Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak
terkontrol dan berlebihn akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal
yang tidak responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan
tumor ganas aau kanker.(Helvia, 2014)
Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau
kanker tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan sekitar
sekaligus merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang
dapat disebut sebagai metastasis. Sedangkan neoplasma jinak memiliki
batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta tidak bermetastasis,
tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar sehingga
menekan jaringan sekitarnya (Sjamsuhidajat, 2010).
Tumor mammae adalah adanya ketidak seimbangan yang dapat
terjadi pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh
secara liar dan tidak bisa dikontol ( dr.Iskandar,2007).
B. Etiologi
Penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, adabeberapa
faktor  resiko  yang  telah  teridentifikasi menurut  dr.Iskandar (2007),
yaitu:
1. Jenis kelamin
Wanita  lebih  menderita  tumor  payudara  dibandingkan  dengan 
pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita  yang  memiliki  keluarga  tingkat  satu  penderita  tumor 
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
payudara.
3. Faktor genetik

1
Mutasi gen BRCA1 (kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2
(kromosom 13q12-13), mutasi gen ATM sebagai gen pengatur
perbaikan DNA, mutasi gen CHEK2 dan gen supressor tumor P53
merupakan predisposisi dari kanker payudara
4. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar  hormon  yang  tinggi  selama  masa  reproduktif,terutama  jika 
tidak diselingi  oleh  perubahan  hormon  akibat  kehamilan, dapat 
meninkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil  pertama  pada  usia  30  tahun  beresiko  dua  kali  lipat 
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Intake alkohol
8. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian  kontrasepsi  oral  dapat  meningkatkan  resiko  tumor 
payudara.Penggunaan  pada  usia  kurang  dari  20  tahun  beresiko 
lebih  tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
9. Radiasi pengion
Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker
payudara namun risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu
sejak pajanan, dan usia.
10. Densitas jaringan payudara
Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita dengan
jaringan kelenjar lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.
11. Lama menyusui
Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama
masa kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar
hormon estrogen dan hormon progesteron yang telah menurun dalam
darah selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

2
12. Usia menstruasi pertama
Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut
mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan
menopause yang lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun.
Menarche pada usia kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4
kali lebih tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami menstruasi
pada usia lebih dari 12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya
paparan hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap
proliferasi jaringan payudara.
13. Gaya hidup
Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan risiko
kanker payudara sedangkan obesitas premenopause dapat menurunkan
risiko kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek tiap
obesitas yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.2Olahraga
selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%.
American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60
menit setiap hari. 2 Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko
kanker payudara karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen
endogen sehingga mempengaruhi responsivitas tumor terhadap
hormon. (Helvia, 2014)
C. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-
ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak
sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan

3
secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh
dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut,
tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,
saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.
4. fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.(Corwin, 2009)
D. Tanda dan gejala
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payudara, rasa sakit,
keluar cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi
putting susu, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting.
Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama

4
dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan
tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar
getah bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah,
atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun,
gangguan pencernaan, pusing,  penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Tumor payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara
tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar
jaringan payudara terdapat. Tumor payudara umumnya terjadi pda
payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan
keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya
berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat
dimanifestasikan adanya Tumor payudara pada tahap lanjut.(Brunner and
suddarth, 2013)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran
22–25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil
contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari
massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel
yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang
sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel (Mulandari, 2003;
Fadjari, 2012).
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan
dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan
seperti pada gambar 6.

5
Gambar 6.Pemeriksaan FNAB (David, 2010).
Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan
dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau
USG. Setelah jarum di masukkan kedalam bagian payudara yang tidak
normal, maka diakukan aspirasi melalui jarum tersebut. pada FNAB
seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih
memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itusendiri.Selain
itu, lidocain yang digunakan sebagai bahan anastesi bisa menmbulkan
artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.
2. Mamografi: memperlihatkanstruktur internal payudara, dapat mendeteksi
kanker yang tak teraba atautomur yang terjadipadatahapawal.
3. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan
zat kontras kedalam aliran duktus.
4. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement
dari mamografi.
5. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai “titik
panas” karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
7. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar.
Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada
mamografi.

6
8. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk
pemeriksaan rutin dan tidak untuk mamografi.
9. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive
terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan, dan
seleksi terapi yang tepat
10. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi
mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel
malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan
pembagian sel. Kurang lebih dua pertiga semua wanita dengan kanker
payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap
terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas
penyakit dan kehidupan.
11. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang:
dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
F. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru,
pleura, tulang dan hati.
G. Penatalaksanaan
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan).
Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi
parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan
penyebaran knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran,
kemoterapi dan terapi hormonal.
1. Terapi kuratif :
a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III
1) Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative
tomoorektomi + diseksi aksila
2) Terapi ajuvan, :
a) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads

7
b) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate
40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan
flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide
500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan
flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
c) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-
2 tahun

3) Terapi bantuan, roboransia,


4) Terapi sekunder bila perlu
5) Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan
(fisioterapi)
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamae stadium III B dan IV :
a. Terapi utama
1) pramenopause, bilateral ovariedektomi
2) pasca menopause ; hormone resptor positif (takmosifen) dan
hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)
b. Terapi ajuvan
1) operable (mastektomi simple)
2) inoperable (radioterapi)
3. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan
adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan
sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,

8
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke
dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak
dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak
kanan.(Brunner & Suddarth, 2013)
H. Prognosis
Adapun prognosis
pasienkankerpayudaraberdasarkanstadiumnyatersajipadatabel 1.

Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan
hidup , tetapi juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik

9
pada stasium dini dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun
penyembuhannya belum tentu tercapai.

PENYIMPANGAN KDM

10
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)
2. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta
sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah
diberikan), faktro etiologi/resiko.
3. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker
mamma.
4. Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn
E (2013) diperoleh data sebagai berikut:
a. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan
tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
b. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
c. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
d. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut
tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang
terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan
atau perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri
sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
f. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.

11
g. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan
kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu,
rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting
meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun),
menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah
usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan
atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa,
serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker,
khususnya bila disertai benjolan)
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu
atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau
ovarium.
i. Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama
dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi,
keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan rumah.
5. Pemeriksaan klinis :
Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor
hormone antara lain estrogen dan progesterone, makas ebaiknya
pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal
mungkin/setelah menstruasi + 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien
duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan
dalam posisi yag lebih kurang sama tinggi.
a. Inspeksi
1) Simetri mamma kiri-kanan
2) Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting
susu, kelainan kulit, tanda radang, peaue d’ orange, dimpling,
ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan

12
kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan
tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimpling dan lain-lain.
b. Palpasi
1) Kien berbaring dan diusahakan agar payudara
tersebar rata atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal
bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas
dan operabilitas.
3) Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)
4) Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)
5) Stadium kanker (system TNM UICC, 1987)

B. Dignosa Keperawatan
PRA OPERASI
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan
tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan
kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan
komplikasi.

POST OPERASI
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan,
interupsi saraf, diseksi otot.
2. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam
penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

13
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya
rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,
hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau
lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi,
abdominal cramping.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,
prosedur invasive pembedahan
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,
efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi
dan anemia.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri. (Carpenito, 2009)

C. Intervensi Keperawatan
PRE OPERASI
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan
kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan
tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman

14
sebelumnya terhadap klien sebelumnya akan
penyakit yang dideritanya. memberikan dasar untuk
penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi.
b. Berikan informasi tentang
prognosis secara akurat. b. Pemberian informasi dapat
membantu klien dalam memahami
c. Beri kesempatan pada klien proses penyakitnya.
untuk mengekspresikan rasa c. Dapat menurunkan kecemasan
marah, takut, konfrontasi. klien.
Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi
yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan
dan efek samping. Bantu d. Membantu klien dalam
klien mempersiapkan diri memahami kebutuhan untuk
dalam pengobatan. pengobatan dan efek sampingnya.
e. Catat koping yang tidak
efektif seperti kurang e. Mengetahui dan menggali pola
interaksi sosial, ketidak koping klien serta
berdayaan dll. mengatasinya/memberikan solusi
dalam upaya meningkatkan
f. Anjurkan untuk kekuatan dalam mengatasi
mengembangkan interaksi kecemasan.
dengan support system. f. Agar klien memperoleh
g. Berikan lingkungan yang dukungan dari orang yang
tenang dan nyaman. terdekat/keluarga.
h. Pertahankan kontak dengan g. Memberikan kesempatan pada
klien, bicara dan sentuhlah klien untuk
dengan wajar. berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan

15
diri dan keyakinan bahwa dia
benar-benar ditolong.

2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan
kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan
komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan
pada tingkatan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan
mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien a. Menghindari adanya duplikasi
dan keluarga tentang dan pengulangan terhadap
diagnosa, pengobatan dan pengetahuan klien.
akibatnya. b. Memungkinkan dilakukan
b. Tentukan persepsi klien pembenaran terhadap kesalahan
tentang kanker dan persepsi dan konsepsi serta
pengobatannya, ceritakan kesalahan pengertian.
pada klien tentang
pengalaman klien lain yang
menderita kanker. c. Membantu klien dalam
c. Beri informasi yang akurat memahami proses penyakit.
dan faktual. Jawab
pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang d. Membantu klien dan keluarga

16
tidak diperlukan. dalam membuat keputusan
d. Berikan bimbingan kepada pengobatan.
klien/keluarga sebelum
mengikuti prosedur
pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah e. Mengetahui sampai sejauhmana
pada klien. pemahaman klien dan keluarga
e. Anjurkan klien untuk mengenai penyakit klien.
memberikan umpan balik
verbal dan mengkoreksi f. Meningkatkan pengetahuan
miskonsepsi tentang klien dan keluarga mengenai
penyakitnya. nutrisi yang adekuat.
f. Review klien /keluarga g. Mengkaji perkembangan proses-
tentang pentingnya status proses penyembuhan dan tanda-
nutrisi yang optimal. tanda infeksi serta masalah
g. Anjurkan klien untuk dengan kesehatan mulut yang
mengkaji membran mukosa dapat mempengaruhi intake
mulutnya secara rutin, makanan dan minuman.
perhatikan adanya eritema, h. Meningkatkan integritas kulit
ulcerasi. dan kepala.
h. Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.

POST OPERASI
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan,
interupsi saraf, diseksi otot.
Tujuan :
- Tampak rileks
- Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
- Mengekspresikan penurunan nyeri

17
18
3. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam
penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien
menjadi stabil
Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang
kondisinya
- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga
dan orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan
dirinya secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL
a. Kontak dengan klien a. Perasaan
sering dan perlakukan klien empatik dan perhatian untuk siap
dengan hangat dan sikap membantu klien dalam mengatasi
positif. permasalahan yang ada.
b. Berikan dorongan b. Perasaan yang
pada klien untuk diungkapakan pada orang yang
mengekpresikan perasaan dan dipercaya akan membuat perasaan
pikiran tentang kondisi, lega dan tidak tekanan batin.
kemajuan, prognose, sisem
pendukung dan pengobatan.
c. Berikan informasi c. Informasi
yang dapat dipercaya dan yang akurat memberikan masukan
klarifikasi setiap mispersepsi dan instropeksi diri dalam
tentang penyakitnya. menerima dirinya.
d. Bantu klien d. Ektulisasi diri
mengidentifikasi potensial dibutuhkan bagi klien dengan

19
kesempatan untuk hidup kaneker.
mandiri melewati hidup
dengan kanker, meliputi
hubungan interpersonal,
peningkatan pengetahuan,
kekuatan pribadi dan
pengertian serta perkembangan
spiritual dan moral. e. Respon klien
e. Kaji respon negatif yang negatfi diperlukan bantuan
terhadap perubahan baik fisik mapun psikis-moral
penampilan (menyangkal untuk memenuhi kebutuhan sejhri-
perubahan, penurunan sehari.
kemampuan merawat diri,
isolasi sosial, penolakan untuk
mendiskusikan masa depan. f. Dampak dari
f. Bantu dalam pada chemoterapi perlu adanya
penatalaksanaan alopesia penjelasan dan perawatan rambut.
sesuai dengan kebutuhan. g. Konseling
g. Kolaborasi dengan kesehatan secara bersama akan
tim kesehatan lain yang terkait lebih lebih efektif.
untuk tindakan konseling
secara profesional.

4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya
rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,
hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20%
atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,
konstipasi, abdominal cramping.

20
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan
tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan
dengan penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan a. Memberikan informasi tentang
setiap hari, apakah klien status gizi klien.
makan sesuai dengan
kebutuhannya. b. Memberikan informasi tentang
b. Timbang dan ukur berat penambahan dan penurunan berat
badan, ukuran triceps serta badan klien.
amati penurunan berat badan. c. Menunjukkan keadaan gizi
c. Kaji pucat, penyembuhan klien sangat buruk.
luka yang lambat dan
pembesaran kelenjar parotis. d. Kalori merupakan sumber
d. Anjurkan klien untuk energi.
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan
pula makanan kecil untuk
klien. e. Mencegah mual muntah,
e. Kontrol faktor lingkungan distensi berlebihan, dispepsia yang
seperti bau busuk atau bising. menyebabkan penurunan nafsu
Hindarkan makanan yang makan serta mengurangi stimulus
terlalu manis, berlemak dan berbahaya yang dapat
pedas. meningkatkan ansietas.
f. Ciptakan suasana makan f. Agar klien merasa seperti
yang menyenangkan misalnya berada dirumah sendiri.
makan bersama teman atau

21
keluarga. g. Untuk menimbulkan perasaan
g. Anjurkan tehnik relaksasi, ingin makan/membangkitkan
visualisasi, latihan moderate selera makan.
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi h. Agar dapat diatasi secara
terbuka tentang problem bersama-sama (dengan ahli gizi,
anoreksia yang dialami klien. perawat dan klien).
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium i. Untuk mengetahui/menegakkan
seperti total limposit, serum terjadinya gangguan nutrisi sebagi
transferin dan albumin akibat perjalanan penyakit,
pengobatan dan perawatan
j. Berikan pengobatan sesuai terhadap klien.
indikasi j. Membantu menghilangkan
Phenotiazine, gejala penyakit, efek samping dan
antidopaminergic, meningkatkan status kesehatan
corticosteroids, vitamins klien.
khususnya A,D,E dan B6,
antacida k. Mempermudah intake makanan
k. Pasang pipa nasogastrik dan minuman dengan hasil yang
untuk memberikan makanan maksimal dan tepat sesuai
secara enteral, imbangi kebutuhan.
dengan infus.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi,
prosedur invasive pembedahan.
Tujuan :
Hasil yang diharapkan :Pertahankanlingkunganakseptik yang aman,
mengidentifikasifaktor-faktorresikoindividu dan
intervensiuntukmengurangipotensialinfeksi.

22
INTERVENSI
a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
b. Awasi vital sign
c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari
e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
g. Kolaborasi, pemberian antibiotik

6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,


efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi
dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk a. Memberikan informasi untuk
melihat adanya efek samping perencanaan asuhan dan
therapi kanker, amati mengembangkan identifikasi awal
penyembuhan luka. terhadap perubahan integritas kulit.
b. Menghindari perlukaan yang
b. Anjurkan klien untuk tidak dapat menimbulkan infeksi.
menggaruk bagian yang gatal. c. Menghindari penekanan yang
c. Ubah posisi klien secara terus menerus pada suatu daerah
teratur. tertentu.
d. Berikan advise pada klien d. Mencegah trauma berlanjut
untuk menghindari pemakaian pada kulit dan produk yang kontra
cream kulit, minyak, bedak indikatif
tanpa rekomendasi dokter.

23
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
INTERVENSI RASIONAL
a. Rencanakan periode istirahat a. mengurangi aktivitas yang tidak
yang cukup diperlukan, dan energi terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas
seperlunya secar optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara b. tahapan-tahapan yang diberikan
bertahap. membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga
namun tujuan yang tepat, mobilisasi
dini.
c. Bantu pasien dalam memenuhi c. mengurangi pemakaian energi
kebutuhansesuai kebutuhan. sampai kekuatan pasien pulih
kembali
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji d. menjaga kemungkinan adanya
responspasien. respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8, Buku 1. Singapore: Salemba
Medika.
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. (2009). Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta
Corwin, EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Doenges, M, E., Moorhouse, M, F. & Geissler, A, C. (2013). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM. Gray’s anatomy for student. Spain: Churcill
Livingstone: Elsevier; 2007. p.115-16.
Fadjari, H. (2012). Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara. CDK
Helvia, Septiani. 2014. Gambaran Tumor Payudara di RSUD Serang tahun 2013.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Fakultas Kedokteran dan ilmu kesehatan.
Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Lab. UPF Bedah, (2000). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSDS-FKUA:
Surabaya
Reksoprodjo S. (2010). Kanker payudara. In: Ramli M, editor. Kumpulan kuliah
ilmu bedah. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher: h.317, 322-41
Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. (2010)
Payudara. In: Haryono SJ, Chaula S, editor. Buku ajar ilmu bedah
sjamsuhidayat-de jong. Ed 3. Jakarta: EGC. h.176-77,471-97.
Tortora G. J., Derrickson B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. 12th
ed. John Wiley & Sons.

25

Anda mungkin juga menyukai