertama dan kedua
pekerjaan konstruksi.
Membantu Konsultan Perencana menyusun Manual Petunjuk Operasional
dan Pemeliharaan/Perawatan Bangunan Gedung termasuk fasilitas
23
pendukungnya serta petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan
Mekanikal – Elektrikalnya.
Membantu pengelolaan proyek mempersiapkan dan menyusun dokumen
pendaftaran Gedung.
Membantu pengelola proyek mengurus sampai mendapat Ijin Penggunaan
Bangunan (IPB) dari Dinas/Instasi yang berwenang.
24
Mempelajari gambar kerja, BoQ, dan RAB yang terkait dengan pekerjaan
struktur dan melakukan koordinasi dengan pihak konsultan perencana.
Melakukan kordinasi dengan pihak kontraktor terhadap pekerjaan struktur
dalam pelaksanaan proyek.
Memberikan arahan kepada Konsultan Perencana dan Kontraktor dari segi
disiplin ilmu yang berkaitan dengan usulan–usulan perubahan dan
memberikan rekomendasi bagi penetapan pelaksanaan yang diajukan.
Merekomendasikan saran–saran perbaikan terhadap material yang
digunakan dan lain-lain.
4. Quality Control
Memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan.
Bertanggung jawab untuk memperoleh kualitas dalam produk dan jasa
perusahaannya.
Dalam produk material, QC harus memverifikasi kualitas produk dengan
bantuan parameter seperti berat badan, tekstur dan sifat fisik lain dari
perusahaan.
5. K3 Konstruksi
Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi.
Mengevaluasi dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi.
Mengevaluasi program K3.
Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3.
Melakukan sosialisasi penerapan dan pengawasan pelaksanaan program,
prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
25
optimum, konsisten dengan kualitas dan kinerja yang dipersyaratkan (Berawi,
2013)
Menurut Zimmerman dan Hart (1982) dalam Ayu (2004) rekayasa nilai
adalah suatu metode yang berupa penghematan biaya dengan menggunakan
pendekatan yang sistematis untuk mendapatkan keseimbangan fungsi-fungsi yang
terbaik antara biaya, kekuatan dan penampilan suatu struktur bangunan pada
proyek.
Definisi lain dari Rekayasa Nilai adalah suatu cara pendekatan yang kreatif
dan terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisienkan biaya
yang tidak perlu. Rekayasa nilai digunakan untuk mencari alternatif–alternatif atau
ide–ide yang bertujuan untuk menghasilkan biaya yang lebih rendah dari harga
yang telah direncanakan sebelumnya dengan batasan fungsional tanpa mengurangi
mutu pekerjaan (Hidayat dan Ardianto, 2011).
26
persepektif yang lebih luas untuk dapat menciptakan nilai yang lebih pada proyek
yang ditentukan (Berawi, 2013).
27
3. Sebelum produk dikirim kepada pihak pembeli maka tugas seorang supplier
adalah mengontrol atau mengatur proses penyimpanan bahan baku terlebih
dahulu.
4. Seorang supplier juga harus memastikan bahwa produk yang telah dibeli akan
sampai pada tepat waktu.
2.4.8 Subkontraktor
Subkontraktor adalah kontraktor khusus yang dipilih berdasarkan
penawaran yang diajukan dan disetujui oleh pemilik proyek. Subkontraktor
bertanggung jawab kepada kontraktor utama.
Tugas dan wewenang subkontraktor meliputi:
1. Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh kontraktor utama sesuai dengan
gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat-syarat yang ditetapkan.
2. Bertanggung jawab langsung terhadap kontraktor utama mengenai hasil
pekerjaan yang telah dilaksanakannya.
3. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kontraktor utama sesuai dengan batas
waktu yang telah ditetapkan.
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan biaya pelaksanaan pekerjaan dari
kontraktor utama berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
28
Dalam suatu proyek pasti memerlukan sistem koordinasi yang efektif dan
efisien, yang bertujuan untuk mewujudkan kelancaran dan lebih terjaminnya
pelaksanaan suatu proyek. Struktur suatu organisasi juga merupakan bagian dari
manajemen atau pengelolaan suatu proyek, dimana manajemen itu sendiri adalah
suatu cara pengelolaan suatu kegiatan yang memiliki tujuan tertentu.
Maksud dari hubungan kerja adalah hubungan yang terjadi dalam suatu
kontrak kerja yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai pembagian tugas,
kewajiban, wewenang, hak dan tanggung jawab dalam suatu proyek yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan. Hubungan kerja di dalam mengelola dan melaksanakan
suatu proyek terutama pada proyek-proyek skala besar sangatlah perlu ketegasan
dan pembagian kerja sesuai dengan fungsi dan tugas masingmasing di mana satu
dengan lainnya dapat bekerja dengan baik.
29
3. Antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana
Hubungan antara pemilik proyek dengan konsultan perencana mempunyai
ikatan kontrak. Konsultan perencana bertanggung jawab wajib merencanakan
pekerjaan kepada pemberi tugas. Pemberi tugas memberi imbalan atas jasa
pengawasan yang dilakukan oleh konsultan perencana.
4. Antara Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana
Hubungan antara kedua belah pihak mempunyai ikatan kerja peraturan
pelaksanaan pekerjaan. Konsultan pengawas mempunyai tugas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor, sedangkan kontraktor
dapat mengkonsultasikan masalah-masalah yang timbul di lapangan dengan
konsultan pengawas.
30
2. Rapat Pelaksana Lapangan
Dipimpin oleh manajer lapangan untuk membahas rencana kerja ke depan
dan berbagai permasalahan seputar pelaksanaan di lapangan seperti usulan dari
pelaksana atau mandor untuk merapikan item pekerjaan tertentu agar bisa
melakukan langkah selanjutnya, membahas check list pekerjaan jelek di lapangan
agar bisa segera diperbaiki. Rapat ini dapat dilakukan sehari sekali atau seminggu
sekali.
3. Rapat Kontraktor dan Manajemen Konstruksi
Pertemuan kontraktor dan konsultan pengawas hampir dilakukan setiap hari
misalnya untuk proses pengajuan izin kerja item pekerjaan tertentu, pengajuan
gambar shop drawing sebagai pedoman pelaksanaan, approval material,
perhitungan volume bangunan bersama, penyampaian memo lapangan atau site
instruction dari manajemen konstruksi kepada kontraktor.
4. Rapat Kontraktor dan Perencana
Membahas permasalahan teknis seputar perencanaan seperti pengajuan
material yang akan digunakan oleh kontraktor, usulan perubahan desain dari
kontraktor setelah melakukan value engineering, membahas adanya perbedaan
kondisi lapangan dengan gambar perencanaan sebelumnya sehingga memerlukan
desain ulang, dan bermacam tema bahasan lainnya yang diharapkan dapat
memperlancar aktifitas jalanya pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi.
5. Rapat Besar (pemilik proyek+perencana+kontraktor+konsultan pengawas)
Semua pimpinan lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan proyek bertemu
dalam waktu seminggu atau sebulan sekali untuk membahas hal-hal seputar
pelaksanaan, seperti penyampaian keinginan pemilik proyek agar dapat
diaplikasikan oleh kontraktor, penyampaian beberapa teguran konsultan pengawas
kepada kontraktor agar jalannya pekerjaan tetap berpedoman pada kontrak awal,
pembahasan kontrak kerja selanjutnya dan lain-lain. Selain itu bisa diadakan rapat
koordinasi proyek lainnya apabila dalam keadaan darurat atau sedang membahas
rencana tertentu seperti perencanaan rekreasi bersama karena proyek sudah dapat
selesai dengan baik.
31
2.6 Manajemen Stakeholder
Dalam Stakeholder Management berdasarkan PMBOK 5th Edition, stakeholder
harus diidentifikasi sebelum proyek dimulai. Adapun proses manajemen
stakeholder dalam proyek konstruksi antara lain:
1. Identifikasi Stakeholder (Identify Stakeholder)
Proses mengidentifikasi orang, kelompok, atau organisasi yang dapat
memengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, aktivitas, atau hasil proyek; dan
menganalisis dan mendokumentasikan informasi yang relevan mengenai minat
mereka, keterlibatan, saling ketergantungan, pengaruh, dan dampak potensial
terhadap keberhasilan proyek.
2. Merencanakan Pengelolaan Stakeholder (Plan Risk Management)
Proses pengembangan strategi manajemen yang tepat untuk secara efektif
melibatkan para stakeholder di sepanjang siklus hidup proyek, berdasarkan analisis
kebutuhan, minat, dan dampak potensial mereka terhadap keberhasilan proyek.
3. Mengelola Keterlibatan Stakeholder (Monitor Risks)
Proses berkomunikasi dan bekerja dengan para stakeholder untuk
memenuhi kebutuhan / harapan mereka, mengatasi masalah terjadi dalam proyek,
dan menumbuhkan keterlibatan stakeholder yang tepat dalam kegiatan proyek
sepanjang siklus hidup proyek.
4. Mengendalikan Keterlibatan Stakeholder (Monitor Risks)
Proses pemantauan keseluruhan hubungan stakeholder proyek dan
menyesuaikan strategi dan rencana untuk melibatkan stakeholder.
32
Kegagalan dalam mengelola stakeholder proyek dapat menyebabkan
beberapa dampak yang jelek terhadap kinerja proyek seperti, keterlambatan akibat
lamanya keputusan diambil atau tidak disetujuinya langkah percepatan yang
diperlukan, peningkatan biaya akibat hambatan stakeholder terhadap approval
langkah untuk mengatasi risiko proyek, hal-hal yang tidak diharapkan akibat
tingginya konflik yang tidak teratasi, dan dampak negatif lainnya seperti
penghentian proyek akibat konflik yang sudah terlalu tinggi.
33
BAB 3III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan seperti uraian diatas, maka didapatkan simpulan
sebagai berikut:
1. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling
berhubungan, dibatasi oleh waktu, biaya, dan mutu, serta dengan melibatkan
berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam proyek kontruksi.
2. Organisasi dalam proyek konstruksi dibedakan menjadi organisasi tradisional,
organisasi pembangun-pemilik/swakelola, organisasi putar kunci (turn key
project), dan organisasi manajemen konstruksi yang selalu melibatkan pemilik
(owner), perencana (konsultan), dan kontraktor. Dimana masing-masing
organisasi memiliki bentuk/bagan dan skema hubungan yang berbeda.
3. Dalam proyek konstruksi terdapat hubungan fungsional dan kontrak (kerjasama)
antar pihak-pihak terkait yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya,
hubungan antar pihak terkait tersebut meliputi hubungan antara pemilik dengan
konsultan pengawas, hubungan antara pemilik dengan kontraktor pelaksana,
hubungan antara pemilik dengan konsultan perencana, dan hubungan antara
konsultan pengawas dengan kontraktor pelaksana.
3.2 Saran
Seringkali dalam suatu organisasi proyek terjadi kesalahan dalam suatu
proses, seperti tanggungjawab dan komunikasi yang mana hasl tersebut dapat
menimbulkan kesalahpahaman yang mengakibatkan terjadinya pertentangan antar
pihak-pihak terkait dalam proyek konstruksi. Maka perlu dilakukan pembagian
kerja yang jelas dan tegas agar dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pihak-pihak
yang terkait dapat melaksanakan tugas dan wewenang dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
35