Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GLUKOMA

KELOMPOK 1

1. Ilmy Limyah (70300116001)


2. Sri Wahyuni (70300116003)
3. Mulyana Anwar (70300116004)
4. Rahmawati (70300116007)
5. Nurul Awaliah (70300116008)
6. Adriana Agrevita (703001160010)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin ucapan rasa syukur tak terhingga kepada Allah


Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya yang masih tercurah kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Dan tak lupa
pula kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang
sampai sekarang ini.

Dalam usaha menyelesaikan tugas ini, kami dihadapkan dengan berbagai


hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
berbagai pihak dan izin Allah SWT akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat
diatasi serta mencapai tahap penyelesaian.

Dalam pembuatan tugas ini tidak tertutup kemungkinan adanya kekurangan.


Oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan yang dapat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Samata, 17 September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan di masyarakat barat. Di
perkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita glaukoma.
Diantara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan
hampir 20. 000 benar-benar buta.
Bila glaukoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar,
kebutaan  hampir selalu dapat dicegah. Namun kebanyakan kasus glaukoma
tidak bergejala sampai sudah terjadi kerusakan ekstensif irreversible. Maka
pemeriksaan rutin dan sering mempunyai peran penting dalam mendeteksi
penyakit ini.
Glaukoma menyerang semua usia namun lebih banyak sesuai tambahan
usia, menyerang sekitar 2% orang berusia diatas 35 tahun. Resiko lainnya
diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai riwayat keluarga
penderita glaukoma  dan mereka pernah mengalami trauma atau pembedahan
mata, atau orang yang pernah mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang.
Makalah ini akan membahas lebih rinci secara keseluruhan tentang
glaucoma. Untuk para calon perawat yang ingin menguasai ilmu dengan
komperhenship, tentu akan melengkapi pendahuluannya dengan materi ini.
Sekedar kumpulan resume yang mampu disusun kelompok VII untuk kita semua.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Definisi Glukoma
2. Mengetahui patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, medikasi,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan diet.
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan Glukoma
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Glukoma
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata
meningkat sehingga terjadi kerusakan saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan. Glaukoma adalah sekelompok
kelainan/kerusakan mata yang ditandai dengan berkurangnya peningkatan
tekanan (Barbara C. Long)
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan
berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini
berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner &
Suddarth)
Semakin tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus
tersebut berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis
yang menghambat peredaran normal humor aques.
B. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang
disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan
didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu
mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik
anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah
kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang
pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti
oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa
menyebabkan kebutaan.
C. Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran
humor aqueus yang terus menerus di rongga anterior. Glaukoma terjadi bila
ada hambatan dalam pengaliran humor aqueus yang menyebabkan
peningkatan TIO. Bila tekanan terus meningkat dapat terjadi kerusakan mata
saraf-saraf optik, gangguan penglihatan dan sel – sel saraf retina beregenerasi.
Perubahan pertama sebelum sampai hilangnya penglihatan adalah perubahan
penglihatan perifer, bila hal ini tidak segera ditangani bisa timbul kebutaan.
D. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma sudut terbuka
Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor
aqueus  terbuka, tetapi cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat.
Secara bertahap akan meningkat (hampir selalu pada kedua bola mata) dan
menyebabkan kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi penglihatan
yang progresif. Hilangnya fungsi penglihatan pada bagian lapang pandang
dan jika tidak diobati pada akhirnya akan menjalar keseluruh bagian
lapang pandang, meyebabkan  kebutaan.
Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi
kadang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan
paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau myopia. Glaukoma
sudut terbuka lebih sering terjadi biasanya penyakit ini lebih berat jika
diderita oleh orang kulit hitam.
Pada awalnya, peningkatan tekanan didalam mata tidak menimbulkan
gejala. Lama kelamaan timbul gejala :
a. penyempitan lapang pandang tepi.
b.   Sakit kepala ringan
c. Gangguan penglihatan yag tidak jelas (misalnya : melihat lingkaran
di sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan).
Pada akhirnya terjadi peyempitan lapang pandang yang
menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak disisi lain
ketika penderita melihat lurus kedepan (disebut penglihatan terowongan).
Glaukoma sudut terbuka mungkin baru menimbulkan gejala setelah
terjadinya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya
humor aqueus terhalang oleh iris. Setiap hal yang menyebabkan pelebaran
pupil (misalnya :  cahaya redup, tetes mata pelebaran pupil yang
digunakan untuk pemeriksaan atau obat tertentu) bisa menyebabkan
penyumbatan aliran cairan karena terhalang oleh iris. Iris bisa menggeser
kedepan dan secara tiba-tiba menutup saluran humor aqueus sehingga
terjadi peningkatan tekanan didalam mata secara mendadak.
Serangan bisa dipicu oleh pemakaian tetes mata yang melebarkan
pupil atau bisa juga timbul tanpa adanya pemicu. Glaukoma akut bisa
sering terjadi karena pupil secara alami akan melebar dibawah cahaya
yang redup.
Episode akut dari glaukoma sudut tertutup dapat menyebabkan:
a. Penurunan fungsi penglihatan ringan
b. Terbentuknya lingkaran berwarna di sekeliling cahaya
c. Nyeri pada mata dan kepala.
Gejala tersebut berlangsung hanya bebrapa jam sebelum terjadinya
serangan lebih lanjut. Serangan lanjutan menyebabkan hilangnya fungsi
penglihatan secara mendadak dan nyeri mata yang berdenyut. Penderita
juga mengalami mual dan muntah. Kelopak mata membengkak, mata
berair dan merah. Pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang
terang. Sebagian besar gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi
serangan tersebut bisa berulang. Setiap serangan susulan akan semakin
mengurangi lapang pandang penderita.
3.   Glaukoma kongenitalis
Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan saluran humor aqueus. Glaukoma seringkali
diturunkan.
4. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat :
a. Infeksi
b. Peradangan
c.  Tumor
d.  Katarak yang meluas
e. Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus dari
bilik anterior.
Penyebab paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya
adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan
pendarahan kedalam mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
E. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada
kebutaan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras  seperti batu dan dengan
rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan
fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
F. Medikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan Diet
Diet untuk glaukoma adalah tinggi protein dan karbohidrat. Perlu
adanya tambahan vitamin dan mineral seperti vitamin A dan E. Dan perlu
diperhatikan juga untuk diit pada glaukoma akibat dari penyakit diabetes,
untuk pasien diabetes perlu diit tersendiri terkait dengan penyakitnya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat Okular
 Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan
kabur
   Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan
b. Riwayat Kesehatan
 Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
cerebrovaskular, gangguan tiroid
     Keluarga menderita glaukoma
    Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau sistemik
   Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin
c.    Psikososial
 Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,
berkendaraan
d.   Pengkajian umum
 Usia
    Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
kardiovaskular , hipertiroid
   Gejala gastrointestinal : mual muntah
e.   Pengkajian Khusus
 Mata
 Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)
 Nyeri tumpul orbital
 Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandan
     Kemerahan (hiperemia mata)
 Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

Anda mungkin juga menyukai